Hampir setiap kali pulang kerumah, Arkana selalu memergoki bundanya yang tengah murung seorang diri dibalkon kamarnya. Arkana tahu betul apa yang ada dalam fikiran sang bunda saat itu. Bisa dibilang sejak 15 tahun yang lalu wajah murung dan sendu itu kerap kali menghiasi wajah sang bunda. Tepatnya setelah kepergian sang putri Alifa. Sejak saat itu Arkana tak pernah lagi melihat senyum lebar diwajah bundanya. Meski sang bunda sudah berusaha
sebisa mungkin menutupi perasaanya dari semua orang. Namun Arkana tetap saja bisa melihat secara gamblang raut kesedihan itu.
Fikiran Arkana melayang menyentuh ingatan 15 tahun yang lalu. Hari dimana kesedihan datang menghampiri mereka. Masih jelas diingatan Arkana, bagaimana tangisnya pecah saat melihat adiknya dibawa menjauh darinya. Sekuat apapun dia menangis, dia tak mampu menahan sang adik untuk tetap bersama mereka. Dia juga masih bisa merasakan hangatnya genggaman sang adik yang enggan untuk dilepaskannya. Seketika rindu menghampiri hatinya. Rindu pada sosok kecil yang dulu selalu mengisi hari-hari mereka. Entah dimana dan bagaimana Alifa sekarang. Arkana bahkan tidak tahu keberadaannya.
Seketika seruan sang adik Zafiya memecahkan lamunannya. Begitu hebohnya Fiya menggedor pintu kamar Arkana. Tak lupa suara cemprengnya yang terus memanggil namanya tanpa henti. Hal itu benar-benar membuat Arkana terganggu. Adiknya itu memang selalu punya cara untuk mengganggu dan membuatnya kesal.
Ceklek…. Arkana membuka pintu dan memasang wajah kesalnya. Sementara Zafiya hanya tersenyum kuda memamerkan deretan gigi putihnya. Tanpa meminta persetujuan, Fiya melenggang masuk ke dalam kamar sang kakak. Saat ini dia sudah duduk cantik ditepi ranjang. Arkana menghempaskan nafas kasar, lalu menghampiri adiknya. Memang terkadang adiknya yang masih berusia 14 tahun itu sering kali bersikap menyebalkan.
“Ada apa sih Fiya? Berisik sekali dari tadi.” Gerutu Arkana berdiri didepan Zafiya.
“Tidak apa-apa Kak, Fiya hanya rindu saja pada kak Arka.” Jawab Zafiya tersenyum.
“Biasanya juga setiap dua bulan sekali kakak pulang.” Ucap Arkana duduk disamping adiknya sembari mengusap lembut kepala sang adik.
“Apa kakak akan kembali lagi ke pesantren Abi ? Kakak sudah lulus kan?” tanya Zafiya menundukkan kepalanya. Sepertinya dia sedang menyembunyikan kesedihannya. Arkana menarik nafas dalam. Inilah kelemahannya, dia tak pernah tega melihat bunda dan adiknya bersedih. Apalagi sampai ada air mata yang mengalir.
“Kakak memang sudah lulus Fiya. Tapi kakak masih harus kembali ke pesantren untuk malam kelulusan dan perpisahan.” Arkana mencoba memberikan pengertian pada Zafiya penuh kelembutan.
“Setelah itu apa kakak akan tinggal dirumah?” tanyanya lagi menatap Arkana.
“Kau masih ingat dengan rencana kita kan? Kakak masih harus pergi untuk mencapai tujuan kita.” Arkana kembali memberi pengertian.
“Rencana mencari kak Alifa?” sahut cepat Zafiya. Kali ini tatapannya meredup, sepertinya kesedihan hatinya semakin dalam.
“Iya, kita sudah sejak lama merencanakan ini bukan? Demi bunda, demi bisa melihat lagi senyum bahagia bunda.” Arkana mengingatkan kembali tujuan mereka. Zafiya menundukkan kepalanya lagi.
Sepetinya jawaban Arkana semakin membuat Zafiya bersedih. Arkana sedikit bingung, dia tidak tahu kenapa Zafiya bersikap seperti ini. Bukankah dia juga ikut andil dalam mengambil keputusan ini? Lalu kenapa kali ini dia terlihat begitu sedih saat membahas Alifa.
