NovelToon NovelToon

Ketulusan Cinta

Prolog

Naira Stella Humairah

Dia merupakan wanita yang memiliki sifat baik dan ceria. Dia tinggal bersama kedua orang tua nya yang merupakan pemilik Pondok Pesantren Al - Kausar sehingga Pesantren tersebut dikenal banyak kalangan masyarakat, khususnya di Kalimantan Tengah.

Semenjak dia mulai menuntut ilmu di sekolah SMA Darul Islam, dia semakin bebas melakukan keinginannya tanpa adanya aturan dari kedua orang tua nya.

Hingga kebebasan nya diganggu oleh orang yang sama, tanpa diundang dengan membawa status yang berbeda, hingga membuatnya kaget akan kenyataan yang pria itu katakan. Akankah dia mau menerima kenyataan mengenai status tersebut, Bagaimana dengan kebebasan yang dia harapkan, bagaimana dia akan menjalani hidup dengan rasa sakit yang tak beralasan, dan akan kah pria itu bisa mengembalikan dirinya seperti yang dahulu.

Muhammad Umar Al Fatah

Segala apa yang ada padanya telah melengkapi dirinya dengan Ilmu, pesona yang tampan, kekayaan, dan keturunan asing yang melekat pada dirinya yaitu ras Arab. Akan tetapi hanya satu yang belum dia selesaikan, yaitu janjinya yang terjadi pada masa lalu. Dia telah membuat sebuah janji dengan seorang wanita bahwa dia akan menemuinya, tetapi dia dihadapkan dengan dua pilihan yang begitu penting baginya yaitu, menuntut ilmu di Kairo atau menemui wanita tersebut, hingga dia jatuh pada pilihan pertama, yaitu menuntut ilmu.

Sehingga tanpa dia sadar wanita itu berubah semenjak peristiwa itu terjadi. Hingga hari itu telah tiba baginya, yaitu membawa kembali status yang sebelumnya dia ikrar dalam sebuah janji suci pernikahan tanpa sepengetahuan wanita tersebut. Akankah dia berhasil meyakinkan wanita itu dan mengembalikan apa yang harusnya terjadi pada masa lalu.

Ahmad Yusuf Bintoro

Dia merupakan sosok yang terpandang yang memiliki segalanya, Selain itu orang tuanya merupakan salah satu donatur sekolah dari SMA Darul Islam serta pemilik cabang perusahaan di bidang kuliner di Kalimantan Tengah.

Sehingga dia terkenal di kalangan para guru dan siswa di sekolah, selain kaya raya, dia memiliki pesona yang luar biasa dari keluarganya, yang berasal dari keturunan Inggris. Sehingga para siswi khususnya berlomba-lomba untuk menjadi pacarnya.

Tetapi dia memilih kepada siswi yang sederhana dan memiliki kecantikan begitu alami yang berbeda dari siswi lainnya, yaitu Stella.

Bagaimana kah dia bisa mendekatinya, Akankah dia bisa mendapatkan Stella dan menjadikannya sebagai pacar.

Laila Nur Humairah

Dia merupakan sosok idaman yang diincar banyak laki-laki, tetapi saat itu, dia malah jatuh kepada sosok Umar yang sangat baik kepadanya, sehingga dia mengartikan rasa baik tersebut sebagai rasa cinta Umar kepadanya.

Walaupun dia sudah menjadi sosok teladan sebagaimana sosok Fatimah Az-Zahra dengan menyimpan rasa suka nya. Tetapi di saat itu rasa yang terpendam tak kunjung tersalurkan, hingga ada sosok wanita yang menjadi penghalang baginya untuk mendapatkan Umar.

Sehingga dia berubah menjadi sosok yang jahat tanpa orang ketahui bahwa sosok ini hanya untuk sandiwara saja, Dia akan berusaha untuk mendapatkan apa yang dia mau, dengan cara memperjuangkannya dengan segala cara.

Sekilas cerita dari novel ini.

Suasana senyap di tempat itu, tanpa adanya kehadiran sosok orang-orang yang berada di sekitar daerah tersebut. Tetapi bagi Stella dengan berdiam diri di situ akan membuat hatinya semakin tenang dari rasa sakit yang luar biasa.

Kemudian dia memandang danau dengan tatapan kosong seraya berkata, "Aku tidak bisa hidup seperti ini terus, aku lelah menghadapi ini semua segala macam terjadi begitu juga perasaan yang saat ini mulai tumbuh kembali."

