Pagi yang cerah, dihiasi dengan terik sinar matahari pagi menyinari bumi. Ku langkahkan kaki keluar rumah untuk menjalani rutinitas sehari-hari. Mengantar anak-anak, pergi sekolah dengan motor.
Rutinitas sehari-hari ku hampir sama dengan ibu rumah tangga lainnya. Tidak jauh berbeda! Mengurus rumah, memasak, mengantar anak-anak pergi sekolah dan mengurus suami.
Yang berbeda hanya kesibukan ku saja diwarung sembako dan kegiatan sekolah di sekolah anak ku yang kecil.
Prahara dalam rumah tangga adalah biasa. Marah setelah itu akan kembali harmonis lagi! Bahkan nantinya hubungan kami malah jadi lebih harmonis.
Kurang lebih belasan tahun, aku menjalani rumah tangga. Suka maupun duka yang ku alami tidaklah pernah cerita dengan orang tua ataupun saudara. Ku simpan rapat-rapat rahasia rumah tangga ku. Besar atau pun kecil masalah itu dan kami berdua dapat menyelesaikan masalahnya.
Aku menikmati semua yang ku jalani dengan rasa syukur. Rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT yang diberikan kepada ku atas keluarga, kesehatan dan kebahagian yang tidak ternilai dengan apa pun.
****
Tahun ke-15 usia pernikahan ku dan Abim..
Setelah Abim diketahui berkhianat rumah tangga ku yang ku jalani tidak bisa kembali harmonis! Ada saja konflik yang dibahas mengenai orang ketiga!
Hari demi hari, bulan demi bulan. Seorang Abimanan tidak bisa merubah keputusannya! Ia tetap pada pendiriannya! Mempertahankan egonya untuk tidak mau melepaskan keduanya!
Sedangkan aku tetap pada keputusan. Tidak mau dipoligami! Rasanya dikhianati sudah cukup membuat ku sakit. Apalagi jika ditambah dengan menerima pernikahan yang tidak ku inginkan dari seorang Abimanan dengan wanita lain.
.
.
.
Belasan tahun mempertahankan rumah tangga tidak semudah itu. Apalagi Abim adalah orang yang kasar dan ringan tangan. Aku menerima kekurangan Abim, iklas! Selalu berdoa dan berharap pada sang khalik, agar suami ku dapat berubah menjadi orang yang lemah lembut dan penyabar! Tapi pada kenyataannya, Abim berkhianat pada ku. Membuat semua harapanku menjadi hancur, hilang!
Sakitnya belum hilang, atas perlakuan Abim kepada ku dan anak-anak! Sekarang ditambah lagi dengan masalah yang dia lakukan!
Rasanya seperti ungkapan sudah jatuh tertimpa tangga.
.
.
Abim, beberapa kali pergi dari rumah meninggalkan aku dan anak-anak! Karena kami sering bertengkar membahas masalah pernikahan sirinya.
Beberapa kali bohong dan tidak mengakui kalau dia selingkuh. Beberapa kali membuat cerita bohong tentang pernikahan sirinya yang telah berakhir dan meninggalkan perempuan itu, tapi pada kenyataannya Ia masih ada hubungan dengan Reyna! Istri sirinya!
.
.
Aku terus bersabar dan bertahan. Berkali-kali memberinya kesempatan untuk berpikir. Tapi kesempatan yang ku berikan tidak pernah dipikirkan. Malah semakin menjadi.
Abim terus saja membela perempuan itu, perempuan yang baru ia kenalnya. Sedangkan aku, yang sudah cukup lama hidup bersamanya sejak menikah tidak dipedulikan lagi.
Abim tetap pada keputusan. Ingin mempertahankan keduanya. Katanya akan mengutamakan kepentingan ku dan anak-anak terlebih dahulu. Sedangkan Reyna belakangan. Tapi yang namanya hidup dipoligami tidaklah mengenakan. Perasaan akan jadi taruhannya.
Dimulut berkata manis sedangkan kenyataannya, ehmmm.. belum tentu!!
.
.
Sampai pada saatnya, dimana aku benar-benar sudah merasa lelah akan semua tindakannya selama ini. Bertahan terus menerus tanpa kejelasan adalah percuma.
Menangis apalagi.. bukanlah jalan penyelesaian yang didapat! Dan masalah tetaplah ada.