“Apakah setelah kak Alifa kembali, kasih sayang kakak dan bunda pada Fiya akan berkurang? Apakah bunda dan kakak sangat menyayangi kak Alifa melebihi Fiya?” suara Zafiya bergetar. Sekarang Arkana tahu alasan kesedihan adiknya itu. Selama ini Arkana tak pernah tahu jika Zafiya merasa kehadiran Alifa akan mengancam posisi dan kasih sayang keluarga.
“Kenapa kau berfikir seperti itu Fiya. Kau atau pun Alifa, kami sama-sama menyayangi kalian dan kasih sayang kakak dan bunda tidak akan pernah berkurang untukmu. Kau akan tetap menjadi adik kesayangan kakak yang cerewet dan manja.” Arkana memeluk Zafiya. Dia mencoba mengusir semua fikiran buruk yang ada dalam kepala adiknya itu.
“Benarkah, kakak tidak berbohong pada Fiya kan?” tanya Zafiya mendongak menatap wajah Arkana.
“Tentu saja, sudah jangan berfikir yang macam-macam. Bagaimana kalau kakak ajak kau jalan-jalan. Kau boleh beli dan minta apapun yang kau inginkan.” Bujuk Arkana mencoba mengembalikan senyum Zafiya.
“Sungguh? Apapun yang Fiya inginkan. Meski pun Fiya akan menghabiskan semua uang kakak?” tanya Fiya nampak serius.
“Sungguh, kau tak perlu cemas jika uang kakak habis kita tinggal minta lagi ke Ayah.” Jawab Arkana dengan santainya.
“Janji ya Kak, tunggu sebentar Fiya akan ganti baju dulu.” Sahut Fiya sumringah. Arkana mengangguk mantap sebelum Zafiya berlalu pergi.
Arkana menatap punggung sang adik, dia tersenyum getir. Dia merasa gagal menjadi seorang kakak. Bagaimana bisa Zafiya sampai mempertanyakan kasih sayangnya. Selama ini Arkana tak pernah bisa melihat hati dan perasaan Zafiya yang sebenarnya. Dia bahkan tak mampu melihat kegelisahan yang dialami adiknya.
“Maafkan kakak Fiya selama ini kakak hanya terobsesi untuk menemukan Alifa. Sampai tanpa sadar kakak melukai hatimu. Maaf karena membuatmu merasa tak mendapatkan kasih sayang yang cukup dari kakak. Maaf karena membuatmu bersedih dan merasa takut kehilangan. Tapi sungguh kakak tak pernah berniat membedakan kau dan Alifa. Kakak sangat menyayangimu dan Alifa. Bahkan kakak tidak akan bisa memilih satu diantara kalian. Selama ini kehadiranmu mampu membuat kami bahagia dan menghidupkan kembali keluarga ini. Kau akan tetap menjadi adikku, sampai kapan pun kau adalah adikku. Adik yang akan selalu kusayang dan kumanja.” Gumam Arkana merasa sangat bersalah atas sikapnya selama ini yang tanpa sadar menyakiti perasaan Zafiya.
Sesuai janjinya, Arkana menuruti semua kemauan adiknya hari ini. Bahkan dia sampai menemani adiknya nonton di bioskop. Meski yang ditonton adalah film animasi keluarga, Arkana bahkan tak protes sedikit pun. Dia tak perduli dengan tatapan orang-orang disekelilingnya. Yang menjadi perhatiaanya hanyalah melihat senyum bahagia Zafiya.
Zafiya terlihat sangat senang hari ini. Dia sangat puas bisa berbelanja dan menonton bioskop bersama kakaknya. Yang paling membuatnya bahagia adalah dia bisa menghabiskan banyak waktu bersama sang kakak. Selama ini dia sering merasa kesepian, dan biasanya hanya bunda yang punya waktu luang untuknya. Sementara ayah Rayhan selalu sibuk bekerja, dan kakaknya tinggal dipesantren jauh darinya.
“Apa kau senang hari ini?” tanya Arkana ketika mereka sudah kembali kerumah.
