NovelToon NovelToon

Terjerat Cinta Satu Malam

Bab 1. At Switzerland

Sebelum membaca, tolong like dulu ya.. makasih 🌷🌷🌷

Sagara Putra Raharsya, anak sulung dari pasangan Rangga dan Tira. Keluarga Gara tinggal di Swiss sejak lama, karena mereka mempunyai perusahaan otomotif terbesar di Eropa yang berpusat di kota Zurich, Swiss. Rangga mengelola perusahaan ini dengan baik, bersama beberapa orang kepercayaannya. Kini, ia telah menua, ia memutuskan untuk istirahat dan kursinya akan digantikan oleh sang anak.

Gara, begitulah panggilannya. Ia merasa bebas, hidupnya tak tahu aturan, karena sang Ayah dan sang Bunda selalu memanjakannya. Saat kuliah pun, ia tak pernah serius, karena ia selalu mengira, uang bisa mengalahkan segalanya, tanpa perlu ia belajar sungguh-sungguh.

Gara memang tak pernah tekun belajar, Ia begitu malas untuk kuliah. Kesehariannya, Gara hanya mencari masalah dan membuat onar di kampusnya. Namun, Gara dituntut harus tetap kuliah dengan baik, karena sebagai anak sulung, ialah yang akan mewarisi perusahaan dari sang Ayah.

Uang membuat Gara lupa segalanya. Gara terlalu santai dan tak serius menekuni kuliahnya. Kini, di usianya yang telah 27 tahun, dia baru saja melanjutkan study S2 nya. Gara tak menyangka, kemampuan adiknya ternyata lebih hebat darinya. Adiknya telah lulus S1 di usia 21 tahun karena adiknya sangat pintar, dan sekarang akan melanjutkan pendidikan S2 nya. Kedua orang tuanya jadi berpihak pada Gata, karena Gata serius belajar dan tak main-main seperti Gara.

"Gara, Ayah dan Bunda sudah putuskan, Gata yang akan memimpin perusahaan Ayah! Kamu tak pernah serius, dan hanya bermain-main! Ayah akan menjadikan Gata pimpinan tertinggi di perusahaan otomotif kita. Kamu, hanya akan mendapat anak perusahaan kita yang ada di Indonesia. Setelah lulus kuliah, pulanglah ke Indonesia dan jalankan anak perusahaan itu!" tegas Ayah Rangga.

"Apa? Kenapa Ayah seenaknya saja menggantikan posisi yang seharusnya jadi milikku pada Gata? Ini tak mungkin, Ayah! Ayah tak boleh begitu! Ayah egois. Aku adalah anak sulung, dan aku yang seharusnya mendapat posisi tinggi di perusahaan ini. Bukannya malah mendapat perusahaan cabang!" Gara kesal.

"Gar, kamu tak pernah serius belajar dan kamu hanya bermain-main saja! Ayah tak bisa mempercayakan perusahaan padamu! Kamu tak akan bisa memimpin perusahaan! Ayah lebih percaya pada Gata. Walaupun usianya dibawah kamu, tapi dia lebih pintar dan cekatan! Keputusan Ayah tak bisa diganggu gugat! Ayah harap, kamu mengerti dan berikan kesempatan pada Gata untuk memimpin perusahaan!" bentak Ayah Rangga.

"Berani-beraninya Ayah seperti itu! Tega sekali kau membuat hatiku sakit. Gata bisa apa? Dia pendiam, dia jarang bicara. Apa Ayah yakin, dia mampu mengelola perusahaan ha? Aku tak terima dengan semua ini!" bentak Gara pada Ayah Rangga.

"GARA! Jangan membentak Ayahmu! Sekecewa apapun kamu, kamu harus tetap sopan pada Ayahmu. Dia tahu yang terbaik untuk perusahaan, Bunda mohon, kamu menurut lah dan jangan buat masalah!" sambar Bunda Tira.

"Aarrgghhh! Kalian memang tak sayang padaku!" Gara kesal, ia berlalu meninggalkan kedua orang tuanya.

"Gara! Mau kemana kau? Hey, kembali! Dasar anak kurang ajar!" Bentak Ayah Rangga.

