NovelToon NovelToon

The Crazy Testament

Prolog

SENJA, berwarna jingga kemerah-merahan yang siapapun memandang akan mengagumi dan memuji menghaturkan syukur kepada sang Penciptanya. Dan senja itu juga yang membuat seluruh hidup gadis manis dan cantik itu bertukar warna berubah menjadi hitam kelam seolah menelan seantero jagad raya.

Gadis itu terdiam cukup lama, masih mencerna dan juga tidak percaya bahwa orang yang sangat ia sayangi dan berharga baginya, pemuda yang selama ini selalu melindungi dan menjaganya. Hilang. Sungguh sangat menyayat hati. Entah apa yang terjadi, hanya kabar duka yang mereka dapatkan dari perusahaan tempat pemuda itu bekerja.

Tubuh sang pemuda tidak ditemukan di antara puing-puing reruntuhan gedung tersebut. Direktur dan para Karyawan yang bekerja satu perusahaan dengannya yang menyampaikan kabar duka tersebut.

Kenapa malang sekali nasib sahabat tercinta, ia bahkan belum bertemu dengannya, bagaimana bisa ia sekarang malah kehilangan pemuda yang telah dari kecil menjadi sahabat baiknya itu. Bahkan sekarang ia tidak bisa lagi menatap atau berbicara dengan sahabatnya.

Apalagi ketika mendapati keluarga orang tua pemuda itu terkhusus ibunya. Ibu pemuda itu sangat terpukul karena kehilangan buah hati satu-satunya. Anak yang selalu menjadi kebanggaan, tak meninggal kan jejak sama sekali.

Dunia gadis cantik itu seakan runtuh, airmatanya mengalir tak terbendung lagi, ia terduduk lemas dengan pandangan kosong. Yang ia dengar hanyalah suara dari perempuan paruh baya, ibu dari pemuda yang selama ini jadi sahabatnya "Mana mungkin ini terjadi, ini tidak mungkin. Oh malangnya anakku, aku mau ketemu anakku, lepaskaan aku!!!" hanya tangisan dan raungan memekakkan telinga yang bisa ia dengar,

Ia langsung luruh kelantai, jatuh memegangi dadanya yang mulai sesak. Gadis itu menangis, terus menangis dan seketika tubuhnya ambruk, sayup-sayup ia mendengar bahwa mereka tidak bisa menemukan tubuh pemuda kesayangannya itu.

                                   ***********

Dua minggu berlalu setelah kejadian menyakitkan, bahkan itu masih menyisakan luka yang menganga. Tak disangka datang sesosok pemuda berwajah tampan nan datar membawa sebuah berita, yaitu sebuah W**asiat gila** dari sahabat tercinta.

Membuat gadis cantik ini semakin gila dan hilang akal rasanya. Ingin ia tertawa tapi ini sama sekali tidak lucu, ingin ia menangis tapi ini juga bukan cerita duka, hanya saja ia bimbang dan frustasi dengan keputusan yang akan dia hadapi.

Ia bingung dengan situasi ini, apakah ia akan menerima wasiat itu dengan lapang dada, atau hanya sekedar menjalaninya agar wasiat itu tetap terpenuhi atau sebaliknya yaitu mengabaikan wasiat itu.

Tidak hanya gadis bermata hazel itu yang bingung dengan situasinya, pemuda yang membawa surat wasiat itu juga tak kalah stres dan bingung, ia bahkan tidak tau harus bersikap bagaimana.

Pemuda yang dari awal ia adalah pemuda berhati dingin malah bertambah dingin, cuek dan acuh, ia seperti menyimpan duka dalam hidupnya, apalagi setelah kehilangan sahabat baiknya sekaligus sahabat gadis itu.

Hingga sebuah keputusan membuat hidupnya berubah 200° dari sebuah kesepakatan gila menjadi tidak bisa menghindarinya, menghindari setiap garis kehidupan yang telah tertulis untuknya, dan juga untuk gadis itu. Walaupun mereka berdua masih menyangkal bahwa apa yang telah terjadi adalah memang benar adanya. Karena cinta datang dari banyaknya kebersamaan. Akankah pemuda dan gadis tersebut akan menerima situasi ini? ataukah mereka akan tetap mengabaikan nya.

