NovelToon NovelToon

Nash

Jum'at, 07 Februari Pukul 18.00 WIB

Jum'at, 07 Februari .....Pukul 18.00 WIB

Nash baru saja menghempaskan tubuhnya di sofa ruang tamu, sementara jemari kirinya meraih remote tv untuk mencari Chanel acara tv.

Walau Nash sadar, bahwa apapun acara tv yang ditontonnya terasa tanpa makna baginya dan hanya sekedar membunuh sepi.

"mungkin sudah seusia anak gadis itu, ya, putriku yang cantik, Selma.."

Nash bergumam sendiri ketika satu stasiun TV yang secara acak di pilihnya, sedang menayangkan acara lomba cerdas cermat tingkat sekolah dasar se-jabodetabek.

Sekilas Nash melihat satu peserta gadis kecil yang telah menjawab dengan cepat dan benar pertanyaan dari presenter TV, mendahului peserta lainnya.

Nash memperhatikan sekilas acara yang tidak live ditayangkan tersebut. Nash membatin melihat gadis kecil yang sepintas mirip dengan putrinya, Selma.

Untuk selanjutnya Nash mengalihkan channel ke stasiun TV yang menyiarkan breaking news.

Nyaris satu bulan sudah di setiap weekend dilalui Nash tanpa aktifitas berarti dan monoton bahkan membosankan.

Karena Nash telah menunggu momen yang telah tujuh tahun lamanya dinanti-nanti yang segera akan datang.

Ya, momen penantian panjang memenuhi komitmen pada Vina istrinya dan anak-anaknya, Kenzo dan Selma.

Bagi Nash Vina adalah segalanya, wanita mandiri yang wajah manisnya mengingatkan memori sahabat-sahabat mereka pada artis film pertengahan 70-an.

Postur yang tinggi untuk ukuran seorang wanita dengan rambut yang lurus sebahu dan kulit kuning bersih yang terawat.

Buah kasih Nash dan Vina telah menghadirkan Kenzo pemuda tampan yang saat ini berusia 14 tahun dan Selma dengan usia 11 tahun yang telah menjadi putri yang cantik.

Kebahagiaan Nash semakin membuncah ketika rencana kepulangannya yang telah disetujui Vina, bertepatan dengan hari ulang tahun Selma.

Atas kesepakatan bersama Vina, kedatangan dan kehadirannya, belum di informasikan pada anak-anaknya , agar menjadi kejutan bagi mereka.

Tubuh Nash terasa bergetar dan ingin menangis dengan seluruh persendian tulang terasa ngilu ketika membayangkan kebahagiaan memeluk satu persatu orang-orang yang selama ini telah dirindukan olehnya.

Ya..Vina, Kenzo dan Selma adalah ciptaan Tuhan yang paling dirindukan saat ini.

Rencana kepulangan telah dipersiapkan Nash satu bulan lamanya.

Nash sudah membayangkan berada didalam pesawat menuju kediaman istri dan anak-anaknya di Bogor pada hari Minggu dua hari ke depan.

Dalam satu bulan penantian, tak dapat dibayangkan suasana hati Nash.

Apapun aktifitas yang dijalankan oleh Nash dalam satu bulan terakhir, dijalaninya tanpa fokus.

Jiwanya terbang melayang menemui jiwa-jiwa lainnya yang nun jauh disana, jiwa yang sudah terpendam lama dalam lain ruang yang sebenarnya berdekatan, namun baru kali ini akan bersatu, menari dalam kegairahan rindu yang sama.

Secara verbal, dalam satu bulan terakhir, raga Nash bergerak seperti tanpa makna.

Sejenak Nash tersadar bahwa malam ini dirinya sedang ada janji temu dengan Prana sahabat barunya yang akan membicarakan urusan bisnis.

Nash bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, sesuatu hal yang sebenarnya sangat jarang dilakukannya pada sore hari setelah pulang bekerja.

Saat Nash melintas menuju kamar mandi, di lorong ruang tengah rumah yang telah ditempati dan dimilikinya dalam satu tahun terakhir.

Hatinya tergoda untuk berhenti sejenak didepan cermin, tempatnya mematut diri hampir setiap hari sebelum Nash berangkat kerja.

" Bahkan aku tak sempat merapikan diriku. padahal dua hari lagi aku akan menjumpai belahan jiwaku.."