"Mengapa semua orang selalu mengatur hidupku apakah aku hanya robot berjalan saja tanpa memiliki kebebasan, semakin hari aku tidak bisa bebas dari hidupnya aturan," gumam Stella seraya memandang danau di depannya.

"Engkau mengapa justru malah membebani hidupku, aku sebenarnya lelah sumpah, lelah banget. Dan setelah Engkau maupun dia yang tidak ada kabar hingga meninggalkan rasa sakit semua hingga aku yang merasakannya di sini. Mengapa Engkau dan dia tega melakukan hal ini kepadaku yang hanya seorang diri merasakan sakit ini mengapa," jerit Stella hingga mulai mengeluarkan air mata.

"Seandainya Engkau bisa berbaik hati kepadaku sekali saja aku akan membalas semua kebaikan Mu selama sisa hidupku," ucap Stella dengan memandang langit mulai mendung.

Tak lama kemudian datanglah seseorang yang telah menolongnya sebelumnya dan mulai menghampiri Naira kemudian duduk di sampingnya sememtara itu Stella sudah tahu aroma ini yaitu aroma mint yang masuk dari indra penciumannya, sehingga Stella pun tahu siapa orang tersebut.

"Kamu tidak perlu di sini sekarang, kamu bisa pergi ke pesantren tanpa aku." Stella berlalu menuju tepi danau.

"Mengapa kamu berkata demikian, Naira ?" katanya, siapa lagi kalau bukan pria itu dengan berani memegang tangan Stella untuk tidak beranjak dari sana, "mengapa sekarang kamu berubah Naira ?" lanjutnya pria tersebut bertanya kepada Stella.

"Mengapa dia memanggil nama itu terus apakah dia sebenarnya tahu bahwa nama ku dulunya adalah Naira," batin Stella seraya memandang selidik kepada pria yang berada di hadapan nya.

"Kamu sekarang bisa pergi dari hadapan ku," kata Stella dengan nada tegas hingga mata tajamnya penuh sorotan menusuk kepada pria yang sedang memegang tangan nya.

Bukan nya lepas tetapi malah semakin kuat genggaman tangan nya, hingga Stella tidak bisa melepaskan cengkeraman tangan nya dari pria itu.

Stela membentak pria di depan nya sambil berkata, " Lepaskan aku kalau tidak, kamu berani sekali memegang tangan ku kamu juga bukan keluarga ku."

Kemudian pria itu sambil tersenyum, "Terus kalau tidak, kamu mau apa Naira ?"

"Aku akan teriak dan bilang kepada semua orang, kalau Gus mau melecehkan ku, ya aku akan bilang begitu kepada semua orang yang berada di sini," tantang Stella dengan menyeringai kepada pria itu.

"Kamu pasti bakalan takut, kalau aku akan bilang kepada semua orang, secara tampang Gus ini orangnya pemalu yang pernah aku kenal," batin Stella dengan senang.

Tetapi sebaliknya, dia justru tersenyum kepada Naira sambil berkata, "Boleh bilang saja kepada semua orang kalau kamu telah dilecehkan oleh saya, saya akan terima risiko nya."

"G*la kamu, memang benar-benar tidak waras kamu, habis terbentur apa sampai kamu berpikir demikian," dengus Stella melihat pria itu dengan tatapan aneh.

"Kamu mengapa tidak pergi saja dari hidup ku Gus aku mohon padamu, setiap kali kamu selalu ada di saat aku membutuhkan bantuan mu mengapa ?" ucap Stella.

Pria itu menjawab, "Karena semua itu saya lakukan untuk kamu Naira," "dan kamu harus memilih Naira, karena ini demi masa depan kamu," lanjutnya dengan tegas tanpa adanya keraguan.

Dia langsung tertawa meremehkan, "Kalau tidak ?"

Umar mulai mendekat ke arah Naira tanpa adanya jarak di antara mereka dengan berbisik, "Karena kalau tidak bisa mengatur hidup kamu, maka aku akan ikut ambil andil dalam hidup mu."

"Apa kamu bilang !" katanya dengan kaget.

Segini dahulu ya, dari perkenalan para tokoh jangan lupa follow akun @kalam.cerita, dan like, dan bantu penulis dengan vote, sehingga penulis semangat mengembangkan inspirasi nya.

Part 1

Masa lalu, ialah masa yang paling menyenangkan, sekaligus dapat mengingatkan kembali kenangan telah terukir indah pada masa itu.

Tetapi terkadang masa lalu ada kala menyenangkan, ada pula yang menyedihkan untuk dikenang maupun di ungkit kembali.

