NovelToon NovelToon

Terima Kasih Cinta Sejati

01 AWAL BERTEMU

Catatan Author :

Episode-episode awal kami sesuaikan alur cerita yang kami buat secara beruntutan. Dari bahasa dan cerita ala remaja yang beranjak menuju kehidupan anak muda kampus, kemudian perlahan-lahan akan bergeser pada kisah yang lebih matang dan dewasa sejalan dengan lika-liku kehidupan yang dialami disertai konflik yang silih berganti menyertainya.

Selamat membaca dan menikmati "Terima Kasih Cinta Sejati"

.

.

.

Bertemu sekilas, kala pertama melihatnya.

Saat aku tergesa-gesa berlari menuruni satu per anak tangga menuju aula sebuah fakultas, di salah satu perguruan tinggi swasta di kota ini.

"Aku terlambat, sangat terlambat..!! Ya Allah, bantulah hamba..!!!" Pikiranku sudah bingung, karena hari ini aku harus mengikuti test saringan masuk calon mahasiswa baru di sini, dan aku sudah terlambat, huwaaa...

Jam di pergelangan tangan kiriku sudah menunjukkan pukul delapan lebih tiga puluh menit, sementara jam pertama ujian seharusnya dimulai pukul setengah delapan, satu jam yang lalu.

"Belum-belum sudah telat begini, gak niat kuliah apa ya aku ini.." Tepok-tepok keras kening sendiri.

Sampai di pintu aula yang aku tuju.

"Huuft, bismillah..!" Tarik nafas panjang sebelum ku ketok pintu yang memang dibiarkan terbuka saat ujian berlangsung.

"Assalamualaikum, mohon maaf saya terlambat Bu, Pak.."

Semua mata di ruang aula mendadak tertuju lurus padaku penuh selidik, tanda tanya, curiga, sinis.., atau apapun itu ekspresi mereka sungguh beragam menatapku lekat-lekat.

"Atas nama siapa? Dan mengapa kamu terlambat hingga sekian lama?" Salah seorang dosen perempuan penunggu ujian menanyaiku.

"Adinda Paramitha. Maaf Bu, tadi saya salah jurusan sewaktu naik angkutan umum ke sini. Saya dari kota sebelah, belum paham wilayah."

Dag dig dug aku berdoa dalam hati semoga diijinkan mengikuti test.

Kemudian dosen itu berbincang pelan dengan dosen di samping tempat duduknya, selanjutnya menganggukkan kepala dan memanggilku untuk mendekat.

"Isi dulu daftar hadirmu di sini, dan ini segera kerjakan ujianmu. Kalau nanti belum selesai, terus saja lanjutkan saat waktu istirahatmu!"

Segera aku masuk aula menuju meja depan para pengawas ujian, lalu aku mengisi daftar hadir. Setelah itu aku terima tumpukan kertas yang diserahkan padaku, langsung aku berjalan menuju bangku bagian belakang yang kulihat kosong untuk tempatku mengerjakan ujian.

Setengah perjalanan menuju arah belakang, seorang cowok peserta ujian masih menatapku tajam. Senyum kecil tampak di ujung bibirnya. Hanya kulirik dia sembari terus menuju bangkuku dan mulai mengerjakan ujianku.

Setelah duduk, segera ku berkutat dengan soal ujianku, hingga setengah jam berlalu bel tanda ujian berakhir. Para peserta ujian keluar ruangan setelah mengumpulkan lembar-lembar ujian mereka, kecuali aku yang masih terburu-buru menyelesaikan ujianku.

Beberapa peserta nampak keluar ruangan lewat pintu belakang yang berada tepat di samping bangkuku.

Saat aku hendak membuka lembar soal berikutnya, mataku tak sengaja menatap ke arah depanku, tepat di saat seorang cowok melewatiku untuk keluar. Ternyata cowok yang tadi lagi, dan kini pun dia menyunggingkan senyum kecilnya seraya terus berjalan keluar.

"Ngapain dia dari tadi senyum-senyum gitu, kenal juga tidak.." Sungutku dalam hati sambil menundukkan pandanganku, kembali ke arah soal-soal ujianku.

