Perkenalan karakter..
*Berlian Putri Bramasta*
Wanita cantik yang periang, namun kehidupannya tak pernah mulus seperti jalan tol. Hingga suatu hari Berlian terpaksa menerima perjodohan yang di inginkan oleh atasannya untuk menikahi putranya yang bernama Amar, namun tak ada setitik pun kebahagiaan melainkan hinaan dan cacian yang selalu dia dapatkan hingga harus rela menikahkan suaminya dengan sang adik tiri.
*Amar Alamsyah Wiguna.*
Seorang lelaki yang tampan, mapan dan playboy.
Atau bisa dibilang pemangsa wanita..
Memiliki sifat yang kerasa dan gak suka di atur.
Terlebih lagi setelah dia harus menerima pernikahan yang tak pernah dia inginkan hal itu membuatnya menjadi sosok laki laki yang kejam.
*Fania Larasati.*
Adik tiri dari Berlian, yang memiliki sifat iri dan dengki.
Rela melakukan apapun demi merebut apapun yang dimiliki oleh Berlian, bahkan Fania rela menjadi madu untuk Berlian demi mewujudkan keinginannya..
❤️Lanjut ke cerita... 💎
Disebuah rumah yang tak cukup besar tinggalkan sebuah keluarga bernama Bramasta yang memiliki putri yang cantik jelita bernama Berlian..
Pada usia Berlian yang ke 7 tahun, Ibunda Berlian meninggal dunia hingga suatu hari sang Ayah menikah lagi dengan seorang janda beranak satu bernama Risa.
Risa memiliki seorang putri bernama Fania, Fania juga wanita yang sangat cantik namun tak secantik Berlian.
Sejak kecil Berlian dan Fania hidup rukun dengan saling berbagi. Bahkan Bunda Risa juga sangat menyayangi Berlian. Berlian juga sangat menyayangi dan menghargai Risa sebagai Bunda sambung untuknya.
"Berlian... Fania ayo kita sarapan?" ucap Bunda Risa dengan tersenyum.
Berlian dan Fania yang sedang bermain pun mendekat kearah sang Bunda dan kemudian menurut kepada sang Bunda untuk sarapan.
Ayah Bram sangat senang melihat kedua putrinya begitu akrab walaupun mereka beda Ayah dan juga beda Ibu namun mereka tak pernah mempermasalahkan.
Setelah Ayah Bram berangkat bekerja, tinggallah mereka bertiga dan seperti biasa di saat Ayahnya tak ada Berlian selalu di perlakukan tak adil.
"Kamu jauh jauh jauh sana..." ucap Fania dengan membentak Berlian.
Berlian hanya menurut kemudian dia lebih memilih menghabiskan waktunya di dalam kamar hingga sore menjemput...
17 tahun kemudian...
Kini Berlian dan Fania telah tumbuh menjadi gadis gadis yang sangat cantik. Dan kini juga Berlian telah bekerja di sebuah perusahaan milik keluarga kaya.
Pemilik butik itu bernama Nyonya Hesti, Nyonya Hesti sendiri adalah istri dari Tuan Adrian Adijaya Wiguna.
Nyonya Hesti memiliki seorang putra bernama Amar, Amar adalah seorang lelaki yang sangat tampan dan mapan sehingga banyak kaum hawa yang bersedia memberikan apapun yang Amar inginkan.
Nyonya Hesti sendiri sudah tak bisa lagi untuk membuat jera Amar sehingga mau tak mau Amar harus menikah.
Tepat jam 8 pagi Berlian sampai di butik tempat dia berkerja, Berlian adalah salah satu karyawan teladan yang sangat di sayangi oleh Nyonya Hesti.
"Selamat pagi Berlian..." ucap Nyonya Hesti dengan tersenyum.
"Selamat pagi juga Nyonya... " ucap Berlian dengan sopan sembari menundukkan sedikit kepalanya..
"Wah baru jam 8 kamu sudah sampai saja, kamu memang karyawan yang patut di contoh." ucap Nyonya Hesti memuji kinerja Berlian.
Nyonya Hesti memperhatikan Berlian dari atas hingga ke bawah dan kemudian mengajak Berlian untuk mengikutinya keruangannya..
"Berlian.. keruangan saya sebentar yuk.." ucap Nyonya Hesti sembari tersenyum.
"Baik Nyonya..." ucap Berlian sembari mengikuti Nyonya Hesti dari belakang.
Sesampainya di ruangan Nyonya Hesti, Berlian dipersilahkan untuk duduk..
"Oh iya Berlian silahkan duduk.." ucap Nyonya Hesti dengan tersenyum.
"Terima kasih Nyonya." ucap Berlian dengan mengutarakan senyuman yang mengembang di kedua pipinya..
Berlian duduk di hadapan sang majikan, dia nampak bingung dan kemudian menatap sang majikan..
"Nyonya apa saya berbuat kesalahan sehingga Anda membawa saya ke ruangan anda?" ucap Berlian dengan wajah yang sulit di ekspresikan.
Nyonya Hesti hanya tersenyum, kemudian menatap Berlian dengan dalam..
