NovelToon NovelToon

30 DAYS: I WILL MAKE YOU LAUGH

perpustakaan

Rabu, 25 november 2010

Hari biasa pada musim gugur yang cukup dingin di london. Hari ini adalah waktu pertama kali mereka bertemu.

"Sudah kuduga kau disini! Ada yang mau aku bicarakan denganmu, Andhera"

Di perpustakaan yang tenang, dengan mata yang berkilauan, dan rambut hitam yang sedikit kecoklatan membuatnya terlihat indah, seorang wanita memanggil Andhera.

Suasana menjadi hening, untuk beberapa saat. Andhera berdiri dan menatap wanita tersebut. "Apa kau menyebut namaku? Apa kau ada urusan denganku?"

"Yahhh … Aku ada ingin meminta bantuan padamu! bisakah kau membantuku?" wanita itu menghampiri Andhera, dan duduk disampingnya.

Andhera berpikir sejenak, mengapa wanita itu membutuhkan bantuannya. "siapa kau? mengapa aku harus membantumu?"

andhera kembali duduk di kursinya dan membaca buku yang sedang ia baca sebelumnya. wanita itu menatap andhera, ia merasa di acuhkan oleh Andhera.

"Heh?! Kau tidak tahu siapa saja siswa yang ada di kelasmu?" tanyanya, "Astaga ... Baiklah, aku adalah Hikari forlade. Jangan lupakan itu! dan aku kesini ingin meminta bantuanmu"

Andhera yang mendengar itu lantas menutup bukunya, menatap Hikari dan berkata, "bantuan? Kita tidak terlalu mengenal satu sama lain, mengapa aku harus membantumu?"

"Aku tahu kau sedang membutuhkan uang, aku sebenarnya juga tidak tahu mengapa kau sedang membutuhkan uang, padahal kau terlihat dekat dengan Karel hanson." Hikari berdiri dan berjalan mengambil buku yang berada di belakangnya. 

"Aku tidak tahu apa maksudmu, tapi aku tidak membutuhkan uang, kau bisa meminta bantuan pada orang lain!" Andhera kembali membaca bukunya dan tidak mempedulikan Hikari yang berada dibelakangnya.

Hikari berfikir bagaimana caranya meyakinkan Andhera untuk membantunya. Hikari tidak terlalu mengenal Andhera, membuatnya kebingungan apa langkah selanjutnya yang harus dilakukan olehnya.

Hikari tidak menyerah untuk membuat Andhera berubah pikiran, ia menepuk bahu Andhera dan berkata, "Ayolah aku tahu kau sedang membutuhkan uang, aku akan memberimu berapapun yang kau mau"

Andhera meletakan bukunya di meja, dan membalikan badannya. "Berapapun? Apa yang harus kulakukan?"

Andhera merasa sedikit bingung dengan apa yang didengarnya. Mengapa Hikari berani membayar berapapun untuk dirinya.

Hikari terlihat senang karena Andhera akhirnya menanggapi perkataannya. "Yaa ... Kau hanya harus berpacaran denganku sampai 30 hari saja, Bagaimana?"

"Hah?"

Suasana mendadak menjadi sangat canggung, Andhera mengira bahwa apa yang dikatakan Hikari hanya lelucon belaka.

Plakk ...!

Karena malu, Hikari reflek memukul Andhera dengan kencang. Suara keras itu hingga terdengar sampai lorong koridor.

"Ja-ja ... Jangan salah paham dulu!" Dengan wajah memerah hikari melambaikan tangan dan menggelengkan kepalanya pada Andhera yang telah terkapar di tanah. 

"Ssttttt ...! Jangan berisik di perpustakaan!" teguran dari penjaga perpustakaan itu membuat Hikari sontak merinding. 

Hikari meminta maaf pada penjaga perpustakaan itu dan menghampiri Andhera yang sedang terkapar di lantai. "Andhera, kau tidak apa-apakan?" 

Andhera lekas berdiri dan menarik Hikari keluar perpustakaan menuju atap sekolah yang hanya berbeda satu tingkat dengan perpustakaan tersebut.

setelah sampai, Andhera menyudutkan Hikari ke dinding dan menatap tajam Hikari. Disini terasa sejuk dengan angin yang bertiup membuat tubuh merasa menggigil. 

Andhera menatap Hikari dengan tatapan dinginnya. Hikari hanya bisa terdiam melihat Andhera yang terlihat menawan dengan mata indahnya. 

