NovelToon NovelToon

The Civilian : Resurgence

Awal Kisah

"Cepat mundur! Kita terdesak!" Kata Ando memperingatkan seluruh timnya.

Sudah dua hari ini mereka terus dipukul mundur oleh pasukan sipil yang dipimpimpin oleh Wikar. Mereka mengalami berbagai kekalahan di setiap wilayah yang ada.

Tujuan Ando datang ke wilayah ini adalah, untuk meminimalisir korban akibat pemberontakan yang dilakukan oleh warga sipil. Sudah banyak sekali tentara yang tewas sia-sia ketika menginjakkan kaki mereka di tempat ini.

Bahkan, beberapa hari yang lalu para pemberontak berhasil membunuh salah satu Jendral. Jendral itu bernama Juli. Dia tewas setelah mengalami beberapa luka tembak di tubuhnya.

Hari itu, adalah hari dimana para pemberontak mulai melakukan aksinya di seluruh wilayah. Mereka juga membangun kelompok-kelompok kecil untuk membangun markas pertahanan.

Namun, yang aneh adalah, para pemberontak tidak mau menyerang warga sipil yang lain. Mereka mau membunuh dan menyerang, ketika mereka melihat orang asing yang membawa senjata ke tempat itu.

Itupun tidak begitu saja mereka sergap. Tapi mereka akan menanyakan siapa dan dari mana datangnya mereka. Kalau mencurigakan, mereka akan langsung menembak. Tapi jika tidak, mereka akan membawa ke markas, untuk diinterogasi.

Konflik di negara ini memang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Tidak ada yang tahu pasti apa permasalahan yang membuat mereka memberontak kepada pemerintah. Karena situasi yang sulit ini menghambat para tentara untuk membuktikan kebenarannya.

Setiap tentara yang lewat ke tempat ini akan dihujani dengan peluru. Wikar dan kelompoknya bukanlah orang-orang amatir. Mereka sudah ahli dalam segala hal. Meretas, menembak, membuat strategi pertahanan, bahkan mereka ahli membuat bahan peledak dan racun.

Menurut beberapa sumber, ada yang mengatakan bahwa konflik internal ini dipicu oleh pemilihan presiden pada tahun lalu. Mengingat, bahwa sekarang negara mengalami krisis. Baik ekonomi, ataupun moral.

Orang-orang mulai tidak percaya satu sama lain. Mereka saling tuduh dan saling menyalahkan karena konflik ini. Presiden sudah diminta untuk turun dari jabatannya. Tetapi, sampai sekarang belum ada kejelasan dari pemerintah.

Presiden pun sampai sekarang masih ditutupi keberadaannya. Yang mengurus setiap keperluan presiden hanyalah wakil presiden, dengan bantuan para menteri.

Akibat konflik ini, banyak sekali perusahaan negara yang dikuasai oleh pemberontak. Para pemberontak menjalankan dua bisnis besar. Yaitu kain tenun dan minyak. Sehingga mereka memiliki dana yang besar untuk membeli senjata dan amunisi.

Bukan hanya dua bisnis saja yang mereka kuasai, masih banyak usaha kecil lainnya yang sekarang dijalankan oleh mereka. Tapi, yang menjadi perhatian pemerintah adalah kedua bisnis besar itu.

Minyak sudah menjadi kebutuhan pokok bagi negara-negara maju. Begitu juga dengan kain tenun. Kain tenun mengandung nilai seni yang tinggi. Sehingga itu sangat menguntungkan.

Banyak negara-negara maju yang rela membeli dengan harga mahal untuk satu kain yang berukuran satu meter. Bahkan emas dan mutiara pun sampai kalah saing di pasaran.

Para pelanggan dari negara lain tidak mau ikut campur urusan konflik yang sedang terjadi. Yang terpenting bagi mereka adalah membeli dan membayar. Urusan lain, urusan masing-masing.

Banyak orang yang tidak peduli lagi dengan kemanusiaan. Di zaman ini, siapa kuat, dia yang bertahan. Dan yang lemah, akan terus dijajah. Dunia semakin memanas, tidak ada lagi kepedulian antar sesama.