Aku harus kuat.. aku harus bisa menyelesaikan masalah ku. Tidak ada yang bisa menyelesaikan masalah ku ini selain aku.
****
POV Abimanan
Abimanan Effendi adalah seorang anak tunggal dari pasangan Rizal Effendi dan Ainun Effendi.
Rizal Effendi adalah seorang pegawai negeri sipil dipemda setempat. Sedangkan ibunya Ainun bekerja sebagai pengajar disalah satu sekolah menengah tingkat atas(SMA).
Selama Ainun mengajar, Abim diasuh oleh nenek Laras oleh ibu dari Ainun. Dari kecil permintaan Abim selalu dituruti oleh kedua orang tuanya. Karena Abim adalah anak tunggal, bahkan sampai dewasa pun keinginan Abim selalu dituruti oleh kedua orang tuanya.
Abim adalah anak pendiam dan tidak banyak bicara dan sangat keras kepala. Apalagi ketika mempunyai masalah dengan dirinya. Ia lebih memilih untuk diam dan menyimpannya sendiri. Jarang untuk bisa menceritakan semua masalahnya kepada orang terdekat sekalipun.
Sifat Abim yang lain adalah mudah terpancing emosi, kasar dan ringan tangan!
Ada kekurangan ada juga kelebihan dari sifat Abim. Ia sangat perhatian dan peduli dengan orang lain atau pun dengan orang terdekatnya!
Setelah lulus kuliah Abim bekerja disalah satu rumah sakit ternama sebagai kepala bagian administrasi dirumah sakit.
.
.
.
Hingga suatu hari Abim bertemu dengan ku, yang pada saat itu juga bekerja dirumah sakit yang sama dengannya.
Waktu itu Abim belum begitu mengenalku, hanya sekedar sering bertemu dan berpapasan dirumah sakit saja.
Diam-diam Abim sering memperhatikan aku dari jauh dan sesekali suka bertanya tentang ku pada temannya!
Pada suatu hari aku dan Abim, untuk pertama kalinya bertemu dan berkenalan secara langsung.
Ketika aku sedang berdiri sendiri, Abim menyapa ku terlebih dulu.
"Hai, kamu Manda kan?" Tanya Abim dengan kaku. Lalu memajukan tangan kanannya untuk bersalaman.
Ternyata Abim sudah sejak lama mencari tau tentang diri ku! Mulai dari nama ku, alamat rumah dan sampai lebih spesifik lagi tentang diri ku.
"Iya aku Manda! Mas siapa?" Sahut ku heran. Karena memang tidak mengenalnya. Aku pun langsung berjabat tangan dan mulai memperkenalkan diriku.
"Aku Abimanan, aku sering melihat kamu! Enggak keberatan kalau aku antar kamu pulang." Ajak Abim pada ku, ketika aku mengobrol berdua dengannya.
"Ehmm.. gak usah terima kasih. Aku pulang bareng Tyas aja." Kata ku dengan menolak ajakan Abim.
Baru kenal sudah mau anter pulang, gak jelas banget! Mana mungkin aku mau! Batin ku!
"Ok, mungkin lain kali."
Obrolan Abim dengan ku berakhir, sejak kedatangan Tyas yang mengajak ku pulang.
Abim terus saja memandang kepergian ku saat itu.
****
Sejak perkenalan pertama kali Abim dengan ku. Sejak saat itu pula, Abim yang sering bertemu dengan ku dirumah sakit. Sering juga disaat kita bertemu saling bertegur sapa. Sesekali Abim juga mengajak ku untuk makan siang bersama atau sekedar mengantar ku pulang kerumah.
Lima bulan kemudian..
Hubungan Abim dengan ku resmi berpacaran. Waktu yang kami habiskan selalu bersama. Hingga akhirnya Abim selalu mengantar ku pulang kerumah.
Abim seperti menemukan obat dari luka hatinya setelah bertemu dengan ku. Ia kembali tersenyum lagi dan bersemangat.
Abim merasa sangat cocok dengan ku. Maka ia berani untuk melanjutkan kejenjang berikutnya. Aku pun menerima lamaran Abim.
Padahal hubungan ku kala itu sempat ditentang oleh orang tua dan keluarga. Mereka tidak menjelaskan apa masalahnya! Tapi, seperti perasaan mama ku pada waktu itu, ada yang mengganjal tentang hubungan ku dan Abim.