"Beri tahu aku, apa maksudmu? Kau yang mengatakan hal aneh itu! tapi mengapa kau memukulku?!" tanya Andhera.

"Cihh … Kau saja yang sudah salah paham, seharusnya kau tidak terlihat seperti itu saat mendengarnya!" Hikari menutup matanya, tak berani bertatap muka dengan Andhera. 

Melihat wajah Hikari yang memerah, lantas Andhera melepaskan Hikari dari sudut dinding, dan membalikan tubuhnya. "Baiklah, apa maumu? Jelaskan lebih detail lagi maksud perkataanmu!" 

Hikari menceritakan bahwa ayahnya akan menjodohkannya dengan orang lain jika ia tidak memiliki pacar. Hikari akan bertunangan dengan orang yang ayahnya telah tentukan.

Tapi hal itu tidak akan terjadi jika Hikari mempunyai pacar dan harus menunjukan pada ayahnya. jika Hikari dalam 1 bulan tidak menunjukan bahwa ia mempunyai pacar, ayahnya akan langsung menjodohkan Hikari.

"Jadi apa kau mau setidaknya hanya 30 hari saja, aku akan membayar berapapun yang kau inginkan! Ya kumohon ...." Hikari kemudian jongkok, dan terlihat jelas ia berpura-pura menangis di hadapan Andhera.

Andhera menjadi geram dengan Hikari, dan bertanya padanya, "Jadi maksudmu, kau mau aku berpura-pura menjadi pacarmu selama 30 hari?"

"Iya, benar!" jawab Hikari yang masih terlihat berpura-pura menangis di depan Andhera.

"Bisakah kau berhenti berpura-pura menangis seperti itu? Katakan padaku! Jika kau menjawabnya dengan logis, aku akan setuju denganmu!" ujar Andhera

"Baiklah, tanyakan saja apa yang kau ingin tahu!" ucap Hikari semangat.

Andhera berjalan menghampiri Hikari dengan perlahan dan kembali menatap tajam pada Hikari. "Jawab aku, mengapa harus aku yang kau pilih? Banyak lelaki lain disini yang bisa kau suruh kan?"

Hikari lantas berdiri dan menjawab pertanyaan dari Andhera. "Alasannya sudah jelas! Jika aku memilihmu, aku yakin kau tidak akan berani macam-macam padaku, dan aku yakin kau tidak akan bisa jatuh cinta padaku! Tenang saja kau hanya perlu berjalan-jalan denganku, dan ikuti kata-kataku" 

tatapan dingin Andhera tetap terus menghujani Hikari yang sedang menunggu jawaban dari Andhera. Andhera tidak mengeluarkan sepatah katapun dari mulutnya.

 TRINGGG ...!

suara bell pertanda waktu istirahat telah berakhir berbunyi dengan kerasnya.

Andhera pergi meninggalkan Hikari dan membuka pintu untuk segera turun dan kembali ke kelasnya, tetapi langkahnya terhenti sesaat. "kapan aku mulai berpura-pura menjadi pacarmu?"

Dengan mendengar hal itu membuat Hikari tersenyum lebar karena usahanya telah berhasil.  "Besok, besok adalah hari libur karena besok guru akan ada rapat! Kita akan bertemu di mall"

"Baiklah ... Tapi ingat, aku hanya mau berpura-pura diluar sekolah" Andhera menutup pintu dan menuruni tangga untuk kembali ke kelas

Saat kembalinya Andhera ke kelas, Andhera duduk di tempat kursi miliknya. Seorang pria datang menghampiri Andhera dan duduk di belakangnya.

"Dhera, Tadi aku mencarimu di perpustakaan, mengapa kau tidak ada disana?" tanya pria itu.

"Toilet …! Memangnya mengapa kau mencariku, Karel?" Andhera mengeluarkan buku dan alat tulisnya untuk memulai pelajaran. 

"Kau sudah diberi uang oleh ayahku untuk uang ujian kan? Jika belum, aku akan meminta padanya! Jangan menganggapku seperti orang asing ya!" Karel menepuk punggung Andhera sambil tertawa padanya. 

Andhera hanya bisa terdiam beberapa saat, ia tidak mau menjadi beban untuk orang tua Karel. Dari Andhera sekolah di indonesia, sampai sekarang ia sekolah di london selalu dibiyayai  oleh orang tua Karel. Andhera tidak mau memberi tahu Karel jika ia belum meminta uang pada orang tuanya. 

