Seorang gadis terlahir dari keluarga kecil yang di beri nama Meira Anastasia Gultom putri dari pasangan Erland Gultom dan Kim Yoona. Kehidupan keluarga yang awalnya harmonis hingga suatu hari terjadi perselingkuhan antara Yoona dan partner kerja nya yang merupakan dari kalangan artis terkenal.
Sampai akhirnya terjadi pertengkaran hebat diantara Yoona dan Erland pada saat Meira berusia 7 tahun yang berakhir dengan perpisahan. Tentu saja hal itu membuat Meira trauma dan menjadi anak yang pendiam selama bertahun-tahun hingga masa dewasa itu tiba ia mulai bangkit dan menjalani kehidupannya sebagai wanita tangguh.
Flash back..
14 tahun lalu di kediaman tuan Erland Gultom yang tak lain adalah papa dari Meira. Hari itu kedua orangtua Meira bertengkar hebat hingga membuat Meira ketakutan dan terdiam di kamarnya seorang diri. "hiks.. kenapa papa dan mama kenapa selalu bertengkar? Meira gak mau mereka yang seperti ini, Tuhan kembalikan orangtua Meira yang dulu hiks..." Ucap Meira dalam kamarnya sambil memeluk kedua lututnya dalam Isak tangis yang tersedu-sedu.
Karena tidak sanggup terus mendengar orangtuanya yang bertengkar garis kecil itu memutuskan untuk keluar dari kamarnya dan menghampiri mereka. "Cukup...!!" Teriak Meira sambil menutup kedua telinganya dan air mata yang menetes.
"Meira... Kamu kenapa keluar nak?" Ucap papa Meira sambil meraih kedua tangan putri kecilnya yang masih menutupi telinganya.
"Meira benci kalian.. Meira benci!!!" Teriak gadis itu sambil berlari kembali ke kamarnya.
"Lihat apa yang kamu lakukan? Mau sampai kapan kamu seperti ini? Meira masih kecil butuh kasih sayang seorang ibu, bukan malah meninggalkan nya." Bentak Erland pada istrinya.
Istri Erland merupakan seorang desainer khusus para artis, hingga sampai suatu hari ia bertemu dengan aktor terkenal sampai mereka menjalin hubungan di belakang Erland. Yoona tidak memperdulikan dengan apa yang di katakan suaminya itu, ia masuk ke dalam kamarnya dan mengemasi beberapa barang serta baju nya ke dalam sebuah koper.
"Yoona.. mau kemana kamu malam-malam begini?" Ucap Erland menghentikan langkah Yoona.
"Kemana aku pergi bukan urusan kamu." Ucap Yoona sambil melanjutkan langkahnya menuju pintu utama.
Di saat itulah Yoona meninggalkan keluarganya. Yoona tinggal bersama suami baru nya yang merupakan aktor terkenal. Dan mulai saat itu juga Yoona tidak pernah kembali menemui Meira. Malam semakin larut, gadis kecil itu masih terisak dalam tangisnya hingga akhirnya ia terlelap dalam tidurnya.
Malam yang begitu menakutkan akhirnya berlaku, Meira keluar dari kamarnya yang telah mengenakan seragam sekolah dan mengahampiri ayahnya yang sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. "Papa. . Apa mama akan meninggalkan kita selamanya?" Tanya Meira yang duduk di meja makan dan menunggu Erland menyelesaikan masaknya.
"Mulai sekarang kamu jangan memikirkan nya lagi, ayo makan, setelah itu papa akan mengantarmu ke sekolah." Ucap Erland.
"Em." Meira mengangguk dan mulai memakan sarapan nya.
Setelah selesai sarapan Erland mengantarkan Meira ke sekolahnya. Mulai hari itu juga Meira selalu di rundung oleh teman-temannya karena tidak memiliki ibu, sungguh situasi yang sulit untuk seorang gadis yang masih berusia 7 tahun menjalani kehidupan nya tanpa seorang ibu. Di sekolah Meira sering menyendiri, walau usianya masih kecil tapi ia harus belajar kuat menghadapi semuanya.
Meira adalah anak yang baik dan penurut, ia selalu patuh dengan apa yang di katakan oleh papa nya. Sampai akhirnya ia tumbuh dewasa dan menjalani kehidupan sebagai gadis yang ceria walau terkadang rapuh.
Flashback off..