"Apa kamu telah memiliki kekasih?" tanya Nyonya Hesti to the points.
Glekkkkkk seketika Berlian kaget mendengar ucapan sang majikan..
"Maksud Nyonya apa?" tanya Berlian yang tak mengerti..
"Apa kamu telah memiliki kekasih?" ucap Nyonya Hesti mengulangi pertanyaannya...
Berlian hanya menggeleng menandakan dia belum memiliki tambatan hati.
Wajah Nyonya Hesti berubah menjadi berseri seri.
Bahkan Nyonya Hesti mempunyai rencana licik untuk Berlian agar mau menuruti keinginannya untuk menikahi sang putra...
"Baiklah kalau begitu kamu boleh melanjutkan pkerjaanmu.." ucap Nyonya Hesti kemudian Berlian berpamitan keluar dari ruangan sang majikan...
Berlian yang masih bertanya tanya dengan sikap sang majikan yang aneh menurutnya. Namun dia merasa bahwa bosnya adalah bos yang terbaik.
"Ada apa dengan Nyonya Hesti? Kenapa dia menanyakan hal yang begitu pribadi." ucap Berlian dalam hatinya...
Tak lama setelah itu Nyonya Hesti kembali menyusun rencana untuk putra semata wayangnya..
Dilain tempat Amar yang sedang asik bersama semua wanita wanitanya pun merasa terganggu dengan dering ponsel miliknya...
"Siapa si yang berani mengganggu kesenanganku? umat Amar dalam hatinya.
Mata Amar kian membulat ketika di layar ponselnya ada sebuah nama memanggil yaitu Bunda.
Amar langsung menyuruh semua wanitanya untuk diam kemudian Amar menjawab telfon sang Bunda..
"Assalamu'alaikum Bunda? Iya Bunda ada apa?" tanya Amar dengan pura pura polos..
"Kamu sedang apa Mar, dan kamu dimana?" tanya sang Bunda dengan pelan..
Amar mencoba untuk berbohong.
"Amar ada di kantor Bunda, dimana lagi coba."ucap Amar pura pura.
"Mana ada kantor yang berpindah ke hotel, ingat Amar kamu tidak bisa membohongi Bunda." ucap Bunda pelan...
"Bunda...." ucap Amar terpotong..
"Sore ini temui Bunda di tempat biasa awas kalau enggak datang." ucap Nyonya Hesti dengan lantangnya.
Amar tak bisa menolak keinginan sang Bunda, karena Amar adalah lelaki yang tak mau jika menyakiti Bundanya sendiri..
"Iya Bunda baiklah, ya sudah Amar tutup dulu ya." ucap Amar pelan kemudian Amar menutup sambungan teleponnya...
Setelah menutup telfonnya Amar mengambil nafas dengan kasarnya..
"Apa apaan si Bunda? kenapa bisa tahu ya apa yang aku lakukan?" debus Amar dengan sangat kesalnya.
Setelah itu Amar memberikan sejumlah uang kepada wanitanya dan memintanya untuk segera meninggalkan apartemen miliknya.
"Ambil ini dan entahlah dari sini?" ucap Amar tanpa menoleh ke arah sang wanita..
Tanpa berkata sang wanita itupun langsung pergi meninggalkan apartemen milik Amar dan secepat kilat kini Amar telah berada di sebuah restoran untuk menemui sang bunda.
Tak jauh dari arah Amar berdiri, Amar nampak seorang wanita yang tak asing untuk dirinya yaitu Nyonya Hesti sang Bunda.
Di saat yang bersamaan Nyonya Hesti sedang berbincang dengan Berlian, Nyonya Hesti berdalih untuk mengajak Berlian agar mau menemani dirinya.
"Bunda..." panggil Amar yang tak jauh jaraknya..
Seketika Nyonya Hesti dan Berlian menoleh ke arah sumber suara?
"Sayang akhirnya kamu datang juga?" ucap Nyonya Hesti dengan tersenyum.
Dalam tak sadar pandangan Amar dan Berlian bertemu. Dengan secepat kilat keduanya mencoba untuk mengalaihkan pandangan mereka masing masing.
"Ada apa Bunda mengajak Amar untuk bertemu?" tanya Amar dengan tidak sabaran.
Nyonya Hesti hanya tersenyum kemudian mempersilahkan sang putra untuk duduk..
"Duduklah." ucap Nyonya Hesti dengan tersenyum.
Kenalin ini Berlian, dia asisten Bunda di butik.
Dengan tatapan acuh tak acuh Amar hanya tersenyum kearah Berlian tentunya dengan senyuman yang dipaksakan!
"Amar......." ucap Amar sembari mengulurkan tangannya.
"Berlian?" ucap Berlian sembari menjauhkan tangan Amar dari dekatnya..
"Belagu bener ini cewek." degus Amar dalam hati....
Nyonya Hesti hanya tersenyum melihat tingkah sang anak yang berhasil di buat baper oleh Berlian dikala pertemuan pertama mereka..
"Berlian, Ibu punya permintaan untuk kamu? Apa kamu mau mengabulkan permintaan Ibu?" ucap Nyonya Hesti dengan tersenyum.