Bunda Tira menahannya, "Ayah, cukup. Jantungmu bisa sakit lagi kalau kau marah-marah. Tenanglah, biarkan dia berpikir sejenak. Yang penting, kita sudah memberi tahu Gara mengenai hal itu."

Gara membanting pintunya karena begitu emosi pada kedua orang tuanya. Ia melajukan mobilnya dengan cepat. Ia tak tahu kemana dirinya akan pergi. Yang jelas, Gara begitu kecewa dan muak mendengar penjelasan kedua orang tuanya.

...🌴🌴🌴...

Di sebuah diskotik ternama di kota Zurich, Swiss, lelaki bertubuh gagah tengah duduk didepan bartender dan menikmati sauvignon blanc seorang diri. Ialah, Sagara. Dia frustasi, karena sang Bunda dan sang Ayah memberikan perusahaannya untuk sang Adik. Gara merasa, dirinya dibedakan oleh mereka, karena Gata, sang adik lebih pintar darinya.

"Please, give me one bottle sauvignon blanc again!" perintah Gara pada sang bartender.

(Tolong, beri aku satu botol sauvignon blanc lagi.)

Sauvignon blanc : minuman beralkohol, sebuah varietas anggur berkulit hijau yang berasal dari Prancis. Biasanya, Wine ini dikonsumsi bersama hidangan seafood. Dan, kandungan alcohol nya mencapai 14%.

"Ok, Sir. Please wait for a few minutes." Jawab bartender diskotik tersebut.

(Baik, Tuan. Mohon tunggu beberapa menit.?

Saat Gara sedang meneguk wine hijau itu, tiba-tiba di sampingnya duduk seorang wanita yang terlihat lesu dan kecewa. Wanita itu pun memanggil bartender dan memesan minuman.

"Give me a Red wine, please!" Ucapnya.

(Beri aku anggur merah.)

Bartender menjawab, "Please, wait."

(Mohon tunggu)

Sagara menoleh kearah gadis yang memesan minuman di sampingnya. Sagara memperhatikan gadis itu. Ia merasa, bahwa gadis itu adalah orang Indonesia atau orang melayu, karena wajahnya terlihat memiliki ciri khas wajah orang asia tenggara. Hanya saja, rambutnya yang di cat menjadi sedikit blonde.

"Kamu orang Asia tenggara?" tanya Gara tiba-tiba.

Gadis itu menoleh kaget, karena ada seseorang yang bisa berbicara sama dengan daerah kelahirannya, "Kamu bisa berbahasa Indonesia?"

"Kebetulan sekali, aku bertemu dengan orang yang bisa berbahasa Indonesia. Kamu orang Indonesia?" tanya Gara memastikan.

"Sure, aku orang Indonesia. Kamu juga? Kebetulan sekali." Jawab gadis itu.

"Senang bertemu denganmu. Aku berasal dari Indonesia, hanya saja sudah lama tinggal di Zurich. Kamu, bagaimana?" ucap Gara.

"Aku kuliah di New York University, aku berada disini karena sedang berlibur, lebih tepatnya aku kabur. Aku ingin menikmati keindahan Swiss yang begitu nyaman dan tentram. I want go to lake. Aku ingin melepas penat. Aku benar-benar muak dengan keadaanku sekarang ini." ucap gadis itu.

"Kita sehati. Siapa namamu?" Gara mengangkat tangannya, niat hati ingin bersalaman dengan gadis itu.

"Maksudmu? Namaku, Sahila Tanzania. Call me Hila." jawabnya.

"Kenalkan, aku Gara, Sagara. Senang bisa berkenalan dengan gadis yang berasal dari daerah yang sama denganku." Gara tersenyum tipis.

"Kau bilang apa tadi? Kita sehati? Apa maksudmu?" tanya Hila.

"Aku sedang frustasi, aku ada masalah di rumah. Sama sepertimu, aku kabur dan menenangkan diri, di tempat ini." jawab Gara.

"The same situations. Aku pun frustasi. Aku kabur dari New York, dan terbang ke Swiss untuk menghindari kejaran keluargaku." jawabnya.

