...ARRABELLA TWICE LIVES...
...BAB 1...
...PENGKHIANATAN...
Di sebuah kerajaan indah dan makmur bernama kerajaan Clariness, dengan rakyatnya yang damai dan hidup nyaman. Mereka memiliki seorang raja dan ratu yang bijaksana memimpin kerajaan itu.
Namun, suatu masalah besar terjadi saat sebuah keluarga berpangkat Duke, yang dituduh melakukan pemberontakan terhadap kerajaan di hukum mati. Hanya satu yang tersisa, putri bungsu keluarga tersebut dan seorang pelayan setianya yang melarikan diri sedang dalam pencarian semua pengawal istana dan menjadi buronan kerajaan tersebut.
***
Di sebuah lorong panjang dan gelap, seorang gadis berambut pirang dan seorang wanita yang lebih tua darinya ada disana. Mereka terlihat terburu-buru.
"Nona, nona harus cepat pergi dari sini ! saya mohon nona ! bertahanlah hidup!" seru Daisy sambil menangis dan memegang tangan gadis muda itu.
Mata gadis muda itu menatap Daisy, pelayan setianya dengan sedih dan mata nya yang berkaca-kaca.
"Daisy, kau juga harus ikut denganku! kita harus selamat bersama-sama!" seru Arrabella pada pelayannya itu dengan berderai air mata.
"Anda sudah menyelamatkan saya dengan bertahan hidup nona, tolong pergilah! sebelum pengawal kerajaan datang dan melihat kita !" seru Daisy sambil mendorong Arrabella ke dalam lubang kecil yang hanya cukup untuk merangkak saja.
"Daisy...kau.. " Arrabella tak mampu berkata-kata dan menangis, lalu ia akhirnya masuk ke dalam lubang itu dengan merangkak, ia masih melihat Daisy menatapnya sambil tersenyum dan menangis.
Daisy menutup lubang kecil itu dengan pagar besi. Daisy dan Arrabella panik mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat kea arah mereka. Suara langkah kaki yang bukan hanya satu orang saja.
"Nona.. pergilah! cepat!" ujar Daisy pada nona nya itu.
" Daisy.. maafkan aku.. maaf .." Arrabella menahan tangisnya, ia menggigit bibir bawahnya.
"Saya menyayangi nona .." Daisy tersenyum dan membelai wajah Arrabella dengan lembut. Mata Arrabella tercekat melihat kebaikan dan tatapan Daisy yang penuh kasih sayang juga ketulusan kepada Arrabella.
Benar saja, beberapa para pengawal kerajaan dengan senjata lengkap mendatangi Daisy. Dengan cepat Daisy mengalihkan perhatian mereka dengan berlari ke arah lain. Sedangkan Arrabella masih melihat Daisy dari celah kecil di lorong itu.
"Itu dia! itu pelayan nona muda keluarga Reese! tangkap dan seret dia !" seru kepala pengawal kepada para bawahannya.
Daisy ditangkap, lalu ia dipukuli oleh para pengawal itu.
"Nona Arrabella, atau harus saya sebut sebagai mantan putri mahkota? kami tau kau ada disini? kalau kau tidak mau keluar juga, aku tidak bisa menjamin keselamatan pelayan setia mu ini" kata sang kepala pengawal kerajaan sambil menodongkan pedangnya ke leher Daisy, pria itu mengancam Arrabella agar keluar dari persembunyian nya.
"Saya sudah bilang, nona tidak ada disini!" Daisy mencoba melindungi Arrabella yang sedang bersembunyi.
"Nona muda, saya serius!!" Kepala pengawal itu menusuk leher Daisy sedikit demi sedikit hingga lehernya mengeluarkan darah.
Arrabella menangis melihatnya, ia pun memutuskan untuk keluar dari persembunyiannya.
"Nona, kenapa anda keluar?" tanya Daisy dengan penuh kesedihan di wajahnya.
"Aku akan ikut kalian, tapi tolong jangan sakiti dia. Biarkan dia hidup, berjanjilah padaku Sir Oscar " kata Arrabella tegas
"Baiklah, aku janji" jawab Sir Oscar ( kepala pengawal kerajaan )
Arrabella dan Daisy di arak keliling kota, masyarakat melihat mereka dengan tatapan tidak suka malah benci, dan mulai membicarakan tentang keluarga Arrabella dengan penuh kebencian.
"Tidak tahu malu ! cantik-cantik ternyata dia suka bermain sihir! "Seru seorang pria dengan ujaran kebencian pada Arrabella
"Untung saja dulu saat yang mulia Raja masih menjadi putra mahkota, dia tidak jadi dinikahkan dengan gadis seperti dia!" seru wanita yang lain dengan penuh kebencian
" Mati saja ! mati!" teriak orang-orang di tengah kota menyoraki kematian untuk gadis muda itu
Teriakan orang-orang itu dengan ujaran penuh kebencian, terdengar jelas oleh Arrabella.
Namun, seolah sudah kehilangan harapan ia hanya diam mematung dengan tatapan yang kosong dan menerima semua perlakuan masyarakat padanya. Walaupun tubuhnya penuh luka karena terkena batu lemparan dari orang-orang itu, tapi ia tetap diam dan mengabaikannya.
Tanpa diduga, Arrabella meminta janji nya kepada Sir oscar saat itu untuk membebaskan Daisy segera.
" Aku sudah bilang lepaskan dia " kata Arrabella
" Kau masih saja sombong, sama seperti ayahmu " Sir Oscar menatap tajam Arrabella lalu tanpa ampun dan tanpa perasaan ia menusukkan pedangnya ke perut Daisy.
JLEEB !
"Akhhh !" rintih Daisy kesakitan.
Mata Arrabella terbelalak lalu ia memeluk Daisy yang sudah berlumuran darah tergeletak di tanah.
" Daisy! Daisy! tidak !" teriak Arrabella histeris sambil memeluk Daisy yang tengah sekarat
" No..na.. sa..ya minta..maaf.." Napas Daisy tersengal-sengal.
" Aku yang minta maaf Daisy..aku yang salah..hiks " Arrabella menangis dan memeluk Daisy yang sudah menutup mata untuk selamanya, tubuhnya ikut dilumuri darah karena darah Daisy.
" Sudah sudah menangisinya, kita harus segera menghadap yang mulia raja !" seru Sir Oscar sambil tersenyum menang
" Kau keterlaluan ! kau biadab ! tidak cukup kau membunuh semua keluargaku ! " Mata Arrabella dipenuhi kemarahan.
Ia membawa pisau kecil dan hendak menusuk Sir Oscar dengan pisaunya itu, namun ia tak cukup kuat untuk melawan Sir Oscar.
***
Di istana Clarines, Arabella dalam posisi terikat dan menunduk di depan raja yang sedang duduk di singgasana nya. Pria yang disebut raja itu menghampiri Arabella dan mendekat padanya. Arrabella sama sekali tidak melihat ke arah Raja seolah mengabaikan nya.
" Kau akan terus seperti ini, Naomi?" tanya Eugene sedih
" ...." Arabella tetap diam dan menatap kosong dan pasrah
(" Inikah orang yang aku cintai itu ? seperti ini kah dia?") batin Arabella sedih
" Naomi !" seru Eugene yang ingin dijawab pertanyaan nya
" Jangan panggil namaku seperti itu, Yang MULIA " kata Arabella dingin
" katakan apa keinginan terakhir mu?" tanya Eugene tegas
" Haa.. hahaha.. " Arabella tertawa seolah ia tidak waras
Eugene kaget melihat Arabella tertawa seperti itu.