Nash bergumam didepan cermin, ketika terlihat dihadapannya, wajah yang sangat dikenalinya, tapi kali ini dengan rambut lurusnya yang sudah mulai memanjang berantakan dihiasi segaris kumis dan janggut tipis yang kasar.

Pada usianya yang sudah 35-an tahun dengan tinggi 177-an cm dan kulit kuning sedikit kecoklatan dengan tubuh atletisnya.

Masih sedikit tersisa kharisma wajah tampannya yang telah menjadi pesona tersendiri bagi sahabat-sahabat wanita Nash dimasa remaja SMA dan kuliah dulu.

Tiba-tiba memori Nash berputar mundur pada kehidupannya tujuh tahun lalu, ketika Nash memutuskan untuk mengizinkan istri dan anak-anaknya untuk menetap sementara waktu dirumah mertuanya.

Walaupun keputusan tersebut merupakan hasil diskusi dengan sang istri dan merupakan langkah yang terbaik yang harus dilakukan saat itu.

Namun bukan tindakan yang sesungguhnya diinginkan oleh Nash.

Lavina Svandan merupakan ibu dari anak-anaknya yang telah dinikahinya 15 tahun yang lalu.

Vina begitu Nash memanggil istrinya, pada saat dinikahi Nash, baru masuk semester dua di Universitas yang sama dengan Nash, namun beda fakultas.

Vina memilih fakultas ekonomi jurusan akuntansi. Sementara Nash pada saat menikah masih persiapan menyelesaikan kuliah untuk memperoleh gelar sarjananya.

Keduanya memang menikah dalam usia yang sangat muda dengan perbedaan usia Vina tiga tahun lebih muda dari Nash.

Tidak ada alasan yang dapat memastikan atas pernikahan diusia muda tersebut, kecuali bahwa masa pacaran yang dilalui selama satu tahun dipertemukan dalam ikatan pernikahan.

Pernikahan terjadi sepertinya atas dasar cara berpikir orang tua Vina yang tidak menginginkan anak semata wayangnya berpacaran terlalu lama.

Siapapun pilihan putrinya, apapun kondisinya, kedua orang tua Vina akan segera menikahkannya.

Hal lainnya bisa jadi bahwa sebagai putri semata wayang, kedua orang tua Vina menginginkan secepatnya melihat penerus keturunan mereka.

Hingga pada akhirnya Nash yang berusia 21 tahun menikahi Vina yang masih berusia 18 tahun.

Nash mempunyai nama panjang Jonash Dumantry merupakan putra sulung dari dua bersaudara.

Tubuh Nash dialiri darah Jawa, Manado dan Aceh dari ayahnya. Darah Banjar, Sunda dan Melayu dari ibunya.

Itu sebabnya setiap kali Nash ditanya oleh para kenalannya berasal darimana, Nash selalu menjawab bahwa dia dari Indonesia asli.

Simpel dipastikan tanpa ada pertanyaan lanjutan. Karena pastinya bingung jika Nash harus menjelaskan panjang lebar asal usulnya sesuai dengan darah yang mengalir dalam tubuhnya yang biasanya diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan berikutnya.

Nash lahir di kota Tarakan Kalimantan Utara pada awal tahun 1970-an. Ayah Nash adalah seorang tentara yang memulai karir dan berdinas di Surabaya, selanjutnya ditugaskan di kota Tarakan pada penghujung tahun 1960-an.

Sampai kemudian ayah Nash mendapatkan jodohnya. Seorang gadis yang ditemuinya dan dinikahinya di Tarakan. Gadis itu adalah ibunda Nash.

Ayah Nash adalah seorang ayah yang tegas dengan latar belakang pendidikan militer, namun memiliki jiwa romantis dan bersikap demokratis terhadap istri, anak dan keluarganya.

Sedangkan ibunda Nash seorang ibu yang memiliki sifat lembut, mengabdi pada suami, rasa cinta pada anaknya, namun memiliki prinsip dan sikap yang teguh dalam membela Marwah keluarga.

Hanya dua tahun setelah menikah, ayah Nash memutuskan pensiun dini dari tentara. Keputusan pensiun dini karena Ayah Nash memiliki keinginan untuk menetap di Tarakan.

Sesuatu yang menurutnya tidak mungkin jika tetap harus menjadi tentara yang harus selalu siap untuk ditugaskan kemanapun.

Sekelumit Nostalgia Biru

Keputusan pensiun dini sebenarnya dilakukan atas dasar cinta ayah Nash kepada ibu Nash.