Sepanjang waktu pasti akan bertemu dengan tanggal dan hari yang sama setiap tahunnya, hingga kita kembali mengingat masa itu.

Disitulah masa lalu dimulai.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

4 tahun yang lalu.

Disebuah taman nang asri dengan penuh warna telatnya berada di pondok pesantren Al Qausar, Kami akan bertemu sehabis asar di sana.

Naira dengan semangat menantikan hari ini, dengan antusia hingga Amel sampai geleng - geleng kepala memperhatikan sahabatnya yang satu ini.

Hingga kamar Stella diketuk oleh seseorang dari luar.

Tok ... tok ... tok

Stella sambil memakai kerudung di depan cermin berkata," Masuk saja, tidak dikunci kok."

Muncullah sosok wanita yang menjadi panutannya sekaligus pendukungnya selama ini. Siapa lagi kalau bukan sosok Ummi Aisyah tercinta yang selalu ada disaat dia membutuhkan teman curhat, maka umilah yang banyak mengetahui isi curhatannya.

Ummi menghampiri Stella sambil berkata, "Masyaa Allah cantik banget kamu nak semakin hari semakin dewasa sekarang, mau ke mana dengan pakaian yang rapi begitu ?"

Naira tersenyum simpul seraya berkata, "Hehe ... umi bisa saja, Naira mau bertemu seseorang, Ummi."

"Wah, kok Ummi tidak di kasih tahu ?" tanya Ummi memperhatikan Naira dari pantulan cermin.

"Rahasia, nanti kalo udah selesai Naira akan kasih tahu umi deh, tetapi untuk sekarang kalo tidak sempat cerita sama Ummi" ucap Stella memandang Ummi Aisyah penuh kasih sayang.

"Ya sudah tidak papa ayo, bersiap itu sudah ditunggu Amel di bawah," ucap Ummi Aisyah tersenyum manis melangkah keluar dari kamar.

"Baik Ummi," jawab Naira.

Setelah memperhatikan penampilan Naira langsung ke luar dari kamar dan turun dari tangga, hingga dia sampai di ruang tamu. Disanalah Amel menunggunya seraya menonton televisi bersama Ummi.

"Umi, Naira pergi dulu Assalamualaikum," pamit Naira dan Amel berlalu pergi dari rumah.

"Wa'alaikumsalam," jawab Ummi Aisyah.

Setelah itu mereka langsung pergi menuju ke tempat dijanjikan. Tetapi sebaliknya bersamaan cuaca kurang mendukung pada saat itu.

Amel pun akan teringat sesuatu sembari berkata kepada Naira, "Naira aku mau ke asrama dahulu, soalnya lupa mengambil baju di jemuran, takut hujan turun."

"Ya sudah, kamu ambil baju kamu di jemuran. Setelah itu, kembali dan temani aku saat dia datang ya" ucap Naira dengan tersenyum kepada sahabatnya.

"Apa tidak papa kalau kamu aku tinggal di sini sendirian ?" tanya Amel khawatir kepada Naira.

"Tidak papa kok Mel ayo, cepat nanti hujan turun tenang saja aku nanti bisa berteduh terlebih dahulu," kata Naira meyakinkan Amel.

"Ya sudah, aku pamit dahulu ya Naira kalo lama kamu langsung pulang ke rumah saja Assalamualaikum," pamit Amel berlalu pergi dari sana.

"Wa'alaikumsalam," jawab Naira sembari memandang Amel yang mulai menjauh.

Tak lama kemudian Naira sampai ke tempat yang dijanjikan, yang berada di taman Pondok Pesantren Al - Kausar.

Sembari menunggu dia mulai membuka ponsel miliknya.

Tak lama pesan berbunyi dari poselnya.

*Muhammad.

"Saya akan kesana."

Seraya tersenyum melihat isi pesan yang baru saja di terima, dan kemudian Naira membalas pesan tersebut.

^^^*Me^^^

^^^"Aku tunggu."^^^

Merasa bahagia seakan hatinya ini berbunga - bunga setelah dia mengirimkan pesan tersebut, apalagi bertemu dengannya langsung.

Kemudian dia menunggu dengan membuka handphone lagi. Tetapi, tidak ada pesan yang masuk.

"Mungkin dia ada urusan dahulu yang belum sempat dia kerjakan" batin Naira dengan yakin bahwa dia akan datang tetapi agak telat dari perjanjian sebelumnya sehingga Naira memaklumi hal itu.