" Kau masih bisa tertawa? Naomi ?" tanya Eugene
" Bagaimana bisa aku tidak tertawa Yang mulia? melihat tingkahku yang bodoh dimasa lalu yang selalu mempercayai cinta dan persahabatan kita " Arabella tersenyum sinis, meskipun air mata mengalir dari mata biru nya itu.
" Naomi .. aku tidak tahu harus berkata apa. Aku sudah lakukan segala cara untuk menyelamatkan mu dan keluargamu, kau pikir tidak aku lakukan?" kata Eugene sedih
" Kenapa kau harus menjelaskan nya padaku? kenapa kau harus sedih? semuanya kau lakukan untuk permaisuri tercintamu itu !" Arabella berbicara dengan suara ketus
" Percuma saja aku bicara lembut padamu sekarang, tadinya aku ingin memberikanmu keinginan terakhir " kata Eugene
" Pada akhirnya kau tidak mempercayai ku, bagus sekali Yang Mulia Raja " Arabella sudah pasrah
" Jadi kau ingin benar-benar ingin MATI?" tanya Eugene sambil memegang tangan Arabella dengan wajah sedih
" Jangan tunjukkan wajah itu padaku ! karena siapa aku mati, bukankah kau sudah tau?" tanya Arabella yang merasa muak
Eugene terdiam dan tak mampu bicara lagi, ia melepaskan kedua tangannya. Ia membalikkan badannya dan menangis, tanpa Arabella ketahui.
" Baik, apa keinginan terakhir mu?" tanya Eugene tegas
" Aku ingin mati ditangan mu Yang mulia " jawab Arabella tegas
" Aku.." Eugene kaget mendengar permintaan itu dari Arabella.
" Itu keinginan terakhir ku? Apa kau tidak akan mengabulkan nya ? " tanya Arabella sedih
" Kenapa kau ingin mati ditangan ku?" tanya Eugene dengan nada suaranya yang rendah
" Aku tidak mau mati ditangan orang lain. " jawab Arabella sedih
" Aku tidak bisa !" Eugene menolak permintaan Arabella dengan tegas
Arabella terlihat kecewa dengan penolakan Eugene, lalu ia pun mengganti permintaan nya agar Eugene menguburkan ayah dan kedua kakaknya dengan layak di pemakaman keluarga duke dengan kehormatan. Eugene menyetujui permintaan Arrabella.
Sehari sebelum eksekusinya, Arabella duduk di penjara dan tenggelam dalam lamunannya, ia melihat bulan bersinar dari balik penjara.
" Setidaknya aku bisa melihat bulan dari sini untuk terakhir kalinya. " gumam Arabella
Ayah, kak Ethan, kak Peter, Felix, Daisy, Layla, apa kalian baik-baik saja? aku akan menyusul kalian besok. Maafkan aku, karena kebodohan ku, kalian harus mengalami semua ini. Karena kebodohan ku, mencintai Eugene, kalian jadi seperti ini.. dia mengambil semuanya dariku tanpa sisa.. padahal kalian selalu mengingatkanku setiap saat, bahwa tidak baik berhubungan dengan keluarga kerajaan. Kalian benar, apa ini sudah terlambat?
Arabella menangis sambil memegang kalung kristal yang ada di lehernya. Hatinya sedih sekali, seakan sudah ada banyak pedang yang menusuk dirinya sebelum ia dieksekusi.
Ia teringat saat kedua kakaknya mati untuk menyelamatkannya. Wanita itu merasakan seperti ada lubang besar di dalam hatinya yang tidak bisa diobati.
***
2 hari sebelumnya..
" Peter, bawa Abel pergi dari sini !" seru Ethan panik
" Tapi bagaimana dengan kakak dan ayah ? " tanya Peter
" Aku tidak mau, aku mau pergi bersama kalian !" seru Arabella membantah
" Apapun yang terjadi kalian jangan menengok ke depan, tetap berlari sampai aman. Peter, jagalah adik kita baik-baik " Ethan tersenyum dan memeluk kedua adiknya itu.
Masyarakat dan para pengawal kerajaan menyerang mansion mereka dan dalam pertempuran berdarah itu, ayah Arabella, yaitu Duke Herald De Reese dan Ethan De Reese mati pertama kali.
Peter dan Arabella melarikan diri, bersama dengan Daisy dan Layla kedua pelayan Arabella. Namun, di depan lorong Peter dan Layla terkena panah dan meninggal.
" Kakak ! Layla ! huhuhu.. " Arabella menangis melihat Peter dan Layla terluka di depannya
" Abel kau harus hidup .. pergilah cepat ! Daisy pergi !" Peter menghembuskan napas terakhir nya.
Arabella semakin sakit hati mengingat kedua kakak nya, ayahnya dan 2 pelayan setianya meninggal secara tragis di depannya.
***
Hari eksekusi pun tiba, Arabella diseret oleh pengawal kerajaan dengan kasar. Ia dibawa ke tengah kota dan akan dihukum pancung.
" tidak cukup melihatku mati, Eugene, Claire, kalian masih ingin mempermalukan ku. Bagus sekali " batin Arabella sakit hati
Semua masyarakat menunjuk-nunjuk gadis malang yang diseret ke tengah kota itu dengan penuh kebencian.
Terlihat Raja Eugene dan Ratu Claire yang sedang duduk di singgasana mereka untuk menyaksikan eksekusi Arabella, orang terakhir dari keluarga pemberontak kerajaan.
" Yang mulia, bukankah ini pertunjukan yang bagus. Kita tak boleh melewatkannya, bukan?" tanya Claire sambil tersenyum senang
Eugene tak menanggapi Claire dan dimatanya terlihat ada kesedihan.
" Kau sendiri yang akan membunuhnya yang mulia, kau tidak seharusnya sedih. " Claire tersenyum sinis " Bagaimana pun juga pengkhianatan pada kerajaan adalah sebuah dosa besar, dia pantas mendapatkan nya " kata Claire merasa puas
Eugene membalikkan badannya seolah tak ingin melihat Arabella. Dari kejauhan Arabella melihat Eugene, ia tersenyum dan tertawa sendiri.
" inikah akhir nya? inikah balasannya karena aku mencintaimu dengan tulus, Eugene.. jika ada kehidupan selanjutnya untukku, aku tidak akan pernah mencintaimu. Tidak akan! " batin Arabella penuh kepedihan
Pancungan sudah siap dan tinggal diturunkan, namun Sang Ratu Claire menghentikan nya.
" Tunggu ! biarkan aku bicara sebentar dengan tahanan ini !" seru Claire
Claire berjalan dengan angkuh mendekati Arabella yang nyawanya sudah diujung tanduk.
" Bagaimana rasanya? semua milikmu diambil, semua yang kau sayangi sudah tidak ada lagi?" suara Claire berbisik di telinga Arabella
"Aku akan menunggumu di NERAKA, " Arabella menatap Claire dengan penuh kebencian
"Haha... PECUNDANG!! " Claire tersenyum sinis mengejek Arabella, mantan sahabatnya dan sekaligus mantan saingannya menjadi putri mahkota dulu.