Dengan wajah yang terlihat merasa bersalah, Andhera hanya mengiyakan pertanyaan Karel. "Ya…, sudah, aku sudah diberi uangnya"

"Baguslah ...! Kita adalah teman sekaligus keluarga. Jangan malu untuk meminta bantuan padaku dan orang tuaku," ujar karel tersenyum lebar, tetapi tatapannya mengarah ke Hikari yang sedang bercanda dengan temannya.

Melihat Karel yang terus menatap Hikari membuat Andhera tambah merasa bersalah, karena Karel memang terlihat menyukai Hikari sedangkan Andheralah yang menjadi pacarnya, meski itu hanya berpura-pura. 

"Kau selalu menatap wanita itu bahkan berbeda dengan tatapanmu pada wanita lain, apakah kau menyukainya?" tanya Andhera.

pertanyaan Andhera itu membuat wajah Karel merah dan salah tingkah di depan Andhera.

"Ka ... kalau iya memang kenapa? Semua lelaki pasti pernah menyukai lawan jenisnya kan? bahkan kau pasti pernah mengalaminya!" Karel berdiri dan menunjuk Andhera dengan wajah merahnya. 

"Tidak juga"

"Heh?! Apakah kau gay?! Tapi pegang kata-kataku, jika bukan sekarang pasti akan terjadi nanti, tunggu saja ya" senyuman Karel dengan mudah mencairkan suasana yang sebelumnya terlihat canggung.

aku akan membuatmu tertawa!

kamis, 26 november 2010

Hari ini adalah hari yang telah ditentukan oleh Hikari untuk pertemuannya dengan Andhera. Pagi ini Karel dan keluarganya akan pergi untuk beberapa hari ke depan. 

"Dhera bangun, ayo turun sarapan … Aku akan tunggu dibawah," ujar Karel sembari mengetuk pintu kamar Andhera

Andhera terbangun dengan wajah yang terlihat sedang ketakutan. Andhera terlihat seperti itu setelah terbangun dari mimpi tentang masa lalunya yang terbilang kelam.

Orang tuanya meninggal karena tragedi kebakaran di rumahnya, Andhera menyaksikan langsung tragedi tersebut. Hal itulah yang membuatnya menjadi dingin dan terkesan tidak memperdulikan apa yang terjadi di sekitarnya.

Selain bermimpi tentang orang tuanya, terselip juga mimpi yang asing baginya. Dalam mimpinya, ia melihat seorang anak perempuan berambut hitam yang sedang duduk dan menundukkan kepalanya.

"Lagi?! Aku benci selalu bermimpi seperti ini, dan siapa wanita kecil itu?" gumam Andhera sambil memegang sebuah album foto di sampingnya. 

Beberapa menit kemudian Andhera turun dari kamarnya untuk sarapan bersama keluarga Karel. Melihat Andhera yang turun dari tangga, ibu karel lantas memanggilnya.

"Oh Dhera, kau sudah bangun … ke marilah kita makan bersama," sapa Ibu Karel

Andhera menghampiri meja makan tersebut dan duduk tepat di samping Karel yang juga sedang bersiap untuk makan.

Ibu Karel yang tidak tega untuk meninggalkan Andhera dirumah, ia lantas bertanya pada andhera, "kau yakin tidak mau ikut kami, Andhera?"

"Ya ... Lagipula aku ada rencana hari ini"

"Eh?! Kau mau kemana Dhera? Jarang-jarang sekali melihatmu keluar rumah seperti ini, " seloroh Karel seraya tersenyum meledek ke arah Andhera.

"Hanya ke perpustakaan saja seperti biasa!" jawab Andhera.

Andhera menutupi jika ia akan pergi dengan Hikari, karena ia takut akan terjadi masalah jika Karel tahu akan hal itu.

Karel terlihat kecewa mendengar Andhera hanya pergi ke perpustakaan saja, ia akan senang jika Dhera pergi  bersama dengan temannya dan tidak sendirian. 

"Benar ...! Karel, mulai besok Bram akan tinggal disini dan sekolah di tempatmu juga!" ujar ibu karel pada Karel.

Bram adalah adik dari Karel, artinya dia adalah anak bungsu dari keluarga hanson. Berbeda dengan Karel,  Bram lahir dan tumbuh di groningen (belanda).