Di susulnya hujan yang menghampirinya dengan deras, tetapi dia tetap menunggu di sana, kalau sewaktu-waktu dia akan datang, tetapi dia tidak berada di sana bisa gawat kan jadi dia akan menunggu dengan duduk di taman dengan hujan yang membasahi seluruh taman termasuk seluruh tubuh nya.

Setelah satu jam telah berlalu dia tetap setia untuk menunggu di taman dengan kondisi yang basah kuyup, karena dia yakin bahwa orang itu akan datang menemuinya.

Waktu menunjukkan pukul setengah lima.

Sudah dua jam lebih dia menunggu di sana, tetapi dia tetap setia menunggu, begitu juga hujannya tak kunjung reda pada saat itu.

Sekarang dia masih tetap bertahan di sana dengan kondisi yang berbeda sebelumnya, tetapi dia tetap yakin bahwa dia akan datang.

Dan sampai akhirnya dia melirik jam yang mulai basah karena hujan, menunjukkan pukul 05.59, dengan kondisi tubuhnya yang tidak stabil, tetap bertahan di sana.

Sesaat waktu menunjukkan pukul 06.30.

Dia tetap duduk di sana, dengan kondisi yang sama seperti sebelumnya, sejak hujan masih tak kunjung reda sampai sekarang. Kondisi yang parah dengan baju sudah basah kuyup, hingga saat terakhir, dia menyerah bersamaan kesadaran yang mulai menipis.

"Mengapa kamu melakukan ini," lirihnya pelan seraya memadang kelangit yang menjatuhkan air hujan ke muka bumi.

Hingga saat itu dia akhirnya jatuh pingsan ditaman dengan kondisi yang tidak bisa dikatakan dengan baik, bersamaan dengan lantunan yang azan mulai berkumandang.

Di sisi lain para santriwati melewati taman Pondok Pesantren dengan berbekal payung untuk menuju ke Masjid.

"Aaahh," teriak para santriwati melihat ada sosok tubuh yang tergeletang di bawah guyuran hujan yang deras.

"Tubuh siapa yang tergeletak di sana itu ?" tanya mereka dengan rasa takut bersamaan dengan rasa penasaran.

"Kamu lapor ke tempat Kiai dan Nyai ya, kalau bisa segera," desak santriwati itu kepada temannya.

"Na'am. Ana pergi dahulu," pamit santriwati bergegas untuk ke tempat yang di maksud.

"Dan kamu lapor kepada para pengurus minta tolong sama mereka ya," kata salah satu santriwati kepada teman nya.

"Baik, ana pamit juga," kata salah satu santriwati yang juga pamit dari sana tinggal beberapa orang dari mereka sisanya yang berada di sana.

"Kita dekati dahulu siapa tau dia orang pondok ini," katanya.

Kemudian mereka mendekati ke sosok tubuh yang tergeletak di bawah derasnya hujan, ketika salah satu dari mereka membalikkan tubuh tersebut, mereka kaget dengan kenyataan yang terjadi.

"Neng Naira," ucap santiwati terkejut, mereka langsung mengerobol tubuh Naira.

"Bagaimana ini bisa terjadi pada Neng Naira, Ya Allah," sahut mereka seraya memegang tubuh yang mulai dingin akibat lamanya di bawah hujan.

"Kita mesti bagaimana ?" tanya santriwati memandang kepada yang lainnya.

"Eh itu ada akhi di sana, semoga mereka bisa membantu kita," ucap salah satu dari mereka.

"Akhi tolong kemari sebentar ...," panggil mereka kepada para santri putra yang kebetulan sedang melintas dari sana.

"Afwan Ukhti, ada ap-" terpotong karena desakan mereka.

"Jangan basa basi dahulu, ini keadaan darurat kalian bisa bantu angkat Neng Naira dia tidak sadarkan diri" sahut mereka mulai khawatir.

Salah satu dari santri putra pun menjawab, " Bisa, tetapi kami ambil tandu dahulu tidak akan lama, ayo cepat."

Kemudian mereka datang dengan membawa tandu, setelah itu dibawa ke rumah orang tuanya.

Sehingga dalam perjalanan mereka bertemu dengan Ummi Aisyah, Amel, dan santriwati tadi yang menghampiri mereka.

Ummi Aisyah terkejut dengan apa yang beliau lihat sembari berkata, "Ya Allah, nak mengapa kamu jadi seperti ini, ayo cepat bawa Naira kedalam rumah."