" Aku harap kau bahagia dengan apa yang kau miliki sekarang, yang mulia RATU. " Arabella tersenyum tegar meski matanya menangis
Hujan tiba-tiba datang dengan derasnya, Arabella menangis ditengah hujan. Semua rakyat menyaksikan kematiannya dan terlihat senang dengan kematiannya.
" Mungkin ini balasan tuhan kepadaku. Aku terlalu sombong dimasa lalu, aku selalu berusaha menjadi yang terbaik dalam segala hal. Sehingga aku buta, aku tidak melihat bahwa di hidupku sampai sekarang aku dikelilingi oleh orang-orang yang sangat menyayangiku. Ayah, kedua kakakku, Daisy, Layla, hanya mereka yang tulus padaku. Bodohnya aku, aku baru menyadari hal ini ketika saat saat terakhir ku. Seandainya aku menyadari nya lebih awal aku akan memperlakukan kalian dengan baik, aku akan patuh dan mendengar kan semua nasihat kalian. Tapi, semuanya sudah terlambat. Eugene dan Claire, jika ada kesempatan kedua. Aku ingin balas dendam pada kalian ! aku akan menjaga orang-orang yang menyayangiku, dan aku tidak akan jatuh cinta dengan mudah. Inikah yang kau inginkan Eugene, Claire, Sir Oscar? Apa kalian bahagia melihatku mati? Tuhan, aku harap ini hanya mimpi.. "
Arrabella menangis dan tersenyum, kepalanya sudah terpenggal dan ia sudah tiada. Diam-diam Eugene menangis melihat Arrabella yang sudah tak bernyawa. Suara hujan yang deras mengiringi kematian Arrabella.
Di tengah kerumunan rakyat yang menyaksikan eksekusi itu terlihat seorang pria misterius dengan mengenakan pakaian hitam-hitam dan tudung hitam, ia berduka dan menangis melihat kematian Arrabella.
" Arabella.. maafkan aku.. " suara pria itu parau dan ia menangis di tengah hujan.
...ARRABELLA TWICE LIVES...
...BAB 2...
...APA INI MIMPI?...
( Ilustrasi Arrabella Naomi De Reese )
" Apa aku sudah mati? baguslah, jika aku mati aku bisa bertemu dengan semua orang yang aku sayangi. Ini lebih baik daripada hidup seperti neraka. Tapi, ini dimana? apakah ini surga? jika ini surga.. lalu dimana semua orang? kenapa aku sendirian? " suara Arabella dalam batinnya
Arabella berjalan di ruangan yang semuanya serba putih, ia berusaha menemukan pintu atau semacamnya untuk jalan keluar.
" Kenapa aku terus berputar-putar seperti ini? Dimana surga? " tanya nya kebingungan
" Yakin kau akan mati seperti ini, Arabella Naomi De Reese? "
Arabella kaget mendengar suara itu, karena ia yakin tidak ada siapapun disana selain dirinya.
" Siapa kau? tunjukkan diri mu!" teriak Arabella bertanya-tanya
" Apa kau akan mati seperti ini? dan menerima takdirmu begitu SAJA?"
" Ini sudah takdir ku, apa yang bisa ku ubah? toh sekarang aku sudah mati, apa yang bisa ku lakukan ? semuanya sudah terlambat. " Arabella menjawabnya sambil tersenyum pahit
" Kalau aku bilang kau bisa merubah nya, apa kau mau ku beri kesempatan?"
" Tentu saja, jika aku diberi kesempatan. Akan ku gunakan kesempatan ku itu. Aku ingin kembali ke masa lalu, memperbaiki kesalahanku. " kata Arabella yakin
Tiba-tiba sebuah pintu muncul di depan Arabella, yang satunya berwarna putih dan satunya berwarna seperti pelangi.
" Apa apaan ini?" tanya Arabella bingung
Sebuah cahaya mendekati Arabella, lalu berubah wujud menjadi seorang gadis yang wajahnya tidak jelas karena di tutupi tudung putih.
" Siapa kau?" tanya Arabella bingung
" Aku hanya perantara penyelamatmu, karena kau memiliki kalung itu. Kau memiliki kesempatan kedua juga " jawab gadis misterius itu dengan senyuman tipisnya
" Kalung ? kalung ini?" tanya Arabella sambil memegang kalung kristal yang ada dilehernya.
(" Mustahil, aku sudah mati tapi kenapa kalung ini masih ada di leherku?") batin Arabella bingung
" Kenapa kalung itu masih ada denganmu? karena kalung itu bukan kalung biasa. " kata Gadis itu
" Kau bisa membaca pikiran ku?" tanya Arabella bingung
" Aku bahkan bisa tau kehidupan mu sebelumnya. Membaca pikiran hanya sebagian kekuatanku saja. Waktu mu tidak banyak, kau diizinkan memohon 1 permintaan dengan kalung itu "
" Aku ingin semua ini hanya mimpi dan aku kembali ke masa lalu, aku minta itu " Arabella meminta nya dengan yakin
" Kau meminta hal itu tanpa ragu. Baiklah, pilihlah salah satu pintu disana. " kata Gadis itu sambil melihat ke arah dua pintu
" Aku harus memilih yang mana?" tanya Arabella bingung
" Pilihan apapun yang kau ambil, semuanya hanya mimpi. Ingatlah, saat kau kembali nanti kau harus ingat janjimu untuk memperbaiki semuanya. " Gadis itu tersenyum lalu mendorong Arabella ke pintu yang berwarna pelangi.
Arabella terjatuh dan berteriak, ia seperti hampir kehilangan napasnya.
" Aarghhh ...!!!! "
" Katanya aku harus disuruh memilih pintu ! tapi kenapa aku malah di dorong??!" batin Arabella kesal
Mata Arabella terbuka, ia melihat situasi familiar di dalam ruangan itu, dekorasi yang kebanyakan berwarna merah muda, dan ranjang mewah seperti tuan putri. Ia terbaring disana.
" Ini kamarku, aku sedang tidur, apa itu semua memang mimpi? apa aku benar-benar kembali ke masa lalu atau.. " Arabella berfikir dan berdiri dari ranjangnya.
Ia melihat ke arah cermin dan berkaca, ia melihat semua bagian dari dirinya dan kalung kristal itu ada dilehernya.
" Aku menjadi lebih muda.. berapa usiaku saat ini? benar saja, aku kembali ke masa lalu. Itu berarti.. " Arabella terlihat senang
Gadis itu keluar dari kamarnya masih memakai piyama tidur, ia melihat ayah dan kedua kakaknya sedang duduk di ruang makan bersiap untuk sarapan. Gadis itu menangis melihat ayah dan kedua kakaknya itu ada disana. Ayah dan kedua kakaknya bingung melihat Ara menangis.
" Kenapa kau menangis? " tanya Duke Reese cemas
" Kau belum mandi ya?" tanya Peter heran
" Pagi-pagi begini kau sudah menangis. Dasar tuan putri " kata Ethan sambil tersenyum
(" Ini benar-benar nyata kan? Kak Ethan, Ayah, dan Kak Peter mereka ada disini dan di depanku? mereka hidup ") batin Ara tak percaya
Ara berlari memeluk Ayahnya sambil menangis.
" Kenapa putriku ini menangis! ada apa?" tanya Duke Reese cemas
" Aku sayang ayah.." kata Ara sambil tersenyum
Kedua kakaknya itu keheranan melihat tingkah adik mereka aneh sekali di pagi itu.