Karel lahir di bandung dan tumbuh di jakarta (indonesia). Saat Karel berumur 3 tahun, ia dititipkan ke tetangganya karena orang tua Karel akan menjalani bisnis di luar negeri, dan saat itu tetangganya adalah keluarga dari Andhera. Setelah 1 tahun, orang tua Karel pulang ke indonesia dengan membawa bayi, dia adalah Bram.

"Hah?" kata Karel yang tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.

Karel yang mendengar jika adiknya itu akan dipindahkan sontak mengerutkan dahinya, Karel sedikit keberatan akan keputusan ibunya itu, tapi ia tidak punya pilihan lain selain menuruti ibunya. 

Beberapa menit kemudian, Karel beserta ibunya pergi.  mereka harus menjemput Bram dan ayah Karel di bandara terlebih dahulu.

Andhera sudah bersiap untuk pergi menemui Hikari di tempat yang sudah dijanjikan. Setelah sampainya Andhera di mall tersebut, ia melihat sekeliling mencari Hikari.

Dari kejauhan, Hikari terlihat sedang melambaikan tangannya ke arah Andhera. "Andhera, disini!"

Melihat Hikari, lantas membuat Andhera menghampirinya. Setelah sampai, Andhera melihat 2 orang pria dan 1 orang wanita, yang terlihat seperti sedang mengikuti Hikari. 

"Kau kenal mereka?" tanya Andhera

"Hm?"-Hikari menoleh kebelakangnya-"Ouh, mereka adalah pengawas dari ayahku. Ayahku tidak mempercayaiku jika aku mempunyai pacar, jadi dia mengirim mereka untuk mengawasiku!" ujarnya.

"Lalu apa yang akan harus kulakukan?" tanya Andhera.

"Benar ... Baiklah pertama kita harus membeli pakaian terlebih dahulu untukmu!" Hikari menjentikan jarinya sambil tersenyum pada Andhera.

"Hah?! kenapa?" tanya Andhera yang tidak mengerti.

"Pakaianmu yang kau kenakan itu terlihat  hanya untuk pergi ke kedai atau toko biasa!" ujar Hikari sambil menarik tangan Andhera dan membawanya masuk ke dalam mall. 

Hikari memilihkan baju untuk Andhera setelahnya mereka sampai di toko tersebut. "Sepertinya ini cocok untukmu Andhera, coba kau kenakan" Hikari mencocokan setelan pakaian itu ke tubuh Andhera. 

Hikari membalikan badannya dan memanggil salah satu pegawai disana. "Permisi Mas, bisakah teman saya mencoba setelan ini?"

"Boleh! silahkan dicoba terlebih dulu kak!"

Setelah pegawai tersebut memperbolehkannya, Hikari menyuruh Andhera untuk mengganti pakaiannya di tempat khusus yang berada disana. Andhera sempat menolak untuk mengenakan pakaian itu, Tetapi Hikari tidak menyerah dan memaksa Andhera secara terus menerus. Andhera yang merasa terpaksa lalu menuruti Hikari dan memakainya.

"Sudah kuduga, kau memang lebih cocok memakai pakaian yang lebih bergaya! Sangat terlihat berbeda dengan kau yang sebelumnya!" Hikari tersenyum setelah melihat Andhera yang keluar dari tirai dengan pakaian yang lebih cocok dengan Andhera sendiri.

"Baiklah, kita pilih yang ini saja untuk kau kenakan!" Hikari menarik Andhera pergi menuju kasir untuk membayar tagihan.

"Total £35.00 nyonya" tutur kasir tersebut

"Bagus, uangku tidak cukup ...! Aku akan mencari yang lebih murah," ujar Andhera membalikan badannya.

"Eh? Jangan! Tenang saja, aku yang akan membayarnya!" Hikari menahan Andhera yang mencoba mencari pakaian yang lebih murah.

"tidak perlu!" Andhera menolaknya, ia tidak ingin berhutang pada siapapun, termasuk Hikari.

Tetapi Hikari membantahnya, "tenang saja, kau bisa menganggap ini adalah potongan dari gajimu"

Andhera tidak bisa berbuat banyak, karena setelah Hikari membayar tagihan tersebut, Hikari langsung membawa Andhera keluar toko tersebut. 

"Lalu, bagaimana jika kita pergi ke bioskop?" tanya Hikari yang masih menggenggam tangan Andhera dan membawanya menuju ke suatu tempat. 