...                                                                                    **********...

...Oke, tulisan ini udah lama, cuma saya coba publish kesini, mudah-mudahan para pembaca menyukainya, jadi jangan lupa sukai ya....

...mohon masukannya ya...

...terima kasih...

Sebuah Kenangan

Tak terasa hampir setahun Indra bekerja diluar Negeri, disebuah perusahaan pupuk ternama dibagian barat Texas, Amerika Serikat. Indra sangat menginginkan pekerjaan itu konon katanya sesuai dengan basic dia yang tamatan sarjana Sains.

Keluarga maupun Kirana sebagai sahabat pun tidak pernah melarangnya mengejar cita-citanya. Ia ingin menjadi bagian orang-orang yang menemukan cara merawat tanaman agar berbuah lebat dan tahan akan hama tanaman.

Indra sering bercerita pada Kirana sahabatnya tentang cita-cita dan mimpinya yang ingin membangun sebuah perusahaan penyedia pupuk terbesar di Kota mereka, agar ketika perkebunannya membutuhkan pupuk dalam jumlah banyak, dan dia tidak pusing lagi memikirkan cara mendatangkan pupuk dari daerah luar.

Indra juga bersemangat akan menjadikan Kirana sebagai asisten pribadi, tapi Kirana hanya mengangguk saja mendengarkan sambil tersenyum, menyembunyikan kesedihannya.

...****************...

(Flashback on)

"Woy kenapa diam saja ? gimana Ran? Kerenkan mimpi gue?" ujar Indra di suatu sore saat mereka sedang menikmati senja dan semilir angin dipondok belakang rumah Kirana.

"Hmmm biasa aja, keren lagi oppa Seo Joon gue yang udah banyak main drakor" ujar Kirana yang biasa dipanggil Ran, menjulurkan lidahnya. Indra pun bergidik jijik menatap Ran.

"Lu masih aja ngomong oppa oppa Korea, serius pengen gue cuci otak lu biar bersih, banyak virus oppa yang bersarang disitu " tegas Indra memasang muka sok jijik dan membuat Kirana tersenyum

"Ah lu gak bisa diajak kompromi dalam hal peeerdrakoran, gak asik kayak Dinda (Dinda adalah sahabat mereka berdua juga), pake mau cuci otak gue lagi, lu pikir otak gue baju" seru Kirana sambil memijit kepalanya yang tidak pusing sama sekali

"Gue lagi gak ngebahas oppa jeleek lu, tapi lagi ngebahas masalah kerjaan gue, secara gue diterima diperusahaan impian gue dan wow banget loh, apalagi dengan Title gue yang masih bau kencur masih Sarjana Strata satu, terus gue kesini mau dengar pendapat lu sebagai sahabat gue gimana sich?" jelas Indra dengan wajah agak kesal

"Trus lu mau gue jawab apa? Kalau gue bilang gak boleh emang lu mau dengar" Kirana bingung harus bagaimana, disatu sisi Kirana sangat senang Indra mendapatkan pekerjaan yang sangat dia inginkan, bahkan tak lama setelah ia lulus Sarjana.

Namun di lain sisi Kirana tidak munafik, bahwa ia akan sangat kehilangan sahabatnya itu karena notabennya Kirana masih membutuhkan dan tidak rela kalau Indra pergi sejauh itu.

"Hmmmm...gue mau denger yang jujur dari lu" ujar Indra sambil menompang dagunya seakan berpikir berharap ada jawaban lain dari Kirana

"Gue sih maunya lu disini aja, gak ninggalin gue jauh-jauh gitu, ntar kalo gue butuh bantuan lu, lu nya kagak ada" kata-kata Kirana malah membuat Indra tertawa terpingkal-pingkal dan membuat Kirana kesal, ia menatap tajam kearah Indra

"Lu gak mau jauh dari gue..? Gilaa...mimpi apa gue semalam?" mengejek Kirana yang hanya ditanggapi Kirana dengan memanyunkan mulutnya tanda tak suka.