Walaupun ibu Nash sebenarnya tidak berkeberatan, jikapun harus berpindah-pindah.. toh ibu Nash akan mengikuti kemanapun ayah Nash ditugaskan.

Bukan karena ibunya tidak percaya dan memiliki rasa cemburu yang berlebih terhadap ayahnya, tapi semua dilakukan atas dasar rasa pengabdian sebagai seorang istri terhadap suaminya.

Pengabdian untuk memberi rasa nyaman, susah dan senang harus dilalui bersama. Hal yang ditanamkan oleh nenek Nash pada ibu Nash yang terus terpelihara, bahkan ibu Nash ingin mengabdi jauh lebih baik dari apa yang telah neneknya lakukan kepada kakeknya.

"Cinta bahagia itu sebenarnya sederhana kuncinya keseimbangan dan keselarasan.

Untuk bisa seimbang dan selaras, kita harus memasrahkan diri pada pasangan yang memang sudah dipilih dan dipercaya untuk menjalani hidup bersama.Perbedaan dan kekurangan pasangan itu adalah suatu hal yang lumrah jika satu sama lainnya saling terbuka.

Jika sudah menyadari hal tersebut, secara alam bawah sadar, kita akan selalu berusaha membahagiakan pasangan kita dengan atau tanpa diminta, selebihnya berpasrah pada Yang Kuasa".

Itulah nasehat ibunda Nash suatu kali disaat Nash mengalami puber remaja, untuk pertama kalinya harus mengambil keputusan terhadap kelanjutan hubungan dengan pacarnya ketika masih dibangku SMA.

Nasehat yang cukup serius untuk remaja seusia Nash. Nasehat yang menurut Nash awalnya hanya cocok untuk mereka yang sedang membina hubungan serius kejenjang pernikahan.

"Aku khan belum ingin menikah.."

Nash membatin, namun Nash kemudian tersadar bahwa apapun bentuk hubungan yang diawali dengan ketidakseriusan bisa berakhir dengan hubungan yang gagal.

Ibunya hanya memberi pilihan, semua tergantung yang menjalaninya.

Nasehat dan rasa cinta serta sikap pengabdian untuk memasrahkan diri pada suami yang diperlihatkan ibunya, membuat Nash menangis haru dan merinding membayangkan betapa bahagia dirinya ketika mendapatkan istri yang mempunyai sifat seperti sifat yang dimiliki ibunya.

Pengabdian ibu Nash yang mendapatkan balasan sepadan dari sikap yang diperlihatkan oleh ayah Nash.

Tanpa diminta, ayahnya telah berpikir dan bertindak untuk selalu memberikan yang terbaik untuk ibu Nash.

Pensiun dini yang dilakukan ayah Nash sepenuhnya atas keinginan ayahnya sendiri untuk membahagiakan ibunya.

Setelah pensiun, ayah Nash memilih membuka usaha menjual kebutuhan sehari-hari dirumahnya.

Dan ibu Nash sebagai ibu rumah tangga biasa, membantu suami dengan menerima jahitan dari tetangga dan warga sekitar tempat tinggal.

Nash mempunyai seorang adik perempuan yang bernama Griselda Dumantry. Mereka terpaut perbedaan umur 4 tahun.

Ternyata Tuhan lebih sayang dengan adik Nash, Griselda dipanggil Tuhan pada saat berumur 5 tahun karena penyakit demam yang berkepanjangan.

Untuk pertama kalinya Nash diusia yang sangat muda yaitu sembilan tahun, telah mengalami kegetiran hidup.

Nash yang saat itu masih duduk dikelas empat sekolah dasar harus melihat hilangnya kegembiraan didalam rumah, suasana berubah menjadi kegetiran yang berkepanjangan.

Ayah dan ibu Nash sejak meninggal adiknya terus meratapi dengan penuh penyesalan dan menganggap bahwa kematian adik Nash adalah akibat kelalaian mereka yang dirasa terlambat dalam mengambil tindakan pengobatan.

Akibat tekanan psikologis perasaan bersalah terus menerus, ayah dan ibu Nash mengalami penurunan kondisi kesehatan.

Nash masih terlalu muda untuk memberikan semangat pada kedua orang tuanya.

Walaupun diusianya yang masih sangat muda sekali, Nash mampu menganalisa bahwa kematian adiknya sudah menjadi takdir dan kehendak dari Tuhan.

Nash melihat sendiri, bahwa telah berbagai upaya dilakukan oleh kedua orang tuanya untuk menyembuhkan sakit yang diderita adiknya.