"Naira mengapa kamu tetap keras kepala, sekarang kamu menjadi seperti ini, afwan Ummi kalau Amel tidak bisa menjaga Naira dengan baik," sesal Amel karena tidak bisa menjaga sahabatnya dengan baik.

"Bukan salah kamu nak ini sudah jalan Nya, lebih baik kita fokus kepada kesembuhan Naira ya," ucap Ummi Aisyah sembari tetap tersenyum walaupun berat dan harus tabah menghadapai cobaan ini.

Setelah itu mereka langsung membawa tubuh Naira ke dalam kamar tinggal lah Ummi Aisyah didalam sana untuk bersiap menggantikan baju Naira.

"Terima Kasih banyak atas bantuan dari kalian semua ana mewakili Nyai Aisyah memohon kepada kalian untuk tidak menyebarkan kabar seperti ini," ucap Amel dengan memohon di hadapan santri maupun santriwati yang membantu.

"Na'am Ukhti Amel," jawab santri dan santriwati yang terlibat.

"Ya sudah, kalian bisa pergi dan langsung salat masboq Magrib ya," ucap Amel kepada mereka semua. Sehingga tinggal lah Amel seorang diri, setelah itu dia langsung membantu Ummi Aisyah di kamar Naira.

Tak lama kemudian kiai Ali atau Abi dari Naira datang sehabis Magrib dan membawa Dokter keluarganya ke dalam rumah.

Hingga sampai lah mereka di dalam kamar Naira dan masuk kedalam. Melihat kondisi Naira yang sudah berganti pakaian tetapi masih tak sadarkan diri Dokter langsung memeriksa keadaan Naira.

"Dokter tolong periksa Naira ya dok" ucap Ummi Aisyah yang mencoba menahan air mata kesedihannya sembari awal.

"Baik Ummi, tenang saja saya akan mulai memeriksa Naira" ucap Dokter Ana kepada Ummi Aisyah.

Setelah di periksa.

"Bagaimana kondisi Naira Dokter Ana ?" tanya Abi Fazri

"Kondisi Naira saat ini sangat lemah akibat terlalu lama di bawah guruyan hujan dan tidak sadarkan diri selama beberapa hari jadi, kita bawa ke rumah sakit untuk tindakan lebih lanjut untuk memulihkan daya tahannya" jelas Dokter Ana.

"Jadi, dia harus nginap di rumah sakit selama beberapa hari dok ?" tanya Ali lanjut kepada Dokter Ana.

"Iya Abi, supaya proses untuk mengembalikan kesadaran Naira agar cepat pulih, karena ini demi keselamatan Naira, Abi. Karena jika tidak, dia akan kehilangan denyut nadinya tanpa itu kesadaran Naira akan menurun, hingga bisa berakibat fatal bisa jadi dia akan meninggal," jelas Ana kepada mereka semua.

Ummi Aisyah dan Amel pun terkejut mengetahui hal tersebut. Sehingga hampir saja Ummi Aisyah akan pingsan jika Ali dan Amel tidak membantunya.

"Ya Allah, mengapa mesti seperti ini," lirih Ummi dengan berderai air mata.

"Sabar ya Ummi ini adalah cobaan untuk kita semua," ucap Amel menenangkan Ummi Aisyah di saat kondisi seperti sekarang.

Sedangkan abi diam tanpa sepatah katapun.

"Ya sudah Ummi, abi, dan juga Amel saya pamit dahulu Assalamualaikum" pamit Dokter Ana keluar bersamaan diantar oleh Amel.

Kemudian mereka bersiap-siap membawa Naira ke rumah sakit. Setelah beberapa hari kemudian akhirnya Naira dengan izin Allah, Alhamdulillah dia sadar kembali.

Semua orang bersyukur akan kabar tersebut, sehingga Dokter mengizinkan Naira pulang ke rumah.

Akhirnya Naira sampai di rumahnya, tetapi sekarang dia lebih banyak diam dari pada di hari-hari sebelumnya, dan orang akan berpikir bahwa mungkin dia butuh istirahat yang cukup untuk masa pemulihan.

Tetapi didalam hatinya dia merasa sakit yang tidak pernah dia alami sebelumnya, namun perasaan itu pun tidak bisa dia keluarkan sehingga Naira hanaya bisa berdiam tanpa mengungkapkan semua perasaan di dalam hatinya.