Aku dan Abim tetap bersih kukuh maju terus sampai pelaminan! Hingga akhirnya keluarga besarku juga merestui hubungan kami.
.
.
Tiga bulan kemudian, orang tua Abim datang untuk membicarakan maksudnya meminangku.
Sempat terjadi percekcokan diantar keluarga besar ku dengan keluarga besar Abim.
Keluarga ku tidak ingin ada acara pertunangan, sedangkan keluarga Abim menginginkannya!
Pembicaraan yang berlangsung lama, akhirnya membuahkan kesepakatan yaitu acara pertunangan akan tetap diadakan dirumah ku!
.
.
Setelah kepulangan keluarga besar Abim.
Atika bercerita kepada keluarga besarnya.
"Aku ora setuju karo acara tunangan Abim karo Manda. mbuwang dhuwit saja! Luwih becik ngirit dhuwit kanggo nikah."
"Bener, Mbak." Jawab bude Eno dari mama.
"Nyatane, Aku ora seneng Karo Abim. Aku ora ngerti apa iku mung perasaan utawa apa? Otak seneng aja."
Tanpa sengaja obrolan Atika dan Eno terdengar ditelinga ku. Aku kaget, apa yang dikatakan oleh mama. Wanita yang melahirkan biasanya mempunyai naluri keibuan dan tidak pernah salah akan firasatnya.
Tapi aku tetap berusaha akan menyakinkan mama bahwa apa yang dirasakannya tidaklah benar.
.
.
Saat hari pertunangan tiba..
Pertunangan berlangsung sederhana dan dihadiri oleh keluarga saja. Abim menyematkan cincin dijari manis ku. Begitu sebaliknya aku juga menyematkan cincin dijari Abim.
Diacara tersebut juga direncanakan akan diadakan acara pernikahan aku dan Abim, tiga bulan dari sekarang. Sudah ada perhitungannya atau tanggal baik untuk merencanakan pernikahan. Yang nantinya diadakan diirumah ku dan selanjutnya selang seminggu akan diadakan dirumah mempelai pria.
****
Senin, 15 Januari 2006
Dirumah mempelai wanita Amanda Putri
Tepatnya jam sembilan pagi, aku telah resmi menjadi istri Abimanan Effendi. Ijab qobul telah selesai diikrarkan. Berbagai prosesi adat kami berdua langsungkan, barulah acara resepsi pernikahan.
Senyum kebahagian terpancar diwajah kami berdua. Rasanya hari itu adalah hari yang paling membahagiakan buat kita, bagi raja dan ratu sehari.
Ucapan selamat berdatangan dari para rekan kerja, keluarga dan sahabat. Alunan musik pun terdengar kencang sekali saat itu, yang ikut meramaikan acara.
.
.
.
Aku yang lelah karena seharian menerima tamu yang hadir. Langsung saja berjalan kekamar dan mengistirahatkan tubuh ku yang sudah lelah.
Setelah selesai membersihkan diri, aku tertidur dikasur. Entah sampai jam berapa ku tidak melihat jam. Waktu ku membuka mata sudah terlihat Abim yang berada didekat ku sambil memandang wajah ku sangat dekat.
Hingga akhirnya, Abim mencoba untuk mendekatkan wajahnya begitu dekat dengan wajah ku, hingga tidak ada jarak sedikit pun.
Abimanan mengawali dengan mencium bi**rku. Hingga turun perlahan sampai kegunung kembar ku. Perlahan dengan mesra!! Aku pun mengikuti setiap irama yang dimainkan oleh Abim. Hingga sampai rasa sakit itupun hilang.
Bersambung ..
...💕 Happy reading 💕...
Like
Fav
Rate..
Vote juga boleh
🙏🙏🙏
Lebih tepatnya satu tahun yang lalu...
Hari lebaran Idul Fitri ditahun ke-14 pernikahan aku dan Abim. Awal Prahara kehancuran rumah tangga ku ditahun ini.
Seperti biasa tahun-tahun sebelumnya, kami sekeluarga selalu bersilahturahmi kerumah orang tua dan sanak saudara. Serta berziarah ke makam.
Abim memakirkan mobilnya. Kemudian kami berempat turun dari mobil dan berjalan kedalam. Disana sudah banyak keluarga dari keluarga Effendi datang berkunjung.
"Assalamualaikum." Ucap kami berempat secara bersamaan!
"Waalaikumsalam!" Jawab serempak.