Saat Hikari menarik tangan Andhera, Andhera melihat Hikari yang terlihat senang dan penuh tawa. ia merasa sedikit aneh pada Hikari.

Mengapa dia terlihat senang setelah menghabiskan uang yang cukup banyak untukku? apa dia sudah gila? Andhera dalam hati

Setelah mereka sampai di bioskop, mereka menonton film comedy tentang hewan. Saat film sedang berlangsung, hampir semua penonton termasuk Hikari tertawa akan beberapa scene yang ada di dalam film tersebut. Tetapi, ada satu orang yang terlihat tidak tertawa, dia adalah Andhera, Andhera terlihat datar dan tidak tersenyum sedikitpun.

Melihat Andhera yang tidak tertawa, membuat Hikari gelisah.Tepat setelah film tersebut telah selesai, Hikari membawa Andhera untuk makan di restoran  terdekat.

saat mereka sampai di restoran terdekat, Andhera masih penasaran dengan pengawas yang mengikuti mereka sedari tadi.

"Apa orang-orang ayahmu itu akan selalu mengikuti kita?" tanya Andhera. 

Hikari menoleh ke belakangnya. "ya,  Sepertinya begitu, yang lebih penting, Andhera kau terlihat aneh. Kau bahkan tidak tersenyum sedikitpun disaat film tadi berlangsung!"

Hikari membaca menu makanan yang tersedia di restoran tersebut sambil menunggu jawaban Andhera.

"Benarkah? Lalu, apa aku seharusnya tertawa, bahkan meski tidak lucu sedikitpun?" Andhera menjawabnya dengan dingin.

Hikari melihat wajah datar serta dingin milik Andhera. hal itu membuatnya sedikit penasaran, "Benar ...! Selama aku melihatmu di sekolah, aku tidak pernah melihat kamu yang sedang tertawa, marah ataupun menangis! Apa ada sesuatu?"

Pertanyaan Dari Hikari itu membuat Andhera risih, dan wajah Andhera terlihat mendadak menjadi serius. "Aku yakin topik obrolan ini tidak termasuk kedalam perjanjian kita!"

Melihat perubahan wajah Andhera membuat Hikari gelisah dan takut, tetapi hal itu tidak ditunjukan pada Andhera.

"Kalau begitu bukan karena perjanjian kita. Aku akan membuatmu tertawa, marah, dan menangis atas kemauanku sendiri!" ujar Hikari.

Hikari menatap Andhera dan semakin perlahan menatap wajah Andhera dari dekat, kemudian Hikari mendadak tersenyum lebar pada Andhera.

Selagi Hikari memesan makanan pada pelayan disana, Andhera merubah ekspresi wajahnya, dan terdiam beberapa saat. Andhera merasa pernah mendengar kata-kata yang diucapkan Hikari itu, tetapi ia tidak mengingatnya kapan ia mendengar hal itu. 

**************

Sehabis mereka berdua sekesai makan, Hikari membawa Andhera menuju ke tempat bermain dalam mall. Mereka bersenang-senang dengan beberapa wahana di dalamnya. Tetapi, wajah Andhera masih terlihat tetap datar, hanya Hikari yang terlihat menikmatinya dengan gembira. Hikari terlihat seperti lupa akan tujuan awalnya yang awalnya hanya untuk berpura-pura saja, dan malah terbawa akan suasana.

Tanpa terasa waktu sudah dihabiskan begitu banyak. Mereka berdua keluar dari mall dan bersiap untuk pulang.

"Hahaha ...! Kau selalu kalah bermain mobil balap denganku tadi!" Hikari menghadap Andhera dan tersenyum seperti biasanya.

"Yah, aku tidak terlalu pandai memainkannya," dengan wajah yang datar Andhera menjawabnya

Sebelum mereka berdua berpisah, Hikari meminta nomor ponsel Andhera agar lebih mudah untuk berkomunikasi. Hikari menaiki mobil yang sudah dikemudikan oleh pengawas tadi setelah mendaoat nomor ponsel Andhera.

"Ingat akan janjiku! Aku akan membuatmu merasakan tertawa, marah, dan menangis hanya dalam 30 hari! artinya, sampai perjanjian kita berakhir!" tutur Hikari sebelum beranjak menaiki mobil tersebut

Sampai mobil itu pergi menjauh dengan perlahan, Andhera terus melihat mobil itu dan berkata, "Dia sangat aneh" 

Sesampainya Andhera dirumah, asisten rumah tangga memanggil Andhera, "tuan Andhera, mau saya siapkan makanan?"