“Senang, sangat senang. Terimakasih Kak.” Jawab Zafiya mencium pipi Arkana. Arkana terkejut melihat tingkah adiknya. Ternyata adiknya masih bersikap manja dan begitu menggemaskan. Arkana tersenyum senang melihat kebahagiaan Zafiya.
“O iya Kak, saat kak Alifa kembali nanti kakak harus mengajak kami jalan-jalan bersama seperti hari ini. Aku sangat tidak sabar menanti hari itu. Pasti akan sangat menyenangkan.” Lanjut Zafiya sebelum meninggalkan kakaknya.
“Kakak berjanji akan segera membawa pulang Alifa. Tunggulah sebentar lagi Fiya, kau akan bertemu dengan kakak perempuanmu itu.” Gumam Arkana kembali tersenyum senang.
Tanpa mereka sadari sejak tadi ada sepasang mata yang mengamati mereka. Dia adalah Rayhan sang ayah. Rayhan begitu senang melihat kedekatan dan keakraban putra dan putrinya itu. Tidak ada hal yang lebih membahagiakan orang tua selain melihat anak-anaknya akur dan selalu bahagia. Namun senyum Rayhan sedikit luntur saat tanpa sengaja mendengar nama Alifa keluar dari bibir Zafiya. Dia bingung bagaimana mungkin Zafiya tahu soal Alifa. Bahkan Zafiya lahir satu tahun setelah kepergain Alifa. Selama ini juga mereka tak pernah sekalipun menyinggung masalah Alifa didepan Zafiya.
“Apa mungkin aku salah dengar? Atau yang dimaksud Alifa oleh Zafiya adalah temannya bukan Alifa kami. Ya mungkin itu Alifa yang berbeda. Lagi pula bagaimana mungkin Zafiya tahu soal Alifa. Bahkan dia tidak pernah bertemu dan tahu adanya Alifa.” Rayhan mencoba menepis fikirannya. Dia mencoba mencari alasan yang lebih masuk akal menurutnya. Dia tidak ingin lagi mengingat hari yang menyedihkan itu. Hari yang telah membawa separuh kebahagiaannya dan Assyfa pergi.
.
.
Bersambung.......
.
.
.
Hai aku kembali 🤗🤗...... Sesuai janji ya ini Squel dari BIDADARI SURGAKU. Kisah para jagoan kecil, semoga kalian suka ya. Jangan lupa tetap dukung dan beri semangat kalian. Boleh beri saran dan masukan, asalkan gunakan bahasa yang baik dan sopan 😉
.
.
Masukkan daftar Favorit ❤❤ dulu biar selalu dapet notifikasi Updatenya. Sertakan like, vote, komen, serta hadiah usai membaca. Terimakasih readers terkasih... 😍😍😘
Malam ini adalah malam kelulusan Arkana Zayid Al Ghifari dan Maher Abdullah Ar Rasyid. Usia kakak beradik ini yang hanya terpaut 2 bulan, menjadikan mereka teman seangkatan. Setelah malam ini mereka secara resmi melepas seragam putih abu-abunya. Bersiap memulai langkah baru untuk mewujudkan cita.
Maher yang notabene seorang Gus dari pondok pesantren Darul Iman dan putra seorang Kiyai Iqbal Ar Rasyid. Mengharuskan dirinya menimba ilmu dan memperdalam ilmu agama. Kelak dia juga lah yang akan menggantikan Abinya melanjutkan dakwah. Sejak kaecil Maher sudah terbiasa disodorkan dengan pembelajaran akhlak dalam kehidupan sehari-harinya. Bahkan sejak usia 3 tahun Maher sudah menghafal huruf hijaiah dan beberapa surat pendek.
Tak jauh berbeda dengan Maher, Arkana sang adik sepupu pun tak kalah hebatnya. Selain telah menghafal Al-Qur’an sejak kecil. Dia juga mewarisi suara indah bundanya yang adalah seorang Qori. Beberapa kali Arkana juga mengikuti lomba Qiro dan kerap kali menyabet juara satu. Meski memiliki suara yang merdu. Arkana bukan tipe pria yang suka memamerkan suaranya disembarang tempat. Dia tak kan pernah mau jika diminta menyanyi diatas panggung dalam acara besar. Dia merasa lebih nyaman menyalurkan hobi menyanyinya hanya pada acara keluarga saja. Mungkin sifat inilah yang diturunkan ayahnya pada Arkana.