Mengapa ? mengapa kamu tega melakukan hal ini kepadaku. Apa salah ku hingga kau tak pernah sekalipun datang untuk menemuiku apalagi menjengukku, Sekarang kau pergi meninggalkan bekas yang menyakitkan, hingga bekas itu yang akan tumbuh menjadi kebencian. Aku membencimu disisa hidupku.

Selamat membaca, jangan lupa follow akun @kalam.cerita, like, dan bantu penulis dengan vote, sehingga penulis semangat mengembangkan inspirasinya.

Part 2

4 Tahun kemudian.

Setelah mengalami masa yang sulit Naira mulai bangkit dari keterpurukan yang terjadi padanya.

Padahal di hari sebelumnya dia melakukan rutinitas biasa sebagai santriwati setelah yang terjadi dia mengalami perubahan seperti termenung atau mengurung diri di dalam kamar, jarang aktif dalam kegiatan, dan bahkan pernah tidak keluar kamar selama beberapa hari.

Terkadang abi bisa memberikan nasihat dan pencerahan kepadanya, tetapi hasilnya tetap sama, hingga suatu hal yang pertama kali terjadi dalam hidupnya ketika abi memarahinya atas sikap dan perbuatan Naira yang tidak bisa menjadi contoh teladan seorang Neng.

Ummi tidak bisa melakukan apa-apa saat itu, melihat kondisi anaknya yang berada di dalam kamar setiap harinya, dengan tatapan kosong tanpa adanya harapan membuat hati seorang ibu sakit melihat keadaan anak semata wayang. Beliau ingin membantu tetapi, sudah berbagai cara yang sudah dilakukannya agar anaknya kembali sedia kala. Hanya harapan dari keajaiban untuk anak semata wayangnya.

Saatnya bangkit dari masa lalu yang kelam, batin Naira mantap.

Akhirnya dia memutuskan jalan yang dia ambil di dalam kehidupannya dengan mengawali semua dari awal seperti halnya seorang bayi yang baru di lahirkan ke dunia.

Pagi yang sama dengan suasana yang sejuk nan menenangkan jiwa di kala sibuk dalam dunia harapan sebaliknya menjadi awal memulai hari yang baru.

"Assalamualaikum Ummi," sapa Naira yang masuk ke dapur memeprsiapkan sarapan pagi.

"Wa'alai-kum-salam," ucap Ummi Aisyah dengan terputus -putus sontak kaget dan hampir menjatuhkan spatula setelah melihat Naira keluar dari kamar dengan tampang yang ceria.

"Neng, kamu tidak papa kan sekarang ?" tanya Ummi Aisyah melihat Naira dengan kondisi yang sangat khawatir.

"Iya, Neng tidak papa kok sekarang," ucap Naira kepada Ummi Aisyah menyungging senyuman kepada Ummi Aisyah.

"Beneran ?" tanya Ummi Aisyah yang terlihat ragu dengan keadaan abak semata wayangnya.

"Iya, Ummi. Ya sudah sini Neng bantu Ummi masak," ucap Naira seraya mulai dengan memotong sayuran dan membantu yang lainnya di dapur.

"Padahal kan kamu masih tidak enak badan, nak," ucap Ummi Aisyah merasa tidak percaya dengan apa yang beliau lihat saat ini.

"Neng udah sehat kok, coba pegang dahi, Neng" ucap Naira kepada Ummi Aisyah sembari mengambil tangan Ummi Aisyah di letakkan pada dahinya.

"Tetapi jangan memaksakan diri nak," sahut Ummi Aisyah yang terlihat jelas guratan kecemasan di wajah cantiknya.

"Iya Ummi," kata Naira dengan yakin kepada Ummi Aisyah.

Setelah beberapa menit, akhirnya makanan sudah matang dan siap di sajikan oleh Ummi Aisyah Naira pamit ke kamar untuk membersihkan diri. Ummi Aisyah menganguk tersenyum dan bersyukur dengan perubahan anaknya sekarang, Naira menaiki tangga dan masuk ke dalam kamarnya, tanpa sengaja dia melewati cermin yang berada di kamarnya.

Naira pun terdiam sembari memandang dirinya dari pantulan cermin berkata dengan lirih, "Sekarang aku bukan Naira yang kamu kenal, melainkan yang kamu lihat saat ini adalah Stella, dan akan selamanya seperti itu."

****************

Malam hari kemudian setelah menikmati makanan seperti biasa keluarga dari Kiai Fazri beserta anak dan istri berkumpul di ruang tamu sembari menonton televisi sehingga menjadi kebiasaan mereka dengan menambah kebersamaan dalam keluarga.