Apalagi, sekarang ini banyak sekali kelompok-kelompok kecil yang juga bergabung dan bahkan mendukung pergerakan yang dilakukan oleh Wikar. Sehingga dia menjadi orang paling ditakuti di setiap wilayah.

Banyak sekali orang berdatangan dari seluruh negara, hanya untuk melihat sosok Wikar yang sebenarnya. Sayang, mereka semua tidak pernah melihat wajah asli Wikar.

Wikar selalu memakai topeng dan tidak pernah sekalipun melepaskannya di depan umum. Seakan, wajahnya hanyalah sebuah dongeng pengantar tidur.

Ada yang mengatakan, bahwa Wikar adalah seorang pemuda yang gagah. Hal itu dilihat dari fisiknya yang tinggi besar. Juga bola matanya yang berwarna biru muda.

Di tempat ini, orang yang bermata biru akan dianggap orang yang Sakral. Tidak banyak orang yang memiliki warna mata seperti itu.

Cerita tentang kehebatan yang dimiliki Wikar sudah malang melintang di seluruh jagat raya. Banyak sekali pembunuh pembayaran yang dikirim untuk mengurusnya, tapi mereka tidak pernah kembali. Sekalipun pembunuh itu adalah orang yang profesional.

Sudah banyak sekali tentara yang mati sia-sia karena menyerang Wikar dan kelompoknya. Entah sudah berapa ribu orang yang mencoba menangani kelompok pemberontak tersebut. Hasilnya selalu nihil. Tidak ada yang berubah.

Pernah suatu ketika, Wikar yang saat itu sedang mengadakan pertemuan dengan orang-orangnya, diserang dengan jet tempur, hingga membuat bangunan yang digunakan untuk melakukan perkumpulan pun hancur.

Tapi anehnya, Wikar keluar melalui puing-puing dan berhasil menjatuhkan jet tempur tersebut hanya dengan sekali tembak. Karena penasaran, salah seorang pemimpin penyerangan tersebut mencoba mencari informasi tentang senjata yang digunakan Wikar pada saat itu.

Senjata itu adalah senjata buatan kelompok Wikar sendiri, yang seharusnya pada waktu itu dijual ke kelompok lain. Tapi karena pembeli itu tewas akibat serangan, akhirnya Wikar menggunakan senjata itu untuk serangan balasan.

"Senjata apa yang mereka gunakan?"

Seorang pemimpin pasukan tertinggi bertanya kepada Ando mengenai kekalahannya pada serangannya yang ke sepuluh kali ini.

Pemimpin pasukan tertinggi itu bernama Jendral Hidi. Dia adalah salah seorang Jendral yang tak pernah mengalami kekalahan satu kali pun. Alasan Jendral Hidi tidak melakukan serangan kepada Wikar adalah, karena Wikar dulunya adalah mantan anggota militer yang memiliki rahasia penting negara.

"Maaf Jendral, saya tidak bisa terus menerus melakukan penyerangan. Senjata yang mereka gunakan kebanyakan adalah senjata otomatis, yang menggunakan listrik. Sehingga itu jauh lebih berbahaya dari senjata biasanya." Kata Ando.

"Baiklah. Dengar, saya pernah bertemu dengan orang-orang seperti kalian. Mereka juga mengatakan hal yang sama. Tapi inti dari semua itu adalah, senjata macam apa yang mampu menghabisi puluhan orang dalam waktu sepuluh menit? Hmm?"

Tanya Jendral Hidi dengan nada tinggi.

Dia sudah sangat kesal dengan perilaku kelompok Wikar yang semakin menjadi-jadi.

Ando yang sadar, bahwa kala itu dia tidak dapat melihat dengan jelas seperti apa bentuk senjata yang telah memukul mundur pasukannya, dia hanya bisa diam tak dapat menjawab pertanyaan dari pimpinannya itu.

