Peringatan...
Novel ini mengandung unsur kedewasaan, novel ini diperkenankan untuk usia di atas 18 tahun dan bukan untuk yang dibawahnya.
Ini untuk pemanis.
Ini Ara di dunia nyata.
...Awal dari perjalan ku...
Jam menunjukkan pukul 15.45
Ara membuka pintu lalu masuk ke dalamnya, disana nampak seorang wanita.
Rambut panjang yang terurai indah, dengan rambut yang sepanjang alis itu menutupi jidatnya. Dia tersenyum melihat Ara.
"Kau sudah pulang." Ucap wanita itu dengan lembut.
"Ya, aku sangat lapar. Aku harap ada makanan!" Kata Ara, memandang meja makan.
Disana terlihat gadis yang sedikit lebih muda darinya, tadinya ia berdiri memegang piring bekas ia makan, namun melihat Ara ia duduk kembali dan mengambil semua makanan itu.
Dengan cepat dia memakan semua makanan itu.
"Sudah habis." Dia menunjukkan piring kosong melompong itu pada Ara.
'Anak, itu!!' Batin Ara menjerit.
"Oh, ya ampun." Ucap ibu Ara, melihat Ara sembari menutup mulutnya.
Ara langsung mengerti.
"Tak apa, Bu. Aku sudah tidak lapar lagi kok." Ucap Ara, menatap kesal gadis yang tak lain adalah adiknya sendiri, gadis itu adlah satu-satunya adik Ara, mereka hanya terpaut usia 2 tahun.
Si adik sendiri malah tak peduli, dan malah bermain ponsel, tanpa menghiraukan pandangan mata kakaknya yang seakan sudah mau menerkam dirinya.
'Anak itu!!' Tangan Ara mengepal ingin rasanya ia memukul adiknya itu.
"Tapi tadi kau bilang sangat lapar?" Ibunya khawatir.
"Tak, apa, Bu. Sungguh!" Tukas Ara menyakinkan sang ibu.
'Aku, sudah kenyang melihat anak laknat itu!' Tatap tajam Ara, Arin si adik malah mengacuhkannya.
'Anak itu!!!!' Ara dengan kesal masuk ke kamarnya, terdengar suara pintu tertutup dengan kasarnya.
Langsung membuang tubuhnya ke kasur yang empuk, lembut dan nyamannya itu.
"Haiss..." Ingat Ara pada Arin.
"Anak itu, apa dia punya dendam padaku? Setiap melihatku dia selalu saja membuat wajah seperti itu, seolah aku yang salah disini! Ahh..." Teriak Ara semakin kesal.
Hingga bunyi notifikasi masuk dalam ponselnya.
Dengan cepat ia mengambil ponsel yang berada disampingnya, ponselnya ramping
"Oh, udah update ya." Ucap Ara langsung membuka notifikasi itu.
Notifikasi yang berasal dari novel online yang ia baca.
Awalnya ia senyum-senyum di awal, tapi setelah 5 menit kemudian.
Air mata bercucuran membasahi bantal, ia nampak tercengang, seolah tak percaya ia menggumam.
"Tidak!! Tidak mungkin!" Ia mencoba mengelak.
"Tidak, bagaimana bisa kau akhir dari karakter yang kucintai malah mati begini sih!" Ucap Ara histeris.
"Huwaaaaaa." Tangis Ara pecah.
Dia menatap ponselnya, membelakkan matanya, masih tak percaya.
Selama berjam-jam dia menatap ponselnya sambil menangis, matanya mulai jadi merah ia tak berkedip sedikitpun.
"Tidak." Ia terus bergumam.
"Wahai arthor!! Kenapa, kenapa kau membuat akhir tragis untuk karakter yang aku cintai sih??" Tangis Ara, marah-marah sendiri.
'Jika, jika saja. Aku bisa mengubah akhir dari karakter tercintaku, aku.. Aku akan melakukan apapun, kumohon!" Mohon, Ara.