Naira memulai pembicaraaan dalam kesunyiaan dalam menikmati kebersamaan mereka, Naira mulai bertanya kepada kedua orang tuanya, "Ummi ..., Abi boleh Neng meminta sesuatu ?"

"Kamu mau minta apa, Neng ?" sahut Abi Fazri yang menanggapi permintaan dari anaknya.

"Jadi, sekarang Neng sudah lulus sanawiah dari Pondok Pesantren ini bi, sekarang apa boleh Neng memilih sekolah yang Neng inginkan ?" tanya Naira sembari memandang orang tuanya bergantian.

"Bagaimana, bi ?" tanya Ummi Aisyah kepada suaminya.

"Kamu mau sekolah di mana, Neng ?" tanya Abi memperhatikan Naira, yang merupakan anak semata wayangnya.

"Neng mau sekolah di SMA Darul Islam bi," jawab Naira kemudian melihat Abi sedang berpikir untuk mengambil permintaan Naira, sedangkan Ummi Aisyah memberikan kode sebagai tanda persetujuan darinya.

Ummi Aisyah memperhatikan Naira sembari berkata, "Ummi setuju saja, selama kamu masih bisa mandiri tidak masalah bagi umi benar'kan Abi ?"

Abi menghembuskan nafasnya perlahan dan menatap Naira dan istrinya secara bergantian, "Baiklah, jika ini keputusan kamu maka Abi akan menyetujuinya."

"Tetapi ada syaratnya ?" lanjut Abi sehingga baik Naira maupun Ummi Aisyah sontak berbahagia tetapi tertunda. Sehingga Abi Fazri melihat kedua orang di cintainya dengan rasa gemas.

"Baiklah, Abi. Apa syaratnya ?" tanya Naira kepada Abi dengan serius sekaligus tidak sabar.

"Pertama, selama kamu di luar dari Pondok Pesantren, kamu hanya akan Abi beri uang saku untuk naik angkot dan jajan. Kedua, selama di luar Pondok Pesantren, kamu harus pulang tepat waktu, dan ...."

"Dan ?" sahut Naira menunggu kelanjutannya.

"Dan terakhir, kamu harus mengajar santriwati, setiap pulang sekolah, bagaimana ?" tanya Abi seraya menunggu persetujuan dari Naira.

Tanpa banyak bicara, Naira menyetujui kesepakatan yang telah dia dan Abinya buat.

"Baiklah, sudah larut malam, bersiap lah Neng mulai besok kamu bisa langsung ke sekolah yang kamu inginkan," ucap Abi berlalu dari ruang tamu.

"Alhamdulillah, nak. Ummi senang mendengarnya, sekarang kamu siapkan kebutuhan untuk besok ya" ucap Ummi Aisyah mengelus kepala anaknya dengan penuh kasih sayang.

"Ummi akan menyusul Abi ke kamar, istirahat ya, nak."

"Baik, Ummi. Terima kasih banyak Ummi sudah membantu Neng selama ini, Neng sayang Ummi," ucap Naira tersenyum senang kemudian memeluk Ummi Aisyah dengan sayang.

"Iya Nak. Sama - sama," balas Ummi Aisyah memeluk anak kesayangannya.

Kemudian Naira masuk ke kamar untuk mempersiapkan kebutuhan besok, setelah selesai dia pun bersiap untuk tidur.

Tetapi dia membuka ponsel dan melihat pesan yang dia kirim kepadanya seraya memandang pesan terakhir yang dia kirim sebelum kejadian itu terjadi.

@Muhammad.

"Saya akan kesana."

^^^@Me.^^^

^^^"Aku tunggu."^^^

^^^@Me^^^

^^^"Kamu di mana ?"^^^

^^^@Me.^^^

^^^"Mengapa kamu tidak memberi kabar ?"^^^

Seraya memandang layar ponsel Naira pun menyindir dirinya sendiri, "Sekarang kamu tidak memiliki hubungan lagi denganku, cukup rasa yang kamu beri mulai berubah menjadi busuk dengan penuh kebencian, saat ini Naira yang kamu anggap itu sudah mati dalam kenangan."

"Kamu tega sekali sama," lanjut Naira membatin

Tubuh Naira mulai bergetar, dia menutupi dirinya dengan selimut, hingga dia sembari menangis tanpa suara di dalam kamar hingga terlelap.

Keesokan harinya Naira pun bersiap dengan seragam dan tasnya, "Semoga hari ini menjadi awal baru untuk memulai semuanya dari awal," ucap Naira kepada dirinya sendiri. Dia langsung turun dan berpamitan kepada orang tuanya.