Jam menunjukkan pukul setengah sepuluh saat bel tanda masuk ruang ujian jam kedua berbunyi, bersamaan dengan aku selesai mengumpulkan kertas-kertas ujian jam pertamaku dan berbalik menuju bangkuku.

Satu baris sebelum sampai bangkuku, "Aduuh..!" Pekik kecilku tertahan. Lengan kananku bersenggolan dengan seseorang yang masuk dari pintu belakang.

"Maaf, tidak sengaja. Tidak apa-apa kan..?" Aku mendengar suara lirih seorang cowok menanyaiku.

"Eh, dia lagi dia lagi.." Batinku saat kulihat siapa yang menyenggol lenganku, masih dengan senyum kecilnya.

Tanpa menunggu jawabanku, dia berlalu menuju bangkunya. Kuamati sejenak langkahnya, sedikit santai dengan kedua telapak tangan dimasukkan ke dalam saku depan celananya. Sementara sebuah tas selempang kecil tampak di punggungnya.

Ah, aku tak mau ambil pusing, segera aku duduk kembali karena kulihat para pengawas sudah mulai membagikan kertas-kertas ujian.

Serius kukerjakan ujian keduaku, walau sebenarnya aku kurang menguasai materi kali ini. Namun optimis aku berharap, hasilnya tetap bisa membawaku menjadi mahasiswi baru di kampus favorit ini.

Siang harinya, setelah selesai melewati ujianku, aku berjalan pelan menuju gerbang utama kampus, yang lumayan jauh dari fakultas tempat ujianku tadi.

Panas terik terasa mulai menyengat di ujung kepalaku. Beberapa kali kuseka butir-butir keringat yang mulai leleh, jatuh ke tepian wajahku.

"Ah, panasnya! Semoga angkutan umumnya tidak sepenuh tadi pagi.." Baru aku mulai membayangkan penuh sesaknya berada di dalam angkutan umum, tiba-tiba..

"Tin.., tiinn..!" Suara klakson motor membuyarkan imajinasiku.

"Aku sudah berjalan di tepian gini, masih juga kurang jalan itu motor." Kesalku dalam hati.

"Panas ya.." Sebuah motor sport warna merah berhenti menepi di sampingku, membuatku reflek menghentikan langkahku. Kuberanikan diri untuk menatap pengendaranya yang sedang membuka kaca penutup bagian depan helmnya.

"Kok, dia lagi..?" Aku mulai mengenali wajahnya yang tak lupa menampakkan kembali senyum kecilnya seperti di ruang ujian tadi.

Sejenak aku bingung untuk bertingkah. Ingin aku lanjutkan langkahku, tetapi roda depan motornya sedikit membelok ke arah tepi, membuatku tak bisa melangkah maju.

Aku tak ingin menggubris dirinya, aku sudah cukup kepanasan di bawah terik matahari siang ini. Hanya ingin segera berlalu pulang saja.

Aku beranjak ingin memutar langkah lewat belakang motornya, namun tangannya mencegahku. Dia mengulurkan sesuatu di genggaman tangan kanannya.

Kulirik, sebuah botol kemasan minuman orange juice, membuatku menelan ludah karena kehausanku.

"Ini untuk kamu, semangat pulangnya ya.." Ucapnya sambil terus menungguku menerima pemberiannya.

Ragu pikirku antara harus aku terima atau aku abaikan saja.

Belum sampai kuambil keputusan, tangan kirinya terburu meraih tangan kananku dan menaruh botol minuman tadi di telapak tanganku.

Tidak menunggu reaksiku, dia segera berlalu dengan motornya, meninggalkan sedikit senyum yang masih bisa kulihat di ujung bibirnya.

"Terima kasih.." Ucapku lirih, toh dia pun sudah tak bisa mendengarnya.

Kutatap laju motornya menuju gerbang utama kampus yang sudah nampak dari tempatku berdiri. Kemudian dia berbelok ke arah kanan dan hilang dari pandanganku.

"Alhamdulillah rejeki, pas aku lagi gerah dan haus pula ini.."

Aku tertawa sendiri membuka tutup botolnya, meneguk orange juice yang sungguh sangat melegakan tenggorokanku yang sudah kering ini, sambil sempat-sempatnya ku berdoa semoga dia tidak menaruh racun di minuman ini. Dasar aku..!!

.

.

.

