Happy reading 🤓
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
"Seribu dolar"
Ucapku pada wanita yang tengah duduk di depanku itu. Aku tersenyum puas saat wanita itu tak banyak protes dan langsung mengiyakan.
Dikeluarkannya dompetnya dan segera dengan cepat menghitung lembaran lembaran uang yang sudah membuat mataku hijau.
Aku membayangkan dengan uang itu aku bisa melanjutkan hidupku dan bersenang senang di kota ini. Ku terima dengan cepat uang itu saat wanita itu mengulurkannya.
Antonie yang mendampingiku segera menjelaskan pada wanita itu hal penting apa saja yang perlu dilakukannya setelah ini. Wanita itu pun kembali mengiyakan.
"Terima kasih" ucapnya lalu pergi meninggalkan kami.
"Toss dulu dong" seru Antonie.
Aku yang masih sibuk menghitung lembaran uang di tanganku hanya nyengir padanya. Aku tak mau sampai salah hitung. Setelah yakin jumlah uang itu sudah benar aku langsung membagi dan memberikannya pada Antonie.
Antonie langsung menerima uang itu dan meletakkannya di hidungnya. Dia mencium aroma kekayaan dari uang itu. Antonie yang juga tak menghitung berapa jumlah yang ku berikan itu pun langsung memasukkan uang itu ke dalam dompet lusuhnya.
"Cepat kaya nih kita kalau begini terus" serunya.
Aku tersenyum dan mengacak rambutnya.
"Bawakan saja terus wanita wanita itu padaku" sahutku.
"Siaaaappp!!!" sahutnya sembari merapikan rambutnya.
"Ayo kita makan,, perutku sudah lapar sekali" ucapku yang langsung diiyakan olehnya. Kami pun segera menuju restoran tempat biasa kami makan.
Restoran ini tergolong mewah dan berkelas namun bagi kami tempat ini tak lebih sebagai saksi bisu tiap transaksi kriminal yang kami lakukan dengan para wanita yang selama ini mendatangiku.
Namaku Richard Alvero.
Aku tinggal di sebuah kota yang padat penduduk dan banyak imigran di negara Xx. Hal itu membuat kota kelahiranku ini telah menjadi ladang uang bagiku. Saat ini aku telah punya segalanya kecuali cinta.
Aku adalah seorang pria bertubuh atletis dan tinggi. Bentuk tubuh ideal Itu ku dapatkan dari keseharianku yang bekerja sebagai pelatih senam. Wajahku cukup tampan dan mampu menarik perhatian para wanita.
Sayangnya nasibku tak sebagus rupaku.
Aku besar di sebuah tempat sejenis panti asuhan dan tak pernah mengenal siapa orang tua kandungku. Hingga kini usiaku sudah 27 tahun namun aku tak pernah ingin mencari tau tentang mereka.
Antonie temanku,,, Juga tumbuh dan besar di tempat yang sama denganku. Kami tumbuh bersama. Kehidupan keras kami di tempat itu membuat kami bosan hidup miskin.
Hingga suatu hari kami memutuskan untuk menjadikan wajah rupawanku ini sebagai modal untuk mencari uang. Aku dan Antonie membuka jasa menjadi Suami bayaran.
Aku akan menikah semata mata demi memberikan status kewarganegaraan bagi wanita yang telah membayar kami.
Pernikahan seperti itu lebih dikenal dengan pernikahan kartu hijau. Pernikahan yang terjadi setelah adanya transaksi sederhana antara dua individu, seringkali dengan imbalan uang yang dibayarkan kepada penduduk resmi.
Pernikahanku selama ini diatur oleh Antonie yang memiliki banyak kenalan yang cukup ahli dalam hal memalsukan dan membuat dokumen itu seperti legal. Beberapa orang dalam yang korup pun banyak andil dalam pekerjaan kami ini.
Gila,,,
Ya memang itu terdengar gila namun nyatanya pekerjaan itulah yang membuat hidup kami jauh lebih baik dan tak jauh dari kemewahan karena jumlah uang yang kami terima tak sedikit.
Seribu dolar,,,
Itulah tarif yang ku pasang pada semua wanita imigran gelap yang datang padaku. Mereka ingin mendapat kelegalan status dari negara ini agar bisa menetap dan mendapatkan pekerjaan dengan mudah.
Aku sebagai warga negara asli negara ini akan berpura pura menjadi suami mereka. Setelah para wanita itu mendapat pengakuan dari negara ini mereka akan membuat seolah olah telah bercerai denganku dan tetap menetap di negara ini.