(Situasi yang sama)

"Sejauh ini kah? Masalah apa yang kau hadapi, sehingga kau nekad seperti ini?" tanya Gara.

"Aku akan dijodohkan! Aku benci perjodohan. Keluargaku memaksa aku menikah dengan laki-laki yang tak aku kenal. Aku muak, aku benci, aku tak suka." Hila menggerutu.

Minuman memabukkan itu pun tiba. Gara dan Hila mulai meneguk minuman itu sambil sesekali mereka saling menuangkan minuman satu sama lain. Mereka mulai akrab, dan saling bercerita mengenai kehidupan masing-masing. Sampai minuman habis, kesadaran mereka berdua pun mulai menurun.

"AAARRRGGGHH, Aku benci Papa dan Mamaku!" Pekik Hila.

"Me too! Aku benci Ayah dan Bundaku. Mereka lebih sayang adikku dari pada aku!" Ucap Gara mabuk.

Mereka berdua meracau tak jelas. Alkohol sudah menguasai tubuh dan pikiran mereka. Ucapan yang keluar dari mulut mereka pun sudah tak jelas dan tak beretika.

"Aku benci perjodohan ini, aku benci Papa. Ingin rasanya aku menghilangkan mahkotaku, agar mereka tak akan menjodohkan ku. Aku ingin bebas, aku tak ingin dijodohkan! Hahahahha." Hila yang tengah mabuk, benar-benar tak bisa menjaga ucapannya.

"Hey kau, gadis gila! Ucapan mu benar-benar gila. Dasar kau gadis bodoh! Itu tandanya orang tuamu mencintaimu, dia ingin yang terbaik untukmu, karena itulah mereka memilihkan pria untukmu! Dasar bodoh!" Gara pun sempoyongan di tempat duduknya.

"Kau yang bodoh! Sudah tahu adikmu lebih pintar, kau malah diam saja dan tak berniat mengalahkan kemampuan adikmu. Dasar laki-laki tak berguna." Hila menertawakan Gara.

"Berani-beraninya kau menyebutku tak berguna! Ku buat kau mati kutu, baru rasa! Jangan sembarangan mengatai ku, kalau kau tak ingin hidupmu berakhir di ranjang dan menangis!" Otak Gara sudah tak bisa dikendalikan.

"Hah? Kau mengancam ku, Gara? Justru, berakhir di ranjang adalah keinginanku saat ini! Agar aku kehilangan kesucian ku dan aku bisa terbebas dari perjodohan itu! Lelaki mana yang mau dengan gadis yang sudah tak perawan lagi? Hahahaha ...." Hila terus tertawa, pikirannya melayang.

"Kamu menantang ku, gadis bodoh?" ucap Gara dengan mata setengah terpejam.

"Ya! Aku menantang mu untuk meniduri ku, agar aku bisa terbebas dari perjodohan itu. Apa kau berani menerima tantangan ku? Ah, tentu saja kau tak akan berani, lelaki bodoh sepertimu, mana mungkin bisa meniduri ku?" Hila terus berbicara yang tak masuk akal.

"Kau! Berani-beraninya ya! Ayo, pesan kamar dan kita buktikan! Siapa yang lebih bodoh disini!" Gara menggelayut di tubuh Hila.

"Aku menunggumu, Sagara ..." Hila mulai menggoda Gara.

Gara dan Hila pun berakhir di sebuah kamar VIP di sebuah hotel dekat diskotik tersebut. Pengaruh alkohol membuat mereka menjadi gelap mata dan tak memikirkan kehidupan selanjutnya. Mereka melakukan hal tersebut dengan keadaan tak sadar. Akankah mereka saling menyadari nantinya?

*Bersambung*

Bab 2. After do it

Like dulu ya guys...💕

Keesokan harinya ...

Matahari masih malu-malu memancarkan sinarnya. Begitu pun langit yang gelap, seakan enggan pergi dan masih ingin menemani. Waktu telah menunjukan pukul setengah enam pagi, saat itu pula, kesadaran Hila mulai membaik. Perlahan, Hila membuka matanya, walaupun kepalanya masih terasa begitu berat.

