Kara merupakan seorang gadis yang berparas rupawan berhati lembut dan juga dermawan. Terlihat sama persis dengan ibunya.
Nama aslinya adalah Charamell Alexa Sebastian . Sering dipanggil Kara.
Ya. Tak heran jika banyak lelaki yang menyukainya.
Dia berusia 18 tahun. Memiliki seorang kakak laki-laki yang tampan dan humoris bernama David Evano Sebastian.
Ayahnya bernama Rayn Sebastian. Dan ibunya adalah Sophia merupakan keturunan Inggris.
Setelah pulang sekolah seperti biasanya Kara akan dijemput oleh sang supir. Ya, namanya adalah Pak Anton yang merupakan supir kepercayaan keluarga Sebastian.
"Selamat siang, nona Kara. Silahkan!" Sapa sang supir sembari mempersilakan nonanya masuk.
"Iya sebentar ya, pak!" Sahutnya.
"Beb, gimana dong gue harus balik nih!
Sorry ya, gak bisa nemenin kamu shopping!"
Beberapa saat yang lalu..
(Mom is calling..)
"Hai ma! Mama kangen ya, Kara juga kangen kok, heheh😁" Sahut Kara!
Oh ya ma, kayaknya Kara bakalan pulang sorean deh.. soalnya Kara ada urusan sama sahabat kara.. Biasalah ma urusan cewek" Sahutnya lagi tanpa berhenti.
"Sayang, kamu perginya ditunda dulu ya sama temanmu, soalnya mama sama papa udah mau berangkat ke Prancis! Jadi Putri kesayangan mama dijemput sama supir dulu ya" Sahut sang mama dari seberang telpon.
Lah, kok gitu sih ma... Katanya weekend mau liburan keluarga. Tapi kok, mama sama papa mau pergi lagi sih! Mama gak asyik deh😔 " ucapnya.
"Ya mau gimana lagi sayang, ini tuh mendadak banget sayang. Tiba-tiba client penting papa nelpon, dan mama sama papa harus segera kesana sayang." Sahut mama Sophia.
"Yaudah deh, ma" ucapnya lirih.
Maafin mama ya sayang? Mama janji setelah pulang dari sana kita bakalan pergi liburan kemanapun kamu mau. Mau ya, sayang?" Balasnya mencoba membujuk putri kesayangannya itu.
"Iya ma" sahutnya lagi.
Oke. Mama tunggu dirumah ya, sayang? Mmuahh😘. Sahut mama Sophia lalu memutuskan panggilan teleponnya.
Flashback off
"Yaudah deh, gapapa kok beb. Kan gak mungkin juga lo gak liat om dan tante berangkat ke Prancis! Gw ngerti kok" ucap Airi yang merupakan sahabat terbaik Kara!
"Makasih ya beb buat pengertiannya. Lo emang sahabat terbaik gue.
Yaudah gw duluan ya?" Sahutnya sembari memeluk sang sahabat.
"Iya beb! Gak usah sungkan!" Balas Airi sembari nembalas pelukan sahabatnya.
Kara pun melepas pelukannya dan segera menuju ke mobil yang sedari tadi sudah lama ditunggu oleh supirnya.
"Gue duluan ya, beb!" Sahut Kara sembari berlari kecil menuju ke mobil.
"Oke beb. Jangan lupa kabarin ya setiba dirumah." Balas Airi sembari melambaikan tangannya.
Hanya dibalas anggukan oleh Kara.
"Duluan ya non Airi" Sapa pak Anton sopan.
"Iya pak, hati-hati ya pak.. Jangan ngebut!" Sahutnya sembari tersenyum.
"Baik, non!
Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang ke kediaman keluarga Sebastian.
Dikediaman keluarga Sebastian
Kara langsung berlari menuju pintu masuk yang disambut oleh beberapa pelayan!
"Selamat datang kembali, nona!" sambut para pelayan. Hanya dibalas dengan anggukan oleh nonanya yang tengah sibuk mencari-cari keberadaan kedua orang tuanya beserta sang kakak kesayangannya.
Mama, papa, Kak David... Karaaa pulang! sahutnya.
"Putri kesayangan mama udah pulang ya?" Sahut mama Sophia langsung berhambur memeluk putrinya.
"Emang harus ya ma? Mama dan papa harus berangkat kesana? Gak bisa di cancel ya?" Tanya Kara.