Dia masih teringat wajah-wajah pasukannya yang gugur dalam pertempuran itu. Ando tidak bisa memungkiri, sekalipun dia adalah seorang pimpinan pasukan dan sudah pernah bertempur di berbagai tempat, tetap saja dia juga memiliki perasaan.

Dia tidak bisa menutup-nutupi kesedihannya itu. Apalagi, para prajurit yang gugur dibiarkan tergeletak begitu saja. Karena mereka tidak mungkin melakukan evakuasi, dengan keadaan kacau seperti itu.

Kalau hal itu tetap dilakukan, justru bisa membahayakan keselamatan pasukannya yang lain. Apalagi sudah banyak pasukan yang mulai menyerah dengan perintah penyerangan itu. Mereka sudah tidak mampu lagi menghadapi keganasan kelompok Wikar.

Jendral Hidi yang menjadi otak operasi ini pun tidak mendapatkan izin dari pemerintah. Mengingat sudah ada kasus penembakan, yang mengakibatkan seorang jendral tewas.

"Saya akan maju ke medan tempur, kalau sudah mengetahui senjata macam apa yang digunakan oleh Wikar dan kelompoknya. Dan dimana lokasi pabrik senjata mereka."

"Siap!"

Bab 1

Ando masih ingat bagaimana wajah-wajah yang kini telah meninggalkannya. Dia tidak menyangka, kalau ini adalah hari terakhir Ando bersama teman-temannya. Di dalam kamar selebar dua meter itu, dia terbaring dan termenung. Mengingat bagaimana teman-temannya mati dihadapannya sendiri.

Dia sungguh menyesal karena tidak bisa menyelamatkan mereka. Sungguh hari ini adalah hari paling buruk baginya. Dia tidak pernah menyangka kalau semuanya akan menjadi kacau seperti ini. Perlahan dia menutup matanya, mencoba mengingat kembali yang telah dia alami bersama dengan timnya yang masih tersisa.

"Julia, setelah misi ini berhasil, apa yang akan kau lakukan?" Tanya Ando kepada salah satu anggota timnya yang bernama Julia.

Julia adalah satu-satunya anggota wanita dalam kelompok Ando. Dia dulunya anggota pasukan khusus, hingga perang pecah dan dia masuk ke dalam kelompok Ando sebagai penembak jitu.

"Mungkin aku akan membuat rumah untuk ibuku. Dan memikirkan tentang sebuah keluarga." Jawab Julia.

Lalu salah seorang lagi menyambung obrolan itu.

"Apakah kau mau jika memikirkan sebuah keluarga bersamaku?"

Orang itu adalah Tony. Dia adalah anggota terbaik yang dimiliki oleh Ando. Dia dijuluki Si Iblis. Karena dia sudah membunuh banyak sekali musuh saat perang ini dimulai. Dia juga sangat teliti dan sigap dalam semua hal. Terutama dalam merakit senjata, Tony adalah rajanya.

Julia hanya tersenyum, sedangkan Tony dan yang lainnya tertawa. Tony memang orang yang pandai menghibur. Dalam situasi seperti ini, orang seperti Tony sangatlah dibutuhkan untuk menyemangati teman-temannya.

Meskipun Tony tidak memiliki keluarga, dia tetap semangat dan tekun dalam menjalankan tanggung jawabnya. Alasan utama dia ikut ke dalam kesatuan ini, adalah untuk menuntut balas kematian keluarganya yang telah menjadi korban dari kekacauan perang ini.

Sudah lama sekali Tony berada di kelompok Ando. Orang seperti Tony sudah terbiasa melihat kematian, begitu juga kematian teman-teman sebelumnya. Karena kelompok Ando sudah berganti-ganti anggota sejak perang ini berlangsung.

"Asalkan kau tahu Julia, perang ini tidak semudah yang kau kira. Aku dan Ando sudah kehilangan banyak sekali teman. Entah sudah berapa banyak orang yang masuk ke kelompok ini, karena berjuang bersama kami untuk melawan pasukan Wikar. Tapi seperti yang kalian lihat, ini adalah perang. Kematian bisa datang kapan pun kepada kita. Siap tidak siap, mau tidak mau, tetap kita harus menerimanya." Kata Tony.