"Bukan gitu nyet, gue cuma gak mau aja kehilangan kacung gue, yang selalu siap antar dan temenin gue kemana aja gue pergi" kilah Kirana dengan kesal dan seketika membuat Indra berhenti tertawa

"Oh jadi gitu , kirain gue lu gak mau jauh dari gue" ucap Indra dengan mimik wajah yang susah Kirana tebak, ia sangat berharap setidaknya Kirana menahannya untuk tidak pergi, tapi tanggapan Kirana yang biasa saja membuat Indra sedikit sedih, tapi dia tetap berusaha tersenyum walau hati terasa sakit.

"Gue gak mau jadi orang yang menghambat keinginan lu, lu kan pengen banget kerja ditempat hebat seperti itu, apalagi lu bekerja keras dalam mendapatkan pekerjaan ini, dan gue cuma mau liat lu menggapai mimpi lu walaupun gue sebenarnya gak rela, tapi orang tua lu gimana? Mama lu kan gak bisa banget jauh dari lu Ndra"

Penjelasan Kirana membuat Indra tersenyum, ada rasa sakit dan hangat yang menjalar didadanya, sakit karena akan meninggalkan Kirana sahabatnya sedari kecil yang paling ia sayangi, dan sekaligus terasa hangat karena Kirana mau jujur sama pendapatnya, akan tetapi sejurus kemudian Indra tersentak kaget dan langsung berdiri panik yang membuat Kirana bingung.

"Asseeeem, gue lupa Ran, gue ada janji sama mama mau antarin ketempat sodara yang lagi hajatan, aduuh mampuuus, kena omel ini pastii, gue pulang dulu ya nanti kita bahas lagi"

Indra pun berlari sambil melambaikan tangannya kearah Kirana, Kirana hanya menggelengkan kepala dan tersenyum melihat tingkah sahabatnya yang masih saja pelupa.

^^^(Flashback End)^^^

Sepintas kenangan masa lalu berkelebat dan bermain dipikiran Kirana, entah kenapa akhir-akhir ini perasaannya tidak enak, dan selalu memikirkan Indra.

Ia pun beranjak dari tempat tidur sekedar mengisi tenaganya dengan air putih dan diruang tengah ia dapati ibu dan ayahnya sedang bercengkrama menonton sinetron kesayangan mereka yang lagi tayang di TV kabel. Kirana bisa mendengar mereka tertawa sambil sesekali berkomentar tentang adegan apa yang terjadi dilayar kaca tersebut.

Kirana pun berjalan menuju kedapur dan mengambil sesuatu yang bisa menghilangkan rasa dahaganya. Rita, ibunya Kirana yang menyadari kehadiran anak semata wayangnya itu pun menghampiri Kirana didapur.

"Ran, anak ibu lagi ngapain? Loh kok wajahnya pucet gini? kamu sakit?" tanya Rita dengan cemas sambil memegang kening Ran memeriksa suhu badannya, Rita pun mengajak Ran duduk diruang tengah bersama ayahnya.

"Gak apa-apa bu, mungkin terlalu lelah dan banyak pikiran aja, akhir-akhir ini banyak kerjaan dikantor, tanya ayah aja kalo ibu gak percaya" ujar Kirana disertai anggukan Chiko ayahnya.

"Loh yah, kenapa Ran banyak kali ayah kasih kerjaaan? Perusahaan sendiri kok anak kerja paksa" ujar Rita medikte Chiko suaminya tersebut

"Ya gak gitu juga bu, memang sekarang ini lagi banyak kerjaan dikantor, kan lagi ada proyek pembangunan Komplek Perumahan, jadi Kirana ayah tugaskan sebagai penanggung jawab atas proyek tersebut" Chiko memberi alasan logis kepada sang istri untuk membela diri,

memang dalam proyek tersebut Chiko mengikut sertakan Kirana yang belum berpengalaman dan masih pemula, ayahnya beralasan biar Kirana bisa belajar sedikit demi sedikit agar anak gadis semata wayangnya itu nanti bisa sepenuhnya memegang perusahaannya yang tidak terlalu besar itu, ini saja dia memaksa Kirana bekerja walau Kirana harus membagi waktu sambil melanjutkan kuliah Magisternya

"Iya bu, gak usah khawatirin Ran, Ran Insya Allah baik-baik aja" ucap Ran seraya ingin beranjak masuk kamar tapi ibunya masih keukeuh menanyakan ada apa gerangan dengannya, Ran tau ibunya khawatir dengan keadaanya yang akhir-akhir ini kurang semangat.