Tiba-tiba sebuah chat misterius masuk. Ara membuka pesan itu.
[Apa, kau ingin mengubah akhir dari karakter mu?] Isi pesan itu.
Ara tercengang melihat isi chat itu.
'Apa, maksudnya ini? Jika, jika bisa tentu, tentu akan kulakukan!" Benak Ara.
Mulai menulis balasan pesan itu.
[Ya, akan kulakukan apapun, jika bisa kumohon!] Balas Ara, matanya mulai tertutup karena sudah terlalu mengantuk.
Dan balasan chat itupun masuk.
[Kalau begitu! Masuklah dalam novel itu, dan selamatkan karakter yang ingin kau lindungi itu!] Balasan dari chat itu yang masuk, bersamaan dengan Ara yang mulai tertidur.
Bersambung...
Selamat membaca!
Buat pemanis aja, ini Athalla, oke!
...Bagun di dunia baru!...
Saat Ara membuka matanya, ia sudah berada dalam sebuah rumah kayu sederhana, ada beberapa rak yang tersusun rapi, disana ditaruh beragam obat.
Ara yang berdiri di tengah itu merasa heran, mengapa rumahnya menjadi seperti ini.
"Apa yang terjadi? Apa aku sedang mimpi." Dia mencubit pipinya, dan rasanya tentu sakit.
"Auch.." Sakit Ara.
'Ini bukan mimpi! Terus ada dimana aku sekarang?' Benak Ara, melirik ke segala penjuru ruangan tempat ia berada.
Tiba-tiba saja, sesuatu seperti kejutan listrik masuk ke kepala Ara, itu adalah ingatan dari si pemilik tubuh yang asli.
Ara juga masih kebingungan, ia lalu mencoba mengingat apa yang ia lakukan hingga jadi seperti ini.
'Semalam, aku menangis tersedu-sedu karena karakter tercintaku mati, kemudian ada chat aneh yang bilang apa aku ingin menyelamatkannya' Pikir Ara.
"Kalau begitu, mungkinkah!" Ia semakin menduga.
"Benar! Aku bisa menyelamatkan karakter tercintaku." Menepuk kedua tangannya, ia mencari sebuah kalender.
"Beruntungnya, pemilik tubuh ini m miliki tanggal, kalau begitu!" Ia mencari tanggal hari ini, dan melalui ingatan dari si pemilik tubuh itu, ia tahu tanggal berapa sekarang.
Si pemilik tubuh yang asli merencanakan untuk keluar mencari tanaman obat pada 13, Ara kemudian melihat tanggalnya.
Dan itu tepatnya besok.
"Baiklah, pada tanggal 12 tahun 1955." Ara mulai berpikir.
'Di novelnya, dia mati tahun 1963 kalau begitu aku kembali jauh sebelum itu, tapi tanggal ini adalah...' Ara mencoba mengingat kembali isi dalam novel itu.
Setelah mengingatnya, Ara langsung berdiri dan mulai berlari memasuki hutan yang lebat.
'Benar, hari ini. Waktu dimana Athalla (karakter tercinta Ara), masuk ke hutan dan kalau aku benar maka sekarang dia pasti sedang dalam masalah!" Ia semakin mempercepat lariannya.
"Ahkkkk.." Athalla terjatuh, kakinya terluka, lumpur menutupi bajunya yang mewah yang telah koyak, compang-camping.
"Groar." Suara serigala yang mengejarnya semakin mendekati anak itu, serigala yang sudah siap langsung mencoba menerkam Athalla.
Athalla menutup matanya, mengira dirinya sudah jadi santapan serigala yang kelaparan itu.
Namun sudah lewat dari beberapa menit, ia masih tak merasakan sakit. Ia membuka mata, di depannya, seorang anak perempuan yang mungkin 4 tahun lebih tua darinya, menahan serigala itu.