Rumit,, Bahkan itu termasuk tindak kriminal,,,
Tapi itulah yang selama ini kami kerjakan. Dari sanalah kami bisa hidup enak dan makan makanan enak di Restoran ini.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Pagi itu Antonie kembali membawa wanita yang seingatku adalah wanita ke lima belas.
"Seribu dolar" ucap Antonie mengulang kata yang selalu diucapkan pada tiap wanita yang telah menggunakan jasaku.
Wanita itu tidak menjawab dan hanya mengeluarkan semua uang yang dimilikinya. Aku heran melihatnya mengeluarkan uang yang kusut dalam bentuk pecahan yang berbeda beda.
Aku memandangi dirinya yang tampak begitu kacau. Matanya sibuk berputar ke sekliling arah seakan memastikan tak ada yang melihat transaksi kami.
Antonie menghitung uang uang itu. Butuh waktu agak lama menghitungnya karena terlalu banyak pecahan kecilnya.
"Ini hanya sembilan ratus tujuh puluh dolar saja. Kamu kurang lagi tiga puluh dolar nona" ucapnya.
Wanita itu melepas jaket dan topinya. Tak lupa juga dengan syal yang menutup wajahnya. Dia berusaha memberikan semua yang dimilikinya.
"Tolong aku,,,, " wanita itu mengiba.
Aku terhenyak,,,, Aku baru menyadari,,,,
Wajah cantiknya sangat sempurna walau sama sekali tak tersentuh polesan make up apa pun. Aku terpana melihat kecantikan alaminya.
Matanya yang berkaca kaca menyiratkan kepedihan yang teramat sangat mendalam namun aku tak tau apa yang telah membuat wanita cantik itu begitu bersedih.
"Tidak bisa begitu nona,,, kamu harus bayar semuanya dengan uang. Bukan dengan baju atau barang lusuhmu ini" ketus Antonie.
"Aku mohon,,, tolonglah aku. Aku janji akan membayar kekurangannya setelah aku bisa mendapatkan pekerjaan disini. Aku tidak akan kabur" janjinya.
"Hey jangan coba coba membohongi kami yaaaa,,, setelah ini tentu kamu akan kabur" kata Antonie.
Wanita itu mulai menitikkan airmatanya. Aku yakin dirinya benar benar tak memiliki uang lagi.
"Hentikan Antonie,,," tukasku kemudian.
Wanita itu berkali kali mengucapkan terima kasih padaku setelah tau bahwa aku tak meminta kekurangannya. Kami meninggalkannya saat hujan tiba tiba turun dengan deras.
"Dia pasti kedinginan" batinku. Aku kemudian segera kembali hendak memberikan jaket milikku padanya.
Namun wanita itu sudah tidak ada disana. Aku memutar mataku mengelilingi semua tempat sekitar namun tetap tak melihatnya.
"Apa yang kau lakukan disini. Ayo kita pulang. Jangan sampai aku harus repot merawat kamu yang sakit karena hujan ini" Antonie menggerutu dan menarikku.
"Aku hanya,,,, wanita itu,,, " aku tak menyelesaikan perkataanku dan hanya memegang erat jaketnya.
Antonie memandangku yang tampak aneh hari itu. Dia menggelengkan kepalanya saat mulai menyadari apa yang terjadi padaku.
"Hellooo Richard,,, Tidak boleh ada cinta dalam pekerjaan kita. Okeee???" ketus Antonie.
"Cinta???" tanyaku.
Antonie geleng kepala melihat aku yang keheranan. Dia tak menjawab dan meninggalkanku yang masih belum beranjak dari sana.
Natasya,,,
Pertemuan pertama kita dan mungkin akan menjadi yang terakhir ini menyisakan rasa mendalam di hatiku.
"Benarkah aku jatuh cinta padanya??" tanyaku dalam hati.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Jangan lupa vote, like dan komen yaaa
Terima kasih ❤
"Hai Rich,,,, ini untukmu" Ellaine menyodorkan sebotol air dingin kepadaku.
Mataku berbinar. Tenggorokanku semakin terasa kering dan tak sabar ingin meneguk air itu. Ellaine selalu datang tepat waktu.
"Terima kasih Ella" sahutku langsung meneguk habis air itu.
Ellaine tersenyum dan memandangiku yang masih begitu berkeringat setelah latihan gym hari ini.
"Kamu terlihat seksi jika sedang berkeringat seperti ini" batin Ellaine yang masih terus saja memandangiku.