Kami saling bersalaman untuk meminta maaf atas salah dan khilaf kepada kedua orang tua dan keluarga yang ada.
Setelah acara sungkeman selesai, Abim duduk sendiri sambil memainkan ponselnya. Tanpa ikut berbincang dengan keluarga besarnya.
Aku yang melihat lalu menghampiri. "Ayah, mau makan ketupat nggak." Tanya ku dan Abim menolaknya!
"Enggak bun! Bun boleh gak, ayah pergi kerumah teman untuk silahturahmi?"
"Boleh, tapi kerumah siapa yah?" Tanya ku balik pada Abim sedikit curiga!
"Kerumah Yusuf!"
"Boleh, ayah ajak anak-anak aja!"
"Kalau ajak anak-anak, bisa gak sabar minta pulang bun! Sendiri aja ya!" Protes Abim yang tidak biasa bersikap seperti itu!
"Lagian mau ada keluarga yah! Kenapa harus pergi!" Aku bertanya kembali!
"Iya nanti juga ketemu! Boleh ya bun!"
"Ya sudah, tapi jangan lama. Kita harus kerumah mama sama papa."
"Iya sayang!"
Abim lalu beranjak dari duduknya dan pergi kekamarnya untuk bersiap-siap! Aku yang merasakan keanehan dari sikap Abim dari hari kehari makin berubah tidak biasanya!
Ah, apa itu hanya perasaan ku saja. Tapi memang aneh! Pikir ku yang terus saja pikiran itu ada diotak ku.
Abim berpamitan dengan ku, kedua orang tuanya dan keluarga yang lain!
Setelah berpamitan Abim langsung pergi dengan membawa mobilnya!
Perasaan ku kali ini semakin menjadi tidak karuan, entah sejak kapan kurasakan seperti ini. Tapi perasaan ini semakin menjadi diiringi dengan perubahan sikap Abim.
Mama Ainun datang mendekat pada ku yang sedang duduk sendiri.
"Sayang sedang apa disini?" Tanya mama Ainun yang melihat ku duduk sendiri dan melamun.
"Mama, aku tidak apa-apa! Tidak perlu khawatir!"
"Tapi mama perhatikan, kamu sedikit cemas." Tanya mama Ainun kembali.
"Begini, ma! I..ini mengenai insting seorang perempuan atau bukan. Tapi ..." Kata ku sambil menjelaskan semuanya pada mama Ainun.
"Tidak mungkin Abim selingkuh." Bela mama Ainun pada anaknya.
"Ada lagi ma! Mas Abim pernah meminta izin untuk menikah lagi. Lalu aku tolak saja. Sampai-sampai aku menangis."
"Ehmm. Bercanda kali! Sudah jangan kamu pikirkan ya, Manda!" Rayu mama Ainun dengan memeluk ku.
"Ma, pernah juga aku menemukan isi pesan WhatsApp didalam ponsel mas Abim dengan perempuan lain. Yang kata-katanya itu begitu mesra."
"Kamu jangan terlalu curiga pada suami. Percaya saja bahwa Abim tidak akan selingkuh." Kata mama Ainun yang kata-katanya terus membela anaknya.
Pergi aku cerita pada Ainun, karena ia juga tidak mempercayai ku.
****
Setelah lebaran ..
Abim berpamitan pergi, yang alasannya ada reuni. Aku sudah terlanjur menginzinkannya. Padahal perasaan ku semakin tidak karuan saja. Semenjak kepergiannya keacara reuni sekolah.
Ingin rasanya mencari tau dan bertanya pada teman-teman sekolahnya. Tapi bagaimana kalau itu semua benar. Nantinya malah akan menjadi masalah. Aku semakin binggung, berusaha untuk mengontrol perasaan ku. Tetap berpikir positif.
.
.
Hingga hari kepulangannya? Terdapat senyuman yang lebar diwajahnya. Ia bercerita segala macam mengenai liburannya pada ku.
Awalnya aku bersikap sewajarnya.
Tapi hari demi hari sikapnya makin menunjukkan ketidakwajaran. Ada yang aneh dari Abim. Semakin jauh dari ku.
Aku merasakan sikap Abim yang berubah, bukan pada ku saja. Tapi pada anak-anak juga!
Ponselnya selalu ada digengamannya. Tidak boleh disentuh, walaupun Aisyah menyentuhnya. Selalu dibawa kemana pun bahkan kekamar mandi pun dibawa! Pulang telat, tidur malam terkadang sampai shubuh baru bisa tertidur pulas.