"Kau, serigala bodoh! Berani sekali kau!!!!" Teriak Ara, membara ia melirik kebelakang melihat keadaan Athalla.
Mata membulat sempurna, ia kemudian melihat serigala yang masih berusaha itu, dangan api kemarahan yang terbakar itu, dengan cepat Ara menyerang serigala itu.
Nahas bagi serigala itu ia tak dapat mengelak, Ara membuat banyak sayatan besar dari belati yang ia bawa hingga membelah serigala itu jadi 2 bagian.
"Rasakan itu!" Ucap Ara yang masih sangat marah.
Athalla dibelakangnya terkesima kagum. Tapi juga agak takut melihat apa yang terjadi pada serigala yang malang itu.
Seketika Ara berbalik memandang Athalla, didapatinya luka dikaki dan beberapa goresan kecil akibat berlari, baju yang sudah tak layak pakai itu dengan lumpur yang menempel padanya.
"Anda tidak apa-apa, pangeran?" Tanya Ara cemas.
"Em, tidak. Tapi terimakasih sudah menolongku." Ucap Athalla terlihat agak takut pada Ara.
Ara menghela nafas, dia melihat luka di kakinya, ia berdiri dan mencoba mencari sebuah tanaman obat disekitar sana.
Beruntung hutan itu memiliki banyak sekali obat yang bertebaran dimana-mana.
'Syukurlah, tubuh yang aku masuki ini adalah ahli dalam bidang pengobatan' Lega Ara.
Ia membawa tanaman obat itu, dihaluskan dan kemudian menaruhnya pada luka Athalla.
"Ini mungkin akan sakit jadi tahanlah ya?" Ucap Ara lembut.
Athalla mengangguk, meski begitu ia tak berteriak kesakitan, seolah itu memang biasa.
Ara melihat Athalla, yang dekil dan kotor wajahnya pun tak bisa nampak jelas dengan kotoran yang menempel di wajahnya. Apa lagi dalam kegelapan malam.
"Hm, pangeran jika anda tidak keberatan. Bagaimana jika anda ke rumah saya dulu, anda bisa membersihkan diri nanti." Ucap Ara.
Athalla melihat ke bawah bajunya, dilihat kotor, dan memang harus dinganti. Anak itu mengangguk.
Sekarang mereka sudah sampai ke rumah pemilik tubuh yang dimasuki Ara.
"Maaf, jika rumah saya terlalu sederhana. Semoga anda tetap merasa nyaman." Ara sedikit malu.
"Tak, apa. Akulah yang sangat berterimakasih karna sudah mau menolongku." Athalla menggeleng.
Wajah polosnya yang tertutupi lumpur masih sangat manis untuk dilihat.
'Ini adalah karakter tercintaku, ya ampun rasanya ingin nangis lihat dia ada disini sekarang' Ara terharu.
"Baiklah, lebih baik anda segera membersihkan badan anda pangeran, saya akan menyiapkan pakaian untuk anda." Ara mencari baju untuknya.
Selepas membersikan tubuhnya, wajah Athalla yang tadi kotor kini sudah bersih.
Kulit putih, yang mulus, mata biru permata yang indah, bulu mata yang panjang, dengan rambut kuning emasnya, sesuai dengan deskripsi dari novel.
Meski hanya memakai baju sederhana seperti rakyat biasa, namun tetap saja aura pangeran darinya tak bisa lepas.
'So cute, baget!!" Ara terperanjat, ingin ia memeluknya tapi ia tahan.
"Baguslah, baju itu sesuai dengan ukuran anda pangeran." Senyum Ara.
"Iya." Athalla melihat kebawah.
Saat itu Ara sadar dia itu hanyalah orang asing dimatanya,meski baginya diasudah mengenal Athalla dan tahu apa yang ia hadapi.