Efek mabuk semalam, membuat Hila tak sadar dengan apa yang ia lakukan sekarang. Ia sama sekali tak bisa mengingat apapun. Ketika matanya terbuka penuh, ia mengucek matanya berkali-kali, dan mencoba melihat, keadaan sekitar serta dimana ia berada. Saat kesadarannya telah membaik, betapa kagetnya Hila, mendapati dirinya tengah tak berbusana, dan ia melihat lelaki yang tengah terlelap di sampingnya.

Astaga, apa yang kulakukan semalam? Apa yang terjadi denganku? Kenapa ada lelaki di sampingku? Tubuhku? Kenapa tubuhku tak terbalut busana sedikitpun? Ya Tuhan, apa yang terjadi padaku dan laki-laki ini semalam?

Hila pun melihat tubuh Gara yang kekar. Gara hanya ditutupi oleh selimut setengah badannya. Gara terlihat masih begitu terlelap. Dengan tatapan jijik dan bingung, Hila pun bangkit dari tidurnya. Ia mengira, bahwa dirinya dan Gara telah melakukan hubungan terlarang itu semalam. Hal yang tak pernah Hila sadari sebelumnya. Padahal, malam itu Hila begitu mabuk, dan ia tak mengingat apa yang telah ia lakukan.

Ya Tuhan ... bercak merah ini? A-apakah ini darah keperawanan ku yang aku berikan padanya semalam? Aaaarrrgghhh, kenapa aku bisa sebodoh ini? Kenapa aku mau memberikan mahkotaku pada laki-laki asing sepertinya? Siapa namanya? Bahkan, aku lupa dengan namanya. Aku tak ingat, aku sama sekali tak ingat apa yang aku dan dia lakukan semalam. Tapi, bercak darah ini menjadi saksi, bahwa aku memang melakukan hal gila itu dengannya.

Hila mengacak-acak rambutnya. Ia begitu bingung dan tak percaya. Ucapannya semalam, benar-benar ada diluar kesadarannya. Hila sama sekali tak menyadari ucapannya pada Gara. Ia hanya frustasi, lalu ia pergi ke Swiss, karena orang-orang suruhan Papanya terus memaksanya pulang. Padahal, Hila belum siap akan perjodohan itu.

Hila segera beranjak dari tidurnya, ia masih begitu shock dan kaget melihat lelaki asing itu tidur di sampingnya. Tiba-tiba, ponselnya berdering. Nomor tak dikenal meneleponnya di Swiss. Padahal, Hila sudah mengganti nomor ponselnya, tapi masih saja ada yang meneleponnya. Hila curiga, Hila tak akan mengangkat telepon tersebut.

Karena telepon tak diangkat oleh Hila, tak lama ada pesan masuk dari nomor tak dikenal tersebut.

📩 081234563121

*Nona, Kami tahu, anda sedang berada di Swiss. Katakan, dimana keberadaan mu saat ini. Jangan sampai kam**i menemukanmu dan menyeret mu kembali ke tanah air. Kami harap, Nona bisa bekerja sama dengan kami*.

DEG. Jantung Hila berdetak begitu cepat ketika mengetahui orang suruhan Papanya sudah berada di Swiss. Hila pun segera membersihkan dirinya dan mengganti pakaiannya. Hila harus segera pergi dari tempat ini. Niat hati ingin meminta pertanggung jawaban Gara, tapi ia tak sempat, karena Hila tak mau ketahuan oleh orang-orang itu.

Cepat sekali mereka menemukan keberadaan ku, astaga ... bagaimana kalau mereka tahu aku sedang berada didalam satu kamar dengan pria asing. Aarrggh, aku tak bisa membayangkannya. Kurasa, aku harus segera pergi. Aku harus meninggalkan tempat ini, agar jejak ku tak tercium oleh orang-orang itu. Batin Hila.

📩 081234563121

Nona, anda sedang berada di Zurich, kan? Anda tak bisa lari dari kami. Secepatnya, kami akan segera menemukan anda. Mohon, kerja samanya dan akan kami tunggu anda, Nona.

Aarrrgghh, sialan! Mereka sudah tahu aku disini. Aku harus lari, aku harus pergi dari mereka. Biarlah, aku menyesali semua ini seumur hidupku, karena telah tidur bersama pria asing. Tapi, aku tak boleh tertangkap oleh mereka. Aku harus pergi.