"Jika Lian bisa lakukan pasti Lian akan lakukan." ucap Berlian tanpa mengurangi rasa hormatnya.
"Ibu mau kamu menikahi putra Ibu, Amar." ucap Nyonya Hesti dengan tersenyum.
Sontak antara Amar dan Berlian sama sama kaget mendengar penuturan sang Bunda..
"Apa menikah Bunda?" ucap Amar dengan kagetnya
"Menikah Ibu?" ucap Berlian dengan herannya.
"Iya Bunda mau kalian menikah, titik." ucap Nyonya Hesti dengan penekanan.
Amar dan Berlian mereka hanya saling tatap tak mengerti tentang maksud dari ucapan sang Bunda.
Berlian dan Amar sama sama diam setelah mendengar ucapan sang Bunda..
"Bunda tapi apakah aku harus menikahi wanita ini, wanita yang hanya karyawan Bunda di butik! Apa kata relasi Amar Bunda." ucap Amar sembari melirik ke arah Berlian..
Berlian hanya menunduk malu mendengar ucapan Amar, Biar bagaimanapun dia sadar bahwa dirinya memang sangat tak pantas untuk bersanding dengan Amar sang anak majikannya.
"Apa yang di katakan Tuan Amar memang ada benarnya Nyonya, aku mungkin sangat tak pantas buat Tuan Amar." ucap Berlian sembari menundukkan kepalanya.
Nyonya Hesti sangat tahu jika mungkin Berlian tersinggung dengan ucapan sang anak..
"Bunda gak mau ada penolakan, pokoknya kalian harus menikah titik. Kalau kalian menolak lebih baik Bunda Ma*i saja." ucap Nyonya Hesti dengan lantangnya.
Amar dan Berlian kaget mendengar ucapan Nyonya Hesti..
"Apa yang Bunda katakan?" ucap Amar terpotong.
Sementara itu Berlian berada di titik kebimbangan yang tak ada hentinya. Dilain sisi Berlian sangat merasa iba dengan Nyonya Hesti, tapi di lain sisi Lian gak mungkin menerima pernikahan itu dengan. begitu saja..
"Berlian Bunda mohon kamu mau ya menikahi Amar " ucap Nyonya Hesti dengan penuh permohonan..
Berlian menjadi bingung karena mendengar ucapan sang majikan..
"Tapi Nyonya semua itu tak mungkin bisa saya lakukan?Maafkan saya." ucap Berlian dengan sopan.
Wajah Nyonya Hesti berubah setelah mendengar ucapan Berlian, Hal itu tak luput dari pandangan sang putra..
"Bunda, sudahlah wanita ini enggak mau Bunda,Bunda jangan memaksa lagi." ucap Amar dengan sangat serius..
Hati Nyonya Hesti menjadi sedih setelah mendengar ucapan ke dua orang yang sangat dia harapkan untuk menjadi penerus keluarganya.
"Baiklah jika itu mau kalian, tapi jika ada apa apa sama Bunda jangan ada penyesalan di hati kalian." ucap Nyonya Hesti dengan lantangnya.
Sontak mata Amar dan Berlian bertemu, mereka sangat kaget mendengar ancaman yang di ucapkan oleh wanita paruh baya yang ada di depan mereka..
"Baiklah Bunda, Amar bersedia menikahi wanita ini. Tapi aku minta sama Bunda, Bunda jangan nekad." ucap Amar dengan tegas'nya.
Sontak mata Berlian terbelalak ketika mendengar ucapan Amar..
"Sungguh sayang, kamu enggak bohong kan?"ucap Nyonya Hesti dengan tersenyum.
"Iya Bunda, asalkan wanita ini bersedia." ucap Amar sembari melirik ke arah Berlian..
" Bagaimana berlian? Apa kamu bersedia?" Tanya Nyonya Hesti dengan penuh semangat.
Berlian hanya tersenyum kemudian mengangguk, Berlian tak berfikir panjang untuk menerima pernikahan yang telah Amar rencanakan?
"Terima kasih sayang, Kalau begitu nanti malam Bunda sama Amar akan datang ke rumah orang tuamu untuk melamarmu?" ucap Nyonya Hesti dengan penuh kebahagiaan..
Berlian hanya tersenyum kemudian mengangguk kembali...
Setelah itu Nyonya Hesti meminta Amar untuk mengantarkan Berlian ke butik, sementara Nyonya Hesti pergi ke suatu tempat..
Dalam perjalanan Amar dan Berlian diam tanpa kata..
Tak lama kemudian Amar mulai membuka pembicaraan..
"Jangan kamu. merasa senang dulu, aku melakukan ini hanya untuk Bundaku. Dan jangan pernah mengharapkan apapun dari pernikahan ini." jelas Amar dengan tegas'nya..
Sontak mata Berlian terbelalak ketika mendengar ucapan Amar?
Berlian tertunduk, dia baru menyadari jika keputusan yang dia ambil tanpa berfikir akan dia bayar mahal di kemudian hari..
"Ingat kita menikah hanya demi Bunda, dan kamu tenang saja aku akan tetap membiayai hidupmu kelak."ucap Amar dengan sinisnya..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!