Ku seka keringat di dahiku dengan tanganku.
"Pakai ini saja Rich" ucap Ellaine.
Aku menoleh dan melihat dirinya sudah tersenyum manis sembari mengulurkan sebuah handuk kecil berwarna putih miliknya. Lagi lagi Ellaine begitu memahami apa yang ku butuhkan.
Aku tersenyum padanya lalu menerima handuk itu. Sekali lagi ku ucapkan rasa terima kasihku padanya. Ellaine hanya tersenyum puas karena dirinya merasa telah begitu membuatku bahagia dengan semua perhatian yang diberikannya.
"Ayo kita pulang" ajakku begitu menyadari aku harus pergi dari tempat itu.
Aku harus pergi menuju tempat kerjaku yang lain. Aku yang sama sekali tak ingin hidup miskin lagi ini memiliki banyak pekerjaan sampingan.
Aku tak gengsi melakukan apa pun selama itu bisa menghasilkan dan menambah pundi pundi uangku.
Ellaine tak menyahut dan hanya menghela tanganku saat aku akan beranjak dari tempat duduk kami.
"Tunggu Rich,, Apa kamu sudah mempertimbangkannya?" tanyanya lirih.
Aku menghela napas.
"Ah Ella,,, kenapa harus membahas masalah ini lagi???" batinku.
Ellaine telah begitu berani dan yakin mengungkapkan perasaannya padaku beberapa hari lalu. Namun belum juga ku jawab hingga hari ini. Aku paling malas jika harus membahas perasaan dan cinta.
Karena aku tak mencintainya sama sekali.
Aku tak bisa dan tak tega mengatakan hal yang sebenarnya padanya. Oleh karena itu selama ini aku tak selalu saja mengalihkan pembicaraan tiap kali dia mulai mendekatiku dan menanyakan apa jawabanku.
Ellaine Lim,,,,
Gadis keturunan cina yang tak banyak ku ketahui asal usulnya. Yang ku tau hanya gadis itu sedang dalam latihan pembentukan tubuhnya ke porsi yang sudah ditentukan olehnya.
Aku sebagai pelatih dan konsultan untuknya tak pernah ingin tau untuk apa dia menginginkan tubuhnya bisa sampai di porsi itu. Tugasku hanya membimbing dan mendampingi latihannya saja.
Sebenarnya sudah tidak ada yang salah dari bentuk badannya namun rupanya Ellaine masih saja tak puas dengan apa yang dimilikinya.
Ellaine jatuh cinta padaku sejak pertama kali bertemu denganky. Seiring dengan semua latihannya yang terus ku dampingi akhirnya benih benih cintanya untukku semakin bertebaran dalam hatinya.
"Aku mencintaimu Rich,,, aku tau mungkin kamu tidak terkejut dengan semua yang ku katakan ini karena aku yakin kamu pun memiliki perasaan yang sama kepadaku. Caramu memperlakukan aku sudah membuktikan bahwa kamu pun punya rasa yang sama denganku" ucapnya waktu itu.
Aku mengerutkan dahiku.
"Perlakuan yang mana yang dia maksud?? Apa sikap lembut dan tutur bahasaku yang memang selalu lembut pada semua wanita?? Ahh Ella,,, kamu salah mengartikan kebaikan dan sikapku selama ini" batinku.
"Rich,,, jawab aku kali ini. Jangan terlalu lama menyiksa perasaanku. Katakan yang sebenarnya Rich. Katakan apa yang kamu rasakan terhadapku" Ellaine mengguncangkan tanganku dan menyadarkan lamunanku.
"Eehhh,,, Eehhh,,, Ella,,, aku sungguh tidak bisa" jawabku sedikit tergagap. Aku sungguh tak tega mengatakan yang sebenarnya.
"Tidak bisa apa maksudmu Rich? Tidak bisa menjawab hari ini? Atau tidak bisa mengatakan yang sebenarnya??" desak Ellaine.
"Ella maafkan aku" lirihku.
"Katakan Rich,,, katakan!!!" desaknya terus sembari mendorong dorongku.
"Aku rela melakukan apa pun untukmu,,, aku rela menyerahkan kesucianku padamu. Lihat Rich lihat,,, Apa aku tidak cukup seksi untuk bisa membuatmu tertarik padaku" ucapnya sembari mulai membuka bajunya hingga bagian lengannya sudah mulai terbuka.