Nash kecil pastinya juga merasa kehilangan. Nash masih sangat mengingat dengan jelas masa-masa kebersamaan dengan sang adik.

Ketika Nash muncul menjadi pelindung saat adiknya menangis karena diganggu oleh serombongan anak laki-laki nakal yang berusia lebih dewasa dari adiknya yang juga tinggal di wilayah sekitar tempat tinggal Nash.

Masih jelas dalam ingatannya, ketika Nash kecil mengajari adiknya mengayuh sepeda roda tiga dengan cara mengikatkan tali pada sepeda adiknya ke sepeda Nash yang berada didepan. Namun semua itu harus berakhir.

Kehendak Tuhan yang pada akhirnya siapapun harus ikhlas menerima suratan takdirNya, tidak terkecuali bagi Nash dan orang tuanya.

Tidak peduli, yang terpilih takdir itu orang baik atau orang jahat, orang suci atau yang berlumur dosa.

Nash menyelesaikan seluruh pendidikan dasar sampai SMA di kota kelahirannya tersebut. Sampai kemudian Nash dengan jiwa muda, memiliki hasrat yang besar untuk mandiri dan semangat membara untuk kuliah di Jakarta.

Impian masa kecilnya yang memandang Jakarta sebagai pusat peradaban dan potret Indonesia, harus dapat diwujudkan oleh Nash dengan merantau ke ibukota.

"Ayah..Ibu..izinkan Nash setelah lulus SMA nanti, Nash ingin melanjutkan kuliah di Jakarta. Sebagai laki-laki, Nash ingin mandiri dan meraih kesuksesan. Setelah sukses, Nash akan memboyong Ayah dan ibu untuk tinggal bersama Nash di Jakarta.."

Suatu ketika Nash menyampaikan keinginannya, kepada Ayah dan Ibunya.

"Ayah dan Ibu hanya dapat mendukung dan mendoa'kan tekad dan keinginanmu..hanya satu pesan ayah dan ibu, jaga dirimu baik-baik Nash dan lakukan hal apapun atas dasar kebaikan dan amanah dari orang tuamu..."

Ayah Nash sadar, bahwa suatu saat putranya akan mewujudkan angannya menjadi laki-laki yang mandiri dengan merantau jauh dari keluarga.

Bukan karena tidak cinta dan sayang terhadap orang tuanya, melainkan Nash sedang mencari jati diri, seperti dirinya pada saat seusia Nash. Sedangkan ibu Nash sepenuhnya mendukung keputusan yang terbaik untuk Nash.

Setelah lulus SMA, diusia yang sangat muda yaitu 17 tahun, Nash mengawali perantauannya dengan kuliah di satu Universitas di Jakarta dan memilih kuliah di Fakultas Teknik jurusan Teknik Elektro.

Nash menyelesaikan kuliah untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik dalam waktu empat tahun.

Disela kesibukannya dalam menyelesaikan skripsi, Nash menemukan tambatan hati dan langsung jatuh cinta pada Vina.

Pilihan yang tidak salah karena Vina bukan wanita kebanyakan yang sering ditemui dalam masa-masa kuliahnya.

Dia merupakan mahasiswi yang menjadi primadona di kampus Nash.

Dalam diri Vina mengalir darah Jawa, Bali, Makassar, Padang, Belanda dan Turki.

Karena ada darah Belanda dan Turki yang mengalir dalam darah Vina, Nash terkadang meledek istrinya, "local product with International taste".

Jika sudah begitu, ekspresi wajah Vina hanya cemberut dengan memutar bola matanya .

Vina lahir dan besar di Bogor sebagai putri semata wayang. Kedua orang tua Vina amat protektif.

Bahkan untuk dapat kuliah di Jakarta, Vina harus berulang kali meyakinkan kedua orang tuanya.

Ayah Vina adalah seorang Dosen yang sudah mendekati masa pensiun. Pada saat menikahi ibu Vina, ayahnya telah berusia 35 tahun.

Sedangkan ibu Vina memiliki profesi sebagai Notaris dan memiliki riwayat penyakit leukumia.

Setetes Embun dihari Kelabu

Walaupun menjadi putri tunggal yang berasal dari keluarga mapan, namun Vina tumbuh menjadi gadis yang mandiri dan berpenampilan sederhana.

Sejak kanak-kanak sampai SMA, Vina selalu menonjol karena prestasi yang dimilikinya disekolah. Secara akademis Vina tumbuh menjadi gadis cerdas yang selalu masuk rangking 3 besar dikelasnya.