02 BERTEMU KEMBALI (AWAL PERKENALAN)

Sebulan berlalu. Akhirnya hari ini aku mulai melangkahkan kakiku menuju ruang kelas untuk mengikuti kelas pertamaku sebagai mahasiswi baru di kampus idamanku ini. Setelah selama seminggu sebelumnya aku harus menjalani masa orientasi kampus.

Kali ini aku sudah tak lagi terlambat seperti kala ujian masuk dulu. Karena kini aku tinggal tak jauh dari kampusku. Ya, ayah memutuskan untuk menyewakan aku sebuah kost pribadi di dekat kampusku, agar aku tidak bolak-balik pulang ke rumah yang akan menghabiskan waktu sekitar tiga jam lebih untuk pulang dan pergi ke kampus.

Rumah kost yang kutempati berdiri sendiri-sendiri dengan total ada lima rumah serupa di satu lokasi yang berjarak beberapa meter antar rumah yang membentuk huruf U, dikelilingi oleh pagar kayu setinggi satu meter, dengan satu akses pintu utama untuk keluar dari lokasi.

Masing-masing jumlah penghuninya beragam. Ada yang ditinggali dua orang, tiga orang, empat orang, ada pula yang seorang diri sepertiku. Semuanya adalah mahasiswi di kampusku, tapi berbeda fakultas dan tingkatannya.

Rumah yang kutinggali sendiri berada di ujung kanan, di sebelah kiri pintu pagar utama, kalau dilihat dari arah luar lokasi.

.

.

.

Aku mengawali kegiatanku di hari pertamaku kuliah di kampus pagi ini. Aku sangat bahagia bisa kuliah di kampus favorit ini. Selain segudang prestasi yang dimiliki para mahasiswa dan juga para dosennya, kampus ini menjadi favorit lantaran tempatnya yang cukup strategis.

Walau letaknya sedikit menepi dari pusat kota yang hingar-bingar, namun suasananya sangat mendukung proses belajar mengajar. Area di luar maupun di dalam kampus yang masih asri dengan banyak pohon-pohon besar yang teduh. Udaranya relatif bersih dan segar apalagi di pagi hari.

Akses transportasi pun lengkap, taksi, angkutan umum, hingga ojek online pun bertebaran menjangkau kampusku.

Fasilitas umum pendukung pun tak kurang. Mulai dari klinik baik klinik kampus maupun klinik umum di luar kampus, supermarket, minimarket, spbu, bengkel dan banyak lagi, semua lengkap tersedia dan terjangkau.

Wedangan tradisional, warteg, cafe hingga resto plus live music pun siap memanjakan perut kami para mahasiswa. Semua bisa dijangkau dengan mudah, tak kurang dari jarak satu kilometer dari kampus maupun kost-kostan mahasiswa.

Tapi yang paling menarik buatku, tak lain tak bukan adalah wajah-wajah ganteng nan menawan para seniorku. Hahaa.., jelajah pikirku malah berkutat di situ.

Banyak sekali senior ganteng baik hati yang ku kenal setelah satu minggu masa orientasi kemarin. Sedikit berharap ada salah satu dari mereka yang bersedia menjadikanku kekasih hatinya. Lagi-lagi mimpiku di siang bolong ketinggian juga, hehee..

Yah,, setidaknya jika aku bisa kenal baik dan akrab dengan mereka, itu bisa membantuku beradaptasi lebih mudah di kampus. Terutama untuk masalah mata kuliah dan tugas-tugas yang akan kugeluti di sini..

Aku sudah punya banyak teman, bahkan satu-dua di antaranya menjadi sangat dekat dan akrab. Rinaya dan Elisa, keduanya kebetulan asli dari kota ini, sehingga memudahkan aku untuk lebih mengenal kota ini dan beradaptasi lebih cepat.

Aku merasa tidak terasing si sini, karena seluruh temanku sangat asyik orangnya. Meskipun berbeda asal dan kebiasaan, ada yang rame ada yang pendiam, ada yang kutu buku ada yang penganut paham copas is the best, ada yang sok cool ada yang konyol, tapi mereka semua menyenangkan.

Dan ya, satu lagi, cowok yang suka melemparkan senyum padaku saat ujian dulu, namanya Adit, Aditya Wibowo. Aku tau namanya saat dia mengisi acara penutupan masa orientasi kampus minggu lalu.