"Tuan Rayn langsung berhambur memeluk putri kesayangannya.
Gak bisa sayang! Soalnya ini client penting papa. Papa dan mama gak lama kok disana cuma beberapa hari aja. Setelah itu, kita sekeluarga bakalan pergi liburan sepuasnya" Ucap tuan Rayn menenangkan putrinya.
"Iya Pa, janji ya?" Sahut Kara dengan tersenyum paksa.
Tak terasa matanya telah berkaca-kaca.
Entah mengapa hatinya serasa tidak rela akan keberangkatan kedua orang tuanya kali ini. Biasanya dia baik-baik saja ketika ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya.
Tapi kali ini hatinya berat sekali. "Ingin rasanya menahan mereka" batinnya.
"David, kamu jaga baik-baik adikmu ya!
Kamu harus janji sama papa! Selama papa mama pergi, hiduplah dengan rukun!" ucap Tuan Rayn.
Dan hanya dibalas anggukan oleh putranya.
Tuan Rayn pun melepaskan pelukannya sembari mencium kening putrinya dan segera bergegas menuju mobil.
Belum sempat keluar dari pintu rumah, Kara langsung memeluk kedua orang tuanya dari belakang yang membuat kedua orang tuanya terkejut, sembari berkata....
"Mama sama papa harus janji bakalan pulang cepat, biar kita liburannya gak ditunda lagi.." ucapnya lirih sembari memeluk kedua orang tuanya. Tanpa terasa air matanya telah bercucuran.
Kedua orang tuanya pun ikut menitikkan air mata seketika sembari menepuk-nepuk pundak putrinya.
"Udah dong sayang kita perginya gak lama kok! Kita bakalan secepatnya pulang dan pergi liburan" ucap mami Sophia!
Dan dibalas anggukan oleh Kara.
Kini mobil telah melaju dengan kecepatan sedang menuju bandara yang dikendarai oleh supir kantor yaitu, Pak Risky.
Sementara itu Kara masih setia berdiri dengan tatapan kosong dengan air mata yang tiada henti.
Sang kakak pun segera menghampirinya dan memeluk adik kesayangannya.
"Udah dong! Jangan nangis mulu kek anak TK.. Ntar cantiknya hilang loh.. ucap David terkekeh berusaha menghibur adiknya.
Sebenarnya kepergian orang tuanya kali ini juga membuat hatinya tidak rela dan khawatir.
Dia hanya bisa berdoa agar orang tua mereka selamat sampai tujuan hingga kembali pulang. Tak terasa air matanya pun jatuh tanpa disadari!
Dia berusaha kuat didepan adiknya agar adiknya tidak terus-menerus menangis. Dia semakin mempererat pelukannya sembari menepuk-nepuk pundak sang adik dan sesekali mencium keningnya.
Beberapa menit kemudian...
(Mom is calling..)
David pun segera mengangkat ponselnya.
"Mungkin mama ketinggalan barang kali ya?" Batinnya.
"Halo ma. Apa mama lupa....? ucapannya terpotong oleh seseorang diseberang yang mengangkat ponsel mamanya.
Itu bukanlah suara maminya melainkan suara seorang pria yang bukan juga suara sang ayah melainkan orang lain yang tidak dikenal!
"Benar ini dari keluarga ibu Sophia?" Sahut seseorang dari seberang
Benar, pak. Ada apa ya? Sahut David.
Sementara Kara menatap kakaknya dengan ekspresi wajah penasaran dengan orang yang menelepon sang kakak.
"Apaaaaaaa?" David berteriak begitu keras.
Tanpa disadari ponselnya telah terjatuh kelantai dan seketika badannya terhuyung tak seimbang.
Kara yang tidak mengerti semakin khawatir..
"Siapa yang menelpon kakak barusan?
Mengapa kakak bereaksi begini?
Apa ada masalah dikantor ya?" Gumamnya dalam hati.
Tanpa aba-aba dari sipemilik tubuh..
air matanya pun berurai dengan begitu derasnya. Kara yang semakin kebingungan pun menyadarkannya.
"Kak.. Apa yang terjadi?
Apa ada masalah dikantor?" Tanyanya penasaran.
David hanya menatapnya dengan mata sendu.. Mulutnya seolah tertutup rapat tidak dapat mengucapkan sepatah katapun!
Dia tidak sanggup memberitahukan kepada sang adik apa yang telah disampaikan oleh si penelepon tadi.
