NovelToon NovelToon

Zia And Zayn Pair Of Mafia

bag-01

Seorang gadis sedang berlari dan bermain bersama Pengasuhnya.Iya dia adalah anak kecil yang masih berusia enam tahun,namun karena kejeniusan otaknya dia terlihat sedikit dewasa di banding dengan anak lainnya yang usianya sama dengannya.

"Bi ayo kejar aku." kata anak itu. ya dia adalah putri bungsu keluarga Alfian, Nida Ziana Alfian.Dia biasa dipanggil dengan Zia.

"Iya bibi kejar, awas kalau tertangkap." katanya sambil berlari.Setelah lama bermain akhirnya Zia dan pengasuhnya yang bernama Sarah pun berhenti karena hari semakin siang.

"Non.....kita pulang ya ini udah siang,kita makan dulu." kata Sarah sambil menggendong nonanya itu dan memasuki rumah.

"Iya bi ayo pulang Zia udah laper nih."Keluh Zia karena perutnya merasakan lapar.Sesampainya di rumah Zia mencari keberadaan sang kakak.Karena tadi dia pergi tanpa Zayn.

"Kak,kakak.... kak Zayn." panggil Zia sambil berteriak membuat Zayn gemas dengan kelakuan adik kecilnya itu.

"Iya ini Kakak datang,Zi kamu dari mana?kok mainnya gak ajak Kakak sih?kan kakak mau main sama kamu." Tanya Zayn bertubi-tubi membuat Zia sedikit kesal.

"Aduhh kakak bertanya banyak sekali.....maaf kak, abisnya kakak tadi pagi belum bangun,jadi Zia ajaknya bi Sarah." kata Zia sambil memohon maaf dengan wajah yang polosnya.

"Iya....iya ya sudah lebih baik kita makan siang dulu.... ayo."ajak Zayn dia tahu jika sang adik sudah kelaparan.

Setelah selesai makan Zia dan Zayn pun masuk kamu masing-masing,Zia langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri karena sehabis bermain. Setalah mandi Zia pun pergi ke ruang baca.Ayahnya sengaja membangun perpustakaan agar keluarganya bisa menikmati weekend di rumah.

Cukup lama Zia berada di sana dia hanya diam dan melamun melupakan bukunya begitu saja, Zayn memasuki perpustakaan karena mencari Zia,dan dugaannya ternyata benar Zia ada di dalam.Zayn melihat Zia melamun dan tak lama air matanya menetes di pipi mungilnya.

"Hei.... kenapa menangis hem? Zia ada apa?." tanya Zayn khawatir dan mendekat lalu duduk di sebelah Zia.

"hiks..... hiks... hiks.... kakak." Zia menangis lalu memeluk Zayn.

"Ada apa?jangan membuatku khawatir?." tambah Zayn.

"Kak.... Zia rindu Bunda,besok adalah hari ulang tahunku dan juga hari memperingati meninggalnya Bunda, Zia sangat merindukan Bunda....Zia sangat ingin memeluk Bunda hiks... hiks... hiks." Tangis Zia pecah di pelukan sang kaka sudah lama dia merindukan bunda nya namun dia tak di izinkan melihatnya karena Tuhan lebih menyayangi sang Bunda.

"Udah kamu jangan Nangis lagi ya.... besok kita akan mengunjungi makam Bunda jadi sekarang kamu gak boleh sedih lagi." Jelas Zayn dia memeluk erat adiknya dia tahu apa yang di rasakan Zia. Tanpa sengaja air matanya ikut mengalir Zayn menyeka air matanya agar Zia tak melihat dirinya menangis dia melepas pelukannya dan mengusap pipi Zia lembut.

Bunda Zayn dan Zia itu sudah meninggal tepat setelah kelahiran Zia dia bernama Rahil Athar Mirzha, jadi setiap kalang tahunnya pasti Zia akan menangis karena bersamaan dengan itu adalah hari di mana sang Bunda menghembuskan nafas terakhirnya.Sepeninggal Rahil ayahnya menjadi dingin dan seperti tidak peduli dengan anak-anaknya,namun Hiashi tetap menyayangi putra putrinya,walau dia sengaja berlama lama di kantor untuk melupakan kenangan bersama Rahil Istrinya.