Hey, kau pria asing! Kau telah mendapat jackpot mu. Kau telah mendapatkan diriku. Ini hanya kesalahan, dan aku tak tahu, kenapa aku dan kamu bisa berakhir di ranjang seperti ini. Mungkin, aku harus meninggalkan mu sekarang juga. Aku tak mungkin berada disini terus-menerus. Biarlah, semua sudah terlanjur, semua ini sudah terjadi.

Hila pun pergi meninggalkan Gara sendirian. Sebelum ketahuan oleh orang suruhan Papanya, Hila harus kabur lagi sejauh mungkin. Perjodohan baginya, bukanlah satu hal yang baik. Dimatanya, perjodohan itu adalah hal yang sangat mengerikan. Hila sebisa mungkin ingin menggagalkan perjodohan itu, karena ia begitu benci dijodohkan.

Sebelum Hila meninggalkan kamar itu, ia menatap Gara. Lelaki yang telah merenggut kesuciannya. Hila benar-benar tak sadar telah tidur dengan Gara. Semua ini karena ia begitu frustasi, dan semalam ia benar-benar gelap mata, karena alkohol telah menguasai dirinya.

Hila berjalan sambil merasakan sakit di sekitar pahanya. Mungkin, memang benar semalam mereka telah melakukannya. Hati Hila hancur, dan kacau. Ingin rasanya ia pergi dan tak kembali lagi kepada keluarganya. Semua sudah terlanjur basah, dan Hila memanglah gadis bodoh, seperti yang dikatakan Gara di malam itu.

...🌴🌴🌴...

Suara burung sudah berkicau dengan merdunya. Mentari pagi pun sudah memancarkan sinarnya dan menusuk kedalam jendela. Cahayanya begitu menyilaukan mata, dan membuat Gara perlahan-lahan mulai tersadar untuk membuka mata.

Kepala Gara begitu berat dan pengar. Semalam ia begitu mabuk berat. Entah berapa botol alkohol yang ia teguk. Ia benar-benar tak bisa terbangun dari tidurnya. Kepalanya seperti dihantam bebatuan yang begitu berat.

"Aaargghh, dimana aku? Kenapa kepalaku berat sekali? Auwh," Gara memegangi kepalanya, ia mencoba untuk bangun dari tidurnya.

Gara keheranan, kenapa tubuhnya tak memakai busana apapun. Tubuh Gara hanya tertutup selimut saja. Gara heran, tapi ia tak mau berpikir terlalu berat. Kepalanya masih sangat berat dan pusing.

"Kenapa aku tak memakai apapun? Ada apa ini? Apa yang terjadi padaku semalam?" Gara terus berbicara sendiri.

Beberapa menit kemudian, tubuhnya mulai sedikit ringan, dan ia mencoba untuk duduk. Ia membaringkan tubuhnya di ranjang kamar hotel ini. Semalam, mereka menyewa kamar hotel di samping diskotik. Mungkin, mereka juga tak menyadarinya satu sama lain.

" Astaga ... apa yang terjadi padaku semalam? Sepertinya, aku begitu mabuk. Aku tak ingat apa yang terjadi padaku. Kenapa juga aku bisa berada di ranjang ini? Siapa yang membawaku kesini? Seingatku, semalam aku berkenalan dengan seorang gadis di diskotik. Tapi, kemana perginya gadis itu?" Gara semakin bingung dengan apa yang terjadi.

Gara pun melihat ponselnya. Ada beberapa puluh panggilan masuk dan pesan yang belum terbaca. Semuanya dari Tira dan juga Rangga yang terus menghubunginya. Gara tak peduli dengan semua itu, karena orang tuanya pun tak peduli dengan hati dan perasaannya. Ia melemparkan ponselnya ke ranjang. Ponsel itu jatuh tepat pada bercak merah kesucian Hila yang Gara renggut semalam.

Gara tak menyadari ada bercak merah di seprai itu. Gara pun beranjak dan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setengah jam kemudian, Gara telah memakai kembali pakaiannya dengan rapih. Ia tak ingin pusing-pusing memikirkan apa yang telah terjadi, karena kepalanya masih merasa tak enak.