"Oh, saya sudah menyiapkan sup hangat untuk anda pangeran, itu akan bagus untuk anda." Ara menunjuk ke arah meja makan kayu yang sederhana itu.
"Silakan." Dia mempersilakan Athalla untuk makan.
"Bagaimana enak?" Tanya Ara tersenyum.
"Enak." Angguk Athalla.
'Manis banget sih' Geram Ara.
"Terima kasih." Gumam Athalla.
"Untuk apa?" Ara bertanya.
"Semuanya, kau sudah menolongku dari serigala tadi, membiarkanku menginap dirumahmu, memberikan sup hangat untukku, padahal kau tidak harus melakukan ini semua!" Jelas Athalla.
"Tidak.." Ara menggeram, air mata mulai berlinang, tak kuasa ia menahannya.
Athalla yang melihat Ara menangis langsung bingung, dia tak tahu apa salahnya.
"Kumohon, jangan bilang begitu!!!" Dia menangis hingga ingusnya juga ikut keluar.
"Huhu, huhuhuhu." Ara masih menangis, ia mengigat bagaimana Athalla sang karakter tercintanya itu mati dengan tragis.
"Jangan menangis, aku tidak mengerti. Kumohon.." Ucap Athalla gelisah.
"Kalau begitu, berjanjilah. Kau tidak akan mengatakan hal seperti itu lagi!" Kecam Ara.
"Baiklah." Athalla menelan ludah.
"Pangeran aku janji, aku akan melindungimu, akan berada disampingmu, jadi janga mengatakan itu lagi!" Ara menunduk.
"Padahal, kita baru saja bertemu, tapi sepertinya kau sudah mengenalku lamanya?" Kata Athalla, jauh lebih santai ia sudah tak menundukkan kepalanya ke bawah.
'Ya, itu pasti! Lagipula aku kemari hanya untuk menyelamatkanmu tahu, tapi akukan tidak bisa bilang kalau kau itu hidup dalam sebuah novel, bisa jadi kau mengira aku ini gila' Batin Ara.
"Itu, karna saya ingin jadi temannya pangeran!" Jawab Ara.
"Teman?" Ucap Athalla.
"Iya." Angguk Ara.
"Begitu-nya? Benar aku belum tahu namamu siapa?" Tanya Athalla mendongakkan kepalanya.
Ara menepuk jidatnya, baru ia sadari hal itu. Karena hanya fokus pada Athalla.
"Namaku Suren." Jawab Ara.
'Sebenarnya bukan nama asliku' Batin Ara.
"Aku, Athalla." Sahut Athalla.
"Kalau dilihat, sepertinya kamu lebih tua dariku ya, mungkin 4 tahun lebih tua?" Pikir Athalla melihat tinggi tubuh Suren.
'Benar, tapi dari ingatan pemilik tubuh ini, aku harusnya berumur 10 tahun, meski aslinya sudah 18 tahun sih' Ara berpikir.
"Aku 10 tahun." Ucap Ara yang juga kaget dengan umur mereka yang sepantara.
"10 tahun? Kita sebaya dong ya, kukira kau jauh lebih tua dariku." Ucap Athalla yang juga kaget.
"Oh iya, sudah larut malam lebih baik anda beristirahat sekarang. Aku yakin para kesatria kerajaan akan mencari anda besok." Ucap Ara, membawa piring Athalla.
"Maaf jika kasurnya terlalu sederhana." Tawa hambar Ara.
"Ya, tak masalah." Athalla membaringkan tubuhnya di kasur, yang jauh dari kata empuk itu, tidak terlalu nyaman dan juga sempit.
Ara tersenyum, ia kemudian mengambil satu bantal dan tidur tamah yang sudah ditaruki kain tipis sebelumnya.
"Suren!!" Athalla tersentak, juga membuat Ara kaget.
"Ada apa?" Tanya Ara.
"Kanapa kau tidur di tanah?" Athalla nampak sudah hampir menangis.