Namun itu membuat anak anaknya semakin hari semakin membenci ayahnya karena mereka merasa bahwa sudah tak di pedulikan lagi oleh ayahnya.Dan yang paling membenci Ayahnya adalah Zia,karena dirinya selalu di acuhkan oleh ayahnya dan Zia sangat merasakannya,apalagi ayahnya yang selalu mengatakan bahwa Zia adalah anak pembawa sial.Dan sebab semua itu sifatnya berubah dingin dan lebih suka diam dan melamun.

Zia akan terlihat ceria hanya di hadapan Zayn kakaknya dan juga pengasuhnya yang sudah mengasuh Zia sedari bayi.

Zia dan Zayn akan tetap menjadi anak yang baik meski sering di acuhkan oleh ayahnya, dan itulah yang membuat Zia dan Zayn selalu kuat agar tak menyerah hanya karena ayahnya, karena Zayn juga berjanji kepada bundanya akan selalu menjaga adiknya.Hari hari mereka jalani dengan kesedihan Zia dan Zayn selalu melakukan semuanya sendiri, ayahnya selalu pulang malam seperti tak ingin melihat kedua anaknya,itu terjadi setelah kematian ibunya.

"Kak kenapa ayah tak pernah menyayangi kita? ayah selalu sibuk akan pekerjaannya sehingga sekarang melupakan kita." ucap Zia karena setiap hari ayahnya tak selalu bersama mereka.

"Zi ayah itu sangat menyayangi kita ayah juga bekerja keras untuk kita agar kita bahagia." jelas Zayn yang memberikan pengertian pada Zia agar Zia tak salah paham kepada ayahnya.

"Iya kak sekarang aku mengerti." ucapnya pura-pura polos tapi nyatanya Zia sangat paham kenapa ayah nya akhir akhir ini tak memperdulikan Dia dan kakaknya, namun Zia tak mau membuat kakaknya khawatir. Itulah pemikiran anak jenius.

"Bagus kalau kau mengerti, sekarang ayo kita main lagi kita akan main di taman." ajak Zayn agar Zia tak terlalu memikirkan masalah yang mereka alami.

"Aku tahu kak kau tak mau membuat ku bersedih jadi kau melakukan semua ini." batin Zia karena mengetahui kalau kakaknya seperti itu karena tak ingin membuat Zia sedih.

Zayn pun mengajak Zia bermain agar Zia melupakan masalah mereka. Zia sangat bahagia seakan masalahnya hilang dan bebannya telah pergi. Zayn yang melihat Zia bahagia juga ikut bahagia, karena Zayn hanya ingin melihat kebahagiaan yang terukir di wajah adiknya, karena sejak lahir dia tak mendapatkan kasih sayang Bundanya dan juga ayahnya. Jadi Zayn ingin menghibur adiknya yang bersedih itu.

Zayn pun bermain bersama Zia hingga tak terasa hari sudah sore, akhirnya Zayn mengajak Zia untuk masuk ke rumah karena hari sudah sore. Tepat Zia dan Zayn masuk ayahnya juga pulang dari kantor dan langsung pergi ke kamarnya tanpa mau menyapa anak anaknya.

"Ayah sebenci kah kau pada kami berdua hingga kau tak menyapa kami?aku harap nantinya kau tak akan menyesal di kemudian hari karena keegoisan mu pada anak anakmu." batin Zia kesal dengan keegoisan ayahnya.

Sungguh di abaikan sangat menyakitkan terlebih lagi seorang ayah kandung sendiri yang mengabaikan maka rasanya akan lebih menyakitkan.

Zayn hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan ayahnya itu, karena Zayn sudah terbiasa dengan kelakuan ayahnya semoga ayahnya tak mendapat karma buruk karena kebenciannya pada anaknya sendiri. Zia dan Zayn pun tak memperdulikan hal itu mereka kembali ke kamar mereka masing-masing dan membersihkan diri untuk makan malam bersama.

Di meja makan ternyata ayahnya sudah selesai makan tanpa mau menunggu Zia dan Zayn.Mereka pun duduk untuk makan ayahnya sudah masuk ke kamar seperti biasa ayah nya memang tak pernah mau makan bersama dengan Zia dan Zayn.

