NovelToon NovelToon

Istri Kontrak Sang Presdir

Bab 1 : Rencana Jahat

Pagi ini, seorang gadis muda cantik yang sedang demam diseret paksa oleh adiknya sendiri dan dengan kasar mendorongnya keluar rumah.

Brak!

"Auh!" ringis gadis muda itu menahan rasa sakitnya.

"Ampun Aline, jangan usir aku dari rumah ini, aku sudah tidak punya apa-apa kalau kamu mengusirku dari rumah. Sekarang aku janji tidak akan menentang mu lagi," mohon pilu, ia menyentuh betis kanan saudarinya.

Dia bernama Aradella. Gadis muda berumur 19 tahun dengan rambut pendek dengan paras lumayan cantik. Ia putri sulung dari Pak Shan. Ayah Aradella sudah meninggal dunia lima tahun yang lalu. Pak Shan meninggalkan Aradella kepada istri keduanya yaitu Ibu kandung dari Aline. Ia selama ini hidup bersama Ibu tiri dan saudari tirinya dengan perlakuan yang sangat kejam.

"Ck, dasar kakak tidak berguna! Aku sudah bilang kalau kamu sudah bukan dari keluargaku. Jadi enyahlah dari rumahku ini!" bentak Aline Chertin menendang keras Aradella. Aradella langsung tersungkur ke belakang, menahan kesakitan pada lengannya yang ditendang begitu saja.

"Aline, aku selalu baik padamu tapi kenapa kamu kasar padaku? Rumah ini juga adalah peninggalan dari Ayahku, kau harusnya menghargaiku sebagai kakakmu. Tapi kau-" Ella berhenti bicara karena Aline sekali lagi mendorongnya.

Brak!

Aline geram dan muak tak terima mendengar ucapan Ella. Aline mencengkram rambut Ella dengan keras membuat Ella meringis sakit lagi.

"Dengar baik-baik. Pak tua itu sudah tiada dan rumah ini jatuh kepada Ibuku semata. Seharusnya kamu bersyukur Ibuku merawat Ayahmu yang sakit-sakitan itu!" bentak Aline sekali lagi dan membuka cengkramannya lalu menatap sombong ke arah Ella.

Ella menunduk dan perlahan menangis. Jika saja dirinya memiliki fisik yang tidak lemah, mungkin bisa berdiri dan menampar saudarinya itu yang suka semena-mena padanya. Namun, tubuhnya dari kecil sudah sering sakit-sakitan.

"Ahahaha," tawa Aline puas melihat Ella sangat menyedihkan di depan pintu masih terduduk dengan keadaannya.

"Sekarang pergi dari sini dan jangan kembali ke rumahku!" teriak Aline. Ekspresinya sangat menyeramkan dan kejam. Padahal Ella sudah memperlakukan saudarinya dengan baik dan sangat menganggap Aline sebagai adiknya, akan tetapi yang ia dapatkan justru perlakuan kejam dari Ibu tirinya dan juga Aline.

"Aku mohon Aline, biarkan aku tinggal di sini lagi," mohon Ella kembali dan berusaha meraih betis Aline.

"Jangan harapkan itu!" Aline menendang Ella kembali.

"Aaakh!" Ella jatuh tersungkur ke tanah. Aline tersenyum miring melihat keadaan Ella bagaikan pengemis lusuh di depannya.

Tiba-tiba saja, suara teriakan terdengar dari belakang Aline. Seorang wanita berpakaian elegan mendekati Aline. Dia merupakan ibu kandung Aline yang bernama Kalista Chertin, Istri kedua Pak Shan.

"Astaga, Aline. Kenapa kamu teriak-teriak seperti ini, Ibu jadi terbangun gara-gara teriakanmu." Bu Kalista menguap lalu melihat Ella. Alis Bu Kalista terangkat melihat anak tirinya tersungkur tak berdaya di tanah.

"Ada apa ini, Aline?" tanya Kalista kasihan melihat Ella. Meski begitu, ada sedikit senyuman sinis di bibirnya.

"Ini loh, Bu. Aku sudah tidak mau menampung dia di rumah kita. Dia hanya menyusahkan kita di rumah ini, apalagi keuangan kita sudah mulai berkurang. Takutnya kita jatuh miskin gara-gara merawat dia!" jawab Aline manja sambil menunjuk Ella dan menatapnya dengan tampang meremehkan.

Ella segera mendekati Ibu tirinya lalu memohon lagi, "Aline mengusirku dari rumah, aku tidak mau keluar, Bu. Aku minta maaf kalau sudah salah, aku akan lakukan apa-pun asalkan dibolehkan tinggal di sini." Ella sesenggukan dan memohon terus pada Ibunya. Terlihat begitu sangat menyedihkan. Dari kecil hingga sekarang kasih sayang yang diberikan orang di rumah ini padanya, hanyalah kasih sayang dan cinta yang palsu.