"Kalo bukan masalah kerjaan terus kenapa anak ibu kurang semangat sampai banyak pikiran begini? Gak boleh masuk kamar sebelum cerita sama ibu" ucap Rita dengan penasaran, ada gurat kekhawatiran tersirat diwajahnya

Sambil menghela nafas berat Ran pun menceritakan perihal kekhawatirannya terhadap kondisi Indra yang tidak bisa dihubungi sama sekali, Chiko sebagai ayahnya menyuruh Kirana agar tidak terlalu khawatir mengingat selama ini Indra baik-baik saja, kalau saja ada yang salah dengannya orang yang pertama tau pasti Kirana dan keluarganya.

Setelah menceritakan apa yang ada dikepalanya Kirana akhirnya lega, walaupun ia ragu apa Indra benar baik baik saja, Rita juga menyarankan Kirana tuk terus menghubungi Indra.

Kirana pun meminta izin kekamar ia merebahkan diri dikasur bertujuan untuk tidur, akan tetapi matanya sulit terpejam, ia raih handphone yang berada diatas nakas disamping ranjang dan mulai mencari nama Indra dikolom kontak,

ketika ia menghubungi Indra hasilnya nihil, dalam hati Kirana berusaha menguatkan dirinya dengan berpikiran positif, mungkin Indra lagi bekerja mengingat perbedaan waktu antara Indonesia dan Texas sangatlah jauh, yaitu 12 jam yang artinya jikalau di Indonesia jam menunjukkan jam 9 malam, di Texas juga jam 9 akan tetapi di waktu pagi hari, karena Indra tidak merespon panggilan telpon Kirana, iapun memutuskan untuk beranjak menuju peraduan.

...****************...

Back to School (Flashback)

(Pov Kirana)

Namaku Kirana Richita, anak semata wayangnya bapak Chiko Wardhana dan ibu Rita Farhana. Sebenarnya aku pernah mempunyai seorang kakak.

Ibu pernah melahirkan seorang anak lelaki, ketika umurnya belum genap satu tahun, namun Allah memanggilnya untuk kembali ke sisi-Nya. Tentu saja ibu dan ayah sangat terpukul kehilangan anak laki-lakinya waktu itu.

Hari terus berganti dan 3 tahun pun berlalu, akhirnya setelah sekian lama, ibu mengandung lagi, lebih tepatnya mengandungku. Kini akulah satu-satunya anak mereka. Karena itulah ayah dan ibu sangat menyayangiku, aku bahkan tak kekurangan kasih sayang sama sekali meskipun aku tumbuh menjadi anak yang cuek dan acuh.

Aku tidak pernah melangkah jauh dari kotaku, dari sejak aku Sekolah Dasar, Menengah Pertama hingga menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, bukan tak ingin mungkin lebih tepatnya tak bisa.

Dan bukan tanpa alasan, ini semua berawal dari sebuah kecelakaan. Sungguh ingatan yang buruk, rasanya ingin mati saja saat itu. Dokter mengatakan akibat kecelakaan itu, aku mengalami Paraplegia yaitu dimana tubuhku mengalami kelumpuhan bagian bawah karena cedera sum-sum tulang belakang, dan mengharuskan aku duduk di kursi roda dan juga harus rutin memeriksakan diri ke dokter saraf.

Karena itulah ibu dan ayah tidak mengizinkan aku jauh dari mereka. Dan mereka jugalah yang terus mendukungku hingga bisa bangkit dari mimpi buruk ini. Sahabat ku juga sering datang untuk menjenguk dan menghiburku, terutama Indra. Setiap hari dia datang, meski aku selalu mengusirnya.