Bagaimana bisa aku diam saja! Aku marah dengan sikap Abim. Mencoba berbicara dari hati kehati. Tapi ia tidak berkata yang sebenarnya. Hingga sampai saat puncaknya, aku benar-benar sudah kecewa atas sikapnya. Marah! Tidak bisa mengontrol diri ku.
"Mas, coba jelaskan ada apa? Jangan bohong sama aku!" Kata ku sambil berteriak dan menangis.
Abim terdiam sejenak, binggung dengan apa yang harus ia katakan pada ku. Kebohongan apa lagi yang mau ia sampaikan. Sambil menggaruk-garuk kepalanya dan bersujud dibawah kaki ku. Ia berkata. "Bun, maafkan ayah, ayah khilaf! Ayah salah. Bunda janji gak akan tinggalin ayah?"
Deg..deg..
Astaghfirullah allazim, apa yang kamu barusan ucapkan mas! Kesalahan apa? Apa benar perasaan ku mangatakan bahwa kamu selingkuh. Batin ku.
"Jawab mas! Jujur jangan bohong lagi! Apa kamu selingkuh?"
"Iya!"
Aku menoleh kan muka kearah kiri, seakan tidak percaya yang Abim katakan. Lalu menjawab dengan pelan dan sabar! "Aku akan memaafkan kamu, tapi jangan kamu ulangin lagi."
"Apa benar kamu akan memaafkan kesalahan ku yang sudah fatal."
"Ma..maksud kamu apa mas?" Tanya ku heran dan binggung!
"Aku sudah menikah lagi!" Jawabnya dan masih bersimpu dikaji ku.
"Apa! Tega kamu mas, aku kira kamu cuma sekedar jalan Sajam Tapi kamu sudah menikah!"
"Aaaaaaa!"
"Maafkan aku!"
Abim meminta maaf pada ku, tetapi aku tidak bisa memaafkan Abim begitu saja, semua yang ia lakukan pada ku terlalu menyakitkan.
****
Setelah kejadian itu, aku diam pada Abim. Hanya mengurus keperluan Abim saja. Aku juga tidak mau disentuh oleh Abim. Perasaan jijik karena ia telah disentuh oleh wanita lain selain diri ku.
.
.
Sejak saat itu, aku memberitahukan semuanya pada orang tua ku dan orang tua Abim.
Mereka kaget seakan tidak percaya, tapi semua telah terjadi.
Dari situlah rumah tangga ku menjadi kacau, tidak harmonis lagi! Selalu ada pertengkaran dengan pembahasan orang ketiga.
.
.
Mulai dari memanggil pak ustad untuk menengahkan masalah kami berdua tetap saja tidak ada jalan keluar. Karena Abim maunya tetap mau aku dan dia! Karena merasa bertanggung jawab atas keduanya dan ingin memperbaiki keduanya!
Sampai-sampai ia terus mendesak ku untuk menerima pernikahannya.
.
.
Keluar masuk rumah seenaknya, seakan tidak ada masalah! Itu yang Abim lakukan.
Aku tidak ingin dipoligami! Tapi aku juga bermimpi tidak ingin pernikahan ku hancur. Pertentangan anak-anak yang tidak ingin mempunyai ayah tiri dan ibu tiri atas dukungan mertua ku! Semuanya membuat ku kembali berpikir apakah harus terus mempertahankan rumah tangga yang sudah tidak ada rasa nyaman lagi.
Sebuah keputusan yang sulit untuk ku ambil sampai berbulan-bulan lamanya! Itu tidaklah mudah.
Butuh keberanian, untuk menghadapi semua tentangan! Jika aku tidak berani mengambil suatu keputusan maka aku tidak akan pernah bahagia dengan rumah tangga ku!
.
.
.
Tapi sampai detik ini, aku belum mempunyai keberanian...
****
Semenjak kejadian itu, aku sedikit menjauh darinya. Melayani suami hanya suatu kewajiban . Tapi sebenarnya aku sudah enggan.
Aplagi Abimanan tidak pernah bisa meluangkan waktu untuk ku dan anak lagi. Di sudah sibuk dengan dunianya sendiri dan pekerjaannya.
Abim ada tapi bagi kami, ia seperti tidak ada.
Sebisa ku dan semampu ku untuk selalu membuat mereka bahagia. Membuat mereka tersenyum bahagia.
