Dengan petir yang menyambar-nyambar ia membawa semua duka lara. Berharap guyuran air hujan mampu menghapus semua sakit dari sebuah pengkhianatan. Sebuah kekecewaan yang berbuah rasa sakit. Sebuah ketidakadilan pada cinta yang tak pernah ia inginkan.
Apa ini takdirnya? Dia sibuk menyiapkan pernikahan dari beberapa orang, namun pernikahannya sendiri berantakan.
Namanya Somalia Wardana, Orang sering memanggilnya Somi. Orang berpikir pasti nama Somalia pasti akan teringat salah satu negara miskin di benua Afrika. Tak jarang orang sering mengejeknya karena nama itu. Somalia adalah nama pemberian papanya saat sang papa bertugas di negara tersebut. Papanya berharap ia akan selalu mengingat pengorbanan papanya di negara itu hingga pulang ke tanah air hanya membawa nama saja. Iya papanya gugur di medan perang.
Hari ini, malam ini tepatnya Somi akan melangsungkan sebuah awal dari kehidupan barunya. Sebuah janji yang akan ia dan calon suaminya ikrar kan di hadapan Tuhan dan para keluarga serta tamu undangan. Sebuah pernikahan impian yang telah lama ia inginkan.
Namun gerbang menuju kebahagiaan itu tiba-tiba tertutup saat seorang wanita datang di vanue acara. Wanita yang sangat Somi kenal sebelumya. Wanita yang selalu membantunya dalam mengurus projek pernikahan dari klien-kliennya.
Amara Harianti, nama indah itu dengan tegas mengaku bahwa ia sedang mengandung janin dari calon suami Somalia yang bernama Alex. Sambil terisak, Amara menginginkan Alex bertanggungjawab atas perbuatannya. Amara membawa bukti bahwa dirinya dan Alex memiliki hubungan gelap segelap terowongan Casablanca di malam hari.
"Aku mencintainya ...." isak Amara dengan bergetar.
Dunia Somalia terasa hancur, hatinya luluh lantah bak dihantam bongkahan karang besar. Inikah hadiah yang ia terima dari asistennya? Ataukah ini hanya sebuah lelucon atau konten belaka? Somi masih terpaku tak berdaya. Air matanya tak berhenti mengalir begitu saja.
Bagiamana ini? Sebuah kepercayaan yang ia berikan pada calon pasangannya dibalas dengan sebuah pengkhianatan sempurna.
Sebuah kepercayaan yang ia berikan pada karyawan terbaiknya dibalas dengan sebuah luka yang begitu dahsyatnya.
Semua hadirin tak menyangka bahwa tempat yang akan dilangsungkan sebuah prosesi sakral kini menjadi sebuah medan penuh luka.
"Tuhan bila ini hanya mimpi, kumohon segera bangunkan aku. Dan bila ini sebuah kenyataan, tolong kuatkan aku!"
Somalia menahan amarahnya, ia tak ingin terlihat bodoh di depan para tamu yang diundang. Somi ingin terlihat kuat menghadapi ini semua.
"Maafkan aku Somi, aku khilaf! Kita tetap lanjutkan pernikahan ini!" pinta Alex dengan suara mengiba. Alex tak ingin membatalkan pernikahan ini karena ia sudah kepalang tanggung telah mempersiapkan momen ini terlebih dahulu.
Plak ... "Apa kamu gila Alex? Kamu akan membiarkan Amara menanggung ini seorang diri? Ini hasil perbuatan bejat kalian dan kalian harus mempertanggungjawabkan berdua!" Somi terlihat gusar meski ia telah menampar pipi Alex, namun rasa sakit hatinya masih belum bisa terobati.
Sebelum Somi mengangkat kaki dari vanue tersebut, Somi berpesan agar pak penghulu menikahkan Alex dan Amara. Ia tak ingin bayi yang dikandung oleh Amara lahir tanpa seorang ayah. Selesai berpesan pada keduanya, Somi berjalan lunglai meninggalkan tempat yang lebih tepat ia sebut pemakaman daripada pernikahan. Pemakaman yang telah membunuh cintanya, pemakaman yang telah mengubur semua harapannya.
Sanak keluarga dan teman dekat merasa iba dengan keadaan Somi, sang mama tak berhenti menangisi putrinya. Putri satu-satunya yang ia besarkan seorang diri setelah kematian suaminya. Namun Somi menolak untuk dikasihani. Ia lebih memilih meninggalkan tempat terkutuk itu seorang diri.