Beberapa tahun kemudian, Meira berhasil masuk kuliah di universitas ternama di kotanya. Kini ia menjalani hidup yang normal seperti para gadis lainnya yang mempunya banyak teman dan satu orang sahabat yang selalu ada di sampingnya, dia adalah Ayumi, seorang sahabat yang Meira temukan pada saat mereka duduk di bangku SMA.
**
"Papa... Ayo sarapan." Teriak Meira dari meja makan.
Selang beberapa menit, terlihat seorang pria tampan yang menghampiri Meira, dan itu adalah Erland papa Meira. "wah ternyata putri kecil papa sudah dewasa, udah bisa menyiapkan sarapan untuk papanya." Ucap Erland sambil duduk.
"Bukannya udah lama Meira tumbuh dewasa?" Saut gadis kecil yang kini telah tumbuh dewasa.
"Hm.. sepertinya baru kemarin papa menggendong kamu, dan sekarang putri kecil papa telah menjadi seorang gadis dewasa yang mungkin sebentar lagi akan menikah." Ucap Erland sambil menggoda putri nya.
"Yak.. apa yang papa katakan? Meira masih mau kuliah, lagian nikah dengan siapa? Pacar aja Meira gak punya." Gerutu Meira sambil menyuap sarapan nya.
"Kalau gitu papa akan siapkan kencan buta buat kamu, gimana?" Lagi-lagi Erland menggoda putrinya.
"No!! Kencan buta apaan? Meira gak mau, papa ini ada-ada aja." Saut gadis itu sambil memanyunkan sedikit bibirnya.
Selesai sarapan seperti biasa Erland mengantarkan putrinya sebelum berangkat ke perusahaan nya. Selama perjalanan tidak ada percakapan di antara mereka berdua. Hingga akhirnya Meira telah sampai di depan kampusnya.
"Maira pamit.. hati-hati pa." Ucap Meira sambil turun dari mobilnya dan melangkah masuk ke dalam area kampus.
Kedatangan Meira selalu di sambut antusias oleh beberapa murid karena kecantikan nya. Namun ada saja murid yang iri dengan wajah yang di miliki Meira hingga ia begitu membencinya.
"Meira. . ." Teriak Ayumi yang berada di belakang seorang gadis yang sedang berjalan menuju kelasnya.
Ayumi berlari ke arah sahabatnya itu dan memelukanya seperti mereka tidak bertemu satu tahun. Mereka mengobrol hingga akhirnya sampai di kelas.
"Ra, selesai kelas nanti apa ada waktu?" Tanya Devan salah satu murid pria yang cukup populer.
"Sepertinya aku sibuk, kenapa?" Tanya balik gadis itu.
"Aku hanya ingin mengajak mu jalan sebentar." Jawab Devan.
Meira menggelengkan kepalanya tanda menolak ajakan dari Dean. Suara gemuruh sorakan dari beberapa murid yang ada di kelas begitu menggema menyoraki Devan dan Meira hingga akhirnya dosen masuk dan memulai mata kuliah.
***
Bersambung. . .
Hallo readers..
Mohon dukungan nya ya kasih like, gift, fav juga rate.. jangan lupa komen kritik dan sarannya..
Trims... 🙏
Selesai mata kuliah, seperti biasa Meira pergi ke sebuah perpustakaan bersama Ayumi, meski Meira merupakan anak yang cerdas, namun ia selalu menggunakan waktu luangnya untuk belajar. Berbeda dengan murid lainnya yang selalu mengisi waktu luangnya untuk bermain menikmati masa muda mereka.
"Mei.. ke kantin dulu yuk, cacing demo nih." Ucap Ayumi yang mengajak Meira untuk makan siang.
"emm... Yaudah ayo." Saut Meira.
Mereka pun pergi ke sebuah kantin dan langsung mengambil makanan yang telah di sediakan sekolah. Saat mereka sedang makan, seorang pria duduk di sebelah Meira, Namun ia tidak melirik orang tersebut, ia tetap fokus pada makanan yang ada di hadapannya. "Ra kok cuek banget sih? Aku punya salah apa?" Tanya Devan.
Meira menghela nafas dan menyimpan alat makannya. Ia menoleh ke arah Devan yang sedang memperhatikannya. "Salah kamu, selalu ngikutin aku dan aku gak suka." Jawab Meira sambil pergi meninggalkan Devan.
"Hei.. Ra tunggu. . ." Teriak Ayumi yang berlari menyusul sahabatnya itu..