Sebelum acara berakhir, ada persembahan musik dari kelompok band mahasiswa baru.

Saat satu per satu personil band menuju panggung, samar aku mengenali satu wajah di atas sana. Ya, dia! Seketika saat itu juga aku jadi ingin minum orange juice gratisan lagi. Dasar otak gratisan..!

Saat itulah kesempatanku untuk memperhatikannya diam-diam dari tempat dudukku.

"Hmm.., oke juga ini cowok.." Gumamku di hati.

Wajahnya tenang, diam tanpa ekspresi. Tinggi proporsional dengan tubuh sedang dan cukup berotot, tak kecil pun tak terlalu berisi.

Saat pembawa acara memperkenalkan namanya, dia tetap tak bereaksi apapun. Tapi tiba-tiba, matanya menatap ke arahku yang juga sedang menatapnya sedari tadi. Dan dia tersenyum padaku, membuatku kaget bercampur malu.

"Duh, dia lagi. Kumat lagi deh hobi senyumnya padaku.." Batinku sambil mengalihkan pandanganku ke arah lain.

Tiga lagu selesai dibawakan, mereka turun dari panggung menuju tempat duduk masing-masing.

Kulihat Adit berjalan menuju ke arah belakangku, dan saat hampir sampai di tempatku, sejenak dia menghentikan langkahnya.

Dan rutinitasnya kembali terulang, memunculkan senyum kecil ke arahku, seraya melanjutkan langkahnya tanpa menunggu reaksiku, yang saat itu sebenarnya salah tingkah dengan kelakuannya.

Selama seminggu orientasi kemarin, aku memang tidak pernah melihat atau bertemu dengannya. Bahkan aku sudah lupa tentang dia sepertinya, kalau saja kami tidak bersitatap di bawah panggung kemarin itu.

.

.

.

Dan pagi ini adalah awal pertemananku dengan Adit. Hari ini adalah hari pertamaku melangkah masuk ke kelas pertamaku. Memasuki kelas untuk mata kuliah pertama, aku bertemu dan saling sapa dengan beberapa teman, yang sebelumnya sudah pernah ku lihat selama seminggu orientasi kemarin.

Sedikit basa-basi karena masih sana-sama baru di kampus, aku bergegas menuju sebuah bangku di baris tengah agak depan.

Sesaat menjelang sampai, baru sadar ku lihat bangku di sebelab kananku sudah diduduki oleh seorang mahasiswa.

Sekilas kulihat padanya, mencoba ingin menyapa sembari duduk dan menaruh tasku di belakang punggung.

"Ternyata dia lagi. Adit si cowok itu lagi, kami satu kelas..!" Ujarku dalam hati.

Masih sedikit terkejut, aku urungkan niatku untuk menyapanya.

"Pagi..." Dia malah menyapaku lebih dulu, dengan senyum di ujung bibirnya yang mulai aku hafali.

"Eh ya, pagi juga..." Balasku singkat dan merapikan posisi dudukku. Masih ada waktu sekitar lima belas menit sebelum kelas dimulai.

Aku mengeluarkan ponselku berniat membuka beberapa pesan yang masuk, dan menyetel volumenya ke mode getar saja, agar tak mengganggu saat kuliah berlangsung nanti.

Baru sejenak aku membuka beberapa pesan, tiba-tiba sebuah ponsel lain terulur di depanku, di samping ponsel yang kupegang.

"Boleh dibagi nomornya?"

Suara Adit terdengar pelan namun jelas, sembari mengulurkan ponselnya tadi.

Aku masih terkaget-kaget dan bingung harus bagaimana menjawab.

"Boleh..?" Belum selesai mengatur pikiranku, Adit kembali berucap, menunggu jawabanku.

"Aduh, aku harus gimana ini? Tolak halus atauu..."

"Hmm, kasih gak ya.." Aku masih mencoba berpikir.

Baru kali ini ada cowok yang baru ku kenal sepintas lalu, dengan lugasnya minta nomor ponselku.

"Kalau aku kasih nomorku, mungkin setiap hari aku bakal dapat orange juice gratisan nih..." Harap-harap pikirku konyol.