Somi ingin menenangkan pikirannya seorang diri, wanita berusia 27 tahun itu ingin menata hatinya terlebih dahulu. Atau lebih tepatnya ia ingin memunguti pecahan-pecahan dari serpihan hati yang berantakan.
Derasnya air hujan mampu menyembunyikan air mata Somalia. Air mata yang ia gunakan untuk mengutuki betapa bodohnya ia. Ia bodoh bahwa telah mengira pria yang ia kenal sejak masa kuliah telah berhasil mengobrak-abrik perasaannya. Pria yang selalu bersikap manis nyatanya serigala berbulu domba.
Karyawan yang selama ini ia percaya, seorang karyawan dan juga teman yakni Amara nyatanya tega menikungnya dari belakang. Mungkin bila pengkhianatan ini bukan berasal dari orang terdekatnya tak akan terasa sesakit ini. Keduanya orang terdekat dari Somi, dan keduanya pula adalah orang yang Somi percaya.
Cinta memang indah bila sesuai yang kita harapkan, namun akan terasa menyakitkan bila terjadi sebuah pengkhianatan. Cinta itu suci bila sang pelaku selalu menjaganya, namun cinta akan berubah menjadi menjijikan bila sang pelaku menodainya.
Siap jatuh cinta selalu satu paket dengan siap patah hati. Setiap orang selalu ingin perjalanan asmaranya berjalan mulus dan lancar-lancar saja. Nggak ada satu orang pun yang berharap akan gagal dan akhirnya mengalami patah hati. Kamu perlu paham bahwa patah hati merupakan salah satu risiko yang harus siap kamu hadapi ketika jatuh cinta.
*
Mencoba tuk bertahan di tengah kepungan badai cobaan.
Lelah dalam melangkah menggenggam cinta tak berbalas
Warna pelangi hanyalah semu yang dirasakan
Hilang tersalip awan-awan biru yang menderu-deru
Lupakan semua kenangan dan janji-janji hati
Kepastian sudah diberikan
Namun pengkhianatan menjadi jawaban
Cinta sejati kini telah ternodai
Hampa terasa sunyi di dalam jiwa
Menanti harapan melepas masa-masa kelam
Melangkah maju menuju sebuah harapan
Cinta sejati sudah jauh dan pergi
Berlalu pilu ditelan oleh sang waktu
Air mata yang mengalir dari sepasang mata sendu milik Somi kini melebur bersama dengan tetesan sang hujan di tengah malam. Tubuh lunglai berbalut kebaya putih yang seharusnya menjadi saksi prosesi sakral kini harus basah kuyup akibat derasnya air hujan.
Tak pernah terlintas di pikiran Somi sebelumnya bahwa ia akan mendapatkan ujian yang begitu hebat seperti ini. Di saat hari bahagianya, ia mendapatkan sebuah kado istimewa dari teman sekaligus calon suaminya.
Lalu kemana ia harus pergi membawa rasa sakit ini? Apakah semudah itu melupakan peristiwa yang terjadi begitu saja?
Apakah ini semua berkat nama Somalia? Somalia merupakan negara gagal yang berada di benua Afrika. Apakah nama pemberian papanya akan berpengaruh pada pernikahan gagalnya? Gagal? Pada kenyataannya memang hari bahagianya gagal karena telah direnggut paksa oleh Amara dan Alex yang secara tragis mengkhianati dirinya.
Dalam lebatnya hujan, wanita yang masih mengenakan baju pernikahannya tersebut berjalan tanpa arah dan tanpa tujuan. Ia tak tahu lagi harus kemana dan bagiamana. Baginya hidup di dunia ini sudah tak penting lagi. Ia sungguh lelah dan putus asa. Bagiamana ia bisa menghadapi semua tamu undangan? Rasa malu yang cukup kuat menambah luka di hatinya.
Hingga sebuah decitan dari mobil yang mengerem mendadak menyadarkan Somi dari lamunannya. Wanita frustasi tersebut kaget hingga membuat tubuh lunglainya terduduk di atas aspal kasar. Ia tersadar dan menatap silaunya lampu mobil yang berada tepat di depannya. Bodoh sekali kenapa tak sekalian saja orang itu menabrak aku hingga mati !
"Kau sudah bosan hidup Nona? Di mana otakmu?" Maki seorang lelaki dari dalam mobil yang sedetik lagi hampir merenggut nyawa Somi.
Somi meringis karena merasa sakit di bagian kakinya. Namun rasa sakit dan perih itu masih tak sebanding dengan rasa sakit akibat dikhianati orang-orang terdekatnya.