Dia menjelaskan semua kepada teman-temannya, apa yang telah dia alami bersama Ando.

"Tidak ada orang dilahirkan untuk menjadi jahat, tapi yang harus kalian ingat, bahwa musuh kita bukanlah orang yang baik. Jadi, belas kasihan kalian tidak akan berguna di tempat ini. Kita hanya memiliki dua pilihan, membunuh? atau dibunuh?"

"Baiklah. Periksa perlengkapan! Sebentar lagi kita akan turun!" Perintah Ando kepada anggotanya.

"Siap!"

Suara desingan peluru dan gemuruh terdengar di sana-sini. Suasana benar-benar kacau balau.

"Berlindung!"

"Julia?! D?! Kalian cari posisi terbaik untuk menembak."

"Siap!"

Tim yang beranggotakan tujuh orang itu akhirnya bertempur sekuat tenaga mereka bersama tim yang lain, agar bisa maju ke benteng pertahanan musuh. Mereka sangat kewalahan, karena pasukan musuh mulai menyerang mereka dengan senapan mesin.

Julia dan D yang sedang mencari tempat untuk menembak, diserang oleh musuh yang menggunakan peluncur roket.

"Roket!"

Ando berusaha memperingatkan mereka berdua. Sayang sekali, mereka berdua terlambat untuk menyelamatkan diri. Sehingga Julia terlempar dari atap, dan D tewas seketika. Julia tak sadarkan diri, lalu Ando berusaha menyelamatkannya dengan memberikannya suntikan.

Namun, detak jantung Julia mulai melemah. Pertanda kalau kondisinya sekarang ini sangatlah kritis.

"Medis!"

Ando memanggil tim medis untuk membawa Julia. Tapi, lagi-lagi musuh menembaki mereka, sehingga hal itu membuat tim medis yang membawa Julia pun akhirnya tewas. Jumlah musuh semakin banyak berdatangan. Mereka begitu terlatih dalam menembak.

Tim Ando kini hanya tersisa empat orang Tony, Ryan, Julia yang sedang kritis, dan Ando sendiri. Mereka benar-benar tak bisa berbuat banyak. Karena musuh yang mereka hadapi kali ini bukanlah musuh yang sepadan. Mereka jauh lebih kuat. Satu tembakan tidak cukup untuk membuat mereka mati.

Akhirnya mereka terpaksa mundur perlahan sembari melindungi Tony yang membawa tubuh Julia.

"Cepat mundur! Kita terdesak!"

Ando segera memerintahkan timnya untuk mundur. Mereka akan semakin sulit jika terus menyerang. Mereka berlari sekencang-kencangnya. Dan sampailah mereka pada sebuah rumah kecil. Di tempat itu mereka cukup aman untuk bersembunyi.

"Bagaimana keadaanya Tony?!" Tanya Ando pada Tony.

"Dia sangat lemah. Kita harus segera membawanya pergi ke markas. Kalau tidak, dia tidak akan selamat."

Ando benar-benar menyesal telah membawa seorang wanita ke tempat seperti ini.

"Komandan! Kita tidak bisa terus menerus berada di rumah ini. Mereka pasti akan memburu kita. Lihatlah! Tim yang lainnya dijadikan tawanan!"

Ryan melihat keadaan diluar melalui lubang kecil di rumah itu. Dia melihat kalau anggota dari tim lain ditangkap dan dibawa ke markas musuh.

"Baiklah! Kau masih sanggup Ton?!"

"Aku masih sanggup membawanya! Tapi kita harus memutar jalan agar selamat. Jauh tidak masalah. Karena aku yakin, pasti mobil yang membawa kita juga sudah pergi dari tempat ini!"

Akhirnya mereka terpaksa berjalan kaki memutar jalur yang sangat jauh untuk sampai ke pangkalan. Karena jalur yang tadi mereka lewati sudah tidak aman lagi. Musuh sudah berada di semua tempat, kecuali jalur itu. Mereka hanya berhadapan dengan beberapa musuh yang hanya membawa senjata laras panjang.