Saat gara akan pergi, ia memakai switternya lalu ia mengambil ponsel yang tergeletak di ranjang. Saat mengambil ponsel, Gara sama sekali tak menyadari bercak tersebut. Gara pun berlalu, berjalan menuju pintu keluar hotel tersebut. Tapi, tiba-tiba hatinya tergerak untuk berbalik kearah ranjang.

"Astaga, tunggu dulu ..."

Gara berbalik kebelakang. Dan berjalan kembali mendekati ranjangnya yang masih berantakan,

"Apa ini?" Gara begitu kaget ketika melihat bercak darah di seprai tempatnya tidur.

Gara terus menatap bercak darah itu, "Astaga, darah! Darah siapa ini? Kenapa ada darah di seprai tempat aku tidur semalam? Apa aku terluka?" Gara melihat-lihat tangan dan kakinya.

"Aku tidak kenapa-napa. Tapi, bercak darah apa ini? Hanya sedikit namun terlihat begitu menempel. Darah apa ini?" Gara mencoba mengingat-ingat, walaupun kepalanya begitu sakit.

Hal yang ditakutkan Gara pun mulai terbayang-bayang. Pikirannya teringat pada gadis yang semalam berkenalan dengannya. Gara merasa, bahwa itu adalah bercak darah perawan seorang gadis. Karena ia pernah melihatnya di sebuah film.

"ASTAGA! MUNGKINKAH INI, BERCAK DARAH SEORANG GADIS? HA? GADIS SEMALAM? Siapa dia? Aku begitu berat untuk mengingat kejadian semalam. Apa semalam aku dengannya? Melakukan hal itu? Aarrrgghhh, mustahil! Itu tak mungkin! Ya Tuhan, ampuni aku kalau memang itu benar terjadi ...."

Benarkah aku menyetubuhinya semalam?

*Bersambung*

Jangan lupa like dan komentarnya ya.. seneng banget kalo ada yang komentar tuh 🤭

Bab 3. Incident

Danau Brienz - Iseltwald, Switzerland

Hila melarikan diri ke tempat yang menurutnya tak akan bisa dijangkau oleh para pengawal Papanya. Hila berharap, ia bisa sembunyi di tempat indah ini. Danau Brienz namanya, adalah salah satu danau yang berada di Swiss. Tepatnya berada di Desa Iseltwald.

Danau yang indah dengan pemandangan gunung disekelilingnya, membuat suasananya terlihat begitu menyejukkan. Danau ini menjadi salah satu destinasi wisata para turis manca negara. Danau Brienz juga merupakan salah satu danau yang pernah dijadikan lokasi syuting sebuah drama korea yang begitu fenomenal.

Back to topic, Hila sedang menyendiri di sebuah dermaga kecil di danau brienz tersebut. Dermaga yang nyaman untuk sekedar berdiam diri melihat air yang tenang. Hila melamun, sembari melihat perahu layar yang sedang berjalan mengarungi danau yang indah ini.

Damai, nyaman, seperti air yang tenang. Andai saja, hidupku bisa sedamai dan sebebas ini nantinya. Hidup di keluarga yang memprioritaskan uang, membuat aku begitu terkekang. Hidupku dibatasi, diriku tak bisa bereksplorasi. Bahkan, untuk urusan lelaki pun harus pupus ditengah jalan, karena aku harus dijodohkan dengan lelaki pilihan Papa.

Aku begitu frustasi, mendengar sebentar lagi aku akan menikah. Sekaya dan setampan apapun laki-laki itu, aku tak akan pernah mau mencintainya jika itu karena dijodohkan. Aku ingin bebas, mendapatkan pasanganku dengan caraku sendiri. Tapi kini, aku tak mungkin lagi bisa bebas, karena aku telah kehilangan semuanya. Aku pun tak menyangka, diriku begitu bodoh, memberikan kesucianku pada laki-laki asing yang baru aku temui. Batin Hila.

Dalam keheningan, Hila menatap pegunungan disekitar danau Brienz, ia pun menatap ke langit, air matanya berlinang seketika, menangisi kehidupannya yang begitu menyakitkan. Kenyataan ini, membuatnya semakin terluka.