"Ummi ... Abi Neng berangkat dulu, Assamualaikum," pamit Naira kepada Ummi Aisyah dan Abi Ali.

"Wa'alaikumsalam hati-hati Neng," sahut Ummi Aisyah mengingatkan kembali kepada Naira, sedangkan Abi Ali tersenyum dan menyentuh tangan Ummi Aisyah, "Dia sekarang sudah besar ya Ummi," Abi Ali memadang Ummi Aisyah dengan senyuman yang manis.

"Abi benar ..., sekarang Naira kita sudah tumbuh dewasa," sahut Ummi Aisyah sembari membalas genggaman tangan Abi Ali dengan tersimpu malu.

Kemudian Naira langsung mencari angkotan umum yang dapat dia naikinya sesuadah mendapati angkotan umum, Naira melihat tempat yang dia tinggali dengan tersenyum lirih, "Selamat tinggal kenangan lama, dan selamat datang awal baru yang menyenangkan, gue tunggu kebebasan ini."

****************

Pada akhirnya dia sampai pada tempat yang tuju untuk memulai awal yang baru, dia akan memulai dengan menjadi seorang siswi dari sekolah dari SMA Darul Islam mulai sekarang bersamaan dengan mengganti nama menjadi Stella.

Sesaat melangkahkan kaki ke dalam area sekolah, Muncul seseorang yang baru saja lewat dengan mengendarai motor merek Ninja sehingga tanpa sengaja mencipratkan air tepat mengarah ke Naira.

Tanpa sepengetahuan orang tersebut pergi begitu saja memasuki area sekolah, "Hey ... kamu yang bawa motor Ninja" teriak Stella kepada pengendara yang tidak tahu malu.

Tiba - tiba orang yang mengendari motor Ninja berhenti setelah mendengar teriakannya. Stella diam ditempat dan menunggu dengan memasang wajah marah, orang yang mengendari motor Ninja tersebut turun dari motornya dan mendekat ke arah Stella, seraya dia membuka helm yang menampakkan wajah nan rupawan.

Sesaat Stella terpana melihat orang yang berada di depannya, tetapi egonya lebih besar dari pada rasa kagum kepada sosok bagaikan Dewa Yunani.

Stella langsung menghardiknya, "Dasar tidak punya sopan santun, harusnya kamu itu minta maaf, lihat baju saya sekarang kotor gara-gara motor kamu," kata Naira meluapkan rasa kesalnya kepada pemilik motor tersebut.

Orang itu justru memandanginya tanpa berkedip melihat Stella lebih tepatnya wajahnya tanpa polesan make up yang menampilkan kesan natural dan manis dalam pandangan orang tersebut.

"Eh ... kamu dengar tidak apa yang saya katakan ?" kata Stella yang memperhatikan orang yang tidak tahu sopan santun.

Sebaliknya dia malah tersenyum dan mengulurkan tangan kanannya kepada Stella semhari berkata, "Hey ... kenalin namaku Yusuf Ahmad Bintoro, panggil saja aku dengan nama Yusuf, nama kamu ?" tanya dia kepada Naira dengan senyuman yang mengoda.

Sedangkan Stella bengong dengan apa yang orang itu katakan kepadanya hanya berkata, "Aneh," dengan tampang juteknya sembari mengalihkan padangan dari hadapan orang yang tidak dia kenal.

"Kamu tidak usah mencari perhatian ke saya, saya tidak butuh tampang kamu yang murahan, dan saya cuma butuh maaf dari kamu yang tidak tau sopan santun," menekan setiap kalimat yang dia ucapkan.

Sedangkan orang tersebut tersenyum, "Baiklah, Aku minta maaf atas kejadian barusan yang aku buat ke kamu, dan sebagai biaya ganti ruginya karena membuat baju kamu kotor, ini uang buat kamu," dia mulai mengeluarkan uang dari dompet kemudian menyerahkan uang tersebut kepada Stella, tetapi sebaliknya Stella malah berlalu di hadapannya tanpa menerima sepersen pun uang darinya.

Bukannya marah justru dia tersenyum menunduk seraya mengangkat kepala kearah Stella sembari memandang wanita yang pergi berlalu dari hadapannya.

"Menarik," batinnya tersenyum.

Selamat membaca, jangan lupa follow akun @kalam.cerita, like, dan bantu penulis dengan vote, sehingga penulis semangat mengembangkan inspirasinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!