Kedua pria yang memiliki wajah tampan dan segudang talenta itu. Menjadi bulan-bulanan para gadis seusianya bahkan yang jauh dibawahnya. Banyak sekali gadis yang berusaha menarik perhatian mereka. Tak terkecuali para santriwati podok pesantren Abi Maher. Mereka akan selalu mencari alasan agar bisa bertemu dengan kedua pria yang menurut mereka idaman seluruh wanita. Berkat iman yang telah ditanamkan sejak dini. Membuat Maher dan Arkana tak mudah digoyahkan dan digoda. Setiap kali mereka merasa ada yang hendak mendekati. Justru mereka akan segera memasang pembatas. Dengan sikap tegas dan keteguhan prinsip. Mereka berhasil membuat beberapa gadis menyerah dengan sendirinya.
Sejak SD mereka termasuk juga adik dan kakak sepupu mereka bersekolah di pesantren Abi Iqbal. Kekompakan mereka sejak kecil yang tak pernah mau berpisah. Mengharuskan para orang tua mau tidak mau mengizinkan mereka mondok sejak usia 7 tahun. Meski terkadang masih belum rela berpisah dengan anak diusia yang masih sangat kecil. Tetapi keinginan anak tetaplah menjadi prioritas. Apalagi keinginan mereka sangatlah baik. Jadi tidak ada alasan untuk melarang keinginan mereka.
Seperti biasanya dimalam kelulusan, pesantren akan mengadakan acara pelepasan sekaligus do’a bersama. Pihak pesantren juga akan memberikan penghargaan kepada santri-santri yang berprestasi. Baik dalam bidang agama maupun dalam bidang umum. Mereka semua mendapat apresiasi yang sama. Dalam acara ini juga biasanya pesantren akan menampilkan keterampilan para santri dan satriwati.
Pihak pesantren sengaja menampilkan beberapa kelebihan yang dimiliki para santrinya. Seperti saat ini, para santri kecil yang berusia 7-9 tahun. Berjejer diatas panggung dan membacakan hafalan juz 30 nya. Mereka juga memberikan kesempatan para santri yang berprestasi dalam Qiroah untuk menunjukkan kemampuannya. Selain untuk meningkatkan kepercayaan diri dan kepuasan para santri. Pihak pesantren juga menjadikah hal itu sebagai penarik minat masyarakat. Agar mereka tahu apa saja yang sudah didapatkan santri yang belajar di pesantren Darul Iman. Dengan begitu pihak pesantren berharap banyak anak-anak yang tertarik untuk belajar dan memperdalam ilmu agama dipesantren mereka.
Acara usai, banyak para santri yang saling berpelukan. Mereka yang sudah sampai ditahap akhir berpamitan dan menyampaikan pesan-pesan kepada para juniornya. Tak sedikit dari junior mereka yang meneteskan air mata. Memang sangat berat melepaskan kepergian orang yang sangat dekat dekat kita. Apalagi selama mondok mereka hidup dalam satu atap. Setiap hari bertemu dan bersama. Tetapi tugas para senior telah usah dipesantren ini. Setelah ini waktunya bagi mereka melakukan pembuktian diri. Menerapkan segala ilmu yang didapatkan dalam kehidupan bermasyarakat.
“Rencananya kalian mau melanjutkan kemana setelah ini?” Rayhan ayah Arkana menatap putranya. Ya saat ini keluarga besar sedang berkumpul dirumah utama.
"Kami ingin melanjutkan kuliah di kota L yah.” Arkana dan Maher saling bertukar pandangan memberi kode.
“Eh… kenapa tidak melanjutkan ke luar negeri saja. Misalnya ke Kairo, Yaman, Turki atau ke London.” Kali ini Abah atau mbah kung memberi saran.
“Tidak Mbah kung kami lebih suka didalam negeri. Lagi pula pendidikan dikota L juga bagus. Disana juga ada jurusan pendidikan Al-Qur’an dan Hadist.” Sambung Maher memberi alasan.
“Ya sudah terserah kalian saja. Apapun keputusan kalian asalkan itu baik kami pasti akan mendukung.” Sahut Mbah Ti mendukung keputusan mereka.