TBC
David hanya terdiam. Dia tidak berani memberitahukan apa yang terjadi kepada sang adik. Dia hanya bisa memalingkan wajahnya, menghindari tatapan mata sendu adik kesayangannya itu.
Kara pun tak putus asa. Dia menggoyang-goyangkan tubuh pria yang berdiri dihadapannya. Dan sontak saja sipemilik tubuh terkejut dari isakan tangisnya.
"Kak, apa yang terjadi? Kakak kenapa sih?" Tanyanya lagi tak sabaran.
"Dek, ki...kita harus.. harus tabah ya! ucapnya terbata-bata.
"Maksud kakak?" Ia bertanya karna tidak mengerti dengan perkataan kakaknya barusan.
David pun langsung berhambur memeluk sang adik karena tidak kuasa lagi menahan tangisnya.
"Sayang, mama sama papa... ucapannya terhenti. David kembali terisak.
Sontak Kara melepaskan pelukannya, kala mendengar mama dan papanya disebut oleh kakak kesayangannya.
"Mama sama papa.. kenapa kak? Apa yang terjadi? Mereka baik-baik aja kan kak? Kenapa kakak menangis?" tanyanya tanpa henti.
"Ma.. mama, saaa.. sama, sama papa.. ke, kecelakaan, sayang" Ucapnya terbata-bata.
"Aaapaaaa?" Kara berteriak begitu histeris.
"Ta tapi, me.. mereka ba.. baik-baik aja kan kak?" Sambungnya lagi merasa khawatir.
David hanya menggeleng.
Kara menggeleng-gelengkan kepalanya yang menandakan bahwa dia tidak mempercayainya.
Kara sangat shock. Kakinya tidak dapat berdiri tegap lagi, berasa jantungnya berhenti berdetak. Air matanya mengalir dengan derasnya.
Sakit, shock, rapuh.. ya tentu saja. Setiap orang juga pasti merasakan hal demikian kala mendengar berita yang begitu menyakitkan.
Dia tidak dapat berkata-kata lagi. Dia terduduk di lantai dengan tatapan kosongnya dengan deraian air mata yang tiada hentinya. Baru saja dia dan sang kakak memberangkatkan orang tua tercintanya, dia harus mendengar berita yang memilukan.
David pun memapah adiknya untuk duduk di sofa. Para pelayan yang mendengar ucapannya sontak kaget dan langsung menangis sembari berpelukan satu sama lain. Karna menurut mereka, keluarga Sebastian adalah keluarga yang sangat baik dan ramah, selalu memperlakukan mereka dengan sangat baik walaupun hanya pelayan sekalipun.
"Sayang, kita harus kuat, ya!" *U*cap David berusaha menguatkan adiknya.
Kara hanya terdiam. Tetapi David bisa mengerti perasaan adiknya yang berkecamuk. Karna Kara memang selalu dimanja oleh orang tua mereka dan juga dirinya. Tak bisa dibayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya tanpa kehadiran orang tuanya lagi disisinya.
David melambaikan tangannya yang menandakan bahwa dia memanggil seorang pelayan.
"Bi.. tolong bawa Kara kekamarnya. Dan jangan meninggalkannya seorang diri.
Saya mau kerumah sakit dulu" Ucapnya lirih.
"Iya Tuan" Sahut pelayan tersebut yang masih terisak.
Ketika pelayan itu memapah Kara yang akan membawanya ke kamar, tiba-tiba Kara pingsan.
Pelayan pun kaget. David yang melihatnya pun langsung membopong tubuh adiknya kekamar.
"Segera panggil dokter Rian" Ucapnya sedikit berteriak.
Dokter Rian adalah dokter kepercayaan keluarga Sebastian, yang merupakan sahabat baik Tuan Rayn. Dia sudah bekerja disana sejak Tuan Rayn dan Nyonya Sophia menikah.
Tak heran jika mereka terlihat sangat akrab.
Dikamar Kara
Sebelumnya dokter Rian telah tiba beberapa menit yang lalu. Dan segera memeriksa keadaan gadis yang sudah dianggapnya sebagai putrinya itu.
"Paman, gimana keadaan Kara?" Sahut David dengan tatapan sendunya. Ia mengelus-elus rambut indah milik adik kesayangannya itu.
"Dia baik-baik saja. Hanya shock dan membuatnya pingsan" Sahut dokter Rian.