Siapa pria itu beraninya dia memakiku? Lebih baik ia menabrak aku saja sehingga aku bisa terbebas dari dunia ini.
Somalia berusaha bangkit dari tempatnya jatuh, pelan-pelan ia mulai berdiri dan menahan sakit di kakinya. Melihat Somi kesulitan, pria itu tak tega dan berniat membantunya. Sebagai orang hukum, ia tak ingin bila suatu saat ada seorang wanita menuntut dirinya.
Pria dewasa itu keluar dari dalam mobil yang hampir menabrak seorang wanita yang mengenakan busana pernikahan. Ia berjalan mendekat Somi yang tengah kesulitan dalam berjalan. Dengan kesal, pria bermanik tajam itu membuka dompet dan mengeluarkan lembaran uang kertas lalu mengulurkan beberapa lembar untuk Somi.
Somalia menatap ke arah pria itu dengan tatapan murka. Bisa-bisanya ia melakukan itu padanya. Seharusnya pria itu meminta maaf dahulu, bukan memberinya uang. Somi merasa tersinggung dan menolak uang dari pria itu dan berjalan meninggalkan pria itu.
"Dasar wanita gila! Jangan salahkan aku bila mengacuhkan dirimu, kau yang lebih memilih menolak ganti rugiku!" Maki pria itu dengan sedikit berteriak.
Persetan dengan orang itu, Somalia tak memedulikan setiap ucapan pria itu. Baginya tak ada gunanya mengurusi orang dia anggap gila itu. Ia lebih mengutamakan bagaimana caranya agar bisa membalas kekalahan yang ia terima malam ini.
Pun sama halnya dengan pria berjas lengkap tersebut, baginya juga tak penting mengurusi wanita yang ia anggap aneh itu. Ia bergegas masuk ke dalam mobilnya karena hampir basah kuyup lantaran keluar mobil tanpa mengenakan alat penghalau hujan.
"Lain kali jangan sampai aku bertemu denganmu lagi!" erangnya kesal karena penghinaan yang sudah Somi berikan padanya. Pasalnya baru kali ini ada wanita yang begitu acuh padanya dan menolak uang ganti rugi yang ia beri. Sebenarnya bukan sekali ini saja ia merasakan juteknya wanita, ada wanita yang terang-terangan menolaknya dan lebih memilih menjadi istri rival abadinya.
Memiliki tubuh atletis, wajah yang rupawan serta berkantong tebal tak menyulitkan Rudi Sugandhi untuk mengoleksi wanita. Namun nyatanya wanita yang ia temui baru saja tak tergoda dengan semua yang ia miliki.
Gandhi menjalankan mobilnya sambil menatap Somi yang masih kesulitan dalam berjalan lewat spion mobilnya.
Salah sendiri ia menolakku! Harusnya ia menerima uang dariku dan menggunakannya untuk naik taksi! Entah kenapa Gandhi memikirkan wanita yang hampir tertabrak mobilnya. Nyatanya ia sudah jauh meninggalkan wanita itu.
Entah setan apa yang baru saja merasuki dirinya, atau memang Gandhi sudah tak waras. Lelaki itu memutar arah mobil yang ia kendarai dan menjalankannya ke tempat ia hampir menabrak sang wanita pengantin itu.
Di tengah hujan di malam hari ini, Gandhi tak tega membiarkan seorang wanita yang terlihat buruk keadaannya seorang diri. Sebagai ahli hukum, ia juga punya hati nurani untuk menyelamatkan wanita itu.
Namun yang membuat Gandhi mengernyitkan dahinya adalah Somi. Wanita itu menghilang begitu saja. Tak mungkin dengan keadaan kali yang terluka ia bisa berjalan dengan cepat hingga Gandhi tak menemukannya.
"Bagaimana bila wanita itu menurutku? Seorang pengacara melakukan tindakan tabrak lari?" Gandhi bergumam karena menyadari hal bodoh yang telah ia lakukan. Seharusnya ia bertanggung jawab dan mengantar wanita itu ke rumah sakit, bukannya meninggalkan wanita itu begitu saja.
Gandhi memukul stang mobilnya karena kesal. Ia merasa sungguh bodoh. Bagaimana bisa ia melakukan itu begitu saja. Lelaki tampan itu merasakan kekesalan dan kekecewaan. Seharusnya Somi menerima uang darinya dan ia bisa lolos dari pertanggungjawaban.
Dengan diliputi rasa sesal, pria tinggi tersebut menjalankan mobilnya kembali di tengah guyuran hujan untuk segera pulang ke rumahnya. Harusnya ia hari ini merayakan kemenangannya pada sidang sengketa kepemilikan tanah yang diputuskan oleh hakim hari ini.