" Abel kau kenapa? kau ngelindur ya?" tanya Peter menggoda
" Aku juga sayang kak Ethan dan Kak Peter.. " kata Ara sambil tersenyum manis
" Adik kita yang jutek dan suka marah-marah kenapa jadi manis begini?" gumam Ethan bingung
***
Di ruang makan, Ara terlihat senang bisa sarapan bersama keluarga lagi.
(" Aku akan menghargai setiap waktu bersama kalian, aku akan mencegah si Oscar dan Claire brengsek itu dari menyakiti keluargaku. Kali ini aku yang akan melindungi kalian. ") batin Ara
" Abel ada apa nak? kenapa kau menangis tadi pagi dan bilang sayang pada kami semua?" tanya Duke Reese serius
" Oh..itu. Ayah aku bermimpi panjang, aku bermimpi buruk. Tapi, sekarang aku tidak mau memikirkan nya lagi " jawab Ara ramah
" Ada apa dengan adik bungsu kita? ini tidak seperti dirinya?" tanya Peter
" Ini benar-benar aku kok kak Peter, kak Ethan. Kalian tenang saja, aku akan memperlakukan kalian dengan baik mulai hari ini " kata Ara yakin
" Kau bicara seolah kau tidak akan merebut permen kesukaan ku lagi!" seru Peter
" Sekarang aku tidak akan merebutnya, aku janji " kata Ara
" Baguslah, rupanya adikku bisa dewasa juga. Aku senang melihatnya " Ethan tersenyum
" Hehe.. iya, aku kan ingin melindungi kalian " kata Ara
" Melindungi? dengan cara apa?" tanya Peter
" Ayah, kakak kakak, aku ingin belajar ber pedang !" seru Ara
" APA???" Ketiga pria itu kaget mendengar permintaan Ara.
" Abel, pedang itu bukan mainan untuk anak anak. Apalagi anak perempuan, sayang " kata Duke Reese membujuk
" Kau kan tuan putri, kau tidak usah belajar hal seperti itu. Kau pergi saja ke salon atau belanja ya " kata Peter membujuk
" Benar, kau kan sudah punya 2 kesatria yang akan melindungimu ( kakak kakaknya ) " kat Ethan sambil tersenyum
" Aku mau belajar pedang, aku ingin kuat !" seru Ara
(" aku tau ini tidak akan mudah membujuk mereka ") batin Ara
Ayah dan kakak pertama Ara bersiap-siap untuk pergi ke istana.
" Aku ingat hari ini kalau tidak salah, ayah dan Kak Ethan ke istana karena hari ini adalah kembalinya Eugene ke istana. Dan ayah dan kak Ethan harus disana menyambutnya " batin Ara berfikir
" Abel ? kenapa malah melamun? ayo cepat siap-siap ! ganti bajumu dan berdandan yang cantik " kata Duke Reese
" Kenapa aku harus siap-siap?" tanya Ara polos
" Kita akan bertemu pangeran kesayanganmu, masa kau tidak berdandan cantik?" tanya Ethan bingung
" Aku tidak akan ikut " jawab Ara
" Kau pasti bercanda kan?" tanya Peter tak yakin
" Aku mau pergi saja dengan kak Peter, melihat latihan pedang nya " jawab Ara
Ethan, Duke Reese dan Peter terlihat kaget mendengar nya dan juga cemas.
" Kenapa kalian melihatku begitu? a..ada apa?" tanya Ara bingung melihat ketiga pria itu terlihat sedih
" Abel sayang, kau baik-baik saja kan?" tanya Duke Reese dengan wajah cemas
" Aku .. baik-baik saja.." jawab Ara kebingungan
" Tidak ayah, ini tidak bisa dibiarkan. Kita panggil dokter keluarga kita !" seru Peter panik
" Benar, sepertinya ada yang salah dengan otaknya " kata Ethan sedih
" Ka.. kalian berlebihan.. aku sungguh tidak apa-apa, aku tidak sakit. " kata Ara sambil memegang keningnya
(" Ya, aku tau pasti aku dikira aneh sikap ku berubah di hadapan mereka. Aku harus membuat mereka terbiasa dengan sikapku ini. Ah hari ini aku ada misi untuk menyelamatkan Layla di tempat jual beli budak, aku harus kesana secepatnya! ") batin Ara
" Terserah apa kata kalian aku tidak mau ikut ke istana, aku mah belanja saja dengan Daisy " kata Ara tegas
" Baiklah kalau begitu, kau ingin belanja kan? itu memang seperti dirimu, pergilah " kata Duke Reese sambil mengelus-elus kepala Ara.
" Kau aneh sekali, biasanya kau selalu semangat bertemu dengan putra mahkota Eugene. Tapi, kali ini kau seperti tidak mau bertemu dengannya padahal kau kan bilang ingin jadi putri mahkota " Peter keheranan
" Aku tidak mau jadi putri mahkota, dan aku tidak suka dengan putra mahkota !" teriak Ara kesal
(" Mungkin dimasa lalu aku pernah mencintainya, tapi sekarang yang tersisa tinggal kebencian. Karena dia, aku kehilangan kalian, mana mungkin aku bisa mencintai nya lagi untuk kedua kalinya. Kalau itu terjadi, berarti aku bodoh !") batin Ara kesal
" Sekarang kau bilang begitu, nanti kau akan bicara berbeda lagi. Dasar anak kecil " kata Ethan sambil mencubit pipi adik bungsunya itu.
" TIDAK ! aku tidak mau jadi putri mahkota !" seru Ara sebal
" Baiklah Baiklah, kami harus segera berangkat. Kau berhati-hati ya, Daisy tolong jaga Abel ya " kata Duke Reese
" Baik, tuan duke " kata Daisy sambil membungkuk hormat
" Ayah, kak Ethan, kak Peter kalian hati-hati ya " Ara berkata lembut dan tersenyum manis
" Kami suka kau hari ini, kau terlihat manis. Sering-sering lah tersenyum " kata Duke Reese senang
" Iya ayah " kata Ara senang
" Aku akan menyuruh Felix menemanimu juga " kata Ethan
Ara melihat ayah dan kedua kakaknya naik kereta dan pergi. Ara dan Daisy juga bersiap-siap pergi.
" Nona , keretanya sudah siap. Nona mau kemana?" tanya Felix
" Kita pergi ke pasar kota " jawab Ara
" Pasar kota?" tanya Felix dan Daisy heran
" kenapa reaksi kalian begitu?" tanya Ara heran
" Nona , itu kan tempat ramai. Bukankah nona tidak suka pasar itu karena banyak orang. Nona bilang tempatnya kumuh dan kotor " kata Daisy
" Sekarang aku suka, aku ingin kesana. " Ara tersenyum
Daisy dan Felix terlihat kaget lagi, tapi akhirnya mereka menuruti perintah Arabella untuk pergi ke pasar itu. Dan benar saja, sesampainya disana pasar itu terlihat ramai pengunjung. Daisy dan Felix terlihat khawatir dengan Arabella.
" Apa kalian tidak nyaman berada disini?" tanya Ara melihat ekspresi Felix dan Daisy
" Ti..tidak bukan begitu nona " jawab Felix gugup
" Kami hanya takut nona tidak nyaman, kami .." Daisy gugup
" Aku mengerti kalian mencemaskan ku, tapi aku benar-benar baik-baik saja. Kita lanjutkan perjalanan saja ya ! " kata Ara menenangkan kedua orang yang mengikutinya itu.