Aline merasa geram mendengarnya. Ketika Aline ingin menamparnya, Kalista segera menahan tangan Aline membuat putrinya itu terkejut dengan tindakan Ibunya.

"Ibu, kenapa hentikan aku?" kaget Aline lantas menarik tangannya.

Kalista terdiam sebentar sedang berpikir, "Hm, bagus juga. Sepertinya aku bisa mendapatkan uang dengan cara menjual anak sialan ini kepada pengusaha di luar sana." Kalista tersenyum licik.

Kalista mulai merencankan hal jahat kepada Ella. Wanita paruh baya itu segera membantu Ella berdiri lalu melihat Aline. Aline terkejut melihat Ibunya bersikap baik pada Ella kali ini.

"Anak Ibu tidak usah menangis. Kamu tidak akan pergi dari rumah ini. Lebih baik kita masuk dan biarkan Aline di sini. Ibu akan membuatkanmu teh hangat sekarang," ucap Kalista menuntun Ella masuk ke arah sofa.

"Aline, dengar baik-baik. Mulai sekarang, bersikap baiklah pada Kakakmu.” Kalista melirik anaknya.

Ella tersenyum melihat Ibunya berbeda hari ini. Ella berpikir jika Ibunya sudah berubah dan bersikap baik padanya, akan tetapi Kalista tidaklah seperti yang dipikirkan Ella. Aline mengepal tangan merasa kesal melihat Ella kembali masuk ke dalam rumah.

"Ck, sialan!" umpat Aline sebelum membanting pintu rumah di belakangnya.

Bab 2 : Dijual Oleh Ibu Tiri

...[Beri like dan komen]...

"Hansel, bagaimana hari ini. Apakah ada pertemuan pelelangan di gedung Ghou?" Seorang pria muda bertanya pada Sekretarisnya yang lagi berdiri di depannya. Pria muda itu adalah Presdir baru yang akan mengatur perusahaan Welfin sekarang.

Dia bernama Devandra Welfin. Tahun ini dia telah berumur 24 tahun dan sudah mengganti posisi Ayahnya Raka Alendra Welfin diumurnya yang masih muda. Devandra dikabarkan masih berstatus jomblo dan memiliki sifat yang amat cuek terhadap wanita di sekitarnya kecuali pada Ibu dan adik-adiknya.

Paras yang tampan membuat para wanita terpikat olehnya. Memiliki bulu mata yang lentik dan matanya yang mempesona. Meski dirinya dikenal sebagai Presdir paling cuek, Presdir Devan memiliki sifat kelembutan pada keluarganya terutama pada adik-adiknya.

"Sepertinya dari yang aku lihat, akan ada pelelangan ilegal di gedung tersebut, Presdir. Akan tetapi, cuma benda-benda antik saja dalam lelang kali ini," jelas Hansel kepada Presdirnya yang lagi duduk dengan tampan coolnya di kursi istimewanya.

"Oh, jadi begitu. Sepertinya tidak penting juga." ucap Devan tidak tertarik.

"Tapi, Presdir. Bagaimana jika kita pergi kali ini untuk melihatnya. Siapa tahu ada benda antik yang disukai Nyonya besar." usul Hansel.

Devan berpikir sebentar untuk menimbang-nimbang tawaran Asistennya. "Hm, sepertinya tawaran Hansel bagus juga. Siapa tahu ada yang disukai Mami di sana."

"Baiklah, jadwalkan kepergianku ke gedung Ghuo. Aku akan datang melihat lelang kali ini." Devan setuju dan berbalik membelakangi Hansel.

"Baik, Presdir." Hansel menunduk lalu pergi dari ruangan Presdirnya untuk menentukan jadwal pertemuan lelang kali ini.

Devan melihat ponselnya. Ada sebuah gambar di layar ponsel tersebut, gambar keluarganya yang sudah lama.

"Aish, kenapa aku harus jadi Presdir di perusahaan ini. Aku ingin menjadi Chief terkenal dan ternama. Tapi Papi malah pergi ke luar negeri bersama Mami dan membawa adik-adikku juga meninggalkanku di sini. Bagaimana aku bisa menjalani pekerjaan melelahkan ini seorang diri." keluh Deva menyandarkan punggungnya melihat ke arah jendela di depannya.

Devan mendesis tak karuan. Mata birunya menatap langit dan membayangkan keluarganya sedang berlibur di negeri orang lain.

Warna silau lampu menerangi sebuah kamar. Terdapat seorang gadis muda berambut pendek tela4njang hanya dibalut kain putih sedang tertidur di atas ranjang. Gadis muda itu tak lain adalah Aradella yang dibius oleh Ibu tirinya dan diserahkan pada lelaki hidung belang.