"Ini, tidak apa-apa, lagipula kasurnya hanya ada satu, mana mungkinkan kalau saya menyuruh pangeran tidur di tanah?" Jelas Ara, sementara air mata sudah berlinang dipeluput mata Athalla.
"Jadi begitu! Karna aku." Air matanya kini sudah jatuh melewati pipinya yang mulus.
"Kenapa, menangis pangeran?" Ara cemas, mendekatkan dirinya pada Athalla.
"Kau.. Kau jangan tidur di sana! Tidur saja di kasur, lagipula inikan rumahmu!" Pinta Athalla.
'Seperti yang dijelaskan dalam novel Athalla tidak akan bisa tahan jika melihat yang seperti ini. Aduh baiknya!' Batin Ara menghela nafas.
Dan pada akhirnya mereka jadi tidur dikasur yang sama, meski agak sempit tapi cukup untuk mereka berdua.
'Pada akhirnya kita malah tidur satu ranjang' Ara merasa agak canggung.
"Selamat tidur Suren." Ucap Athalla lembut.
Wajahnya teramat dekat dengan Ara, rona merah muncul di pipinya.
'Uh, tampannya!' Batin Ara menjerit.
"Selamat tidur juga, pangeran!" Sahut Ara.
Dia membalikkan badan agar tak perlu memandang wajah Athalla.
'Ya ampun, melihat wajah Athalla membuat jantungku berdebar, tapi diakan masih anak-anak akukan 8 tahun lebih tua darinya. Benar anggap saja dia sebagain adik kecilku!' Ara memantapkan hatinya.
Tiba-tiba tangan mungil Athalla melingkar, memeluk Ara.
'Ya, ampun aku bisa gila' Jerit Ara, membiarkan tubuhnya dipeluk Athalla.
...Pengumuman...
Maaf semuanya, mulai Minggu depan novel ini bakal update 2 kali tiap Minggu, pengennya aku setiap hari tapi tugas ruamahku lagi numpuk, kalau nggak ngerjain aku bisa hilang kepala nanti ◕‿◕。
Maaf-nya, selamat membaca, semoga suka
( ⚈̥̥̥̥̥́⌢⚈̥̥̥̥̥̀) Bye...
Ini untuk pemanis aja.
Raja, ayahnya Athalla dan Yurisein.
Yurisein, pangeran ke-2. Saudara dari ayah Athalla.
Ratu, ibu kandungnya Yurisein.
...Keluarga kerajaan...
Paginya, Ara bangun lebih awal, hari masih sangat gelap.
Tapi sepertinya ia sama sekali tak tidur semalaman, kantung matanya sudah jadi seperti mata panda.
'Uh, gara-gara Athalla yang memelukku semalaman aku jadi tidak bisa tidur' Ara melihat ke arah Athalla yang masih tertidur pulas.
Wajahnya tampak rileks, rambut emas khas keluarga kerajaan, dengan bulu mata yang panjang itu.
'Sudah pasti, jika dia sudah besar pasti akan sangat menawan!' Batin Ara mendekat pada wajah polos sang anak kecil itu.
"Jika ini sesuai dengan novelnya, harusnya mereka akan datang menjemput Athalla pagi nanti kan." Pikir Ara.
"Sekarang, bagaimana aku bisa terus bersama Athalla jika dia pergi ke kerajaan?" Dia melirik sang anak yang masih tidur itu.
Kepalanya, dipenuhi pertanyaan bagaimana ia akan bisa berada disisi Athalla jika dia pergi ke kerajaan.
Bersamaan dengan itu, matahari mulai terbit sedikit demi sedikit, cahayanya masuk melewati celah rumah kayu itu.
Cahaya hangat yang membelai, rambut Athalla yang kuning emas memantulkan cahaya matahari itu, rambutnya tampak jauh lebih terang keemasan.
Matanya mulai terbuka, namun masih samar mencoba menyesuaikan dengan warna matahari yang sudah silau.