"Tidak agnes, aku sudah makan diluar tadi ...." Andhera menaiki tangga dan kembali ke kamarnya.

Andhera menjatuhkan dirinya ke tempat tidur sambil bergumam, "Menangis ...? Tertawa ...? Bahkan aku sendiri sudah lupa kapan terakhir aku merasakannya." Andhera dengan perlahan menutup matanya

Berlibur

jumat, 27 november 2010

Andhera terbangun dari mimpinya yang persis seperti hari sebelumnya, itu adalah mimpi yang sangat dibenci oleh Andhera. Selain membuatnya ingat dengan orang tuanya, mimpi itu juga menampilkan gadis yang menurutnya sangat mengganggu. 

Dan lagi-lagi, Andhera memeggangi album foto di sampingnya, foto itu terlihat mirip dengan gadis yang selalu tampak berada di mimpi Andhera. "Aku tidak tahu siapa kau, tapi aku pasti akan menemukanmu!"

Terdengar suara langkah kaki yang menuju kamar Andhera, kemudian suara langkah kaki itu semakin terdengar keras dan semakin keras.

Seseorang mengetuk pintu Andhera. "Tuan Dhera, saya sudah menyiapkan makanan untuk untuk anda sarapan dibawah ...." suara yang terdengar itu adalah suara Agnes. 

Sekolah masih akan libur 3 hari lagi, mungkin aku akan ke perpustakaan umum saja, batin Andhera.

Andhera beranjak dari tempat tidurnya dan pergi mencuci mukanya. Andhera sempat melamun saat sedang membasuh wajahnya, ia terus memikirkan siapa gadis dalam mimpinya itu. Bahkan sampai Andhera makan, selalu terbayang-bayang mimpi tersebut.

Saat Andhera melamun, ia disadarkan oleh Agnes. "Tuan Dhera kau kenapa? Apa makanannya tidak enak?"

"Tidak bukan begitu Agnes, hanya saja nanti aku akan pergi ke perpustakaan" dalih Andhera

"Kalau begitu, apa saya harus membangunkan Pak Boby untuk mengantar Tuan?" tanya Agnes

"Tidak, tidak perlu"

Andhera menolak untuk membangunkan pak Boby, Andhera hanya berdalih sedang ingin berjalan kaki. Sebenarnya ia Sendiri tidak tega untuk membangunkan Pak Boby yang merupakan supir di keluarga Hanson.

"Terima kasih atas makanannya, Agnes. " Andhera bergegas pergi untuk mandi.

Melihat Andhera membuat Agnes merasa kasihan pada Andhera. "Dia adalah orang yang baik, entah apa yang membuatnya menjadi dingin seperti itu ..." gumam Agnes

40 menit kemudian..

Setelah Andhera sampai ke Perpustakaan, ia membaca beberapa buku yang ditulis oleh pengarang kesukaannya. Saking seriusnya Andhera membaca buku, ia tidak sadar ada seseorang yang duduk di sebelahnya. 

"Kau sedang membaca apa? Serius sekali"

Andhera menoleh ke arah orang itu, yang ternyata orang disebelahnya adalah Hikari. "Owh, ternyata kau. Apa ada urusan denganku lagi?" tanya Andhera sambil membaca bukunya.

"Aku tadi sudah beberapa kali menelponmu, tapi kau tidak menjawabnya sama sekali! Jadi aku mengira kau ada di perpustakaan umum terdekat."-Hikari mengambil ponselnya lalu menunjukkannya pada Andhera-"lihat ini"

Andhera melihat ponsel yang di perlihatkan oleh Hikari. "Itu adalah Big Ben, lalu?"

sesuatu yang ditunjukan oleh Hikari Adalah sebuah foto Big Ben. Foto itu membuat Andhera mempunyai perasaan tidak enak.

"Tentu saja kita akan kesana, dan kamu harus ikut denganku berlibur!" tutur Hikari

Andhera yang mendengar hal tersebut menolak mentah-mentah permintaan Hikari. Selain karena menurutnya merepotkan, Andhera juga menolaknya karena ia masih harus belajar untuk persiapan ujian. 

Tetapi Hikaril tidak menyerah untuk membujuk Andhera pergi bersamanya. Hingga Hikari mengeluarkan senjata terakhirnya yang disimpan dalam tas miliknya. 