(" Sebenarnya apa yang nona cari di pasar ini? bukankah nona hanya suka berbelanja di toko-toko mewah di kota ?") batin Daisy bingung
(" Hari ini nona kelihatan berbeda, dia tidak manja dan cengeng seperti biasanya. Dia terlihat seperti orang lain, tapi ini bagus. Dia banyak tersenyum dan terlihat lebih bebas ") batin Felix senang
(" Dimana toko tersembunyi yang diam-diam menjual budak itu, aku harus segera menemukannya. Sebelum Layla dibawa ke perbatasan dan dijual ") Batin Arabella kebingungan
" Nona Ara, anda kenapa?" tanya Daisy yang melihat Arabella melamun
" Kita harus cepat-cepat ! " seru Arabella panik
Arabella berlari sambil melihat-lihat toko toko disana, tak sengaja seorang gadis yang terlihat umurnya tak beda jauh dengan Arabella berpakaian lusuh menabraknya, Arabella dan anak kecil sama sama terjatuh.
" Nona, nona tidak apa-apa?" tanya Felix cemas
" Apa nona terluka?" tanya Daisy sambil membantu Arabella berdiri. Arabella terkejut melihat Layla gadis yang akan jadi pelayannya itu ada di depannya.
" Nona maafkan saya.. saya tidak sengaja " Layla menunduk hormat dan memohon ampunan
(" Bagaimana ini, aku membuat seorang bangsawan marah?" ) batin Layla ketakutan
" Kau tidak usah berlebihan, ini salahku yang berlari tanpa melihat-lihat ke depan. Kau tidak terluka?" tanya Arabella ramah sambil membantu Layla berdiri.
Daisy dan Felix lagi-lagi tercengang dengan tingkah laku Arabella yang menurut mereka aneh.
Mereka berdua teringat kejadian dulu..
#FLASHBACK
Saat pagelaran pesta kemenangan panen rakyat di tengah kota. Demi melihat Eugene, Arabella rela pergi ke tempat ramai itu bersama Daisy dan Felix meskipun ia tidak nyaman berada di tempat ramai.
" Nona, nona yakin mau tetap disini?" tanya Daisy
" Kau ini bawel sekali, terserah aku mau berapa lama disini pun. Kau cuma pelayanku ! tau diri lah !" kata Arabella ketus
" Nona, maksud Daisy ia takut nona merasa tidak nyaman berada disini lama-lama " kata Felix ketakutan
" Kalian mau dipecat ya? berisik sekali !" seru Arabella kesal
Beberapa pengemis yang sedang berlarian disekitar sana tak sengaja menabrak Arabella. Arabella terlihat kesal dan menyuruh pengemis itu berlutut dihadapannya lalu meminta maaf.
" Kalian sudah mengotori bajuku ! dan juga mengotori tanganku ! berani nya kalian !" teriak Arabella marah
Para pengemis itu ketakutan dan akhirnya memohon ampun pada Arabella. Dari kejauhan Eugene melihat sifat Arabella dan tidak suka padanya, tapi Arabella terus mengejar ngejarnya.
#END FLASHBACK
" Felix ada yang aneh dengan nona?" Daisy berbisik pada Felix
" Benar juga, bibi Daisy juga memikirkan hal yang sama denganku. " kata Felix tercengang
(" Mungkin nona sudah lebih dewasa sekarang ") batin Daisy senang
" Saya tidak apa apa nona, tolong ampuni saya .. " kata Layla masih ketakutan
" Tidak apa-apa, aku tidak marah padamu. " Arabella tersenyum lembut
(" Maafkan aku, dulu aku tidak memperlakukan mu dengan lembut begini. Padahal berkali kali kau mengorbankan jiwamu untukku, yang orang jahat ini. Aku tidak sadar kau menyayangiku dengan tulus Layla. Di kehidupan ini, izinkan aku menebus kesalahanku ") batin Arabella
" Nona apa anda baik-baik saja?" tanya Daisy cemas
Arabella mengajak kedua pelayan setia nya dan juga Layla untuk makan bersama di sebuah restoran dekat pasar.
" Nona sangat baik pada saya, padahal saya tadi sudah bersikap tidak sopan pada nona " kata Layla merasa tak enak hati
" Kau juga tidak sengaja, ayo makan lah yang banyak " kata Arabella ramah
(" nona ini sangat baik, alangkah nyamannya kalau aku bisa menjadi pelayannya. Dia pasti akan memperlakukan ku dengan baik ") batin Layla berharap
(" Layla tenang saja, aku akan membantumu ") batin Arabella
Tak berlangsung lama, beberapa pria bertubuh kekar datang ke restoran itu dan membawa Layla dengan paksa.
" Lepaskan dia ! Felix bantu dia !" seru Arabella pada Felix
Terjadi lah perkelahian disana antara Felix dan orang orang itu. Arabella dan Daisy menolong Layla dari cengkraman orang-orang bertubuh kekar itu. Dan para pria bertubuh kekar itu kalah oleh Felix.
" Kalian mau apa dari anak ini?" tanya Felix
" Hey bocah kau jangan ikut campur ! ini tidak ada urusannya denganmu !" kata Pria itu dengan kasar
" Lepaskan anak ini, aku akan membayar kalian berapapun.." kata Arabella tegas
" Berapapun?" tanya Pria itu mulai tertarik
" Nona.. anda jangan " kata Felix
" Iya, akan kuberikan berapapun " kata Arabella
(" Lihat saja, kalian para penculik anak!") batin Arabella kesal
" Nona muda kelihatannya kau bangsawan ya, mari kita buat kesepakatan " kata Pria itu sambil tersenyum
" Baiklah " kata Arabella setuju
(" Aku tau kau licik, maka aku akan lebih licik lagi ") batin Arabella
Setelah membeli Layla dengan emas yang banyak, Arabella membawa Layla pergi. Saat mereka keluar dari restoran dan membawa emas-emas itu, beberapa pengawal di kediaman Reese termasuk Felix menangkap mereka dan akhirnya para penjahat itu dipenjara.
" Rasakan itu, itu akibatnya jadi orang jahat " kata Arabella kesal
" Nona sangat keren, tidak ku sangka nona kecilku merencanakan hal se keren itu " kata Daisy kagum
" Hehe.. aku hanya tidak suka melihat ada orang yang ditindas. Daisy mulai sekarang aku akan menjadi penolong bagi yang membutuhkan " terang Arabella penuh semangat
" Nona, terimakasih banyak sudah membantu saya. Izinkan saya membalas budi baik anda " Layla berlutut di depan Arabella
" Kau tidak perlu berlutut seperti itu " kata Arabella merasa tak nyaman
" Kau dengar kan kata nona? kau jangan berlutut " Daisy membantu Layla berdiri
" Saya akan mendedikasikan hidup saya untuk bersama nona, tanpa bayaran pun tidak apa nona. Izinkan saya, menjadi pelayan nona " kata Layla sopan
" Baiklah jika itu mau mu, tinggallah di sampingku. Dan aku akan tetap membayar mu, Layla " Arabella tersenyum
Dari kejauhan seorang pria tampan berambut biru tua dan mata kuning kecoklatan, melihat Arabella dan tersenyum cerah, ia terlihat tampan dengan hidung mancungnya.