...****Happy reading...
...💕 Happy reading 💕...
Like
Fav
Rate..
Vote juga boleh
🙏🙏🙏
Dirumah...
Jam 09.00 WIB
"Kalian mau pergi gak? Bagaimana kalau kita jalan-jalan!"
"Kemana bun?" Tanya sih bungsu!
"Terserah!" Kata ku dan melihat pancaran kebahagian dari wajah mereka!
"Baiklah! Ayo kalian siap-siap!"
"Asyik!" Teriak Aisyah yang senang diajak jalan-jalan.
Aisyah dan Sisil dengan cepat mengganti bajunya, aku pun demikian.
Selesai mengganti baju, anak-anak sudah berdiri didekat motor yang biasa aku pakai. Dengan melihat senyum bahagia dari mereka berdua, aku merasa senang! Rasanya hati ku begitu damai. walaupun sebenarnya, ada banyak pertanyaan tentang Abim yang ingin ku tanyakan padanya.
Dengan motor aku mengantar kedua anak-anak pergi berjalan-jalan ketempat yang mereka mau. Mengelilingi jalanan menjelang siang hari.
.
.
Satu jam lebih berkeliling akhirnya kami bertiga sampai di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Kedua anak ku sepakat untuk pergi kesini, setelah dalam perjalanan saling berdebat diantara keduanya.
TMII..
Sampai didepan pintu masuk, aku berhenti untuk membeli tiga tiket masuk ke TMII. Kemudian masuk kedalam dan berkeliling-keliling sebentar.
"Bun, aku mau berenang." Kata Aisyah sambil menunjuk kearah kolam berenang yang bernama SnowBay.
Aku pun menjawabnya. "Gak bisa sayang, kita kan gak bawa baju ganti."
Aisyah menundukkan kepalanya tanda bahwa ia kecewa. Lalu aku menjalankan motor ku kearah istana anak.
Sampai diistana anak aku parkirkan motor ku, dan berjalan kearah pintu masuk untuk membeli tiket. Selesai membeli tiket, kami bertiga melangkah masuk kedalam.
Ku lihat putri ku yang sudah tumbuh dewasa, asyik memegang ponselnya sambil berselfi dan bergaya di tik tok. Sedangkan Aisyah asyik menikmati permainan yang ada didalam istana boneka dengan membeli tiket permainan lagi.
****
Dirumah Reyna..
"Mas, cobain deh masakan aku!" Kata Reyna sambil menata makanan diatas meja.
Abim yang sedang duduk sambil memainkan ponselnya! Lalu berkata. "Iya nanti saja!"
"Ayo dong mas, mumpung masih hangat!" Bujuk Reyna.
"Belum lapar nanti aja!"
Reyna memonyongkan bibirnya tanda kecewa karena gagal menyuruh Abim makan masakannya!
Capek-capek masak kamu gak makan mas! batin Reyna kesal.
****
Di TMII...
Aku dan kedua anak ku sudah selesai diistana anak, keong mas, lalu kereta gantung, taman burung.
Tidak terasa hari sudah semakin sore, aku mengajak kedua anak ku pulang kerumah. Dengan mengendarai motor.
Dalam perjalanan pulang, Aisyah mengantuk yang sedang duduk didepanku. Motor yang ku bawa jadi sedikit goyang ketika mengendarainya. Karena menahan Aisyah yang tertidur pulasnya.
"Dek, ayo bangun. Bunda kan susah jadi bawa motornya." Kata ku pada Aisyah supaya lekas bangun. Tapi tetap saja masih tertidur pulas.
"Aaaaaaa..." Teriak ku ketika ku terjatuh dari motor.
Aku, Aisyah dan Sisil terjatuh dari motor akibat motor yang kubawa goyang karena menahan beban akibat Aisyah tidur.
Banyak orang ikut menolong ku. Menanyakan keadaan ku dan kedua anak ku. Aku yang panik langsung melihat kearah Sisil dan Aisyah. Jantung ku berdetak kencang. Takut, terjadi sesuatu kepada kedua anak ku. Semoga saja tidak terjadi luka yang parah pada keduanya. Batin ku.
"Kakak, adek. Bagaimana, apa ada yang luka?" Tanya ku panik.
Hiks..hiks hiks.. Tangis Aisyah yang kaget karena terjatuh dari motor dan tidak bisa menjawab pertanyaan ku.