"Bos, bagaimana? Gadis ini lumayan juga untuk dijual di pelelangan di gedung Ghuo. Kita bisa mendapatkan banyak uang hasil menjual dirinya." Kata pria gendut dengan sebatang rokok sedang duduk di kursi sambil melihat Aradella.

"Hm, bagus juga idemu. Tapi sebelum itu, bagaimana jika kita cicipi tubuh indahnya ini sebelum dijual." Kata Bos pria itu tersenyum miring memikirkan hal senonoh. Kedua pria itu bermaksud untuk melecehkan Aradella terlebih dahulu.

"Jangan, Bos. Kalau gadis ini tidak perawan lagi. Kita dalam bahaya. Lebih baik tidak mengambil resiko." Saran si pria gendut pada Bosnya. Si Bos pun setuju dengan saran anak buahnya.

"Kalau begitu, kita bawa segera gadis muda ini." Si Bos pun berdiri lalu mengikat tangan Aradella. Ketika ingin menyentuh tangan Aradella. Ella segera bangun dan terkejut dirinya berada di sebuah kamar dengan Pria tua yang ingin mengingkatnya.

Ella kemudian berusaha memberontak. Ella ingin berteriak, akan tetapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Ella sangat terkejut tidak tahu apa yang sudah terjadi padanya. Padahal seingatnya, Ella sedang minum teh hangat buatan Ibu tirinya. Inilah jebakan yang direncanakan oleh Kalista.

Ella semakin memberontak membuat kedua pria itu geram. Si Bos pun mengeluarkan pisau dan mengancam Ella tetap diam atau pisau itu akan menyayat lehernya. Ella menelan ludah dan mulai menitikkan air mata.

"Tolong, lepaskan aku." rintih Ella dalam hati dirinya telah ditipu dan seret paksa oleh Si Bos.

"Dasar jalang! Diamlah!" bentak Si Bos menarik rantai yang mengingat tangan Ella. Ella sangat menyedihkan bagaikan seekor anjing yang diseret paksa. Ella menangis sesugukan di dalam hatinya.

"Ibu, kenapa kamu tega menjualku, hiks." rintih Ella sangat kasihan.

...______...

Bab 3 : Gadis 500 Juta

...🌷•|| Beri Like dan Vote ||•🌷...

Suara kebisingan terdengar di dalam sebuah gedung yang cukup megah. Sebuah mobil hitam berhenti di hadapan gedung itu yang tak lain adalah Presdir Devan. Pria muda itu berjalan masuk ke dalam gedung dengan kacamata hitamnya bersama Asisten Hansel.

"Hansel, kamu tahu kan di mana tempat lelang di selenggarakan?" tanya Presdir Devan tanpa menoleh melihatnya.

"Di ruangan D342, Presdir." jawab Hansel.

"Baiklah, biarkan aku saja yang masuk. Kamu awasi gerak-gerik para tamu yang datang." ucap Presdir Devan memasuki lift bersama Hansel.

"Tapi, Presdir. Bagaimana dengan anda?" Hansel kuatir dengan keselamatan Presdirnya.

"Tidak usah pedulikan aku. Aku bisa menjaga diriku sendiri." Devan berdiri dengan angkuhnya memperbaiki kemeja hitamnya tak sabar memasuki dan melihat pelelangan kali ini.

"Baiklah, Presdir." ucap Hansel mengerti.

Hanya beberapa saat saja, Devan telah menemukan ruangan itu. Ruangan rahasia dan hanya para pengusaha yang tahu letak pelelangan kali ini. Devan masuk seorang diri meninggalkan Hansel yang berjaga-jaga di sekitar pintu ruangan itu.

Devan berjalan masuk ke dalam. Suara kebisingan dari mulut para pengusaha yang hadir sangat jelas terdengar di kedua kuping telinga Devan. Apalagi niat jahat para pengusaha di pikiran mereka dapat didengar oleh Devan.

Devan duduk di kursi paling belakang. Dirinya tak ingin menjadi pusat perhatian. Memang posisi Devan sebagai Presdir di perusahaan Grup Welfin masih tanda tanya siapakah Presdir baru itu.

"Ck, sangat membosankan berada di sini." decak Devan mulai duduk santai melihat pelelangan akhirnya dimulai.

Sekarang di depan mereka. Terdapat liontin giok berasal dari tiongkok. Dimana harga liontin itu cukup mahal. Liontin giok yang memiliki bentuk yang unik. Pembawa acara pelelangan kali ini mulai mengangkat harga liontin tersebut.

Para pengusaha tentu saling mengajukan harga mereka untuk memperbutkan liontin yang unik dan antik ini. Cukup membuat kedua mata terpana.

Tetapi tidak untuk Devan. Presdir muda itu masih saja diam melihat gerak-gerik para pengusaha membuka suara harga liontin itu.