"kenapa ayah selalu seperti itu?." ucap Zia kecewa karena lagi lagi ayahnya tak mau makan bersama.

"Sudahkah adik mungkin ayah sekarang sedang lelah, yang sudah sekarang ayo makan." jelas Zayn mereka pun melanjutkan makan tanpa suara hanya ada suara sendilok yang beradu.

Tanpa menjawab Zia pun langsung makan dengan lahap karena kesal dengan ayahnya, Zayn pun ikut makan karena memang sudah lapar. Mereka pun hanya makan berdua tanpa seorang ayah bahkan hari-hari terasa hampa, namun mereka tetap menjalaninya dengan kesabaran dan keikhlasan.

bag-02

flashback on

Enam tahun yang lalu.....

Hari sudah gelap bintang mulai menunjukkan cahayanya yang indah dengan sinar yang menghiasi kegelapan malam.Tampak seseorang sedang berdiri di balkon sambil memegangi perutnya yang sudah berusia sembilan bulan.Ya dia adalah Rahil Bunda dari Zayn,dan ia tengah mengandung anak keduanya.

Hiashi sedang tak ada di rumah karena ada urusan perusahaan yang mengharuskan dia keluar kota. Malam ini Rahul tak bisa memejamkan matanya jadi dia keluar dan berdiri di balkon, namun tiba-tiba perutnya merasakan kontraksi dan membuatnya sedikit kesakitan sepertinya dia akan melahirkan, Rahil pun masuk kedalam, karena sudah tak kuat Rahil pun menjerit memanggil pelayan rumahnya.

"Bi.... bibi.... bi. " panggil Rahil sambil berjalan memegangi perutnya yang sakit.

Zayn yang mendengar bunda nya berteriak,dia pun bangun dari tidurnya dan keluar dari kamarnya dan melihat ke kamar bunda nya untuk memastikan apa yang terjadi.

"Bunda...ada apa?.“Tanya Zayn sambil menguap, kini Zayn sudah masuk ke kamar sang bunda.Dia sangat terkejut melihat sang bunda seperti kesakitan.

" Zayn.... nak,tolong panggil bi Sarah ya...bunda mau melahirkan cepat."Suruh Rahil pada putranya itu.

"Hah,Bunda mau melahirkan? iya bunda sebentar Zayn panggil bi Sarah dulu, Bunda tunggu di sini ya." Jawabnya sambil berlari ke kamar Bi Sarah.

Setelah sampai Zayn langsung mengetuk pintu kamar Sarah dengan tergesa-gesa

tok....tok....tok.....

Sarah mengerjap kaget karena pintu kamarnya di ketuk, dia pun beranjak dan membuka pintu kamarnya dan ternyata itu adalah Zayn.

"Aden.....ada apa malam malam begini ke kamar Bibi?."kata Sarah yang masih mengumpulkan kesadarannya.

"Bi cepet, bunda katanya mau melahirkan.Kita harus bawa Bunda ke rumah sakit." Panik Zayn.

"Apa!? Nyonya mau melahirkan? baik Den tunggu sebentar." kaget Sarah dan langsung masuk kamarnya untuk mengganti pakaiannya.

Sarah mengganti pakaiannya dan langsung keluar menggandeng Zayn.Setelah sampai di kamar nyonyanya,Sarah langsung membantu memapah Rahil dan membawanya ke mobil untuk segera ke rumah sakit.

Setelah beberpa menit perjalanan mereka sudah sudah sampai di rumah sakit, Sarah langsung minta tolong pada perawat yang ada di sana.Sebelum masuk ke ruang bersalin Rahil menyuruh Sarah untuk menghubungi Ibunya.Dia menggandeng Zayn dan mendudukan Zayn di kursi.

"Den duduk dulu ya kita tunggu bunda di sini,aden gak usah khawatir kita berdoa aja biar bunda di beri kemudahan dan keselamatan." Ujar Sarah pada putra majikannya.

"Iya bi aku akan berdoa buat keselamatan bunda dan adik."