"Terserah apa yang akan Papa lakukan. Hidupku sudah hancur sekarang, aku sudah sangat terluka. Papa dan Mama mengecewakanku, aku pun berhak mengecewakan Mama dan Papa dengan perbuatan tak senonoh ini. Aku telah kehilangan semuanya. Aku telah kehilangan kesucianku, maka semuanya terserah padamu, kalian akan membatalkan perjodohan itu, atau kalian akan tetap memaksa! PAPA, I'M SO REALLY REALLY HATE YOU!" teriak Hila pada danau yang tenang itu.

Suara dermaga terdengar berdecit, karena ada seseorang yang berjalan melewatinya. Hila merasa terganggu dengan langkah kaki yang membuat dermag sedikit bersuara. Hila pun berbalik, dan betapa kagetnya Hila saat itu juga, melihat sosok lelaki bertubuh kekar mendekatinya,

"Jadi, semua itu benar?" tanyanya, membuat bulu kuduk Hila merinding.

Hila terperanjat dari duduknya, "Ka-kamu ...."

Dialah Sagara, lelaki yang berjalan mendekati Hila. Lelaki yang menggagahi Hila malam itu. Gara tahu, gadis ini pasti menuju danau brienz, karena pada saat malam itu, Hila pernah berkata, I want go to Lake, yang berarti, Hila ingin pergi ke danau. Dan tentu saja, danau ini adalah danau terindah di Switzerland.

"Kamu berbicara sendiri, tapi aku telah mendengarnya. Jadi, semalam itu benar?" Gara terus mendekati Hila.

Hila pun berdiri diujung dermaga, "Ka-kau! Untuk apa kau disini!"

"Aku mencarimu. Aku sengaja, mencari wanita yang telah aku tiduri." ucap Gara.

"Kau mengingatnya?" tanya Hila.

"Aku tak ingat! Hanya kejadian sebelum mabuk yang aku ingat. Tapi, ada bukti yang membuat aku mengingatnya." jawab Gara.

"Bukti? Bukti apa maksudmu?" tanya Hila. Ia melupakan bercak merah di seprai hotel.

Gara mengambil sesuatu dari saku celananya, lalu memperlihatkan itu pada Hila, "Ini buktinya. Bukti bahwa aku telah bercinta denganmu semalam."

Hila semakin kaget, ia segera mengambil potongan seprai itu. Ternyata, Gara memotongnya dan membawa bercak darah perawan tersebut. Ia benar-benar tak menyangka, bahwa ini semua bukan mimpi. Ia memang sudah tak suci lagi, karena laki-laki didepannya telah mendurinya semalam.

"Kau menyesal?" tanya Gara.

Hila menatap Gara, "No, everything's already happened. I'll not regret it!"

(Tidak, semuanya sudah terjadi. Aku tak akan menyesalinya)

"So? Why must I do? Kita harus bagaimana setelah semuanya terjadi?" tanya Gara lagi.

"Kenapa bertanya begitu? Memangnya kau akan bertanggung jawab atas semua yang telah kita lakukan?" tanya Hila.

"Why not? Jika aku telah melakukannya, maka aku akan bertanggung jawab untuk itu!" jawab Gara.

Hila berdesis, "Kau tak akan bisa melawan orang tuaku. Sudahlah, lupakan saja."

"Tapi aku yang telah merenggut semuanya! Kamu tak bisa lepas begitu saja dariku!" ujar Gara.

"You're so sweet. Tapi, semua tak semudah itu." jawab Hila meragukan Gara.

"Apa maksudmu?" Gara tak mengerti.

"Aku akan dijodohkan, dan kau! Tak ada kesempatan sama sekali untukmu! Sekalipun, kamulah orang pertama yang mengambil kesucian ku!" Tegas Hila.

Gara menatap tajam, "Bagaimana kalau kau hamil?"

"APA?"

Gara menatap Hila penuh arti. Walau tak ada cinta diantara mereka, tapi mereka telah terikat, karena kejadian cinta satu malam yang mereka alami. Tiba-tiba, orang-orang berjas hitam sudah berada di sekitar dermaga kecil itu. Hila dan Gara seperti sudah dikepung. Dua orang dari mereka berjalan sambil menodongkan pistolnya kearah Hila dan Gara.