"Wanita yang cukup sulit untuk di gapai." Gumam seorang pria yang masih duduk di tempatnya sambil menatap punggung seorang gadis yang ia sukai yang perlahan menghilang dari pandangannya.
Meira pergi meninggalkan kampus karena sudah tidak ada jadwal, ia berjalan ke arah halte bus dan menunggu bus yang menuju ke rumahnya. Saat sedang menunggu bus tiba-tiba sebuah mobil melaju melewati nya dan menyipratkan air yang menggenang di jalanan karena telah turun hujan, baju Meira pun menjadi basah dan sedikit kotor. "Hei...!! Aish.. sungguh menyebalkan." Teriakan melengking yang ia keluarkan berhasil menghentikan mobil berwarna hitam pekat itu dan terlihatlah seorang pria dengan pakaian yang rapi menghampiri nya.
"Kenapa nona? Apa ada masalah sampai anda harus berteriak seperti itu?" Tanya pria tersebut.
"Jelas sangat masalah, apa pengendara mobil hanya bisa seenaknya? Apa kau tidak lihat baju ku basah kena genangan air hujan yang di akibatkan oleh mobil mu?" Ucap Meira yang terus nyerocos.
"Saya minta maaf nona, saya lagi terburu-buru." Ucap pria itu.
"Huh, seenaknya minta maaf, kamu pikir aku bisa pulang dengan keadaan basah seperti ini?" Ucap gadis itu dengan kesal.
Melihat perdebatan diantara mereka, si pemilik mobil berwarna hitam pekat itu pun keluar dan menghampiri mereka. Ia membuka jas yang di kenakan nya dan menutupi tubuh Meira yang basah. "Selesaikan? Nino ayo cepat, kita gak punya waktu lama." Ucap Alexi yang merupakan atasan Nino dan sekaligus pemilik perusahaan terbesar di kotanya.
Meira hanya terdiam ketika Alexi memberikan jas nya untuk menutupi bajunya yang basah, setelah beberapa saat Meira melihat ke arah dadanya dan ia baru sadar kalau cipratan air tersebut membuat pakaian dalamnya jadi terlihat karena baju yang ia kenakan cukup tipis. "Astaga.. apa dia melihat semuanya? Aish... Sungguh memalukan." Gumam gadis itu sambil mengerutkan alis dan matanya.
Tak lama dari kejadian itu, bus yang di tunggu Meira pun tiba, ia segera masuk kedalam bus itu dan duduk sendiri sambil menikmati perjalanan. Hanya butuh waktu 20 menit, akhirnya Meira telah sampai di halte berikutnya yang tak jauh dari rumahnya. Walau Meira terlahir dari kalangan yang berada namun ia lebih nyaman menggunakan bus saat bepergian termasuk saat pergi kuliah.
Sesampainya di rumah, Meira menyimpan tas nya dan jas yang ia kenakan, ia melirik kembali jas tersebut yang telah ia simpan di sebuah kursi dan mengambilnya. "Siapa pria tadi? Giamana caranya aku mengembalikan ini?" Gumam Meira.
"Ahh sudahlah, hari ini sungguh melelahkan." Ucap Meira sambil meregangkan badan nya dan rebahan di kasur kesayangannya.
*
Setelah 30 menit berlalu, Meira terbangun dari tidurnya ia mengucek matanya dan melihat ke arah jam yang terletak di meja belajarnya. "kenapa aku bisa ketiduran? Dan apakah tadi aku cuma mimpi?" Gumam Meira yang kemudian beranjak bangun dan hendak memasuki kamar mandi, namun langkahnya terhenti ketika ia melihat sebuah jas di kursi kamarnya. "ternyata itu bukan mimpi." Gerutu Meira sambil melanjutkan langkahnya.
Selesai mandi, gadis kecil yang kini telah tumbuh dewasa itu bergegas ke dapur untuk menyiapkan makanan sebelum papa nya pulang. Sesekali Meira melamun sambil menyelesaikan masakannya. "Gak, aku gak boleh merindukannya, mama sendiri yang udah ninggalin papa dan memilih pria itu." Ucap
Meira dan melanjutkan aktivitasnya.
Setelah selesai menyiapkan semuanya, ia kembali masuk ke kamar nya dan mengerjakan beberapa tugas kuliahnya. Drrtt ddrttt drrtt. . . Ponsel Meira berdering, ia melihat layar ponsel nya "nomor tidak di kenal?" Gumam Meira sebelum menerima telpon nya, tanpa pikir panjang ia pun menerima panggilan tersebut dan terdengar suara seorang wanita.