“Betul itu nak, dimana pun kalian menimba ilmu asalkan dijalankan dengan tekun dan sungguh-sungguh. Hasilnya juga pasti akan bagus dan berhasil.” Sambung Assyfa Bunda Arkana dengan tatapan lembutnya.
“Semua itu kuncinya adalah tekun dan serius. Jangan main-main dalam mencari ilmu. Ilmu itu sumber makanan untuk otak dan hati kita. Kalau kita tidak bisa memberikan asupan makanan yang bergizi untuk keduanya. Lalu bagaimana mereka akan bisa bekerja dengan baik.” Lanjut Laila Ummi Maher ikut memberi nasehat.
“Siap bunda, Ummi kami pasti akan tekun dan bersungguh-sungguh. Agar bisa menjadi kebanggan kalian dan kelak bisa sukses seperti ayah dan Abi.” Jawab Arkana penuh keyakinan. Semua orang tersenyum melihat kedua putra mereka telah tumbuh dengan pribadi yang mandiri. Sedangkan Arkana dan Maher kembali bertukar pandangan dengan senyuman penuh makna.
Ditempat lain, ketika semua anak merayakan pesta kelulusannya dengan gembira. Pagi ini terlihat seorang gadis tengah duduk termenung disalah satu sudut sekolah. Ditemani oleh sahabat setianya Jihan yang tak henti mengomel. Jihan merasa sangat kesal pada ibu dan adik tiri sahabatnya itu. Bisa-bisanya mereka berbuat sesuka hati. Keadaan buruk selalu menimpa sahabatnya itu dan membuatnya merasa iba padanya. Namun dia juga tak bisa melakukan apapun. Dia tidak mungkin melawan keluarga sahabatnya itu.
Farah adalah seorang gadis yang harus rela putus sekolah. Padahal baru satu tahun dia menjadi siswa SMA, dan ditahun ini dia akan naik ke kelas XI. Tetapi apa mau dikata, sang ibu tiri tak sudi membiayai sekolahnya. Dengan alasan uang mereka yang tidak cukup jika harus menyekolahkan dua anak. Sehingga sang ibu pun memilih untuk melanjutkan seolah adik Farah yang merupakan putri kandungnya dan mengorbankan sang anak tiri.
Ingin rasanya Farah melawan dan menolak keinginan sang ibu. Tetapi saat ini dia tidak bisa berbuat banyak. Sang ibu selalu saja mengancamnya dengan keselamatan papa. Papa Farah yang menderita stroke sejak 3 tahun lalu menjadi satu-satunya kekuatan Farah. Sejak jatuh sakit, tak ada yang mengurus perusahaan mereka dengan baik. Sehingga mengakibatkan perusahaan mereka mengalami kebangkrutan. Alasan itulah yang selalu dikatakan ibu untuk menekan Farah. Bahkan ibu pun tak pernah ragu menyuruh Farah untuk bekerja dan mencari uang. Demi mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari.
Kehidupan Farah memang tak semudah kehidupan anak pada umumnya. Sejak kecil dia sering ditindas oleh adik tirinya. Sepanjang hari dia harus melakukan pekerjaan rumah layaknya seorang pembantu. Awalnya papa tak pernah mengetahui hal itu. Ancaman dari ibu dan adik tirinya membuat Farah tidak pernah berani mengatakan semua kebenarannya. Namun ketika papa mulai mengetahui perbuatan semena-mena mereka. Tanpa ada yang tahu alasannya, tiba-tiba saja papa jatuh sakit. Tak lama setelah itu kondisi papa terus memburuk dan bahkan sekarang mengalami stroke. Tak bisa bergerak dan turun dari ranjang. Papa hanya bisa terbaring diatas ranjang.
“Dasar nenek sihir, anak dan ibu sama saja. Sukanya menindas orang lain. Seenaknya saja dia memintamu berhenti sekolah. Sedangkan anaknya yang manja itu disekolahkan di SMA favorit.” Gerutu Jihan dengan kesalnya.
“Sudahlah Jihan mungkin memang ini sudah menjadi jalanku. Aku ikhlas kok, insyaallah ini adalah yang terbaik.” Farah justru menenangkannya dengan penuh ketabahan.