**
Kepergianmu seakan merenggut isi hatiku
Dari kuntum rindu hingga benci kau rangkai menjadi satu
Lalu dengan tenang kamu buang ke hamparan biru
Ya, sebuah tempat yang tak mungkin aku tuju
Bila mungkin, aku ingin kembali ke masa kita dulu
Dan mengubah takdir hingga tak mengenal kamu
Daripada harus cumbu mesra tanpa miliki ragamu, aku bisa apa?
Sejuta sesal tak akan membuatmu rekah lagi padaku
Saat hujan seperti malam ini, sendiriku semakin pekat saja
Dia seperti kamu dulu, semakin erat bila hujan tiba
Sendiriku di antara rindu dan benci, mengambang tenang di antara keduanya.
Pagi ini sang Surya telah menyilaukan sinarnya, masuk ke dalam ruangan yang bernuansa serba shabby chic. Ruangan ini merupakan tempat kerja Somalia. Wanita berdarah Pakistan dari kakeknya tersebut sering menghabiskan berjam-jam waktunya di tempat ini. Namun kali ini ia lebih memilih menyembunyikan rasa sakit di sini. Orang-orang memang tak mengetahui keberadaannya setelah malam itu. Hanya seorang staff yang kebetulan mengikutinya dari belakang ketika Somi panggilan akrabnya meninggalkan acara tersebut.
Stefani Olivia, atau biasa Somi panggil Fani. Gadis itu merupakan asisten Somi di perusahaan yang ia besarkan sejak 3tahun belakang ini. Fani mengikuti kemanapun Somi pergi, setelah ia melihat kejadian sang atasan hampir saja kehilangan nyawanya dengan hampir saja tertabrak oleh mobil seseorang, Fani tak kuasa menahan kesedihan yang ia lihat dari sang atasan. Meski Somi menolaknya namun Fani tetap membawa atasannya untuk ikut dengannya.
Somi membuka maniknya, ia masih merasa lelah dan sakit hati. Namun ia harus bangkit untuk membalas dendam pada kedua bedebah itu. Ia harus mengumpulkan tenaga agar mampu berperang dengan keduanya. Kedua orang yang telah mengkhianati dirinya. Yang satu seorang teman sekaligus karyawannya dan yang satu lagi adalah calon suaminya.
"Mbak Somi ...." panggil Fani dengan memelankan suaranya. Gadis manis itu takut bila kehadirannya akan memperburuk keadaan. Namun ia sungguh ingin bosnya bangkit dan memperbaiki masa depannya. Somi bukan bos yang kejam dan banyak maunya, maka dari itu Fani sungguh tak tega bila bosnya disakiti hingga seperti ini.
Wajah kusut yang dibalut kaos putih berlengan pendek tersebut menatap ke arah Fani yang saat ini masih berdiri sambil membawa segelas teh hangat di tangannya. Tatapan sendu itu memiliki arti yang sangat dalam. Betapa tidak ia masih menyimpan rasa sakit akibat perbuatan dua orang yang ia percayai.
"Terimakasih Fan, maaf aku sudah merepotkan kamu!"
"Mbak Somi, masih ada banyak orang yang menyayangi Mbak. Aku akan selalu ada buat Mbak Somi!" Fani memberanikan diri mendekati bos yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri. Sambil terus tersenyum ia mengulurkan segelas teh manis hangat untuk menambah tenaga Somi.
"Kamu pasti berpikir gula darahku turun gara-gara kejadian semalam bukan? Tidakkah kamu mau membawakan aku minuman beralkohol?" Somi menerima segelas teh manis itu dari tangan Fani.
"Ah, Mbak bisa saja! Fani sudah memesankan makanan untuk sarapan kita," Fani terus mengulas senyum indahnya karena Somi sudah bisa menenangkan hatinya. Ia lega setelah atasannya sudah bisa menggodanya.
"Aku bersumpah akan membalas dendam pada mereka!" dengan lantang Somi bersumpah ingin membalas dendam pada kedua makhluk Tuhan yang telah menghancurkan masa depannya.
Perasaan Somi kini telah lebih baik lagi, karena adanya Fani di sampingnya. Fani adalah orang yang tak meninggalkan dirinya ketika ia jatuh. Meski ia yakin masih banyak lagi orang yang akan terus berdoa dan menguatkan dirinya. Terutama sang mama, namun ia cukup malu untuk berkeluh kesah pada mama dan keluarganya. Biarlah ia sendiri yang menanggung semua kesedihan dan rasa malu pada orang yang telah Somi dan keluarganya undang.