"Ya sudah bibi mau telpon Oma dulu ya biar nanti bisa nemenin bunda. " jelas Sarah sambil mengelus kepala Zayn lembut.

"Iya bi. " jawab Zayn Mengerti.

Setelah Sarah menghubungi mereka akhirnya datang opa dan omanya mendekat pada Zayn dan duduk di sebalah cucu kesayangan mereka.Ya mereka adalah nenek dan kakek Zayn yang bernama Dimas Athar Mirzha dan Fitria Prameswari.

Setelah kedatangan Fitri dan Dimas, Sarah meminta izin pulang untuk mengambil pakaian ganti untuk Rahil dan membawa perlengkapan bayi karena tadi mereka terburu-buru jadi Sarah tak sempat membereskan pakaian Rahil dan bayinya.Mereka pun memberi izin pada Sarah.

"Oma, Opa." Ucap Zayn sambil memeluk Nenek dan Kakeknya.

"Zayn cucu Oma." kata Fitri sembari mencium pipi Zayn.

"Sini Zayn, Opa kangen sama kamu nih."Zayn berlari ke Opanya dan langsung memeluk berat Opanya itu.

"Zayn juga kangen Opa soalnya Zayn jarang ke rumah Opa."

Setelah hampir satu jam,akhirnya suara bayi menggema di dalam ruang persalinan mereka semua bermunajat syukur karena Rahil sudah berhasil melahirkan buah hatinya dengan salamat. Setelah beberapa saat Rahil sudah di pindahkan ke ruang rawat, perawat itu meberikan nya pada Dimas.

"Ini tuan bayinya perempuan dan dia sehat tanpa kekurangan apapun." kata perawat itu dan menyerahkan bayi perempuan itu pada Dimas.

"Wah cucuku sudah lahir, semoga kamu menjadi cucu yang baik." ucap Dimas sambil mencium pipi bayi itu dia sangat senang atas kelahiran cucu kedua mereka.

"Opa Zayn mau lihat adik Zayn." katanya sambil tersenyum.

"Iya ini lihat adikmu sangat manis."ucap Dimas yang masih menggendong bayi mungil itu dan menunjukannya pada Zayn

Zayn pun mencium adiknya dia sangat senang akhirnya sekarang dia memiliki saudara, Dimas lalu menberikanya pada Fitri.

"Rahil lihatlah ini putrimu sangat cantik dan manis seperti kamu." Fitri memeperlihatkannya pada Rahil.

"Iya dia sangat cantik dan manis." Ucap Rahil sambil mengusap rambut putrinya itu.

"Kamu kasih nama siapa putrimu?." tanya Fitri.

"Aku beri nama dia Nida Ziana Alfian dan akan di panggil Zia." Jelas Rahil dia pun mencium putri kecilnya dengan bahagia.

"Wah nama yang indah Rahil." kata Fitri bahagia.

"iya Zayn juga suka namanya." Zayn juga merasakan kebahagiaan dia terus saja memegangi pipi mungil Zia.

Fitri mendudukan dirinya di dekat brankar Rahil sambil menggendong Zia yang tertidur pulas. Wajahnya sangat damai dan tenang membuat yang melihatnya tak tega untuk membangunkan tidurnya. Zayn berdiri di dekat neneknya yang menggendong Zia, rasanya dia tak bisa jauh dari adiknya.

"Nak....dimana suamimu?kenapa dia tidak menemani kamu di sini?.“Tanya Dimas karena tak melihat keberadaan menantunya itu.....

"Iya kenapa malah Sarah dan Zayn yang mengantar kamu ke rumah sakit?."Fitri juga ikut bertanya.

"Itu Yah,bu mas Hiashi pergi keluar kota dan katanya gak bisa di undur ataupun di gantikan." jelas Rahil.

"Tapi kan dia tau kalau kamu akan melahirkan sebentar lagi, harusnya dia tidak pergi." Tambah Fitri sambil menimang si kecil Zia.

"Sudahlah Bu,Rahil tidak apa apa kok.... Seka.....

Belum selesai Rahil berbicara, tiba tiba dia merasakan sesak di dadanya Rahil memegangi dadanya yang sakit seperti di tekan oleh ribuan batu.Dimas menjadi panik dia pun segera menekan tombol darurat untuk memanggil dokter.