“Aku gak bisa sesabar dan setabah kamu ya Far. Kalau saja ada kesempatan rasanya pengen aku bejek-bejek mereka berdua.” Jihan masih meluapkan kekesalannya.
“Jangan macem-macem deh Han. Kamu enggak ingat apa, sama apa yang terjadi padamu dan keluargamu dulu.” Sahut Farah mengingatkan Jihan.
“Mereka itu memang orang-orang yang kejam.” Sambung Jihan mengingat kejadian kelam itu.
Tepat 4 tahun yang lalu, ketika Farah dan Jihan masih kelas 6 SD. Kala itu Jihan kecil berusaha membantu Farah yang terus ditindas dan dibully oleh Gina sang adik tiri. Bahkan orang tua Jihan pun ikut menegur ibu Farah agar bisa memberi tahu Gina untuk tidak menyakiti Farah disekolah. Bukanya berterimakasih karena diingatkan. Ibu Farah justru marah-marah dan menghina mereka. Bahkan ibu Farah juga sampai merusak sawah dan ladang mereka. Sehingga menyebabkan mereka gagal panen dan mengalami kerugian besar. Sejak saat itu tak ada orang yang berani melawan ibu Farah. Mereka hanya bisa membantu Farah secara diam-diam.
.
.
Bersambung....
.
.
.
Jangan lupa setelah baca biasakan tekan like ya. Beri komen, hadia dan vote juga untuk cerita ini. Tambahkan ke favorit juga teman. Terimakasih untuk kalian semuan.
Setelah acara kelulusan berakhir, para tetua berkumpul dan bercengkrama bersama. Mereka saling berbagi kisah. Terkadang membahas masa lalu yang menjadi sejarah untuk mereka. Membicarakan sejarah memang akan selalu mengasikkan. Kita bisa kembali merasakan menjadi sosok beberapa tahu yang lalu. Meski pada kenyataanya sekarang sudah menjadi sesepuh.
Semua hadir dan berkumpul tanpa terkecuali. Abah dan Ummi, papa Ilham dan mama Ningsih, papa Rusdi dan istri, papa dan mama Rendy dan tak ketinggalan Kiyai Hasyim dan Bu Nyai. Mereka terlhat asik bertukar cerita. Bahkan kesempatan ini mereka gunakan untuk membahas tentang masa depan cucu-cucu mereka. Padahal mereka saja masih sangat muda. Tetapi para sesepuh sudah sangat tidak sabar melihat mereka tumbuh menjadi sosok dewasa.
Tak ingin kalah dengan para sesepuh. Generasi ketiga pun turut berkumpul membuat kelompok tersendiri. Disana ada Afshin putri tertua Rendy dan Annisa, Adnan putra sulung Dito dan Saffana, dan tak ketinggalan Arkana serta Maher. Bukan hanya mereka, bahkan para adik-adik mereka pun ikut nimbrung. Ya mereka bukan satu-satunya generasi ketiga dari masing-masing keluarga. Afshin memiliki seorang adik lelaki. Tak berbeda dengan Afshin, Adnan dan Arkana pun memiliki seorang adik yang berjenis kelamin perempuan. Berbeda dengan mereka, Maher memiliki sepasang adik laki-laki dan perempuan. Jadi keseluruhan dari mereka berjumlah 9 orang. Sungguh keluarga yang sangat besar jika mereka sedang berkumpul seperti saat ini.
Meski umur mereka berbeda-beda tetapi mereka sangatlah kompak. Terbukti kali ini mereka tengah membahas rencana mereka. Rencana yang mungkin sudah disusun sejak mereka kecil. Sebuah misi untuk mengembalikan senyum bunda Assyfa yang telah meredup. Senyum yang hilang bersama dengan perginya sang putri. Ya…. sebenarnya Rayhan dan Assyfa memiliki seorang putri lainnya. Lebih tepatnya saudari sepersusuan Arkana.