" Gadis kecil jadi kau sudah besar rupanya.." kata pria itu dengan senyuman yang menungging dari bibirnya.
***
Di kerajaan Clarines, semua prajurit menyambut kedatangan Putra mahkota yang baru kembali dari pelatihan nya di perbatasan negeri.
" Selamat datang kembali Putra Mahkota, hormat kepada putra mahkota !" seru Ethan kepada semua prajurit nya.
" Hormat kepada putra mahkota !" para prajurit white knight menghormat pada Eugene.
Eugene berjalan dengan gagah dan tegap, terlihat dari baju yang dikenakan nya ia terlihat berotot dan tampan, dan dikenal dengan sifat ramahnya.
Setelah upacara penyambutan Eugene selesai, Eugene duduk di kursi dekat taman dan terlihat lelah. Ia memanggil Ethan dan Johny untuk menemaninya minum teh.
" Yang mulia ini sangat tidak sopan, kami ikut minum teh dengan anda " kata Ethan sopan
" Kapten Ethan kau tidak usah berbicara formal begitu, aku merasa kaku kalau kau bicara seperti itu, kita kan teman masa kecil " Eugene tersenyum
" Tapi sekarang anda adalah putra mahkota, masa kita bicara tidak formal pada mu yang mulia " kata Johny
" Baiklah, mulai sekarang kalau kita bertiga sedang bersama. Kalian harus bicara informal padaku " kata Eugene
" Apa? yang mulia .. anda tidak boleh.." kata Ethan kaget
" Ini perintah, kapten Ethan !" seru Eugene
" Kau memang selalu bisa membuat kami kehabisan kata-kata " Ethan tersenyum mendengar nya
" Baik yang mulia " kata Ethan dan Johny menurut
" Oh ya, ngomong-ngomong dimana dia?" tanya Eugene
" Siapa maksud yang Mulia?" tanya Ethan bingung
" Apa dia tidak tau kalau aku sudah kembali?" gumam Eugene pelan
" Maksud nya Arabella? dia tidak ikut kemari, yang mulia " jawab Ethan
" Aneh, biasanya dia semangat dan akan langsung datang jika mendengar nama putra mahkota disebut. " kata Johny bingung
" Apa yang mulia ingin bertemu adik saya?" tanya Ethan
" Tidak bukan begitu " jawab Eugene sambil meneguk teh di cangkirnya dengan perlahan
" Aku hanya teringat dulu, saat dia pertama kali datang ke istana, kalian ingat?" tanya Eugene kepada dia temannya itu
" Aku ingat saat nona Arabella menginjak punggung yang mulia, itu sangat lucu sekali haha " Johny tertawa
Eugene dan Ethan melihat nya dengan tatapan maut.
" Y.. Yang..Mulia hamba pantas mati !" Johny gemetaran ketakutan melihat tatapan mata Eugene
" tenanglah, tidak apa-apa. Aku sudah bilang agar kita bicara informal saat sedang bertiga. Kenapa kalian kaku sekali? lagipula kejadian itu memang lucu " Eugene tertawa kecil
" Yang mulia maafkan adik saya, saat itu dia tidak tahu.." kata Ethan merasa tak enak
" Tidak apa, itu sudah berlalu kan ?" tanya Eugene sambil tersenyum senang.
(" Entah kenapa Abel bertingkah seperti itu hari ini, seolah perasaan nya pada putra mahkota itu hilang sekejap. Ia sangat aneh hari ini ") batin Ethan berfikir
" Adik mu lucu sekali, dia dulu ingin menjadi putri mahkota kan? aku sampai tertawa " kata Johny
" Iya, tapi sepertinya keinginannya sudah berubah sekarang " kata Ethan
" Berubah? apa maksudmu?" tanya Eugene kaget
Di mansion Reese, Arabella sedang menyiram tanaman di halaman belakang dan kedua pelayannya Layla dan Daisy mengikutinya dari belakang.
" Hari ini sangat indah, bukan begitu Daisy, Layla?" tanya Arabella terlihat senang
" Iya nona benar, ini hari yang indah " Daisy tersenyum
" Nona, biarkan saya saja yang melakukannya. Nona, duduk saja dan melihat. Ini bukan tugas nona " kata Layla menawarkan diri
" Tidak usah, hari ini kalian yang duduk saja dan minum teh saja. Aku ingin menikmati suasana sore ini " Arabella tersenyum senang sambil menyiram tanaman nya dengan gembira
" Mana bisa begitu nona " kat Daisy dan Layla ketakutan
" Sudah sudah. Kalian pergi saja ke dapur atau kerjakan tugas yang lain, aku ingin sendirian. Sebagai catatan, ini perintah !" seru Arabella memaksa
" Kalau begitu kalau ada apa apa nona muda bisa memanggil kami " kata Daisy
" Baik nona " Layla memberi hormat
Layla dan Daisy pun pergi meninggalkan Arabella yang sedang asyik melihat tanaman di kebun belakang rumahnya.
" Maafkan aku, dulu aku selalu menyakiti kalian. Padahal kalian begitu indah, aku akan memperlakukan kalian lebih baik lagi " Arabella berbicara pada salah satu bunga yang dilihatnya
" Selamat sore nona " kata Felix yang sudah ada di belakangnya.
" Selamat sore juga, Felix" Arabella tersenyum
(" Nona benar-benar berubah, dia terlihat lebih cantik kalau tersenyum ") batin Felix terpesona
" Ada apa Felix?" tanya Arabella sambil berdiri
" Nona, ada surat untuk nona dari Istana kekaisaran " kata Felix sambil menyerahkan amplop putih dan ada cap kerajaan disana.
" Surat dari istana? " Arabella kaget mendengar nya
(" Surat dari istana? siapa? mana mungkin si Eugene menyebalkan itu kan?") batin Arabella jengkel
" Ini dari siapa, Felix?" tanya Arabella penasaran
" Saya tidak tau nona, pengawal istana hanya bilang surat itu berasal dari istana kekaisaran Timur " jawab Felix menjelaskan
" istana kekaisaran Timur? " gumam Arabella
(" Yang tinggal disana itu kan adalah ibu suri dan yang mulia Raja ? berarti bukan dari putra mahkota ") batin Arabella berfikir
" Baiklah, terimakasih Felix. " kata Arabella
" No..nona.. jangan bilang begitu, ini sudah tugas saya " kata Felix gemetaran
" Kau bicara seolah aku akan menghukum mu saja. Hanya terimakasih saja, kau harus menerimanya " Arabella tersenyum sambil melihat surat itu.
(" Benar juga, di masa lalu aku selalu memperlakukan Felix dengan tidak baik, tapi dia selalu baik padaku. Aku harus perlahan-lahan untuk membuatnya tidak takut lagi padaku ") batin Arabella
" Nona.. " Felix terlihat takut
" Maafkan aku atas sikapku selama ini ya Felix, mulai sekarang aku akan bersikap lebih baik padamu " kata Arabella tulus
" kenapa nona mengatakan hal seperti itu? nona, jika saya ada kesalahan tolong ampuni saya " kata Felix
" Felix aku harap kau tidak takut padaku, aku benar-benar meminta maaf atas kesalahanku dulu. Aku serius " Arabella serius
" Nona.. apa nona sakit? " tanya Felix heran
" Haa.. iya aku pusing " Arabella memegang kepalanya dan menghela napas panjang
(" Aku pusing karena mu Felix !") batin Arabella kesal
Felix terlihat cemas pada Arabella.