"Suren?" Ucap Athalla, mengucek-ucek matanya, rambutnya berantakan.
"Oh, pangeran sudah bangun ya?" Ara mendekat padanya membawa sepiring makanan.
"Hm." Jawab Athalla masih linlung.
"Ayo bangunlah, cuci muka dan kemudian makan." Lembut Ara.
"Iya." Senyum manis Athalla.
"Makanan buatan Suren sangat enak." Puji Athalla.
"Haha, terimakasih pangeran." Balas Ara.
Kemudian muncul sebuah suara dari ketukan pintu rumahnya, Ara segera berdiri dan membuka pintunya.
Disana sudah berdiri beberapa pria tegap, dan gagah memakai baju zirah, dengan lambang kerajaan.
"Maaf nona, apa anda pernah melihat anak berambut kuning keemasan, kami sedang mencari pangeran pertama!" Ucap pria tegap itu.
'Aku sudah tahu mereka akan datang, tapi tidak kusangka ternyata secepat ini. Dan aku masih belum mendapatkan ide bagaimana cara untuk tetap berada disamping Athalla' Jerit Ara kebingungan dalam hati.
Athalla yang mendengar ia sedang dicari langsung keluar menampakkan wajahnya.
"Oh, pangeran." Ucap mereka kompak.
"Pangeran ada disini? Syukurlah pangeran baik-baik saja!" Ucap pria itu lega.
"Iya, Suren yang menolongku." Balas Athalla.
"Kalau begitu kami akan membawa pangeran pulang ke kerajaan. Dan untukmu terimakasih sudah menolong pangeran kami, sekarang kami akan kembali." Ucap ramah kesatria itu.
"Sebentar!" Ucap Athalla menghentikan langkah mereka.
Dia berjalan mendekat pada Ara, memengang tangannya.
"Suren, ikutlah denganku!" Pinta Athalla.
Ara kaget dengan yang dikatakan Athalla, semua yang disana juga.
"Kau bilang akan berada di sisiku, jadi ikutlah denganku!" Tegas Athalla.
Karenanya Ara pun bisa ikut ke kerajaan bersama Athalla.
'Padahal aku sudah berpikir bagaimana caranya bisa ikut, tidak kusangka Athalla sendirilah yang menemukan jawabannya untukku' Ara bernafas lega.
"Oh, iya nona, pangeran bilang anda yang telah menyelamatkan ia, apa itu benar?" Tanya seorang dari mereka.
"Iya, aku hanya menolong dia dari serigala, menyembuhkan lukanya, dan membiarkan ia menginap di rumahku saja!" Senyum lembut Ara.
Mendengar itu mereka tersentak kaget.
"Apa nona membunuh serigala itu?" Tanya yang lain.
"Itu hanya kebetulan, aku bisa membelah serigala itu jadi 2 saja!" Sambung Ara.
Mereka langsung terkesiap kagum.
"Nona pasti handal dalam bermain pedang."
Pertanyaan demi pertanyaan muncul satu persatu, hingga muncul sebuah pertanyaan yang membuat mereka kaget.
"Berapa umur nona?" Tanya pria yang berbadan agak kurus diantara mereka.
"Aku? Umurku 10 tahun." Jujur Ara.
"10 tahun, kalau begitu nona seumuran dengan pangeran?" Ucapnya dianggukkan oleh Ara.
Dalam waktu singkat Ara dan para kesatria itu jadi dekat, hanya ada satu kesatria yang tidak berbicara padanya, namun ia terus menatap Ara lekat.
'Orang itu, dari deskripsi novelnya, aku yakin dia harusnya sir Alex, dia juga mendapatkan julukan si mata pedang. Juga orang yang berada di pihak Athalla bahkan saat Athalla hendak dieksekusi dia terus mencoba agar bisa menyelamatkan Athalla, aku tidak akan pernah lupa betapa baiknya ia pada Athalla' Ara memandangnya.