"Peluru ku tinggal sedikit komandan." Kata Ryan memberitahu Ando.

"Baiklah. Sekarang giliran kau membawa Julia. Aku dan Tony akan melindungimu!"

"Baik!"

Ryan mengangkat tubuh Julia yang saat itu masih belum sadarkan diri. Kaki Julia sepertinya mengalami keretakan, akibat jatuh dari atap. Ryan yang melihat darah mengalir dari tulang Julia yang menembus keluar, sampai tidak tahan dan akhirnya muntah.

"Sialan! Jangan sekarang! Tidak bisakah menahannya?!" Tony merasa kesal dengan perlakuan Ryan.

Melihat darah orang lain saja Ryan sudah muntah. Apalagi kalau dia yang terluka, bisa saja Ryan langsung tak sadarkan diri. Ryan adalah anggota baru di kesatuan ini. Maklum saja kalau dia sampai muntah melihat darah, karena dia belum terbiasa melihat hal semacam itu.

"Sudahlah! Jangan ribut! Sebaiknya kita bergegas!" Perintah Ando kepada mereka berdua.

"Komandan! Kita curi saja mobil itu. Sepertinya masih bisa digunakan!"

Mereka lalu menuju sebuah mobil Jeep. Mobil itu ternyata masih bisa digunakan. Sehingga mereka bisa sampai dengan cepat ke pangkalan.

Dan di tengah perjalanan, Tony menghentikan mobilnya.

"Kenapa kau berhenti?!" Tanya Ando pada Tony.

"Apa kau akan membawa mobil ini ke markas? Kita bisa ditembaki. Karena ini mobil milik musuh kita."

"Baiklah. Kita lanjutkan berjalan kaki dari sini. Pangkalan sudah terlihat."

Mereka kembali berjalan kaki, dengan Ando yang kini bergantian membawa Julia.

Bab 2

Kakinya gemetar, Ando merasa sangat kelelahan karena sudah bertugas terlalu lama. Dia sedikit mendengarkan ucapan yang dilontarkan Julia kepadanya. Sepetinya Julia mengetahui sesuatu. Sembari berbaring di kasurnya, Ando kembali mengingat ucapan Julia.

Sebuah kode. Ya! itulah yang pertama kali muncul dalam benaknya. Julia pasti mengetahui sesuatu. Dia melihat dengan jelas bagaimana musuh menyerang mereka secara beruntun. Julia pasti mengatakan sebuah sandi senjata yang digunakan oleh musuh untuk menyerang mereka. Karena tugas mereka disana bukan hanya untuk menyerang, namun juga untuk mengamati pergerakan musuh mereka.

"S... D..dd... sen... p...."

Itulah yang dikatakan Julia kepadanya.

Ando langsung mencari Tony, saat itu dia sedang istirahat makan siang bersama Ryan.

"Tony?!"

"Komandan!"

"Aku mencoba mengingat apa yang Julia katakan kepadaku. Dan ini yang aku ingat..." kata Ando sembari menunjukkan catatannya.

Tony dan Ryan memperhatikan dan mencoba memecahkan sandi itu. Sama seperti Ando, Ryan dan Tony juga sependapat, kalau itu adalah sandi untuk sebuah senjata.

"Julia masih kritis. Dia tidak bisa dijenguk untuk saat ini." Kata Tony.

"Kalau begitu. Itu akan menjadi tugas kita untuk memecahkan semuanya." Kata Ando.

Mereka mencoba memecahkan kata-kata itu. Dan menggabungkannya satu persatu. Lalu terbentuklah sebuah sandi, SDD-Senpi. Senpi yang dimaksud oleh Julia adalah Senjata Api. Karena waktu Julia mengatakan hal itu kepada Ando, dia sedang sekarat.