Sebelum kecelakaan itu terjadi, aku termasuk tipe orang yang bisa dibilang humble walaupun terkadang cuek dan acuh pada lingkungan sekitar. Meskipun begitu, aku memiliki banyak teman, entah kenapa mereka menyukai ku, mungkin karena aku termasuk anak pintar disekolah dan lahir dari keluarga berkecukupan dilingkungan tempat tinggalku. Entahlah yang jelas aku cukup populer dikalangan para murid dan guru.

Selain punya orang tua yang sangat menyayangi ku aku juga punya tiga orang teman baik, hingga aku merasa hidupku terasa indah, tapi aku lupa kalau aku punya teman sekelas yang selalu usil dan menganggu ku setiap ada kesempatan. Indra Karina Teguh Jaya namanya, aku akan tertawa jika mengingat saat ia mengenalkan namanya dulu ketika masih duduk dibangku Sekolah Dasar. Bagaimana tidak namanya ternyata gabungan dari nama orang tuanya, jadi notabenenya namanya hanyalah Indra.

Indra adalah anak yang sangat sulit ditebak, terkadang dia sangat menyebalkan, egois dan keras kepala, tapi sebaliknya dia juga akan bersikap baik, manis dan penuh perhatian. Dialah yang menjadi salah satu sahabat baikku dan sangat berharga bagiku selain Dinda, kami bertiga menjadi sahabat baik, apalagi aku dan Indra kami berdua sudah seperti saudara kandung, kami semakin dekat setelah kejadian kecelakaan itu terjadi.

"Rambooo, pinjam PRnya donk, gue lupa ngerjain ni" ucapnya suatu pagi ketika aku baru saja ingin duduk, aku jadi kesal sama Indra karena sering dijahili.

Aku hanya diam pura-pura tidak mendengarnya sambil menatap kalimat demi kalimat di buku pelajaran anak kelas 2 Sekolah Menengah Pertama ini. merasa dicuekin, Indra pun mulai kesal.

"Woy....gak punya daun telinga ya? Dipanggil juga" ucapnya memasang tampang kesal

"Lu panggil gue..? Kapan..? Gue cuma dengar lu panggil Rambo, disini gak ada yang namanya Raamboo" jawabku dengan penuh penekanan, dia mulai terkekeh dengan muka menyebalkan

"Yaelah sensi amat, cuma gara-gara itu toh, Ran sama Rambo tu hampir mirip pengucapannya, gue cuma nambahin bumbu B sama O doank.." ucapnya masih dengan tawa khasnya, temannya sedari tadi ngekor dibelakang pun ikut tertawa, ya dia punya pasukan duo kacung Raihan dan Dani yang selalu ikut kemanapun dia melangkah.

"Waah monyet-monyet mulai tertawa, gak apa-apa sih biar bisa kasih makan majikan, ntar tinggal bikin pertunjukkan Tukindra pergi kepasar, ahahahah..." akupun tertawa yang disambut tawaan dan tepuk tangan dari teman sekelas.

"Woaah, Ramboo benar-benar kreatif, bisa juga tu idenya, biar nanti yang mainkan gendang monyetnya si Rambo" ujarnya gak mau kalah

"Gak masalah sih jadi tukang main gendang apalagi ada cambuknya, gue bisa cambuk pantat lu biar merah lagi kayak cabe" sontak sekelas yang tau kisah merah cabe pun menggema menertawakan Indra.

Wajah Indra merah padam menahan amarah, mungkin dia merasa dilecehkan karena aku membahas masalah pantatnya, bukan tanpa alasan aku mengejek Indra membawa-bawa pantatnya, Saat itu Indra masih duduk dikelas satu ia pernah mendapat hukuman pukulan dipantat  pake penggaris kayu oleh pak Dirga wali kelas kami.

Itu karena Indra membolos saat pelajaran pak Dirga, tapi setelah memberi hukuman, pak Dirga merasa kasihan dan memaksa untuk mengobati Indra cs di UKS dengan mengolesi krim pereda nyeri, teman sekelas ku yang bernama Rama sengaja mengintip ketika mereka lagi diobati,

memang dasar Rama simulut ember, Rama pun menceritakan kesemua teman kelas termasuk aku tentang pantat Indra yang merah kayak cabe, semenjak itu Indra selalu jadi bahan lelucon bahwa pantat Indra merah kayak kena cabe berkilo-kilo, aku tidak pernah membahasnya atau mengejek ia dengan lelucon tersebut hingga hari ini kalimat tersebut meluncur tanpa aku sadari bahwa Indra sangat membenci itu.