" Kalau begitu saya akan panggilkan dokter Rox sekarang juga !" Felix terlihat panik
" Tidak perlu panggil dokter ! aku tidak pusing lagi, aku sebal padamu tahu !" Arabella cemberut pada Felix
" Nona.. " Felix melihat Arabella dengan tatapan sedih
" Pergilah ke pos mu !" seru Arabella
***
Malam itu, seluruh keluarga sedang makan malam di ruang makan seperti biasanya. Peter, Ethan dan Duke Reese terlihat bingung melihat sikap Arabella yang banyak berubah dalam sehari. Arabella terlihat melamun saat makan malam.
" Kakak, kau merasa ada yang aneh dengan adik bungsu kita itu?" tanya Peter pada Ethan
" Iya, dia kelihatan lebih dewasa. " jawab Ethan cuek
(" Apa yang terjadi pada Abel? aku dengar dia menangkap sindikat penjualan anak dengan rencananya sendiri. Terlebih lagi pengawal istana dan Felix mengatakan bahwa Abel sangat keren. Benarkah ini putri Abel ku yang manja ?" ) batin Duke Reese tak percaya
(" Yang terjadi di depanku ini tak bisa dipercaya, apa benar dia adikku yang ku kenal?") batin Ethan tak percaya
#FLASHBACK
Siang tadi diistana..
" Apa maksudmu keinginannya berubah? " tanya Eugene kaget mendengar dari Ethan bahwa keinginan Arabella berubah
" Ya, adik ku bilang kalau dia tidak ingin lagi jadi putri mahkota " jawab Ethan
" Haha.. jadi dia mau melupakan ku begitu saja?" tanya Eugene sambil tertawa
" Hari ini dia bertingkah aneh " kata Ethan
" Aneh ? maksud mu?" tanya Eugene penasaran
Tak lama kemudian seorang prajurit menghampiri mereka dan memberitahu pada Ethan kalau Arabella menangkap para penjahat penculikan anak yang sudah lama jadi buronan negeri Clarines.
" Apa? benarkah gadis kecil itu yang melakukannya?" tanya Eugene tak percaya
" benar Yang mulia putra mahkota, bahkan nona Arabella menyelamatkan salah satu anak yang ada disana dan membawanya pulang ke rumah " kata salah satu pengawal istana
(" benarkah Arabella melakukan itu?") batin Ethan tak percaya
" Gadis pemarah dan manja itu, apa benar dia sudah berubah seperti yang kau katakan Kapten Ethan? " tanya Eugene penasaran
" Sa..saya tidak yakin yang mulia " jawab Ethan ragu-ragu
(" apa benar gadis manja itu akan bertindak seperti ini? aku harus melihatnya sendiri ") batin Eugene penasaran
(" Aku tidak boleh membiarkan Yang mulia putra mahkota tertarik pada Arabella, berhubungan dengan keluarga kerajaan tidak akan membuat adikku bahagia nantinya. Sudah bagus kalau Arabella tidak ingin menjadi putri mahkota lagi.. ") batin Ethan
#END FLASHBACK
Ethan melihat adik bungsunya itu dengan serius.
" Hari ini kau sudah buat kekacauan apa di pasar kota ?" Ethan bertanya tiba-tiba
" Apa maksud kakak?" tanya Arabella polos
" Kenapa kau pergi kesana? kami tau kau tidak suka keramaian, terlebih lagi disana banyak pengemis, sebenarnya apa yang kau rencanakan?" tanya Ethan serius
" Aku tidak merencanakan apapun, kenapa kakak tiba-tiba bertanya seperti ini. Aku hanya ingin jalan-jalan kesana " Arabella menjawab tegas pertanyaan kakaknya
(" Apa tindakan ku ini terlalu menimbulkan kecurigaan?") batin Arabella mulai resah
" Kakakmu benar, kenapa kau tiba-tiba ingin jalan-jalan kesana?" tanya Duke Reese yang juga penasaran
" Apakah kau masih ada niatan untuk menjadi putri mahkota?" tanya Ethan kesal
" Aku sudah bilang tidak ! " seru Arabella tegas
" Terus kenapa kau lakukan ini? kau akan menarik perhatian putra mahkota?" tanya Ethan
" Kenapa suasananya jadi serius begini?" batin Peter heran
" Aku hanya ingin berjalan-jalan bukan untuk menarik perhatian putra mahkota, aku justru tidak ikut kakak dan ayah ke istana karena aku tidak mau bertemu dengan nya. Mana mungkin aku menarik perhatian nya " terang Arabella
(" Seperti nya kak Ethan dan ayah benar-benar marah padaku. Ya, aku tau mereka dulu menentang ku bersama Eugene. Kali ini aku akan mendengarkan kalian ") batin Arabella
" Kenapa kalian seperti menentang hubungan Abel dan putra mahkota? bukankah itu bagus kalau adik kita menjadi putri mahkota, nama keluarga kita akan semakin terkenal dan kekuatan keluarga kita juga akan semakin besar " terang Peter bijaksana
" Peter.. keluarga kerajaan tidak sesederhana yang kau bayangkan, memang ada baiknya menjadi putri mahkota, tapi ayah lebih suka kalau Arabella menjadi istri seorang duke biasa dari pada menjadi putri dan terkekang diistana " terang Duke Reese
" ayah, kakak jangan cemas. Aku sudah mengubur niat ku untuk menjadi putri mahkota, aku serius ayah, kakak. Aku hanya ingin menjadi Arabella, Abel saja bukan putri " kata Arabella serius
" kau serius dengan ucapanmu?" tanya Ethan
" Iya kak, dan aku juga tidak menyukai lagi putra mahkota. " jawab Arabella sambil tersenyum
" Kalau begitu kami akan merasa lega " kata Duke Reese
(" Sebenarnya aku memang tidak ingin menjadi putri mahkota, tapi aku juga harus mencegah Claire menjadi putri mahkota. Jika dia menjadi putri mahkota, maka Oscar akan naik dan menghancurkan keluargaku. Aku harus mencari bantuan dari orang kuat, dari pihak kerajaan untuk menghancurkan Claire dan Oscar lebih dulu ") batin Arabella yang penuh kebencian
Ayah dan kedua kakaknya kaget begitu mendengar bahwa Arabella menerima surat dari yang mulia raja Caesar ( ayah Eugene ) yang mengundang nya ke istana karena telah berjasa membantu menangkap sindikat penculikan anak terbesar di negara itu.
***
Di kamar Arabella, ia sedang bersiap-siap untuk pergi ke istana siang itu. Daisy dan Layla membantunya berdandan.