"Hallo... Meira?" Sapa wanita di sebrang sana.
"Siapa ini?" Tanya Meira.
"Ini mama, apa kabar?" Ucap Yoona dengan suara yang begitu sendu.
"Maaf Meira gak kenal." Ucap gadis itu sambil menutup telponnya.
Meira kemudian terdiam dan menunduk dengan mata yang telah berkaca-kaca. Mengingat dengan apa yang telah di lakukan ibunya di masa lalu membuat Meira mengeluarkan air matanya dan begitu membencinya. "setelah beberapa tahun kenapa harus kembali sekarang? Sangat menyebalkan." Gumam Meira sambil mengusap air matanya.
"kalau saja waktu itu mama gak memilih pria itu, mungkin sekarang kita masih menjadi keluarga yang utuh, dan aku gak akan membenci mama."
"haahhh ... benar-benar membuat ku muak."
Ia membuang nafas yang terasa sesak di dadanya sambil bersandar di sebuah kursi dengan setumpuk tugas di hadapannya. Sesekali gadis itu tersenyum kesal dengan apa yang di lakukan mama nya di masa lalu.
**
Bersambung. . .
Mohon dukungan nya jangan lupa like + kritik dan sarannya.. makasih 🙏
Hari menjelang malam, Meira keluar dari kamarnya, ia melihat papa nya yang telah pulang dan sedang terduduk di sebuah sofa. Meira pun bergegas mengambilkan segelas air putih untuk papa nya. "apa ada masalah dengan perusahaan papa." Tanya Meira sambil menyodorkan segelas air putih di tangannya.
Erland mengambil gelas yang di berikan putrinya itu dan segera meminum nya, lalu ia meletakkan gelas itu di meja yang berada di hadapannya. "Haaahhh..." Erland menghela napasnya sebelum ia bicara dengan putri semata wayangnya. Setelah lebih rileks pria yang tak lagi muda itu menatap ke arah putrinya, ia memegang kedua bahu putrinya dengan tatapan penuh harap.
"Apa suatu saat nanti kamu mau meneruskan perusahaan papa?" Tanya Erland yang berharap pada putri satu-satunya.
"Kenapa harus aku? Papa kan masih bisa mengelolanya." Jawab Meira.
"Ra... Semakin hari papa semakin menua, gak selamanya sehat jadi kamu harus mau belajar mengurusnya demi papa." Ucap Erland.
"Baiklah, Eira akan pikirkan semuanya, oh iya Eira tadi udah siapkan makan malam, mau makan bareng?" Ucap gadis itu yang terkadang di panggil Eira.
"Papa akan mandi dulu, kamu makanlah duluan."
"Eira tunggu papa selesai."
Erland tersenyum ke arah putrinya sambil mengusap pucuk kepalanya dan kemudian pergi masuk ke kamarnya. Sementara Meira masih diam di tempat sambil menunggu papa nya kembali untuk makan malam bersama.
15 menit berlalu, Erland telah menyelesaikan mandinya dan kembali untuk makan malam, Ia melihat Meira yang telah menunggunya di meja makan dan belum menyentuh makanannya sedikitpun. "Sudah papa bilang gak usah menunggu, papa gak mau kamu kelaparan cuma gara-gara nungguin papa." Ucap Erland sambil duduk si hadapan Meira.
"Gak papa kok pa, Meira juga gak terlalu lapar." Saut gadis itu sambil meletakkan ponselnya.
"Makanlah yang banyak, badan kamu begitu kurus." Ucap Erland yang bercanda pada putrinya.
"Yak! Papa Meira gak kurus ini tuh tubuh ideal seorang wanita muda". Ucap putri kesayangannya sambil menyuap makan malamnya.
Mereka pun makan malam bersama dengan di selangi candaan-candaan kecil hingga membuat suasana rumah menjadi hangat walau hanya ada mereka berdua. Selesai melaksanakan makan malam, Meira pergi ke ruang tv dan menonton sebuah drama yang begitu di sukainya. Karena terbawa dengan suasana nya gadis itu ikut senyum-senyum melihat adegan romantis yang di tayangkan dalam sebuah drama tersebut. Dan tentu saja hal itu menarik perhatian sang ayah yang kebetulan melewatinya.
"Ada apa dengan anak papa yang satu ini hm?" Ucap Erland yang duduk di sebelah Meira.