"Ella hentikan!!!!!" bentakku dan mendorong balik tubuhnya hingga hampir terjatuh.
Aku sungguh kesal terus dipaksa seperti ini. Aku berusaha sebaik mungkin tidak menyakiti dirinya namun dia terus saja mendesakku.
Belum lagi sikapnya dan pemikirannya bahwa aku akan terprsona atau tergoda dengan tubuh indahnya itu. Mengingat ini tempat umum aku juga kesal dengan kelakuannya itu.
"Baiklah,,, akan ku katakan yang sebenarnya. Aku tidak mencintaimu!!!! Dasar gadis gila!!!" ketusku.
Ellaine terperangah mendengarnya.
"Mana mungkin!!! Dengan semua sikap manismu selama ini padaku,,, tidak mungkin kamu sama sekali tidak punya rasa terhadapku" protesnya.
"Kamu jahat Rich!!!!" teriaknya.
Ku lihat airmata mulai menetes di sudut matanya yang sipit itu. Aku sadar telah begitu keras memperlakukan dirinya. Aku telah mendorongnya bahkan mengatai bahwa dirinya gila. Dan aku menyesal telah melakukannya.
Tapi bagaimana pun juga Ellaine harus tau dan tak lagi berharap banyak padaku. Aku sungguh tak bisa memberikan apa yang diinginkannya dariku.
Ellaine merapikan kembali bajunya dan segera mengenakan jaketnya. Diambilnya tas besar miliknya lalu dengan berderai airmata dia keluar meninggalkan pusat senam ini.
"Tega kamu Rich!!!" lirihnya saat melewatiku.
Aku terdiam. Rupanya aku begitu menyakiti hati dan dirinya juga hari ini. Aku harus minta maaf untuk itu. Aku mengejarnya keluar.
"Ella tunggu,,,, " aku menarik tangannya.
Ellaine berhenti dan menoleh dengan wajah yang masih basah oleh airmatanya. Aku mengatur napasku yang masih terengah engah.
"Maafkan aku,,, aku sudah begitu kasar kepadamu" ucapku begitu napasku sudah teratur.
"Kamu jauh jauh mengejarku hanya ingin berkata maaf??" sengitnya.
Aku mengangguk. Memangnya apa yang harus ku lakukan lagi?? Ellaine kembali berderai airmata. Aku makin bingung melihatnya. Aku tak mengerti apa yang sedang dipikirkannya.
"Ku kira kamu berlari mengejarku karena kamu baru menyadari bahwa kamu juga mencintaiku. Tapi ternyata sama saja!!! Kamu masih saja tak mengerti dan memahami apa yang ku inginkan!!!" ketusnya lagi setengah berteriak.
"Hey,,, jangan berteriak seperti itu. Malu dilihat banyak orang Ella. Hargai juga dirimu sendiri." bujukku.
"Sudah hentikan tangismu,,, Ayo aku antar kamu pulang. Anggap saja itu sebagai bentuk permohonan maafku karena telah begitu tidak baik padamu hari ini" lanjutku.
"Aku tidak ingin terjadi apa apa padamu jika kamu harus pulang sendiri dalam kondisi labil seperti ini" jelasku yang masih berusaha bersikap baik padanya karena aku tak ingin merasa lebih bersalah lagi jika nanti gadis labil ini melakukan hal aneh dan membahayakan dirinya di jalan.
"Tidak usah repot repot mengantarku!!! Aku sedang menunggu jemputanku!!!" ketusnya sembari menghapus airmatanya tak ingin orang yang menjemputnya melihatnya dalam keadaan kacau begitu.
Aku mengangguk dan mundur saja dari trmpatku berdiri namun tak meninggalkannya. Aku masih tetap ingin memastikan bahwa dirinya benar benar ada yang menjemput.
Mataku membulat saat sebuah sedan jenis limosin berhenti tepat di depannya. Sopirnya turun dan membukakan pintu untuknya.
"Silahkan nona" ucapnya.
Ellaine masuk dan tak membuka kacanya sama sekali walau tau aku masih ada disana. Limosin itu menghilang di belokan jalan.
"Ternyata Ella anak orang kaya. Bagaimana bisa aku melewatkan semua ini" pikirku dengan mata berbinar.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Jangan lupa vote, like dan komen yaaaa
Terima kasih 💞
Happy reading 🤓
"Antonie,,, aku ingin kamu membantuku mencari tau tentang gadis yang fotonya akan ku kirim padamu setelah ini." titahku.