"Kamu yang sabar ya nak. Aku sudah mendengarnya dari pelayan tadi. Sejujurnya paman juga merasa kehilangan" Ucapnya pelan. Tanpa disadari air matanya juga telah menetes.
"Yaudah paman pulang dulu ya nanti paman akan kembali lagi" ucapnya lagi.
Dan hanya dibalas anggukan oleh David.
David pun bergegas menuju ke rumah sakit untuk menjemput mayat orangtuanya.
Flashback off
Didalam mobil
"Pa.. Nanti setelah kita pulang, kita liburannya ke Jepang aja ya? Sekalian menjenguk bibiku yang tinggal disana!" Ucap mama Sophia membuktikan percakapan.
"Iya sayang. Terserah kamu aja!" Balas suaminya lembut sembari mengecup kening sang istri tercinta.
Tiba-tiba..
"Ckiiitt..! Suara mobil yang mereka tumpangi terdengar begitu berisik.
"Pak.. mobilnya kenapa pak?" Tanya Tuan Rayn khawatir.
"Remnya blong Tuan!" Sahut sang supir. Wajahnya pucat dan tubuhnya gemetar karna merasa takut.
"Pa... mama takut! Apa yang harus kita lakukan? Gimana dengan anak-anak jika kita pergi?" Sahut mama Sophia khawatir.
"Mama tenang dulu, ya? Kita pasti baik-baik aja kok. Jangan berpikiran yang aneh-aneh. Ada papa disini." Ucap Tuan Rayn sembari memeluk sang istri.
"Ya Tuhan.. apa yang sebenarnya terjadi?
Kenapa tiba-tiba remnya blong? Biasanya pak Risky selalu memeriksa mobil terlebih dahulu sebelum berangkat kemanapun." Gumam Tuan Rayn dalam hati, dan semakin mempererat pelukannya.
"Braaaakk... Ckitt.. Brakkk!"
"Hati-hati pak! Akhhhh..."
"Braaakkkk.... Brakk!"
"Tidakkkkkk!" Teriak mereka bersamaan.
Mobilnya terlempar ke pinggiran jalan. Ya, kecelakaan yang mengenaskan baru saja terjadi. Hingga menyebabkan kehilangan nyawa. Tak seorangpun yang selamat dari marabahaya tersebut.
Orang yang disekitar pun terkejut dan merasa kasihan. Ada yang menangis histeris melihat kejadian tersebut.
"Ya Tuhan.. Malang sekali nasib mereka" Teriak seorang wanita tua dan sudah menitikkan air matanya.
"Hiks.. hiks semoga keluarga yang ditinggalkan tabah ya" ucap wanita satunya lagi.
Blaaa... blaaa... blaaa ... Dan masih banyak lagi lantunan ucapan lain dari sekitar.
Hingga polisi pun tiba ditempat. Karna seseorang telah menghubunginya tadi. Dan polisi tersebut mengambil ponsel milik mama Sophia yang kebetulan terhempas kejalan raya.
"Dan.... Apa ini keluarga dari keluarga ibu Sophia?" Sahut seorang petugas.
Setelah melihat kartu identitas korban, polisi langsung menghubungi nomor yang terakhir kali dihubungi oleh mama Sophia.
Flashback on
Pemakaman telah usai. Banyak tamu yang telah berlalu pulang kerumahnya masing-masing.
Tetapi deraian air mata Kara masih belum berhenti.
"MAMAA..... PAPAA.....!" Teriaknya.
KENAPA MAMA SAMA PAPA NINGGALIN KARA?? APA KALIAN GAK SAYANG LAGI SAMA KARA?" Lanjutnya lagi dengan suara seraknya, karna sudah lelah menangis sejak tadi.
"Kara harus gimana sekarang? Siapa yang bakalan meluk kara setiap hari, siapa yang bakalan nemenin Kara setiap saat?" Ia terus berteriak dan tak berhenti menangis. Hal itu membuat sang kakak merasa iba dan menitikkan air mata lagi.
"Aku harus kuat. Ya aku harus kuat. Gak boleh menangis. Demi Kara adikku, tersayang." Gumamnya pelan berusaha menguatkan dirinya sendiri.
David langsung menghampiri adiknya dan memeluknya erat sembari menepuk-nepuk dan mengelus rambut adik kesayangannya itu.