'Tapi, kenapa ia terus menatapku nya? Sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu' Duga Ara.
Dalam perjalanan kembali ke kerajaan, tiba-tiba segerombolan serigala muncul mengelilingi mereka.
"Lindungi pangeran!!" Teriak pemimpin kesatria ini.
Para kesatria melindungi Athalla, namun mereka seperti tak ada habisnya, setelah diserang mereka akan bangun lagi.
"Sungguh menyebalkan, kenapa mereka Bagun terus sih, para serigala bangsat ini!' Umpat Ara.
Hingga satu dari serigala itu menerjang kereta Athalla, Ara melihat Athalla, ada sedikit goresan pada wajahnya luka itu menyebabkan darah mengalir dari pipinya.
Ara yang melihatnya langsung menatap tajam para serigala itu.
"Kalian!!! Berani membuat Athalla ku terluka!!" Teriak Ara.
Melihat pedang yang tertancap di tanah ia dengan cepat mengambilnya, dia menerjang seperti badai, semua serigala itu tak luput dari kemarahannya yang membara.
Semua serigala itu langsung ditusuk bersamaan hingga tembus, darah dari parah serigala itu membanjiri sekeliling.
Ara menatap tajam beberapa serigala yang masih bersisa.
"Kalian mau mati?" Ucap Ara, serigala itu langsung mencuit, mundur perlahan dan lari, tak sanggup melihat tatapan kematian Ara.
Para kesatria juga jadi diam membatu, termaksud Athalla.
"Pangeran!" Ia langsung menghampiri Athalla, tak sadar betapa kagetnya para kesatria dan juga Athalla.
"Ya, ampun pipi Anda terluka, ini.." Dia pergi ke sisi pohon besar dan mengambil beberapa tanaman kemudian dihaluskan, dan ditaruhnya pada pipi Athalla seketika luka itu langsung sembuh.
INFO
Dunia itu memiliki sihir, jadi tanaman bisa memiliki kemampuan penyembuhan yang magis. Tergantung pada jenis tanamannya.
"Nona.." Ucap seorang dari kesatria, dia masih tercengang dengan apa yang ia barusan lihat.
"Saya tahu anda pandai bermain pedang, tapi saya tidak tahu jika anda ternyata sangat hebat!" Ucapnya terbata-bata.
Ara langsung sadar dengan itu, ia hanya bisa nyengir khasnya.
"Oh iya, apa maksudnya dengan Athallaku??" Tanya satu dari mereka, seorang anak laki-laki yang mungkin 3 tahun lebih tua dariku.
Rona merah muncul di wajah Ara, tampa sadar ia mengatakan itu membuatnya malu setengah mati.
"Itu, aku.." Dia gugup.
"Aku, maksudku, pangeran itu adalah temanku satu-satunya jadi aku tidak akan mau sampai dia terluka, haha." Elak Ara.
Karenanya dalam setiap mereka menemui masalah, Ara akan maju, dan menghabisi mereka semua tampa kenal ampun.
Mereka akhirnya keluar dari hutan lebat, yang dilarang masuk itu.
"Biasanya kita butuh waktu setidaknya 3 hari untuk bisa keluar dari hutan lebat itu, tapi berkat nona Suren kita hanya perlu melalui setengah hari." Ucapnya menatap Ara.
"Iya.." Ara cengengesan.
Mereka memasuki area istana, mereka masuk dalam aula tempat singgasana raja.
"Ini, dia sang raja yang dengan teganya membunuh anaknya." Gumam Ara, ia tampak marah.
Setelah pintu berlapis emas dan perak itu dibuka, yang tampak dari situ adalah seorang pria muda, memiliki rambut emas yang sama dengan Athalla, mata permata yang terang.
Seorang wanita yang berdiri disampingnya, rambut merah bergelombang, dengan mata Ruby nya yang indah.