.

.

.

03 MULAI MENGENAL DIA

Dering notifikasi pesanku berbunyi. Aku membukanya. Nomor tak dikenal. Lanjut kubuka isi pesannya.

"Simpan nomorku ini ya..!" Eh, siapa dia beraninya nyuruh-nyuruh aku simpan nomornya. Sok penting banget.

"Jangan bengong saja.." Pesan kedua masuk setelah aku membaca pesan pertama barusan.

Sok tau dia,, walaupun bener juga.. Aku masih mencoba mengingat siapa saja yang bertukar nomor atau meminta nomor ponselku hari ini.

Seharian tadi, ada beberapa yang minta bertukar nomor denganku. Sesama mahasiswa baru, dan ini hari pertama perkuliahan dimulai. Jadi banyak di antara kami yang memang bertukar nomor, sembari ngobrol beramah-tamah, agar semakin akrab dan mudah berkomunikasi nantinya, mengingat kami akan mulai berkutat dengan tugas-tugas kuliah.

Sebagian di antaranya sudah kusimpan di dalam kontakku. Namun ada beberapa juga yang belum sempat kusimpan.

Ponselku kembali berdering nyaring. Satu pesan baru masuk dari nomor yang sama .

Kali ini disertai sebuah kiriman foto. Penasaran aku klik tengah foto untuk membuka jelas foto itu.

Setengah kaget saat kulihat foto itu. Foto selfie seorang cowok dengan senyum kecilnya, dengan latar belakang ruang kelas pertamaku pagi tadi.

Dan mataku membulat spontan setelah kuamati, tampak di samping belakang wajahnya ada sesosok wajah lain tengah menunduk serius menatap layar ponsel yang dipegangnya. Itu aku..! Dan wajah cowok selfie itu adalah Adit, si tukang tebar senyum.

"Sudah tau, kan. Jadi buruan simpan nomorku!" Begitu isi pesan yang membarengi kiriman foto itu.

Dasar cowok iseng, beraninya dia berfoto selfie pake bawa-bawa wajah imutku ini. Memangnya aku ini cewek apaan.

Daripada panjang cerita, langsung aku simpan nomor Aditdan kuberi nama kontak Adit Kampus. Berhubung ada beberapa nama Adit teman-teman lamaku yang masih kusimpan sebelumnya, jadi masing-masing harus aku tambahi pengingat di belakang namanya, pun dengan Adit yang satu ini.

"Sudah aku simpan. Makasih." Singkat aku membalas pesannya.

"Sampai jumpa besok pagi di kelas. Bye.." Dia masih juga membalasku.

Aku menutup halaman pesan di ponselku. Berpindah hendak mengecek status pesan yang belum sempat aku buka-buka sedari pagi.

Baru saja berpindah ke layar status, aku tertegun melihat status teratas dengan nama kontak Adit Kampus.

Tak ada tulisan yang menyertai, hanya sebuah foto yang baru saja aku terima juga.

"Dasar cowok aneh, mukaku dipajang sama dia.." Gerutuku dalam hati.

"Gak ada foto lain apa, yang gak usah bawa-bawa wajah imutku ini.."

Aku segera menulis pesan untuk Adit.

"Lain kali kalo mau pamer foto pribadi, gak perlu bawa-bawa muka orang..!"

"Habis suka sih.." Dan jawabannya semakin membuatku senewen sendiri. Duuh..!

.

.

.

Pagi hari aku sudah berangkat ke kampus. Saat aku sampai di kelas, ku lihat masih sedikit yang datang, atau mungkin masih memilih di luar kelas menunggu kelas dimulai.

Sambil menyapa beberapa orang, aku menuju bangku kosong di ujung kiri baris agak belakang.

Masih jam tujuh lebih lima belas menit sementara kelas akan dimulai setengah delapan nanti.

Seperti biasa aku mengambil ponselku karena masih ada waktu untuk membuka-buka akun sosial mediaku.

Karena terlalu serius menikmati berita terbaru para selebriti dan tokoh dunia maya, hingga tak kusadari bel sudah terdengar diiringi masuknya beberapa mahasiswa yang sebelumnya masih asyik di luar kelas.

Aku memasukkan ponselku setelah aku setel mode getar saja. Aku lihat ke arah pintu, dosen belum datang.