"Baiklah jika kau tidak mau, Andhera ...! Tetapi itu berarti kau akan melewatkan sesuatu loh!" Hikari menunjukan sesuatu yang berada di dalam tas miliknya pada Andhera.

Benda itu adalah sebuah buku, buku ini adalah buku yang sangat langka. selain itu, buku ini adalah karangan terakhir dari penulis yang dikagumi Andhera. 

Andhera cukup terkejut karena Hikari mempunyai salah satu buku yang sangat langka. Selain itu, dilihat dari covernya, buku tersebut bisa dipastikan asli.  

Seharusnya buku itu hanya ada 100 buah didunia ini! Jika ditemukan lebih biasanya itu adalah buku yang palsu, tapi buku yang dipegangnya adalah original, Andhera dalam hati

"Ya, itu adalah buku yang sangat langka dan itu bisa dipastikan original. Tapi aku tidak tertarik! Ujian akan tiba, aku harus belajar untuk mempersiapkannya!" ujar Andhera dingin.

Andhera tetap menolak ajakan Hikari walaupun telah ditawarkan sesuatu yang menarik bagi Andhera.

"Heh ...? Padahal aku sudah susah payah mencari buku ini … Tidak! Kau harus ikut!" Hikari masih tetap memaksa Andhera untuk ikut dengannya. 

Andhera mengabaikan Hikari dan tetap melanjutkan membaca bukunya. Walaupun, padahal hikari masih sedang berbicara dengannya. 

Hikari menundukan kepalanya ke meja, dan ia terlihat sedih dengan tanggapan Andhera. "Jahat ...! Kau sudah melanggar janjimu! Padahal kau sudah setuju untuk mengikuti kata-kataku kan?!"

Andhera menoleh ke arah Hikari dan menatapnya dengan dingin. "Janji? Aku hanya mengiyakannya saja, lagi pula aku tidak ingat aku setuju untuk menjadi anjing yang selalu mengikuti majikannya"

Hikari masih menundukan kepalanya berharap Andhera masih bisa berubah pikiran. "Kejam sekali ...! Padahal jika kau sudah menyepakati sesuatu dengan seseorang, sama saja kau sudah berjanji dengan orang tersebut, dan jika kau mengingkarinya sama saja kau menghianati kepercayaan orang itu! Kepercayaan adalah faktor utama keberhasilan seseorang ... Setidaknya itu menurutku" 

Andhera terkejut mendengar perkataan Hikari itu Lagi-lagi, Andhera merasa seperti sudah pernah mendengar ucapan yang telah diucapkan Hikari. Andhera Tiba-tiba saja ia tertegun melihat Hikari. 

mendengar ucapan Hikari tadi, Andhera menjadi berubah pikirannya. "Baiklah aku akan ikut, kapan kita kesana?"

Hikari yang mendengar itu dari Andhera, langsung mengangkat kepalanya dan mengelap air matanya. "Benarkah? Kalau begitu besok, kita akan pergi besok pagi saja ... Sekarang kau harus benar-benar menepatinya ya!" ujar Hikari sembari mengelap air matanya. 

Lihat dia ... Mengapa dia bisa menangis hanya karena aku menolak ajakannya? Apa itu hanya pura-pura seperti di atap sekolah ...? Tidak, ini berbeda! Dia terlihat sungguhan menangis! gumam Andhera dalam hati

Tiba-tiba saja Hikari tersenyum pada Andhera, ia berdiri dan mengatakan, "Baiklah, sampai jumpa besok!"

Hikari berjalan meninggalkan Andhera dan menghampiri beberapa orang di pintu keluar Perpustakaan.

Orang-orang yang dihampiri oleh Hikari adalah pengawasnya, mereka adalah orang yang sama dengan orang yang mengawasi Andhera dan Hikari di hari sebelumnya. 

"Bahkan dia tetap diawasi di perpustakaan umum? Sebegitu menginginkannya kah ayahnya untuk memastikan anaknya mempunyai pasangan?" Andhera kembali melanjutkan membaca bukunya setelah Hikari pergi. 

"Ternyata dia memang benar-benar aneh, sebenarnya apa yang membuatnya menangis?" gumam Andhera.

Saat waktu sudah sore, Andhera bergegas kembali pulang. Dalam perjalanan pulang, Andhera melihat Hikari sedang bersama beberapa pengawasnya di sebuah taman. 