"Hey, siapa kalian! Berani-beraninya kalian mengepung kami!" ucap Gara.

Hila menghela nafas, dan menahan Gara, "Hentikan! Dia orang-orang suruhan Papaku. Kamu tak bisa melawannya. Aku sudah tertangkap. Aku tak bisa kabur lagi."

"Hila! Namamu Hila kan? Apa maksudmu? Biar aku yang melawan mereka semua jika kamu tak ingin pergi." ucap Gara.

"Aku lupa namamu! Sudah, kau tak perlu susah payah, kau tak akan menang. Biar aku yang menyerahkan diriku. Jangan berbuat macam-macam." cegah Hila.

"Aku tak bisa! Karena kau dan aku telah memiliki ikatan!" bentak Gara.

"Lupakan saja. Mungkin, ini juga kali terakhir kita bertemu. Aku harus segera pulang." ucap Hila.

"HILA!" Gara kesal.

Salah satu dari pengawal itu pun mendekati mereka, "Nona Hila, tolong kerja samanya. Dan menurut lah pada kami. Kami tak akan melakukan kekerasan, jika Nona bersedia menurut. Kami mohon, kita pulang bersama saat ini juga! Jangan sampai ada lagi drama apapun."

"Baik, aku akan menyerahkan diriku! Aku sudah lelah bermain kejar-kejaran dengan kalian." Hila mengalah, tangannya masih terangkat, karena pistol yang menodong tepat kearahnya benar-benar nyata.

"HILA! PLEASE, DON'T GO! I'M HERE WITH YOU!" Gara membentak Hila yang berjalan mendekati pengawalnya.

(Hila, tolong, jangan pergi! Aku disini untukmu!)

"I'm so sorry, Sagara ..." Hila mulai mengingat nama laki-laki yang telah menidurinya itu.

"HILA!" Gara tak tega melihat Hila menyerah seperti itu dan tunduk dihadapan para pengawalnya.

Gara pun melalukan perlawanan, ia menendang kaki pengawal lain, ia berniat untuk memberontak mereka semua. Walau bagaimanapun, ia dan Hila kini sudah terikat. Gara terlihat melawan, Hila merasa tak tega melihat Gara melawan tiga orang berbadan tinggi dan besar. Karena Gara terus melawan, tiba-tiba ...

"DOOOOORRRRRRRR ...." satu tembakan dari pengawal yang bersama Hila, tepat mengenai betis Gara. Gara pun ambruk terjatuh, ia merasakan sakit.

Hila berteriak, "NO! GARAAAAAAA! What are u doing, ha? You harm yourself!"

(Tidak, Gara! Apa yang kamu lakukan, ha? Kamu mencelakai dirimu sendiri)

"Nona, ayo masuk!" paksa pengawal yang menembak Hila.

Gara, sungguh maafkan aku. Aku tak berdaya untuk menolong mu. Ini akan jadi penyesalanku seumur hidup, membiarkanmu dalam kesendirian. I'm so sorry, Sagara. Aku tak bisa melakukan apa-apa. Batin Hila.

Sagara merintih kesakitan, karena betisnya yang tertembak. Darah mengalir ke kakinya, namun ia masih sadar, bisa melihat Hila yang pergi meninggalkannya. Sakit, memang sakit. Saat tak ada perasaan pada gadis asing itu namun kini merasa seperti mereka memiliki sebuah hubungan.

Dua mobil itu pun berlalu meninggalkan Gara sendirian. Gara merintih kesakitan, namun sayangnya tempat ini masih sepi, Gara pun mulai kehilangan kesadarannya, karena darah terus mengalir keluar. Hingga semua gelap, ia tak bisa merasakan apapun, hanya satu nama yang ia ingat dikepalanya.

HILA ... SAHILA ...

*Bersambung*

Guys... jangan lupa klik vote ya.. berikan vote rekomendasi kalian utk cerita ini ❤💕

Oh ya, jgn lupa like komentar juga eheheh

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!