"Kamu jangan nangis terus ya, sayang? Masih ada kakak disini. Kita bakalan hadapin ini semua bersama. Kakak bakalan selalu menjaga dan melindungi kamu adikku.
Kita harus kuat ya..." ucapnya sembari menguatkan hati adiknya.
Selepas itu ia memapah adiknya untuk segera berdiri dari tanah untuk pulang kerumah mereka.
"Sayang.. kita pulang dulu ya. Besok kita kesini lagi jenguk mama papa. Nanti kamu bisa sakit.. kalo kamu sakit yang jagain kakak siapa?" Lanjutnya lagi sembari berusaha tersenyum.
"Ta.. tapi... "Sahut Kara. Namun ucapannya langsung dipotong oleh kakaknya.
"Sssttttt... ucap David yang langsung menutup bibir adiknya dengan jari telunjuknya agar adiknya tak beralasan lagi.
"Kakak janji kita bakalan sering-sering kesini" bujuknya.
Kara pun mengangguk, menuruti kemauan kakaknya. Mereka kembali kerumah, kesedihan masih menyelimuti seisi rumah. Suasana rumah yang biasanya hangat dan ramai... tiba-tiba sepi tanpa kehadiran orang tuanya.
TBC
Di rumah keluarga Sebastian
Seminggu telah berlalu. Namun, Kara masih juga belum pernah keluar kamar sama sekali. Sang kakak juga merasa sangat khawatir, tidak luput juga para pelayan dirumahnya. Dalam seminggu ini, dia tidak ingin makan dari tangan pelayannya. Dia akan makan sesekali jika sang kakak membujuknya, itupun hanya secuil. Tentu saja dia tidak berselera. Dia hanya menangis dan menangis sambil memeluk foto kedua orang tuanya, dan sesekali diciumnya foto itu. Dia kembali teringat dengan semua kenangan indah yang selama ini ia dapatkan dari keluarga tercintanya. Yang memang sudah hancur begitu saja.
Tok..tok..tok! suara pintu diketuk.
Kara hanya menoleh sebentar. Tidak menghiraukan sang kakak yang menghampirinya dengan membawa nampan berisi makanan ditangannya.
David meletakkan nampan yang dibawanya keatas meja disamping Kara. Dan duduk disisi ranjang.
Lalu dia memegang tangan sang adik dan berkata..
"Adikku tersayang.. kamu makan ya biar kakak suapin" bujuknya.
Namun hanya dibalas dengan gelengan kepala oleh adiknya.
David tak menyerah. Ia kembali melanjutkan ucapannya.
"Nanti kalau adik kesayangannya kakak sakit... Kakak harus gimana?! Kakak bakalan sedih dan mama papa yang di surga juga bakalan sedih sayang" ucapnya mencoba mencurahkan kasih sayang kedua orang tuanya melalui dirinya.
Walaupun itu hanya suatu kemustahilan baginya.
Kara menatap wajah sendu kakaknya dengan mata sembabnya. Tiba-tiba dia sadar bahwa dia telah menyusahkan kakaknya selama ini. Dia pun mulai membuka mulutnya.
"Kak.. Maafin Kara ya? U, udah nyusahin kakak terus" ucapnya lirih.
David pun langsung memeluk adiknya dan mencium rambut indah adiknya.
"Nggak kok sayang! Mana mungkin adik kakak yang gemesin ini ngerepotin kakak. Kakak sayang sama kamu. Apapun bakalan kakak lakuin buat kamu, meskipun harus mengorbankan hidup kakak." Ucapnya sambil tersenyum tipis.
"Makasih ya kak. Kara juga sayang sama kakak" ucapnya sembari membalas pelukan hangat kakaknya.
"Yaudah kamu makan ya, biar makin chubby, hehe.." ucapnya terkekeh berusaha menghibur adiknya.
Kara pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Beberapa saat kemudian
Kring..kring.. kring (suara dering ponsel David berbunyi).
Dia mengambil benda pipih tersebut dari saku celananya dan segera mengangkatnya.
"Ada apa? Baiklah!" ucapnya singkat dan mematikan ponselnya.
"Siapa kak?" Tanya Kara penasaran.
"Asisten kakak. Dia mengingatkan kakak kalau ada meeting penting hari ini. Kakak hampir aja lupa!" Balasnya sambil membelai lembut rambut Kara.