Karena kesal dan marah Indra meninggalkan Kirana tanpa sepatah katapun, dua temannya pun mengejarnya.

^^^(Pov End)^^^

...****************...

Semenjak kejadian itu, Indra tidak pernah menganggu atau mengusili Kirana lagi. Karena itu Kirana jadi merasa bersalah dan juga merasa kehilangan dia, setiap dikelas Indra hanya akan duduk dibangkunya dan menatap kosong keluar jendela, dan Indra juga tidak pernah lagi berbicara dengan siapapun, kecuali dengan dua temannya Raihan dan Dani, sikapnya sangat dingin.

Kirana sangat penasaran kenapa Indra mendadak berubah seperti itu, ia akhirnya memutuskan bertanya pada Raihan dan Dani.

"Eh Rai, Dan, Indra mana?" Kirana beralasan bertanya soal Indra, padahal hanya ingin mencari informasi kenapa Indra menjadi pendiam cuek dan acuh selama ini, terutama padanya.

"Ngapain lu nanyain Indra? Masih gak puas lu dah bikin dia malu..?" ujar Dani dengan sinis

"Maksudnya..? Tunggu dulu, gue beneran gak ngerti maksud lu apa.." jawab Kirana kurang mengerti, walau dalam hati dia sudah bisa menerka-nerka apa permasalahannya.

"Waah, lu ternyata bisa akting juga" ucap Dani menatap Kirana tajam

"Dan udah, lebih baik kamu tanya langsung deh sama Indra Ran, karena kalo kami yang bilang dan jelasin, serasa gak etis aja, karena ini permasalahan kalian berdua" jelas Raihan membuat Kirana semakin yakin bahwa ini berkaitan dengan masalah empat hari yang lalu.

"Oke, sekarang Indra dimana?" tanyanya bermaksud menemui Indra, tapi Indra tiba-tiba muncul dengan wajah dingin dan datarnya.

"Ngapain lu cari gue?" tanya Indra dengan santai, Kirana pun mencoba tersenyum padanya yang disambut senyuman sinis dari Indra

"Gue mau ngomong sama lu" ujar Kirana tegas

"Gak usah, gue lagi gak mau ngomong sama orang-orang sekarang, lagi males" ucapnya membuat Kirana kesal

"Ah Ndra lu kenapa sich?" Gue cuma mu ngomong sama lu, apa segitu benci nya lu sama gue?"

"Lu budek yaaa, masih kurang jelaaaas apaaaa?" Kirana jadi geram dibuat nya. Akhirnya tanpa ba bi bu Ran menyeret paksa Indra menjauh dari dua temannya menuju taman sekolah, merekapun duduk dikursi taman tersebut, pertamanya Indra enggan mengikuti Kirana tapi Kirana dengan sekuat tenaga berhasil menarik Indra

"Ada apa sih sama lu?" tanyanya dengan tampang sok dingin dan acuh, Kirana jadi berpikir kenapa bisa ini bocah bersikap aneh begitu.

"Gini Ndra, masalah kemarin gue cuma mau bilang...." Indra langsung memotong perkataan Kirana, yang buat Kirana terpaku

"Mau ngomong apa lu? Cepet ngomong terus..gue gak punya banyak waktu ladenin lu" ucapnya bersungut-sungut

"Lu Ndra kalau ngomong masih aja nyakitin, padahal gue cuma mau nanya, lu kenapa akhir-akhir ini aneh banget, diem acuh dan cuek gitu" berharap Indra mau menjawab dengan gak bikin Kirana naik darah

"Gak da urusan sama lu, lu urus aja teman-teman lu yang lu pikir baik dan suka banget sama lu, padahal munafik semua" ucapnya membuat Kirana geregetan hingga menggertakan giginya karena geram