"Rahil... Rahil ada apa?!!.... " panik Fitri sambil masih menggendong bayi Zia.Zayn juga menjadi panik melihat kondisi bunda nya ynag seperti menahan sakit.

Beberpa saat dokter pun datang dan segera memeriksa keadaan Rahil, Fitri dan Dimas keluar dari ruangan rawat Rahil sambil menggandeng tangan Zayn.

"Ada apa Oma?Zayn gak mau bunda kenapa-kenapa." tanya Zayn bingung dan juga panik,karena tadi Omanya berteriak.

"Tidak papa Zayn bundamu akan baik baik saja." jelas Fitri pada Zayn agar Zayn tidak khawatir.

Zayn bersama Opa dan Omanya pun menunggu di luar karena dokter sedang menangani Rahil. Mereka semua melantunkan doa untuk keselamatan Rahil. Fitri masih menggendong bayi Zia di pangkuannya. Zia tertidur sangat pulas di pangkuan Fitri,perawat pun datang untuk membawa Zia Fitri pun memberikan Zia pada perawatnya untuk di bawa ke ruangan bayi.

Sarah pun datang membawa tas yang berisi baju ganti Rahil dan peralatan bayi majikannya.Namun sesampainya di sana semua keluarga Rahil sedang menunggu di luar, apakah terjadi sesuatu pada majikannya itulah yang ada di pikiran Sarah sekarang.

Setalah itu Sarah pun mendekati pihak keluarga Rahil bertanya keadaan majikannya itu. Sarah sangat kaget karena keadaan Rahil tidak baik, dia pun duduk di dekat Zayn dia tahu apa yang sedang di rasakan Zayn.

"Bi apakah bunda akan baik-baik saja?." tanya Zayn karena tak mau terjadi sesuatu pada bundanya.

"Bunda pasti akan baik baik saja sekarang aden berdoa agar bunda tak apa apa." jelas Sarah menenangkan Zayn agar tak bersedih.

"Iya bi Zayn akan berdoa untuk bunda." ucap Zayn.

"Anak pintar." ucap Sarah mengelus kepala Zayn.

Setelah beberapa waktu menunggu dokter pun keluar dari ruangan dengan raut wajah yang tak bisa di jelaskan, tiba-tiba suasana menjadi tegang.

"Semua keluarga dari nyonya Rahil di minta untuk masuk sekarang beliau ingin bicara." ucapnya menyuruh semua keluarga dari pasiennya untuk memasuki ruangan.

masih Flashback On

Akhirnya semua keluarga Rahil pun masuk,Rahil memandang Zayn dengan tatapan tak seperti biasanya,Rahil menatap putranya dengan berlinang air mata.

"Maafkan Bunda Zayn,akankah semua baik baik saja tanpa ada Bunda di sisi kalian??.semoga kau kuat Nak,karena Bunda sudah tak bisa lagi menemani kalian." batin Rahil.

Zayn yang melihat Bundanya menangis pun langsung mendekat pada Rahil.

"Bunda....kenapa menangis?."ucap Zayn sambil menyeka air mata bundanya dengan tangannya dia kini berada dekat dengan sang ibu.

"Bunda baik baik saja nak Bunda minta maaf sama kamu bunda gak bisa nemenin kamu dan adik kamu sayang,bunda yakin kamu pasti bisa jagain adik kamu bunda sayang sama kalian berdua." ucap Rahil pada Zayn dia mencium putranya itu.

"Bunda jangan bicara seperti itu....Zayn sayang sama bunda kita akan bermain bersama sama dengan Zia bun."

"Iya Hil kamu harus kuat demi anak anakmu,kamu pasti bisa melewati ini semua." ucap Fitri meyakinkan dia mengusap Rahil dengan lembut.

"Ayah,Ibu aku titipkan Zayn dan Zia kumohon jaga putra dan putriku karena waktuku tak akan lama lagi,setelah Zia berumur enam tahun berikanlah ini sebagai hari ulang tahunnya dan katakan padanya bahwa Bundanya yang memberikan." Mohon Rahil pada Ayah dan Ibunya dia memberikan sebuah kotak kepada ibunya.