Mereka lalu menemui Jendral Hidi untuk menyerahkan sandi ini. Karena mereka semua yakin, kalau ini adalah sandi senjata yang digunakan oleh Wikar dan kelompoknya. Setelah mengetahui hal itu, Jendral Hidi memerintahkan seluruh Tim Cyber untuk mencoba meretas jaringan kelompok Wikar dengan sandi itu untuk masuk ke dalam Data Base.

"Komandan! Kita diretas. Mereka mencoba memasuki Data Base kita!"

Semua orang yang ada di ruangan itu panik, karena mereka mendapatkan serangan dari militer dengan sistem online.

"Buka pintu untuk mereka. Dan aku akan masuk ke dalam Data Base mereka juga. Mereka mendapatkan informasi persenjataan kita, tapi kita mendapatkan semua rahasia militer mereka." Kata Wikar kepada salah satu anggotanya.

"Siap Komandan!"

Wikar mengambil laptopnya, dan membiarkan komputer utama tetap online, agar dia juga bisa memasuki Data Base militer.

"Matikan listriknya! Kita mendapatkan diserang balik!" kata Jendral Hidi kepada anak buahnya.

Bukan hanya kelompok Wikar yang panik. Tapi militer juga. Karena komputer yang digunakan untuk meretas, kini sudah dimasuki oleh virus yang sangat berbahaya. Wikar jelas lebih ahli dalam peretasan. Karena dia sudah sangat berpengalaman. Tidak seperti anak buah Jendral Hidi yang hanya Tim Cyber biasa.

"Komandan Ando! Siapkan pasukanmu untuk menyerang ke markas musuh. Kita disini akan menyibukkan mereka semua! Karena aku yakin, kita sedang berhadapan dengan ****Wikar****!"

"*Siap Jendral!"

"Ayo kita berangkat*!"

Ando, Ryan, dan Tony langsung berangkat menuju markas musuh, dengan membawa dua puluh orang pasukan. Meskipun Ando tidak yakin kalau rencana ini akan berjalan lancar, dia tetap melaksanakan perintah itu. Karena dia tidak mungkin bisa membantah. Apalagi, sekarang Jendral Hidi yang memegang kendali penuh atas pasukannya.

"Kau yakin rencana ini akan berhasil?" Tanya Tony kepada Ando.

"Sekalipun aku tidak yakin, aku tetap harus melaksanakannya. Karena ini adalah perintah Jendral Hidi." Jawan Ando.

"Kita juga telah kehilangan banyak orang. Dan perang ini belum berakhir sampai sekarang. Aku yakin, pasti ada yang salah dengan pasukan kita."

"Apa maksudmu Tony?" Tanya Ando kepada Tony dengan nada kesal.

"Aku merasa ada yang Jendral Hidi sembunyikan dari kita." Jawab Tony.

..."Apa maksudmu?" Tanya Ando kepada Tony....

Tony sedikit gagap menjelaskan situasi yang sedang terjadi. Perasaannya sungguh kuat, bahwa Jendral Hidi melakukan sesuatu yang tidak diketahui oleh semua anak buahnya. Kecurigaan itu dikuatkan dengan perilaku Jendral Hidi yang sedikit aneh akhir-akhir ini.

Tidak seperti sebelumnya, dia terlihat begitu bersemangat untuk melakukan serangan ke wilayah pemberontak. Tapi kali ini tidak, dia justru tidak memperhatikan keadaan pasukannya dengan baik.

Amunisi dan senjata yang kian hari kian habis pun, seakan tidak dipermasalahkan. Jendral Hidi tidak menghubungi markas pusat. Dia sudah lama tidak melaporkan keadaan di markasnya. Sudah banyak sekali laporan yang menumpuk dimejanya, yang tidak dia kerjakan, dan tidak dia laporkan.

Dia terus menerus mempertanyakan soal persenjataan musuh dan tempat produksinya. Dia tidak ingin tahu apa yang sedang terjadi pada pasukannya. Dia lebih mengutamakan misi yang dianggap konyol oleh pasukannya itu.

"Dengar Ton! Senjata itu pun sangat penting untuk kita. Jika kita berhasil mendapatkannya. Kita juga akan mendapatkan kemenangan kita." Kata Ando.