"Lu kenapa sih? Kenapa malah bawa-bawa teman-teman gue juga, gak bisa ya lu cuma jawab pertanyaan gue dengan baik tanpa nyakitin dan bikin gue kesel? Gue padahal cuma mau mastiin lu kenapa, kok malah kemana-mana" geram kirana

"Alaaah....gak usah banyak bacot deh, lu cuma tampang doank cantik dan kelihatan baik, aslinya sama aja tukang ngatain orang, sama kayak dua teman lu tuh plus teman sekelas" jelasnya menatap tajam Kirana, dan semakin membuat Kirana sakit hati,

Indra sengaja mengaitkan dengan dua teman Kirana, kecuali dinda, karena Indra tau sifat dua temannya dibelakang Kirana, dan Indra hanya ingin menyadarkannya tapi Kirana adalah seseorang yang mempunyai sifat baik dan buta dalam menilai keadaan sekitar.

"Jangan sembarangan kalau ngomongin teman-teman gue, lu gak kenal mereka, dan ini kenapa sih sama lu? Ooo....gue tau ni, apa jangan-jangan masalah pantat cabe? Lu marah sama gue gara gara itu?" tanya Kirana heran, karena biasanya ia dan Indra saling mengejek tanpa ada masalah selama ini

"Udah gue mau masuk ke kelas" Indra sudah berdiri dari tempat duduk dan siap melangkah tapi Kirana dengan cepat menghalanginya

"Gak bisa... tunggu dulu, apa benar gara-gara itu? Loh biasanya juga kita saling ngejek, lu gak pernah marah, lu juga sering ngejek gue, ngatain muka gue kayak pantat panci gosong, gue biasa aja gak semarah gimana, terus yang gue bilang pantat lu kek pantat cabe memang kenyataan kan, Rama buktinya, dia lihat" jawab Kirana yang kekesalannya sudah di ubun-ubun tanpa menyadari bahwa sekarang Indra benar-benar menahan amarah dan menatap tajam kearahnya

"Lu gak ngerti sama sekali ternyata, oh yaiyalah... lu kan kayak gini karena merasa paling benar apalagi teman-teman sekelas dipihak lu semua, terus dengan seenak jidat lu ngejek gue tuk hancurin harga diri gue, gak menjaga perasaan gue dan sekarang lu merasa puas gitu? Lu tau, seumur-umur baru kali ini gue malu punya teman kayak lu" ucapnya dengan nada tinggi membuat Kirana kaget, dan juga berhasil membuat orang sekeliling memperhatikan mereka berdua karena ditaman sekolah masih banyak murid lainnya beristirahat.

Kirana hanya bisa mengernyitkan dahi keheranan 'sejak kapan kami berteman' batinnya 'perasaan kami kayak kucing dan anjing, tom and jerry yang gak pernah akur' batinnya lagi

"Hah....kita temenan? Sejak kapaan? Setau gue ini ya lu sama gue gak pernah akur.." balas Kirana dengan senyum mengejek yang membuat Indra gelagapan.

Dia pun bergumam lirih 'J**adi kita bukan teman', Kirana sama sekali tidak mendengar perkataan Indra

"Lu ngomong apa, gue gak dengar?" tanya Kirana penasaran, karena memang suara lirihan Indra tidak terdengar olehnya

"Oh ya, lu kan gak butuh teman kayak gue, nyesel gue bilang kita temenan" ucapnya lantang dengan sorot mata penuh kebencian

"Tu tau, gak payah dibilang, sejak kapan lagi kita temenan, gue juga gak butuh teman ****** dan menyebalkan kayak lu" membuat Indra mengepalkan tangannya karena kesal

"Banyak bacot lu, muak gue dengar, anggap aja kita gak kenal" balasnya dan langsung meninggalkan Kirana yang juga kesal dengan sikap Indra, lalu Kirana berpikir 'apa aku sudah bersikap keterlaluan terhadapnya'

"Aaah....ngapain gue mikirin cowok suek ngeselin kayak dia" ucapnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya sambil beranjak masuk kelas.

...****************...

...Gumawo semua....semoga kalian suka...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!