"Ehh... Papa, ini aku cuma terbawa suasana aja sama filmnya."
"Kapan kamu akan seperti itu?" Seketika pertanyaan Erland membuat Meira membatu.
"Yak.. papa gimana Meira mau seperti itu, punya pacar aja enggak." Jawab gadis yang duduk di sampingnya sambil cengengesan.
"Gimana mau punya pacar kalau kamu nya aja tertutup dan selalu cuek sama pria mana pun." Ucap Erland yang tahu betul sikap putrinya yang selalu cuek dengan seorang pria.
"Aahhh... Papa, udah gak usah bahas itu, Meira ke kamar duluan papa jangan lupa istirahat, good night." Ucap Meira yang berdiri dari duduk nya dan melangkah masuk ke dalam kamarnya.
Erland hanya tersenyum melihat tingkah putrinya yang telah tumbuh dewasa. Sementara itu di kamar Meira sebelum ia tertidur, ia kembali melihat sebuah jas yang di berikan pria tadi siang. Meira duduk di tepi ranjang nya sambil mengingat-ingat wajah pria itu. "Ashh.. semuanya membuat ku pusing." Ucap Meira sambil merebahkan tubuh nya hingga akhirnya ia terlelap dengan sebuah jas yang masih ia genggam dan menutupi sebagian tubuhnya.
*
"Hei nona.. ikutlah dengan kita, tuan muda ingin bertemu dengan mu." Ucap salah satu pria yang berpakaian rapi dengan dan memakai jas berwarna hitam.
"Tunggu.. tapi siapa kalian? Dan siapa tuan muda yang kalian maksud?" Ucap Meira sambil berontak.
"Papa tolong Meira, Meira gak mau ikut bersama mereka." Teriak gadis itu meminta tolong pada papanya.
"Pergilah nak, dia yang akan menjadi masa depan mu." Ucap Erland.
"Tidak aku gak mau pergi, aku gak mengenal siapa dia, papa... Tidaaakkk..." Teriak Meira yang terbangun dari mimpinya.
Ia terduduk dengan napas yang ngos-ngosan akibat mimpi aneh yang datang dalam tidurnya. gadis itu mengambil ponselnya dan melihat jam yang menunjukkan pukul 02.30 Meira kembali terbaring dan membuang napas lega nya karena itu semua hanyalah mimpi. "Kenapa mimpinya begitu aneh? Siapa tuan muda itu? Dan kenapa papa malah mengizinkan aku pergi?" Gumam nya.
Meira mencoba untuk memejamkan matanya kembali, namun usaha nya gagal ketika bayangan mimpi itu selalu melintas di pikiran nya. Hingga akhirnya mentari pagi menyinari kamarnya yang tembus masuk hingga membuatnya silau dan kembali terbangun dari tidurnya yang hanya baru 1 jam ia tertidur.
Tok tok tok. . . "Ra.. kamu belum bangun?" Tanya Erland yang mengetuk pintu kamar Meira.
"Iya pa, Eira bangun." Saut Meira yang baru turun dari ranjangnya dan langsung menuju kamar mandi untuk bersiap menuju kampus. Setelah selesai, Meira segera keluar kamar dengan mata yang terlihat masih ngantuk karena tidak bisa tidur dengan lelap.
"Apa semalaman kamu tidak tidur?" Tanya Erland yang melihat wajah muram putrinya.
"Hm.. semalam aku tidak bisa tidur dengan nyenyak." Jawab Meira sambil mengambil selembar roti tawar untuk sarapan.
"Ya sudah, habiskan sarapan mu, papa berangkat duluan." Ucap Erland sambil berpamitan pada putrinya.
"Heem hati-hati pa." Ucap Meira yang sedang mengunyah makanannya.
"papa orang baik dan ramah pada semua orang, kenapa dengan bodohnya mama ninggalin papa hanya demi seorang aktor? apa kurang nya papa di mata mama?" gerutu Meira sambil mengunyah makanan nya.
Selesai sarapan Meira beranjak dari duduknya dan sebuah tas yang ia letakkan di kursi sebelahnya. Gadis itu melangkah keluar dan bergegas menuju halte bus untuk pergi ke tempat dimana ia menimba ilmu dan mengejar cita-citanya yang ingin menjadi pengusaha seperti papanya.
***
Bersambung. . .
Mohon dukungannya ya . . like, gift dan komen makasih 🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!