"Memangnya siapa gadis ini dan apa istimewanya bagimu sampai kamu memintaku mencari tau tentangnya. " tanya Antonie yang merasa heran padaku.
Antonie yang tau bahwa aku tak pernah tertarik pada gadis mana pun selama ini tentunya sangat heran jika aku sampai memintanya menngumpulkan informasi tentang seorang gadis.
"Apa dia Natasya? Aku sudah pernah bilang padamu Rich,,, Jangan sampai ada yang namanya cinta dalam. pekerjaan kita. Lagipula aku heran padamu,, Apa kamu sungguh tak bisa menemukan gadis lain saja?" protesnya sebelum aku menjawab pertanyaannya tadi.
"Bukan,,, namanya Ellaine" jawabku.
"Ellaine? Apa hubunganmu dengannya Rich?" tanya Antonie yang semakin heran.
" Dia murid senamku. Sudah jangan bawel!! Carikan saja informasi tentangnya untukku!!!" titahku.
"Oke bosssss,,, " sahut Antonie mantap.
Tanpa aku harus ku ingatkan lagi Antonie segera mulai mencari tau siapa sebenarnya Ellaine. Tentu tidak sulit baginya yang memiliki banyak jaringan.
Setelah cukup yakin dengan apa yang didapatnya Antonie pun menemuiku di apartemen milikku.
Praakkkk,,,,
Antonie menjatuhkan setumpuk foto diatas mejaku. Aku menghentikan suapan nasiku dan meraih foto foto itu. Aku melirik Antonie yang langsung duduk dan mencomot makanan yang ada di meja.
"Lebih baik jangan mencari masalah dengannya." ucapnya sambil mulai mengunyah makanannya.
Aku diam dan melihat foto itu satu persatu. Ada beberapa lembar kertas juga yang berisi informasi tentang Ellaine yang juga harus ku baca.
Aku tersenyum setelah membaca dan melihat semuanya. Antonie yang melihatku tersenyum sendiri heran dan menghentikan kunyahannya.
"Apa yang ada dalam kepalamu Rich? Sudah ku katakan lebih baik jangan mencari masalah dengannya" seru Antonie mengingatkanku lagi.
"Dia ladang uangku. Dia akan mewujudkan semua mimpi mimpi besarku" sahutku tanpa memandangnya. Aku tengah membayangkan apa pun yang ku inginkan akan segera ku dapatkan dari seorang Ellaine.
Antonie geleng kepala dan kemudian menggebrak meja.
Braakkk,,,
"Atas dasar apa kamu begitu yakin bahwa dia akan menjadi ladang uangmu Rich??" tanyanya seakan berusaha menyadarkan bahwa aku hanya pelatih senamnya saja.
"Dia mencintaiku,,, Dan akan ku gunakan cintanya itu untuk memenuhi semua impianku. Aku hanya perlu untuk bersikap manis padanya saja. Membuatnya yakin bahwa aku juga mencintainya" lirihku sembari tersenyum licik.
Mata Antonie berbinar mendengarnya.
"Apa dia sudah mengatakannya padamu sebelumnya?" tanyanya penasaran.
"Sudah. Tapi aku malah menolaknya" sahutku dengan suara melemah saat ingat bahwa aku telah membuatnya sedih dan kecewa.
Antonie yang semula berbinar berubah merengut dan kesal karena aku telah begitu mudah melewatkan kesempatan memperkaya diri kami.
"Pikirkan sesuatu Rich,,, Minta maaflah padanya. Rayu kembali dirinya. Jangan sampai kamu melepaskannya Rich. Ayo Rich,,, berpikirlah,,,,, " serunya kemudian.
Aku memutar otakku berusaha mencari jika ada sesuatu yang bisa ku lakukan selain meminta maaf pada Ellaine. Aku yakin walau aku telah mengecewakannya Ellaine tak akan begitu saja pergi meninggalkanku karena dia sangat mencintaiku.
"Pertunjukan musik" seruku saat mendapat ide.
Antonie tak mengerti mengapa aku mengatakannya namun dua yakin bahwa aku telah menemukan ide untuk mendekati Ellaine lagi dengan pertunjukan musik itu.
"Kali ini aku minta kamu melakukannya sendiri Rich. Aku tak bisa banyak membantumu disini. Aku hanya sebatas bisa mencarikan informasi tentangnya saja. Setelah itu semua terserah padamu" ucapnya.
Aku kembali menatap kertas dan foto itu. Dari yang ku baca di kertas itu Ellaine Lim adalah putri tunggal pengusaha kaya yang sukses.