*
Rudi Sugandhi, pria tampan bertubuh tinggi yang kemarin baru saja memenangkan sebuah kasus sengketa tanah itu masih berada di atas tempat tidurnya. Ia masih enggan untuk memulai aktivitas di pagi ini.
Namun ia harus mengubur rasa enggan itu setelah sebuah panggilan masuk di telepon pintarnya. Sebuah panggilan dari sang mama yang menanyakan kapan ia akan membawa pulang calon istrinya. Calon istri? Pacar saja ia tak punya.
Terakhir kali ia mendekati gadis dan berujung sebuah penolakan. Gadis itu lebih memilih jatuh ke dalam pelukan sang rival yang kini menjadi partner kerjanya.
Bila dipikir-pikir kurang apa dirinya? Mengapa Oceana Saphira lebih melabuhkan cintanya untuk putra sulung dari Adiwiyata? Bukan Gandhi namanya bila ia tak bisa mencari gadis-gadis lain untuk didekati. Ia banyak menghabiskan waktu untuk mengencani gadis-gadis muda yang tertarik pada wajah rupawan serta uangnya. Namun semua itu tak ada yang bisa memikat hati seorang pengacara handal tersebut.
Satu kata Gandhi lelaki perfect dalam urusan karir dan wajah. Namun untuk urusan cinta? Kalian tahu sendiri kan jawabannya.
Hanya dengan celana panjang berbahan kain Gandhi berjalan ke arah mini pantry di kediaman pribadinya. Lelaki berparas rupawan tersebut mengambil segelas air dan segera meminumnya.
Pekerjaannya akhir-akhir ini sangat menguras tenaga dan pikirannya. Semenjak ia menjalankan firma hukum milik Prabasonta, pekerjaannya kian meningkat. Ia tak bisa santai dalam menangani beberapa kasus. Saking banyaknya kasus sampai-sampai membuatnya harus sering tinggal di kantornya.
Gandhi saat ini memegang peranan penting saat Praba meminta dirinya untuk menggantikan posisinya karena saingan karirnya tersebut kini lebih memilih menjalankan perusahaan milik mertuanya.
Menjadi pengacara firma hukum dan pengacara lepas tentunya sangat berbeda. Apalagi semenjak Gandhi bergabung dengan firma hukum Prab and Partner Law Firm ia menjadi satu-satunya maskot kantor pengacara tersebut. Memiliki sifat licik dan tak pantang menyerah membuatnya banyak memenangkan berbagai kasus. Oleh karena itu dengan sepenuh hati Praba bisa melepaskan tanggung jawabnya untuk menyerahkan kantor hukum miliknya pada orang yang Praba anggap tepat.
"Gara-gara pria sialan itu, aku tak memiliki banyak waktu untuk memilih pasangan hidup!" Gumam Gandhi sambil meletakkan gelas bekas minumannya dengan kasar. Lalu ia bergegas ke kamar mandi untuk bersiap-siap menuju kantornya. Kantor yang beberapa bulan ini yang ia tangani dengan tangan dingin.
Entah apa yang membuatnya menerima tampuk kepemimpinan kantor hukum tersebut. Meski keduanya sudah saling mengibarkan bendera gencatan senjata namun nyatanya bila keduanya bertemu masih sama-sama saling melemparkan tatapan dan kalimat tajam. Bukan berarti Gandhi belum bisa melepaskan Oca, sapaan istri dari rival abadinya. Namun perselisihan dan saling mengklaim bahwa keduanya lebih unggul lah yang membuat keduanya masih tetap menjadi rival hingga saat ini.
Keduanya memiliki hati dan emosi yang sama-sama keras. Hingga tak jarang perselisihan sering terjadi diantara keduanya. Gandhi dan Praba sama-sama lelaki yang mudah tersulut emosinya. Apalagi bila berkaitan dengan pekerjaan. Pernah suatu ketika Gandhi menolak seorang klien yang ia anggap konyol dalam kasusnya. Mau tak mau Praba lah yang harus turun tangan. Padahal kasus tersebut sangatlah sepele yakni sebuah pencurian susu di salah satu supermarket.
Seorang ibu-ibu menjadi terdakwa sebagai pencuri susu formula lantaran untuk menyambung hidup bayinya. Gandhi dengan tegas menolak kasus yang ia anggap guyonan tersebut, baginya membantu sang ibu tersebut tak sebanding dengan skill dan karismanya. Pada akhirnya Praba lah yang harus turun tangan untuk membantu ibu tersebut.
**
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!