Minat dan metode belajar Vina bisa jadi diwariskan dari kedua orang tuanya yang sangat concern dengan dunia pendidikan.

Keasyikan berkutat dalam kehidupan yang penuh disiplin dan teratur, membuat Vina tumbuh menjadi gadis cantik yang sulit didekati oleh lawan jenisnya.

Temen-temen cowok Vina merasa inferior dihadapan Vina yang tampil seperti bidadari nan anggun yang sepertinya tidak pantas didekati oleh pria kebanyakan.

Itu sebabnya Vina sampai lulus SMA tak terlihat memiliki teman istimewa khususnya seorang pria.

Hingga kemudian hadir Nash yang telah meluluhkan hati Vina. Vina memandang Nash sebagai pria yang spesial dan look different from other.

Selain tampan, Nash termasuk tipe pria nekad. Nash berani datang kerumah dan memproklamirkan hubungan istimewa yang telah mereka jalani selama 7 bulan kepada orang tua Vina.

Seingat Vina, Nash satu-satunya yang pertama sekaligus yang terakhir datang kerumah mengakui hubungan istimewanya dengan Vina.

Sampai kemudian kedua orang tua Vina memberikan ultimatum bahwa hubungan pacaran tidak boleh lebih dari satu tahun.

Untuk membuktikan keseriusan, Nash harus meminang Vina untuk dinikahi atau mundur jika belum mampu memberikan komitmen.

Nash tanpa pikir panjang menyetujui keinginan orang tua Vina. Dan seperti yang telah disepakati, pernikahan berlangsung setelah 1 tahun masa pacaran.

Pernikahan Nash dan Vina dilangsungkan di Bogor.

Namun dua hari setelah pesta pernikahannya, ayah Nash meninggal terkena serangan jantung didalam kendaraan yang ditumpanginya dalam perjalanan menuju bandara internasional Soekarno-Hatta untuk kembali ke Tarakan.

Kegetiran kedua yang harus Nash hadapi setelah kematian Griselda adiknya, di saat kegembiraan hidup bersama Vina baru akan dimulainya.

Kali ini Nash tidak sekuat sebelumnya ketika Nash masih berumur 9 tahun. Nash menyalahkan dirinya sendiri atas kematian ayahnya.

Jika saja pernikahan bersama Vina bisa ditunda, mungkin ayahnya tidak harus datang ke Jakarta disaat fisik ayahnya sudah rapuh.

Vina yang kemudian menyadarkan Nash, bahwa sesungguhnya takdir Tuhan menjadi kuasaNya, apapun skenario yang dibuat oleh manusia.

Seminggu setelah pemakaman ayahnya yang di makamkan di pemakaman keluarga di Tarakan, bersebelahan dengan makam adiknya Griselda, Nash didampingi Vina mencoba membujuk ibunya untuk ikut dan tinggal bersamanya di Jakarta.

"Ibu...aku bersimpuh maaf pada ibu...bukan bermaksud mengabaikan keberadaan sanak famili kita disini, tapi alangkah lebih baiknya ibu ikut menemani kami pulang ke Jakarta untuk sementara waktu...ibu dan kami tinggal dirumah mertuaku dulu, sampai aku memiliki tempat tinggal sendiri..."

Nash bersimpuh setengah berjongkok di samping ibunya, sembari tangannya menggenggam tangan ibunya yang sedang duduk di kursi ruang tamu.

"Nash...ibu berterima kasih atas tawaranmu...ibu agak berkeberatan, selain ibu tidak tega meninggalkan ayahmu yang belum genap 40 hari, sepertinya ibu merasa kurang nyaman jika harus tinggal satu rumah dirumah mertuamu..usia ibu dengan mertuamu yang nyaris sebaya, sebisa mungkin dihindari dalam interaksi secara langsung dirumah dengan situasi dan kondisi pertemuan yang intens...ibu berkeyakinan tidak baik untuk hubungan jangka panjang, ketika ibu tidak mengetahui berapa lama lagi dirimu memiliki tempat tinggal sendiri. Toh... disini masih ada sanak famili kita..masih ada saudara-saudara ibu yang berkenan menemani dan menjaga ibu..."

Ibu Nash berbicara dengan lirih, karena perasaan shock yang belum hilang atas kepergian ayah Nash yang mendadak sambil kedua tangannya menggenggam erat kedua tangan Nash dan menatap dengan penuh kelembutan pada mata Nash yang terlihat penuh harap.