Sepertinya mereka sedang berselisih akan sesuatu. Karena bisa dilihat dari Hikari yang terkesan seperti  sedang memarahi pengawasnya yang sedang membawa sebuah kantung plastik di tangannya.

Andhera hanya melihat hal itu dan begumam, "Apa yang dia lakukan disini dengan pengawasnya? Sepertinya dia sedang memarahi pengawasnya akan sesuatu"

Andhera tidak terlalu peduli dengan apa yang ia lihat. pada akhirnya, Andhera hanya melewati taman itu.

"Yah, mungkin dia tidak mau selalu di awasi seperti itu … Lebih baik aku pulang saja" ucap Andhera.

Setelah Andhera sampai kerumah, seseorang memanggilnya dari belakangnya. "Tuan Andhera sudah pulang"

Andhera menoleh kebelakangnya, "Owh ... Pak Boby, ya aku baru saja pulang"

yang memanggil Andhera adalah supir di kediaman keluarga hanson, Pak Boby. Ia telah bekerja cukup lama pada keluarga Hanson.

"Mengapa tuan tidak meminta saya menghantar tuan jika ingin pergi?" tanya pak Sadeli

"Tidak apa-apa, aku hanya ingin berjalan kaki. Lagi pula perpustakaan tidak jauh dari sini" ujar Andhera sambil memasuki rumah dan membuka gerbang pagarnya.

"Benar …! Tuan Andhera, mau makan apa? Saya akan membelikannya di luar, karena Agnes sedang pulang ke rumahnya, besok baru ia akan kembali," ujar pak Boby

Andhera menolak untuk dibelikan makanan di luar, "tidak perlu pak. Aku akan memasak sendiri, aku hanya sedang ingin saja." Andhera pergi dan masuk kedalam rumah.

Setelah Andhera masuk, Pak Boby masih terdiam untuk beberapa saat. "dia benar-benar anak yang baik, aku sangat bersyukur bisa bekerja disini! Keluarga ini semuanya adalah orang yang sangat baik, tapi aku tidak mengerti, mengapa aku tidak pernah melihat tuan Andhera tertawa?" ucap Pak Boby

Andhera mulai memasak setelah ia selesai mandi, Andhera berencana untuk memasak nasi goreng. Nasi goreng adalah makanan kesukaan kedua Andhera, setelah keju.

memotong sayuran dan daging ayam lalu ia mulai memasaknya. Andhera juga tidak lupa memasukan cornet dalam nasi gorengnya, dan yang paling penting baginya adalah membuat telurnya dipisah, tidak dicampur. 

Nasi goreng telah matang, Andhera membutuhkan 19 menit untuk membuatnya. Tanpa ia sadari, ia telah memasak terlalu banyak untuk porsi miliknya.

Menyadari masakannya yang terlalu banyak, Andhera lekas memanggil Pak Boby untuk makan bersamanya. Tentu saja pada awalnya pak Boby menolak ajakan Andhera tersebut, tetapi melihat masakan Andhera yang cukup banyak membuat pak Boby tak sungkan menerima ajakan Andhera. 

"Mungkin ini tidak terlalu enak," ujar Andhera sembari menyuapi dirinya sendiri. 

"Tidak, Tentu saja ini sangat enak! Saya sangat berterima kasih tuan Andhera," tutur pak Boby

"Besok aku akan pergi, aku akan pergi ke rumah teman dan mungkin aku akan pulang sedikit lebih malam. Maaf merepotkan, besok Pak Boby bisa saya minta tolong jaga rumah?" tutur Andhera

Andhera tidak mau memberi tahu Pak Boby jika ia akan pergi bersama Hikari, ia takut jika Pak Boby bisa saja tidak sengaja memberi tahu Karel.

Pak Boby hanya tertegun menatap Andhera setelah mendengar itu, "syukurlah ... Kukira tuan Andhera tidak mempunyai teman selain tuan Karel di sekolahnya" gumam Pak Boby dalam hati

"Tentu saja tidak apa-apa, baguslah jika tuan Andhera pergi bersama temannya." Pak Boby tersenyum pada Andhera

Ditengah obrolan mereka, Andhera melarang pak Boby memberitahu siapapun tidak terkecuali agnes, jika dirinya akan pergi besok. Dan tentu saja Pak Boby menyetujui tidak akan memberitahu siapapun termasuk Karel. 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!