Tapi eeh, mataku refleks menangkap keberadaan seseorang yang duduk di samping kanan bangkuku.

Saat aku menoleh ke arahnya, mata kami langsung beradu pandang, deg..!

Dia justru tersenyum, kali ini lebih lebar dari biasanya dan masih terus menatapku.

"Ketemu lagi..." Masih dengan senyum lebarnya, membuatku mau tak mau membalas senyumnya.

.

.

.

Selesai perkuliahan hari ini, aku bersiap pulang, setelah membereskan buku dan diktat kuliah hari ini. Aku beranjak keluar kelas, ingin segera sampai rumah dan melepas penat.

Menuruni tangga menuju keluar fakultas, aku mengucap salam pisah pada dua karibku, Rinaya dan Elisa. Rutinitasku sekarang adalah pulang pergi kuliah berjalan kaki, karena rumah yang kutinggali hanya berjarak seratus meter dari gerbang kampus.

Ayah memang membekaliku sepeda motor untuk keperluan kuliahku di sini, tapi masih jarang aku gunakan, kecuali jika ada yang mendesak atau harus keluar rumah dengan jarak yang lumayan jauh.

Masih jauh dari gerbang kampus, Adit menjejeri langkahku. Kulihat wajahnya, sedikit berpeluh di siang menjelang sore ini. Tapi masih tampak sumringah dengan senyum khasnya.

"Bukannya kamu bawa motor ya..?" Tanyaku padanya.

Dia cuma menganggukkan kepala sambil tangannya menunjuk ke arah pelataran parkir di sisi kanan kami.

"Boleh kuantar kamu pulang?"

"Oh.., kostku dekat kok. Makasih." Tolakku dengan halus.

"Tunggu di sini sebentar ya, tunggu aku..!" Adit berlari kecil menuju area parkir. Tampaknya dia mengambil sepeda motornya. Kemudian kembali ke sampingku berdiri.

"Ayo. , cepat naik, aku antar kamu pulang.." Entah ini maksudnya permintaan atau sudah perintah., aku bingung harus menolak dengan jawaban apa lagi.

Setengah sadar atau terpana, akhirnya akubersnikan diri untuk memboncengnya juga.

"Jangan dibawa kabur ya, Dit. Ini anak gadis orang tau.." Dengan sedikit cengengesan aku mencoba bercanda. Serta merta dia tergelak lepas sembari melajukan motornya perlahan.

Karena masih sedikit canggung, aku hanya terdiam selama duduk membonceng di belakangnya. Hingga tak kusadari, kami sudah sampai di depan pagar kostku.

"Eh, dari mana dia tau aku tinggal di sini? Tadi kan aku juga belum memberitahu dia.." Aku berpikir keras sampai lupa jika aku masih duduk di boncengannya.

"Apa perlu aku antarkan sampai ke sana..?" Kepalanya sedikit mendongak ke arah dalam pagar, dia menunjuk rumah yang kutinggali.

"Oh.., eh.., gak perlu, gak usah.." Aku baru sadar kalau aku masih nangkring di motornya. Segera aku beranjak turun dan berdiri di sisinya.

"Emm.., kok kamu tau aku tinggalnya di sini?" Tanyaku penuh selidik.

"Karena aku suka ngikutin kamu sampai masuk ke dalam sana.." Jawabnya santai dengan senyum usilnya.

Dasar cowok iseng, kurang kerjaan amat ngikutin orang pulang kuliah. Kayak penguntit mau nyulik aja.

"Ya sudah, aku pulang dulu ya.." Dia pamit dan aku hanya membalas dengan menganggukkan kepala.

"Kalau ada apa-apa, hubungi saja aku." Senyumnya muncul kembali.

"Makasih ya.."

Dia menyalakan klakson motornya singkat tanda berpamitan, dan kembali melajukan motornya. Setelah tak nampak oleh pandanganku, aku bergegas masuk ke dalam rumah.

Begitulah, sejak saat itu akhirnya aku dan Adit mulai berteman baik di kampus. Dan hampir setiap hari, dia rajin mengantarkan aku sepulang kuliah.

"Lumayanlah, ada ojek pribadi, gratis pula.." Gelakku puas di dalam hati.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!