Vina hanya mematung berdiri terdiam menyaksikan situasi yang mengharukan antara Nash dan Ibunya.

Nash berusaha memahami situasi perasaan yang dihadapi ibunya. Dadanya terasa sesak menahan rasa perih yang tiba-tiba datang menohok dengan kenyataan yang di hadapinya.

Ya..kalau saja Nash telah memiliki tempat tinggal sendiri, pasti ibunya berkenan segera diboyong walau dalam situasi yang sedang berduka.

Ya...tempat tinggal sendiri, sebab tidak ada celah untuk Nash membawa Vina tinggal dirumah sewa apalagi memboyongnya ke Tarakan.

Akhirnya Nash harus kembali ke Jakarta dengan berat hati dan meninggalkan ibunya dalam kesendirian di Tarakan.

Ibu Nash ternyata tidak mampu menahan kesedihan atas meninggalnya ayah Nash.

Pada akhirnya mengalami sakit yang berkepanjangan, hingga kemudian menghembuskan napas terakhir, satu tahun setelah ayah Nash dan itu bertepatan dengan hari kelahiran Kenzo, putra pertama Nash.

Setelah beberapa jam Nash mengagumi anugerah Tuhan yang ada dihadapannya, Kenzo bayi laki-laki yang tampan, comel dan sangat sehat, Nash langsung terbang ke Tarakan.

Semuanya terasa campur aduk, rasa bahagia atas kelahiran putra pertamanya bercampur baur dengan tangisan kesedihan atas kematian ibunya. Ada yang datang dan ada yang pergi.

Rasa sedih Nash semakin memuncak ketika teringat dirinya sekarang menjadi sebatang kara, tidak ada satupun keluarga inti yang tersisa selain saudara ibunya yang telah sepuh dan beberapa kerabat jauh.

Hanya Vina dan Kenzo yang masih membuat Nash mampu bertahan dan memiliki harapan masa depan untuk tidak menyia-nyiakan dan memberikan kebahagiaan kepada mereka, keluarga kecilnya.

Sejak meninggalkan pemakaman ibunya di pemakaman keluarga, itulah terakhir kalinya Nash pulang ke Tarakan. Ibunya dimakamkan ditengah-tengah, diapit oleh makam ayah dan adiknya.

Nash yang menjadi Sarjana Teknik jurusan Teknik Elektro langsung bekerja di perusahaan foreign exchange di Jakarta sebagai Dealer tiga bulan setelah menikah.

Setelah tiga tahun, aktifitas Nash adalah lima hari dalam satu Minggu bolak-balik Bogor - Jakarta dengan menumpang kereta dan bus. Setiap hari pukul 05.00 wib pagi, Nash sudah berangkat menggunakan kereta dari stasiun kereta api di Bogor menuju Jakarta.

Dan pukul 20.00 wib kembali ke Bogor dengan menggunakan bus. Nyaris seperempat waktu hidupnya dalam tiga tahun terakhir dihabiskannya dalam perjalanan Bogor-Jakarta pergi pulang.

Ya..Nash yang bekerja di salah satu gedung perkantoran di kawasan Sudirman Jakarta, memang masih tinggal di rumah mertuanya yang berada di Bogor.

Nash sebenarnya sejak awal menikah sudah menginginkan hidup mandiri dengan membawa Vina keluar dari rumah mertuanya.

Namun Vina sebagai anak semata wayang yang sampai saat menikah tidak pernah jauh dari orang tua, merasa belum siap tinggal berjauhan dari orang tuanya walaupun Jakarta tidak terlalu jauh dari Bogor.

Sikap Vina semakin gamang dengan luapan kasih sayang yang berlebih yang telah bertahun-tahun diberikan orang tuanya.

Ini bukan seperti yang terlihat. Jika ada yang menilai Vina masih manja, itu tidak benar sama sekali.

Pertimbangan Vina adalah dirinya tidak bisa serta merta pindah dan berjauhan begitu saja dari kedua orang tuanya.

Bagi orang tuanya, berjauhan dari Vina sepertinya memerlukan waktu dan penyesuaian terlebih dahulu untuk membiasakan diri tanpa Vina.

Hal yang mungkin dilakukan untuk penyesuaian adalah dengan cara Vina berlibur bersama Nash kesuatu tempat dalam waktu yang lama, untuk membiasakan kedua orang tua Vina tanpa keberadaan Vina dirumah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!