Sebenarnya kekayaannya itu tidak melulu dari bisnis dan permainan saham perusahaannya saja karena ayahnya juga menjalankan bisnis barang terlarang di pasar gelap.
Tidak hanya menyediakan dan menjual barang terlarang namun bisnisnya juga merambah pada perdagangan wanita.
Namun walau begitu kekayaan yang dimiliki ayahnya mampu membayar beberapa orang penting di negara ini dan juga para aparat hukum.
Hal itu membuat bisnis terlarangnya itu semakin besar dan berkembang dan semakin kebal hukum. Ayahnya memiliki banyak jaringan dan anak buah yang dipersenjatai lengkap.
Aku sedikit tak bernyali membayangkan kata senjata itu. Walau aku juga bermain kotor namun aku tak pernah bermain dengan nyawa. Aku hanya menipu namun tidak membunuh.
Ayah Ellaine punya banyak wanita dirumahnya walau ibu Ellaine masih hidup. Para wanita itu sendiri entah dinikahinya atau hanya dijadikan alat permainannya saja. Aku tak begitu tertarik tentang hal itu.
"Dia berhasil mengelabuhiku dengan penampilannya yang baisa saja. Ellaine,,, aku pasti akan mendapatkanmu. Kamu adalah golden ticketku. Aku tak akan begitu saja melepasmu" batinku sembari memandang foto Ellaine.
Ellaine tampak manis dan anggun dengan pakaian kesehariannya yang jauh dari kata mahal. Itu sebabnya aku sama sekali tak menyangka bahwa dirinya adalah tambang emas.
Ellaine bahkan tak pernah mengenakan barang mewah. Dia seperti gadis biasa bahkan cenderung terlihat tidak punya apa apa. Itu sebabnya aku begitu heran dan tak percaya saat dirinya dijemput sebuah limosin yang mengkilap.
Sekarang setelah tau semuanya aku tak merasa heran lagi jika dirinya sampai dijemput mobil mahal seperti itu. Mobil itu tentunya tak mahal bagi keluarganya.
Antonie hanya memandangku cemas. Entah kenapa dia merasa kali ini aku sedang memainkan sesuatu yang akan bisa berakibat buruk untuk kami.
"Bermainlah dengan rapi Rich" pesannya sebelum meninggalkan apartemenku.
"Tentu,, Aku tak akan mengecewakanmu" teriakku begitu dia telah sampai di pintuku.
Aku meraih ponselku dan mencari jika aku punya nomer ponsel Ellaine. Aku ingin segera menghubunginya dan mulai menjalankan niatku.
Setelah mencari nama Ellaine dalam sekian banyak nomer kontak yang ku simpan nyatanya aku sama sekali tak menemukan namanya.
Hal itu membuatku kesal. Ku lirik jam dinding. Ini adalah jadwal senam Ellaine. Aku buru buru mandi dan tak menyelesaikan makanku.
"Aku harus menemuinya disana. Aku yakin Ellaine tetap datang" batinku.
Selesai mandi aku pun memilih pakaian terbaikku agar tampilanku yang sudah menarik ini akan lebih sempurna. Aku ingin membuat Ellaine makin meleleh melihatku.
Aku tersenyum saat tiba di tempat latihan kami. Aku melihat Ellaine telah duduk gelisah menungguku. Ku hampiri calon pundi uangku itu pelan pelan.
Ku tutup matanya dari belakang dengan sepuluh jariku. Ellaine terkejut dan berusaha membukanya namun tak begitu saja ku biarkan.
"Maafkan aku Ella" bisikku lembut di telinga kanannya. Ku lihat bulu bulu halus di tangan Ellaine berdiri. Aku kembali tersenyum sebelum melepaskan tanganku.
" Richard?? " Ucap Ellaine dengan perasaan heran. Ellaine kemudian memutar badannya menghadapku.
"Ya,,, Aku menyesal dengan kejadian kemarin. Aku sungguh minta maaf padamu. Aku tak seharusnya memperlakukan gadis yang selama ini begitu perhatian padaku dengan kasar begitu" ucapku sembari menyingkirkan anak rambutnya ke belakang telinganya.
Ellaine memejamkan matanya mendapat perlakuan seperti itu dariku.
"Richard,,,, aku senang" ucapnya setelah membuka matanya dan tangannya mengelus pipiku.
"Yessss!!!!" batinku senang.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Jangan lupa vote, like dan komen yaaaa
Terima kasih 💞
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!