"Aku sudah mengikutimu selama bertahun-tahun. Tapi aku benar-benar tidak faham dengan apa yang ada dalam otakmu sekarang ini." Jawab Ando.

"Aku harap ini bukan soal balas dendam." Kata Ryan menyela pembicaraan mereka.

Entah apa yang saat itu terjadi pada Ando. Dia tiba-tiba marah dan mencekik leher Ryan.

"Dengar! Teman-teman kita mati karena senjata sialan itu! Jika kita mendapatkannya, aku akan balas serangan mereka! Dan aku akan perbudak mereka sampai mereka benar-benar menyesal, karena mereka telah dilahirkan." Jawab Ando sembari tetap mencekik leher Ryan.

Tony yang melihat hal itu, sama sekali tidak berkutik. Dia tidak mungkin melawan Ando yang sepuluh kali lipat lebih kuat dari dirinya. Dia hanya diam ketika melihat teman barunya dihajar habis-habisan.

"Ingat Itu!" Lanjut Ando.

Ando langsung memasuki mobil dan menunggu para pasukan lainnya siap. Dia mengambil sebatang rokok dan korek dari sakunya. Kemudian menghisapnya dalam-dalam. Dia menyesal karena telah menumpahkan rasa kesalnya kepada Ryan.

Mereka lalu berangkat menuju ke wilayah musuh. Banyak pasukan yang tidak yakin dengan misi yang telah terulang berkali-kali ini. Tapi, tugas tetaplah tugas. Mereka hanya tentara yang dilatih untuk mati dalam medan tempur.

Ando masih belum bisa menghilangkan amarah dan kebenciannya kepada pasukan Wikar, yang telah membunuh banyak sekali anak buahnya. Setiap kali pasukan diturunkan, pasti kelompok Wikar akan langsung menyergap dan membantai.

Tidak peduli apa niat para prajurit ini, yang jelas, siapa saja yang berani menginjakkan kaki di wilayah kekuasaan Wikar, pasti akan dibersihkan. Seakan para prajurit ini adalah sampah yang berserakan.

Jantung mereka berdebar hebat, saat mereka turun dari mobil. **Ando** yang sudah tidak tahan, langsung saja melakukan serangan. Hal itu diikuti oleh **Tony** dan juga **Ryan**, serta anggota pasukan yang lain. Dua puluh anggota pasukan itu begitu beringas menyerang kelompok **Wikar**.

Dibawah perintah **Ando**, serangan kali ini begitu teratur, walaupun tanpa strategi yang baik. Mereka menyerang aset yang penting untuk mengganggu konsentrasi musuh dalam pertempuran. Seperti menembak sniper, meledakkan mobil dan tangki bensin dengan granat.

Baru saja kelompok **Wikar** bernafas dengan lega, mereka kembali diserang dengan brutal oleh pasukan **Ando**.

Saat itu **Wikar** sedang fokus di depan komputer bersama **Tim** **Cyber**-nya. Karena **Tim Cyber** dari militer masih terus berusaha melawan **Wikar** secara online. Kenyataannya, kecerdasan **Tim Cyber** **Militer** tidak ada apa-apanya bagi **Wikar**.

Tapi diluar markasnya, **Wikar** melihat kalau pasukan penjaga telah berhasil dilumpuhkan oleh **Ando**.

"*Ayo kita bunuh bajingan itu*!" Seru **Ando** pada pasukannya.

**Tony** yang melihat **Ando** berubah menjadi ganas, berusaha mengingatkannya. Tapi **Ando** sama sekali tidak mempedulikan hal itu.

**Wikar** yang mengetahui kalau tempat ini sudah dikuasai oleh **Ando**, saat itu juga dia langsung pergi dengan membawa beberapa pasukannya, untuk menyelamatkan diri. Karena situasi mulai genting, dia bahkan sampai meninggalkan senjata andalannya sendiri.

Tertulis jelas pada senjata senjata itu, kalau nama senjata itu adalah **Scott D Dragon**.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!