"Dan aku mau mencium putriku untuk yang terakhir kalinya bu." lanjutnya perawat itupun memberikan Zia pada Fitri tadi bidan menyuruh perawat untuk membawa anak Rahil ke ruangan rawat nya.

Fitri menyerahkan Zia pada Rahil,Rahil pun mencium putrinya itu untuk yang terakhir kalinya dia menatap putri kecilnya yang dia tinggalkan dia pun memberikan Zia pada Fitri dan sekarang beralih pada Zayn.

"Zayn.... Jaga adikmu ya...bunda sudah tidak bisa bersamamu lagi,jadilah kakak yang baik dan kuat agar bisa terus melindungi Zia." Jelas Rahil dia mengusap kepala Zayn.

"Iya Bun.... Zayn akan menjaga dan melindungi adik,bunda gak perlu khawatir." ucap Zayn sembari memeluk erat bundanya dia berusaha kuat agar Rahil ta sedih melihat Zayn.

"Tapi bunda gak boleh pergi...kita akan selalu bersama-sama menjadi keluarga bahagia bun....."Pinta Zayn dia melepas pelukan Rahil dan memandang Rahil penuh harap.

"Iya nak...apa kau tidak kasihan dengan putra putri mereka masih membutuhkanmu kau harus kuat demi kedua

anakmu."tambah Dimas,tanpa terasa air matanya sudah membasahi pipinya.

" maaf ya sayang..... maafkan Bunda mu ini."ucapnya karena waktunya sudah tak lama lagi dia menggenggam erat tangan kecil Zayn.

Semua yang ada di ruangan itu pun menangis,karena kata kata perpisahan yang terlontar dari mulut Rahil.Setelah kata kata terakhirnya, matanya terpejam perlahan pandangannya mulai menggelap genggaman eratnya mulai mengendur dan terlepas dari tangan Zayn, Rahil mengehembusakan nafas terakhirnya.

"Bunda.... bunda bangun jangan tinggalkan Zayn..."Isaknya Zayn memeluk Rahil erat berharap bunda nya akan hidup.

"Bunda.... bunda.... bundaaaaaa." teriak Zayn lagi sambil menggerakan tubuh lemah bundanya.

hiks..... hiks... hiks....

Tangis pilu megegema di ruangan tersebut menangisi kepergianmu Rahil hari ini menjadi saksi atas kepergiannya.Pemakaman akan di laksanakan langsung dan jasad Rahil sudah di pulangkan ke kediaman keluarga Alfian. Setelah selesai memakamkan Rahil Zayn masih berada di pusara sang bunda.

"Bun... Zayn janji akan selalu menjaga Zia dengan baik meski harus mengorbankan nyawa Zayn,dan Zayn janji akan selalu membuat Zia bahagia." janji Zayn pada bundanya.

"Sudahlah sayang ayo kita pulang kita doakan saja bundamu bahagia di sana dan kamu harus mengikhlaskan semuanya." kata Fitri sambil menyeka air mata Zayn dia tahu jika Zayn sangatlah terpukul.

"iya sayang kamu harus kuat jangan buat bundamu bersedih di sana." tambah Dimas sambil mengelus punggung Zayn.

"Iya... oma opa Zayn sudah ikhlas dengan semuanya."Ucap Zayn kuat dan berdiri beranjak dari pusara Rahil.

Setelah dari pemakanan Zayn pun pulang dan langsung menemui adiknya Zia.Zia sedang bersama dengan bi Sarah, sekarang yang akan menjadi pengasuh dan merawat Zia dan Zayn adalah bi Sarah.Namun hatinya sakit di kala ayahnya tak menemani bunda nya saat bersalin ditambah bahkan sang ayah tak pulang untuk mengantar Rahil ke pembaringan terakhirnya. Apakah ayahnya sudah tak memikirkan keluarganya pikir Zayn.

Zayn sudah tak mau memikirkan tentang ayahnya,dia berfikir positif mungkin nanti malam ayahnya akan pulang.