Dulu mereka semua sangat menyayangi baby cantik yang mereka beri nama Alifa. Bahkan Arkana kecil pun tak berhenti menangis saat adik kecilnya itu harus dibawa pergi darinya. Arkana sudah memiliki ikatan batin dengan Alifa. Begitupun dengan Rayhan dan Assyfa. Alifa hadir diantara mereka sebelum kelahiran Zafiya adik Arkana. Alifa hadir dengan membawa begitu banyak kebahagiaan untuk mereka. Saat pergi pun dia juga membawa kesedihan untuk semua orang. Terutama Assyfa yang merasa sangat kehilangan sosok Alifa.
Tetapi takdir pertemuan mereka sangatlah singkat. Setelah Assyfa dan Rayhan merawat Alifa selama satu tahun. Ayah kandung Alifa datang menjemputnya. Dia ingin mengambil kembali Alifa. Awalnya Assyfa menolak dan tidak mengizinkan. Tetapi setelah berdiskusi dengan Rayhan akhirnya mereka mengalah. Bagaimana pun juga dia berhak atas Alifa, karena dia adalah ayah biologis Alifa. Dengan berat hati Assyfa dan Rayhan menyerahkan kembali Alifa pada keluarga kandungnya. Dengan syarat jika mereka harus merawat Alifa dan menjaganya dengan baik. Menyayangi dan memberikan kehidupan yang layak. Mereka juga tidak boleh memutus kontak dengan Rayhan dan Assyfa. Kapan pun mereka ingin bertemu Alifa mereka harus mengizinkan.
Ayah kandung Alifa membawanya dan menyetujui segala persyaratannya. Satu tahun pertama semua berjalan sesuai kesepakatan. Mereka masih bisa bertemu dan berkumpul bersama meski hanya seminggu sekali. Tetapi tahun kedua dan tahun-tahun selanjutnya Rayhan dan Assyfa tak bisa lagi bertemu dengan Alifa. Entah kenapa keluarga kandung Alifa membawanya pindah keluar kota. Bahkan mereka juga tak meninggalkan alamat pada Rayhan dan Assyfa. Mulai sejak saat itu Assyfa selalu saja murung dan sedih. Senyumnya tak sehangat dan sebersinar dulu.
“Apa kalian sungguh yakin Alifa ada di kota L?” Afshin masih sedikit ragu akan informasi yang didapatkan mereka.
“Insyaallah kami yakin Kak. Lagi pula menurut tetangga dikediam lama mereka. Sebelum pergi mereka sempat menyebutkan kota itu.” Arkana meyakinkan Afshin.
“Tapi kota L itu sangat luas Kak. Dari mana kalian akan mulai pencarian.” Adnan menimpali sembari membayangkan luasnya kota itu.
“Seluas apa pun kita sudah sepakat dan yakin. Jadi kami akan berusaha mencari Alifa semampu kami. Sementara kami berusaha disana, tugas kalian disini memastikan agar rencana kita tidak bocor. Jangan biarkan ada yang tahu, terlebih bunda Syfa. Selain itu kalian juga harus menjaga para orang tua.” Maher kembali mengingatkan tugas mereka masing-masing.
“Kak Maher dan kak Arkana tenang saja, biar kami para lelaki yang menjaga orang tua.” Sahut Alif adik terkecil Maher seraya menatap Adnan dan Malik adik Afshin.
“Jangan lupakan kami, meski kami perempuan tapi kemampuan kami tak kalah dari kalian. Benar kan Kak Afshin?” sahut Zafiya menatap Afsihn, Nada adik Adnan dan Humaira adik kedua Maher.
“Iya iya kami tahu jika kalian semua hebat. Yang penting kita fokus pada tugas masing-masing. Kak Afshin, Adnan, Alif dan Humaira akan berada dilingkungan pesantren. Mereka akan bertanggung jawab menjaga dan mengkondisikan Abi, Ummi , Mbah Kung dan Mbah Ti. Terutama Mbah Kung, biasanya beliau yang lebih sensitif dari yang lainnya. Sedangkan Zafiya, Nada, dan Malik harus memastikan jika orang tua masing-masing tak curiga.” Maher mulai membagi tugas sesuai porsi dan posisi mereka.
“Masalah Mbah Kung biar Adnan saja yang mengurusnya. Kak Afshin dalam beberapa tahun kedepan masih harus fokus pada pesantren.” Sahut Adnan penuh keyakinan. Maher dan Arkana mengangguk tanda setuju.