"Kau sudah kembali?" Ucap pria itu, ditujukan oleh Athalla.
"Ya, yang mulia." Jawab Athalla penuh hormat.
'Ya, yang mulia? Kalau begitu dia adalah ayah dari karakter tercintaku itu?' Batin Ara memandangnya lekat.
'Ya ampun, kupikir rajanya itu adalah pria tua yang beruban dan berjanggut, tapi ini!! Aku tahu dalam novelnya tidak terlalu banyak deskripsi tentang ayahnya Athalla tapi meski begitu, bagaimana bisa arthor nya membuat dia dengan sangat tampan!!!' Batin Ara terpikat.
'Dia sih benar-benar tipe idealku banget!!!' Kembali ia terpesona, seandainya bisa di itu pasti sudah ngiler.
Raja itupun melihat ke arah Ara, yang menatap ia lekat.
"Lalu siapa dia?" Unjuk sang raja pada Ara.
"Dia, orang yang sudah menolongku, aku membawanya sebagai pelayan pribadiku yang mulia, saya harap anda mengizinkannya." Jelas Athalla.
"Baiklah, karna dia sudah menolongmu, kau bisa menjadikan dia pelayanmu." Tutur sang raja.
Tak lama dari pintu besar itu masuk lagi seorang anak, juga memiliki rambut kuning emas anggota keluarga kerajaan.
"Kudengar, kakak telah kembali?" Tanya anak itu.
'Ini ada dalam cerita novel itu, kalau begitu dia pasti Yurisein, pangeran kedua!' Sekali lagi mata Ara terbelalak melihat Yurisein.
'Apa ini! Kenapa Yurisein yang aku kenal jahat dalam novelnya bisa sangat menawan begitu, dia sangat tampan meski masih kecil!' Ucap Ara dalam hati, meringis atas ketampanan dan juga kecantikan dari keluarga kerajaan itu.
"Eh.." Di tersentak kaget.
Dia menatap Ara, sepertinya tidak tahu mengapa ia ada di sana. Ara tersenyum lembut padanya.
"Kenapa, kenapa ada gelandangan di dalam kerajaan?" Tanya anak itu menunjuk Ara.
'Haish.. Anak itu! Menyesal aku bilang ia tampan dan menawan, kata-katanya pengen buatku menguliti dia deh!' Geram Ara, hilang sudah rasa kagumnya pada Yurisein.
"Yurisein, dia bukan gelandangan dia orang yang sudah menolongku waktu di hutan!" Jelas Athalla.
"Oh, begitu. Maaf tapi pakaianmu benar-benar jelek, sama seperti wajahmu!" Tambah anak itu.
'Anak ini, begitukah cara minta maaf sambil menghina?' Geram Ara.
'Entah mengapa, aku rasanya bisa melihat anak itu di dalam dirinya, memikirkannya membuatku kesal!!' Ara mengigat Arin, sama dengan Yurisein, caranya menghina Ara benar-benar sama menjengkelkannya.
"Baiklah, kalian bisa keluar sekarang, dan Athalla cepat bersihkan dirimu, kau sangat kotor." Ucap sang raja, melihat penampilan Athalla yang mirip denganku.
"Baik yang mulia." Dia membungkuk hormat kemudian pergi meninggalkan ruangan itu.
Sementara Ara masih terus terngiang ucapan Yurisein yang membekas pada ingatannya, memikirkannya membuat ia naik darah.
"Perkataannya Yurisein jangan dimasukkan ke hatinya, dia memang begitu tapi dia anak yang baik kok!" Ucap Athalla mencoba menenangkan hati Ara.
"Ya." Balasnya.
'Benar, untung saja ada Athallaku yang manis dan baik, jika tidak aku akan terus merasa kesal!' Batin Ara.
Bersambung..
(っ.❛ ᴗ ❛.)っ Aku sayang kalian.
Bye..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!