Aku melihat keadaan kedua anak ku. Dengan sangat teliti. Dari ujung kaki hingga ujung kepala, ku perhatikan terus. Apakah ada luka ditubuh mereka.
Aku akhirnya bisa bernapas dengan lega. Ku ucapkan syukur Alhamdulillah. Bahwa anak ku baik-baik saja. Tidak ada luka sedikit pun, mereka hanya kaget karena terjatuh.
Tapi aku tidak bisa melanjutkan perjalanan, karena tubuh ku masih gemetar akibat rasa takut yang ku alami.
Ada seorang lelaki bertubuh besar dan usainya diatas ku. Ia memberikan minum untuk kami bertiga. Mengajak ku untuk pergi kerumah sakit. Tapi ku tolak!
Aku mencoba menghubungi suami ku, tapi nomornya tidak bisa dihubungi. Rasa kecewa dan kesal terhadapnya membuatku semakin menjadi.
Aku menunggu lama, kurang lebih satu jam. Untuk mengumpulkan keberanian pulang kerumah. Perjalanan masih jauh, kalau aku pulang, tanpa membawa motor, lalu kutaruh motor dimana? Pikir ku.
"Mba pulang kemana, nanti biar saya antar." Ajak lelaki itu, yang tidak ku kenal.
"Tidak terima kasih. Saya lagi nunggu kerabat buat jemput." Kata ku menolak dengan halus.
"Bapak, kalau mau pergi silahkan. Saya tidak apa-apa. Terima kasih atas bantuannya!"
"Baiklah, kalau begitu saya permisi." Jawabnya lalu pergi.
.
.
Satu jam menunggu, akhirnya aku punya ide untuk menelepon Arif. Arif adalah adik ku. Ia pasti mau menjemput ku.
Panggilan pun ku lakukan. Aku menjelaskan apa yang terjadi pada ku dan kedua anakku. Arif tanpa pikir lama, ia mau menjemput ku.
Aku merasa cukup lega, walaupun menunggu sebentar lagi disini. Aku sedikit tenang.
.
.
Setelah sejam lebih lagi aku menunggu, Arif! Arif datang dengan mobilnya dan seorang teman. Keluar dari mobilnya dan mendekati ku.
Mereka akhirnya menolong ku! Syukur Alhamdulillah tidak lupa ku ucapkan dalam hati atas semua perlindungan mu Ya Allah SWT!
Aku pulang dengan mobil temannya Arif sedangkan Arif membawa motor ku.
Dalam perjalanan ku rasakan, perasaan sedih. Karena membuat mereka hampir celaka. Untung saja Allah SWT masih melindungi kami!
****
Sampai dirumah kami semua melakukan aktifitas seperti biasa
Jam 19.30 WIB
Abim mengirimkan sebuah pesan melalui WhatsApp yang mengatakan hari ini tidak pulang. Ini bukan yang pertama kalinya Abim tidak pulang! Sudah sering kali. Walaupun hanya seminggu sekali ia tidak pulang. Aku tau kemana ia pergi. Kemana lagi kalau bukan kerumah Reyna.
Aku tidur didalam kamar yang berukuran besar, sendirian. Hanya gulang guling tidak karuan. menanti fajar esok hari yang segera tiba. Ingin rasanya memutar waktu dengan cepat agar bisa cepat pagi!
.
.
Dalam kesendirian ku, mencoba merenung dan memikirkan semua yang terjadi.
Hati ku sakit, mencoba bertahan! Tapi sampai kapan? Lama-lama batin ku tersiksa. Orang tua Abim sudah segala upaya menasehati anaknya tapi tidak bisa.
Sedangkan orang tua ku meminta ku agar berpisah dengan Abim. Karena tidak tega kalau aku terus tersakiti!
Sampai saat ini aku bertahan demi anak-anak dan memberi kesempatan untuk rumah tangga ku supaya bisa terselamatkan kembali. Walaupun sebenarnya sakit dipermainkan terus menerus! Berdoa dan berharap agar doa ku terkabulkan.
Tapi kenyataannya sungguh nikmat cobaan yang kau berikan. Lebih nikmat dari apapun!
Tahajud terus ku lakukan memohon agar Allah memberi petunjuk kepada ku! Memohon ampun atas salah dan khilaf ku. Agar semua masalah yang ku hadapi akan ada akhirnya!
...Happy reading...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!