“Untuk yang lainnya kami bergantung pada kalian semua.” Lanjut Arkana menatap para adik satu persatu. Mereka semua pun mengangguk dengan serempak.
Memang Afshin yang telah lulus tahun lalu diberikan amanat oleh Abi Iqbal. Dia diminta membantu menjadi pengajar dipesantren dalam bidang panahan. Kemampuan memanah Afshin sudah terasah sejak kecil. Dia memang sudah tertarik dengan olah raga itu sejak pertama kali melihatnya dipesantren. Kegigihan dan ketekunannya membuat dirinya terbilang sudah mahir di usianya saat ini. Jadi untuk saat ini dan beberapa tahun kedepan, Afshin akan berfokus pada pekerjaannya tersebut. Selain bekerja dia juga masih harus kuliah. Sehingga waktunya tidak akan bisa secara penuh berada bersama mereka untuk menjalankan rencana yang sudah sejak lama direncanakan.
Di sudut lain ruangan itu, terlihat Rayhan, Dito, dan Rendy memperhatikan anak-anak mereka. Mereka terlihat sangat serius tengah membahas sesuatu. Bahkan Alif yang paling kecil diantara mereka memasang wajah sangat serius. Seolah mereka tengah membicarakan rahasia besar yang ada diantara mereka.
“Lihatlah entah apa yang dibicarakan mereka.” Rayhan mengomentari pertama kali.
“Benar sangat serisu sekali sepertinya.” Dito menambahkan.
“Mungkin sedang mengadakan konfrensi.” Sahut Rendy dengan gurauannya.
“Konfrensi meja kotak ya Kak. Hehehe……” Dito menimpali sembari terkekeh.
Rayhan menggelengkan kepalanya. “Ada-ada saja kalian ini. Aku jadi penasaran dengan topik pembicaraan mereka.” Rayhan menjadi semakin penasaran.
"Jangan ganggu pembicaraan anak muda Kak. Paling juga mereka sedang membahas masalah Hafalan, pelajaran dan nilai. Bukanya seperti itu pembahasan mereka ketika berkumpul setiap kalinya.” Dito mengurungkan niat Rayhan yang hendak menghampiri mereka.
“Benar itu Ray, memang apa lagi yang bisa mereka bahas. Tidak mungkin mereka membahas masalah pacar. Toh disana ada Zafiya, Malik dan Alif yang masih dibawah umur.” Rendy membenarkan kata-kata Dito.
“Benar juga ya.” sahut Rayhan ikut membenarkan.
“Ayah… mama dan papa sudah mengajak pulang. Ayo ajak Zafiya pulang.” Assyfa, Saffana, dan Annisa menghampiri mereka.
“Iya Dad kita juga harus pulang ini sudah sangat malam.” Sambung Annisa.
“Loh aku kira kita akan menginap disini malam ini?” Rayhan menatap Assyfa menunggu jawaban.
"Para mama dan papa tak ingin menginap. Katanya besok cucu-cucu mereka harus sekolah. Mungkin Maira, Kak Willy, Om dan Tante yang akan menginap dan kembali esok.” Kali ini Saffana yang menjawab.
“Ya sudah kalau maunya begitu. Kita bisa apa, perintah orang tua kan harus dilaksanakan.” Sahut Rendy pasrah.
“Ya sudah ayo siap-siap Pa, panggil anak-anak.” Saffana menatap Dito.
“Siap Ma.” Sahut Dito. Kemudian para lelaki menghampiri anak-anak.
Setelah berpamitan mereka pun pulang secara beriringan. Berhubung waktu sudah sangat malam, mereka melajukan mobilnya dengan kecepatan rendah. Meski jalanan sepi, tetapi mereka tetap harus mementingkan keamanan dan keselamatan.
.
.
Bersambung.....
.
.
.
Gimana perasaan kalian membaca episode ini? Sedikit bingung dan puyeng ya karena terlalu banyak nama yang muncul 😁😁😅...... Bahkan ada beberapa nama baru juga yang semakin meramaikan keluarga mereka. Dukung mereka terus ya, beri like, vote, komen dan hadiah seikhlas kalian. Jangan lupa Rate 🌟 5. Terimakasih...... 🙏🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!