" Nona, kenapa anda tidak bersemangat begitu?" tanya Layla heran melihat wajah Arabella yang terlihat malas
" Aku tidak mau ke istana, aku malas sekali " jawab Arabella malas
" kenapa nona? bukankah akan ada putra mahkota disana?" tanya Daisy
" Aku sudah bilang kalau aku tidak menyukai putra mahkota lagi, tolong jangan membahasnya lagi. Aku akan bertemu pria yang lebih baik darinya " terang Arabella
" hehe.. nona ini benar-benar menggemaskan " kata Daisy sambil tersenyum
" Nona Abel sangat cantik sekali, pasti nantinya akan banyak cowok tampan diistana yang tertarik dengan nona abel " kata Layla memuji
(" Bisa jadi iya atau tidak, rumor tentang diriku yang sombong dan manja, aku belum bisa menyingkirkan nya. Oke mari mulai berperang diistana nanti, Claire, Oscar, Eugene ! ") batin Arabella semangat
Keluarga Reese datang ke istana dan disambut oleh orang-orang disana dengan hormat, tapi tetap saja ada beberapa orang yang tidak suka dengan Arabella dan masih membicarakan jelek tentangnya.
Beberapa gadis dari keluarga bangsawan mengejeknya di pesta, tapi Arabella diam saja dan mengabaikan mereka. Para gadis bangsawan itu keheranan, karena biasanya Arabella tidak diam saja kalau di ejek dan langsung marah-marah atau menangis.
" Tolong jangan diambil hati ucapan mereka, nona Arabella " kata Claire ramah
" Tentu saja, aku bukan orang yang akan mempersalahkan hal kecil seperti itu. " Arabella berusaha tersenyum
(" Dasar munafik, kau pikir aku tidak tau kalau kau dalang dibalik semuanya Claire. Pura-pura jadi sahabatku lalu menusukku, maaf saja dikehidupan kali ini kau tidak akan punya kesempatan ") batin Arabella merasa sebal
Eugene yang berada disisi raja ,melihat ke arah Arabella dan Claire. Claire tersenyum pada Eugene yang melihatnya, tapi Arabella malah mengabaikan nya dan terlihat sebal. Eugene keheranan dan akhirnya ia malah tersenyum sendiri.
" Kemana anak kecil yang dulu bilang ingin menikah denganku? benar saja, sikap nya sudah berubah ketika dewasa " gumam Eugene merasa kalah
" Apa yang kau katakan putra mahkota?" tanya Raja yang tak mendengar jelas gumam man Eugene
" Tidak apa-apa ayahanda " jawab Eugene sambil tersenyum
" Dari tadi kau terus melihat ke arah nona muda count Collete?" tanya Raja
" Ayahanda, aku bukan melihat nona Claire tapi aku melihat gadis yang di sebelahnya " jawab Eugene jujur
Raja melihat ke arah Arabella yang sedang mengobrol bersama kedua kakaknya dan Claire.
" Maksud mu gadis yang menjadi pemeran di pesta ini? nona muda keluarga duke reese?" tanya Raja
Eugene tersenyum menjawabnya.
" Apa kau menyukainya? aku bisa membuat dia menjadi pasanganmu, karena duke reese memiliki kekuatan besar untuk memajukan kerajaan kita. Ini suatu hal yang bagus " terang Raja
" Masih terlalu awal untuk hal ini ayahanda, tapi saran mu tidak buruk " kata Eugene sambil tersenyum
Eugene berjalan mendekati Arabella dan Claire, semua tamu memandang mereka.
(" Mau apa dia berjalan ke arah sini? pasti di mau mendekati Claire seperti di masa lalu ") batin Arabella
Arabella melangkah pergi sementara Claire seperti sangat senang melihat Eugene berjalan ke arahnya.
(" Putra mahkota pasti mau mengajakku berdansa, tadi saja dia tersenyum padaku, aku memang harus jadi ratu dimasa depan ") batin Claire senang
Di luar harapan Claire, Eugene berjalan melewati nya tanpa melihatnya sedikit pun. Claire kaget dan terkejut saat Eugene mendekati Arabella.
(" Mana mungkin? bukankah rumornya putra mahkota itu membenci Arabella? kenapa sekarang dia malah ..") batin Claire kesal
Arabella memberi hormat di hadapan Eugene dengan terpaksa meskipun ia tak suka.
(" Mau apa dia sebenarnya?") batin Arabella bingung
" Salam hormat saya kepada Putra mahkota Eugene, saya Arabella..." Arabella membungkuk memberi hormat dengan sopan
" Tidak usah begitu nona Arabella Naomi De Reese. Aku sudah tau namamu. Lama tidak bertemu ya ?" tanya Eugene ramah
" Anda sehat-sehat saja yang mulia putra mahkota?" tanya Arabella basa basi
(" Aura nya benar-benar berbeda sekarang, dulu dia hanya seorang kucing kecil kini dia sudah jadi seorang singa ") batin Eugene tertarik
" Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja. Kemana gadis kecil yang bilang ingin menikah denganku itu? " tanya Eugene menyindir
(" Sangat picik, ya Eugene ini memang dirimu yang sebelumnya. Aku tidak tahu kau memiliki sisi seperti ini, suka mengungkit masa lalu ") batin Arabella merasa sebal
" Itu hanya candaan saya waktu kecil, tolong maafkan sikap lancang saya yang mulia " jawab Arabella sopan
" Haha.. kau sangat lucu. " Eugene tertawa
(" sulit dipercaya, gadis kecil pemarah dan manja itu kini menjadi gadis yang tenang setelah 4 tahun tidak bertemu. Dia sudah berubah, ini semakin menarik ") batin Eugene
" Saya rasa tidak ada yang lucu hingga yang mulia harus tertawa seperti itu " kata Arabella menatap Eugene dengan tajam
" Apa aku punya salah padamu, nona Arabella?" tanya Eugene pada intinya
" Kenapa anda bertanya seperti itu yang mulia? kita bahkan baru bertemu " tanya Arabella heran
" Justru itu, karena kita baru bertemu. Kenapa kau bersikap seperti ini padaku? seolah kau tidak menyukaiku?" tanya Eugene heran
" anda terlalu berlebihan, mana mungkin saya tidak menyukai yang mulia. Mana berani saya bersikap tidak sopan pada yang mulia " jawab Arabella sambil memaksakan senyum
(" jelas sekali, tatapan nya itu ada kebencian terhadapku. Tapi, kenapa? bukankah dulu dia sangat menyukaiku?") batin Eugene tak mengerti
(" cepatlah pergi dari sini Eugene, aku kepanasan berada di dekatmu. ") Arabella sebal
(" Lucu sekali, ekpresi nya. Dia berkata seolah aku harus cepat pergi dari sini. ") batin Eugene senang
Eugene mengulurkan tangannya di depan Arabella dan mengajak nya berdansa di depan semua orang dan mendapatkan penghargaan dari kerajaan karena keberaniannya. Berkat itu Arabella menjadi pusat perhatian semua orang, dan dirumorkan bahwa ia akan menjadi putri mahkota selanjutnya.
3 hari setelah pesta itu, Arabella terlihat kesal karena ia di rumorkan seperti itu.
" Seharusnya yang di rumorkan itu adalah Claire, bukan aku. Apa ini akibatnya karena aku merubah alur ceritanya? Bagus sih kalau dia tidak jadi putri mahkota, tapi si Eugene itu kenapa dia bersikap baik seperti itu? bukankah dia selalu bersikap kasar padaku sebelumnya. ini tidak sesuai dengan masa lalu ???!!" Arabella merasa pusing dan bicara sendiri di kamarnya.
Tak lama kemudian, terdengar suara ketukan dari jendelanya. Arabella membuka jendelanya dan kaget melihat orang itu.
" Kau ? "
" Hai, lama tidak bertemu " kata pria itu menyapa dengan ramah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!