"A**yah tega.....kenapa dia tidak pulang di saat sangat membutuhkannya,aku tidak suka ayah yang sekarang yang tidak pernah peduli dengan keluargannya dia malah lebih mementingkan pekerjaannya." kesal Zayn di dalam hatinya dia membenci kepada sosok ayah yang tak bertanggung jawab.

Jika mengingat kejadian itu Zayn menjadi muak dengan ayahnya karena dengan tega dia meninggalkan bundanya di saat bundanya sangat membutuhkannya. Zayn menjadi sangat benci terhadap ayahnya.Dan pada saat Zayn memberitahukan hm bahwa Rahil telah tiasa dia bersikap biasa saja seperti tak kehilangan apapun.

Bahkan Hiashi pun tak pernah mau mengakui Zia itu membuat Zayn bertambah benci.Karena bagaimanapun Zia juga ingin kasih sayang ayahnya, namun Hiashi tak memberikannya. Zayn sudah tak mau memikirkan hal yang tak penting dia selalu menghabiskan waktu bersama Zia.

"Den lihat non Zia dia manis sekali dia sangat mirip sekali dengan bu Rahil." ucap Bi Sarah karena jika di perhatikan Zia memang mirip sekali dengan Rahil, apalagi mata biru kehijauannya yang membuat Zia sangat mirip dengan Rahil.

"Iya Bi memang Zia sangat mirip sekali dengan bunda, jadi nanti kalau aku rindu bunda bisa memperhatikan lekat Zia pasti aku bisa melihat wajah bunda pada Zia." ucap Zayn yang memperhatikan mata milik Zia yang memang mirip sekali dengan bundanya.

Hari hari selalu Zayn habiskan bersama adik dan pengasuhnya, di samping itu Zayn juga tak lupa belajar.

Ayahnya semakin hari semakin seperti tak peduli dengan Zia dan Zayn dan itu sudah di sadari oleh Zayn. Bahkan Hiashi seperti buta akan kehadiran Zia dan Zayn, sesekali Hiashi marah karena tangis dari Zia yang mengganggu istirahat nya.

"Bi suruhlah bayi itu berhenti menangis saya mau istirahat." ucapnya membentak.

"iya tuan saya akan menenangkan nona Zia." ucapnya dan membawa Zia ke kamarnya karena tak mau mengganggu ketenangan Hiashi.

Zayn yang mendengar Zia masih menangis akhirnya dia menemui Zia ke kamarnya.Ternyata benar Zia menangis dan belum berhenti, Zayn pun mencoba membantu menenangkan Zia. Namun tiba-tiba Hiashi datang dan menggebrak pintu kamar Zia.

Brakk....

"sudah kubilang diamkan bayi itu!!!....." bentak Hiashi.

Zayn dan Sarah pun terkejut karena Hiashi marah hanya karena tangis bayi.

"iya tuan akan aku tenangkan." ucapnya karena takut Hiashi marah.

Hiashi pun pergi, Zayn marah atas perlakuan ayahnya namun dia masih bisa menahannya.Beberapa saat akhirnya Sarah dan Zayn bisa menidurkan Zia dan itu membuat Sarah lega.

"den sekarang aden istirahat ini sudah malam, besok kan aden sekolah." ucap Sarah karena Zayn membantu menenangkan Zia.

"gak papa bi Zayn di sini aja jaga Zia besok kan libur bi hari minggu jadi Zayn di sini aja." jelas Zayn karena besok adalah hari libur dan Zayn akan menjaga adiknya.

"oh ya sudah bibi juga akan jaga di sini." ucap Sarah.

"aden yang sabar ya memang setelah kepergiaan bu Rahil sifat Tuan Hiashi berubah, entah apa yang membuatnya berubah, tapi aden harus tetap kuat karena sekarang Aden juga harus menjaga non Zia. Bibi yakin aden pasti bisa melewati semua ini." jelas Sarah karena prihatin akan keadaan Zayn dan Zia yang tanpa kasih sayang.

"Iya bi Zayn akan berusaha membuat adik selalu bahagia dan Zayn akan selalu menjaga Zia." tutur Zayn yakin akan menjaga adiknya.

Akhirnya Zayn dan Sarah pun tidur di kamar Zia karena takut Zia terbangun dan akan membuat marah Hiashi.

Flashback Off

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!