Bahkan Devan sangat merasa pelelangan ini begitu membosankan. Hanya liontin yang kecil itu mereka memperebutnya. Memang liontin itu sangat cantik, dan ini bagus untuk diberikan pada wanita-wanita pendamping mereka.

Liontin giok tersebut akhirnya terjual. Sekarang pelalangan kembali menampilkan benda antik lainnya berupa benda-benda yang unik.

Devan sekali lagi hanya bisa diam saja. Tak ada yang menurutnya menarik di pelelangan kali ini. Bahkan Devan berniat untuk meninggalkan kursinya karena sudah tak tahan mendengar suara-suara kebisingan yang membuat telinganya ingin pecah.

Akan tetapi, pembawa acara berteriak jika lelang penutupan kali ini sangat menarik. Devan kembali duduk demi melihat apa yang menarik dari ucapan pembawa acara.

Kedua mata Devan melebar sangat terkejut melihat seorang gadis hanya bermodal kain putih menutupi tubuh tala4njangnya. Sungguh fenomena pertama kali Devan melihat pelelangan kali ini memperdagangkan manusia.

Devan mencekram kuat pegangan kursi. Ada sedikit kemarahan melihat pelelangan kali ini. Sangat kecewa telah melihat gadis itu dituntun begitu menurut ke atas panggung.

"Ck, apa-apaan ini. Sangat mengotori kedua mataku." decak Devan tidak karuan.

"Baiklah, ini adalah lelang penutupan kali ini. Harga di buka dengan jumlah 10 juta!" teriak pembawa acara mulai membuka harga. Ella tak bergerak sedikitpun. Hanya menunduk terus-menerus dengan buaian air mata menetes di kedua pipinya. Begitu rendah dirinya dihargai dengan jumlah yang sedikit itu.

Para pengusaha langsung bersorak menawarkan harga tertinggi. Mereka memperebut Ella yang memiliki tubuh lumayan seksi meski tinggi tubuhnya sedikit lumayan juga. Apalagi belahan buah dada Ella sedikit terlihat membuat para pria hidung belang tergiur ingin mencobanya.

Devan tak bersuara sedikitpun. Kali ini dirinya benar-benar muak melihat lelang kali ini. Itulah sifat Devan. Dirinya sangat membenci wanita yang menjual dirinya demi uang. Tapi sayangnya, Ella tidak bermaksud seperti yang dipikirkan Devan.

Devan berdiri dan mulai berjalan ingin keluar. Akan tetapi, suara kecil yang terdengar lemah membuatnya berhenti.

"Hiks, ku mohon tolong aku," rintih suara kecil tersebut meminta tolong. Seketika itupun Devan berbalik melihat Aradella.

"Baiklah, karena tidak ada yang menawar lagi maka gadis ini akan diberikan dengan harga 400 juta kepada Tuan ...." ucap Pembawa acara terhenti akibat Devan mengangkat suara.

"500 juta! Berikan gadis itu padaku!" pinta Devan berdiri sambil menunjuk Aradella yang masih menunduk menangisi nasibnya.

Seketika pihak yang tadi menawarkan 400 juta merasa geram karena ada yang melawannya. Akan tetapi, Devan segera menatapnya dengan tatapan membunuh sehingga pihak tersebut mundur.

"Baiklah, sekarang lelang kali ini jatuh kepada Tuan muda Devandra." ucap pembawa acara tersenyum melihat Devan.

"Ternyata kamu tertarik juga dengan gadis ini, Tuan muda." gumam pembawa acara dalam hati. Devan hanya mencibir saja.

"Nona, silahkan ikut dengan Tuan muda." Pembawa acara membuka borgol rantai dan membawanya ke arah Devan. Devan merasa jijik melihat Aradella yang menyedihkan. Akan tetapi, rasa kasihannya tak bisa dia singkirkan. Devan pun membuka kemeja hitamnya dan mengenakan kemeja itu ke tubuh Aradella.

Aradella terkejut dengan perlakuan orang yang membelinya. Ella mendongak melihat siapa lelaki itu. Ella terdiam terpana melihat ketampanan Devan. Ella berpikir jika orang yang membelinya adalah pria hidung belang, tapi ternyata pria tampan dengan raut wajah coolnya.

"Tuan, terima kasih," batin Ella menunduk.

Devan yang melihatnya mulai risih dan berkata, "Ikut aku pulang." Devan berjalan dengan angkuh meninggalkan Ella.

Ella mengangguk dan melirik para pengusaha, tatapan mereka seakan ingin menculiknya. Ia pun segera menyusul Devan meninggalkan tempat itu. Sepertinya Ella adalah hadiah untuk sang Mami nantinya.

...______...

...Terima kasih sudah mampir di ceritaku ini...

...🌷•|| Semoga suka ya ||•🌷...

...😍😍😍...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!