"Itu pasti gara-gara Kara kan kak.. yang selalu nyusahin kakak? Kara minta maaf ya, kak? Kakak harus standby disamping Kara terus walaupun banyak kerjaan dikantor" ucapnya lirih.
David langsung mencubit pipi adiknya pelan dan..
"Ini bukan karna adik kesayangannya kakak. Tapi karna kakak memang ingin dirumah sayang. Jadi kamu gak nyusahin kakak kok. Udah jangan sedih lagi, nanti kakak juga jadi gak semangat kerjanya. Kalau kamu tersenyum.. kakak juga tambah semangat kerjanya." Balasnya.
Kara hanya menganggukkan kepalanya. Dia tau bahwa kakaknya hanya berusaha menghiburnya agar tidak merasa bersalah.
Yaudah kakak berangkat ya, sayang? Kamu harus istirahat yang banyak." Sahutnya lagi.
"Enggak akh.. Nanti Kara gendutan"
"Yah.. gapapa dong! Mau kamu gendut, mau kamu kurus, mau kamu keriput tinggal tulang doang sekalipun.. kamu itu tetap adik kesayangan kakak" ucapnya terkekeh.
"Akhh.. Kakakkkkk...." teriaknya sembari melempar bantal kearah kakaknya yang sudah keluar dari pintu.
"Hahahaha"... David masih terkekeh.
Dia bahagia melihat adiknya sudah tersenyum. Dan ia mengusili adiknya seperti sedia kala.
Dia telah masuk kedalam mobil kesayangannya menuju kantor untuk menghadiri rapat yang akan dihadiri oleh para pemegang saham.
Sementara itu...
Kara masih berada didalam kamarnya. Dan dia mulai menyadari bahwa sudah seminggu belakangan ini, dia belum keluar kamar. Dia ingin berkeliling dirumahnya untuk menghilangkan kesedihan hatinya. Dia juga tidak mau selalu merepotkan para pelayan, tak terkecuali sang kakak.
Dia telah memutuskan untuk bangkit kembali. Tidak akan terpuruknya selamanya. Meskipun dia masih shock, tapi tetap harus melanjutkan hidupnya. Mengingat kembali pesan kedua orang tuanya kepadanya dan kakaknya...
"Kelak kalian harus saling menjaga dan melindungi satu sama lain dimasa depan. Jika suatu hari nanti papa dan mama gak ada lagi. Karena kita gak bisa terus bersama. Dan memastikan apa yang akan terjadi selanjutnya." Itulah pesan orang tuanya kepada mereka.
"Ya, aku harus kuat dan semangat menjalani kehidupan ku. Demi kakak.. agar mama papa juga ikut bahagia" batinnya.
Dia pun bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah beberapa saat, dia keluar dari kamar mandi dan memilih pakaian yang akan dikenakannya. Matanya tertuju pada baju polos rumahan yang selutut berwarna merah maroon, namun nampak imut dipakainya.
Dia menggerai rambut panjangnya yang indah.
Waktu telah menunjukkan pukul 3 sore.
Dia keluar hendak berkeliling. Namun, dia terhenti kala itu para pelayan menatapnya dengan wajah bahagia. Mereka bahagia nonanya sudah keluar kamar dan tidak mengurung diri lagi.
"Ada apa bi?" tanyanya dengan senyum manisnya.
"Nggak apa-apa non. Kami bahagia melihat non tersenyum" ucap bik Marni.
"Kalau ada apa-apa langsung panggil aja ya non.. kita mau lanjut kerja dulu. Sebentar lagi tuan muda akan kembali" ucap bik Sumi.
"Iya bi" sahutnya.
Kemudian dia melanjutkan langkahnya menuju taman belakang sembari melihat-lihat tanaman bunga kesayangan mamanya. Mamanya adalah seorang pecinta bunga. Jika mereka mengunjungi suatu tempat maka harus membeli Tabanan khas daerah tersebut. Dan mamanya juga kerap menanam tanaman langka.
Dia kembali teringat mamanya dan tak terasa dia menitikkan air matanya. Selepas itu, dia kembali menuju kearah gubuk kecil yang dihuni oleh seekor anjing berwarna putih menggemaskan yang sudah mulai tumbuh besar. Anjing tersebut mereka beli dari negara A ketika mereka liburan disana. Dan anjing tersebut merupakan kesayangan papanya. Waktu itu Tuan Rayn ngotot ingin membelinya dan memberinya nama "Taozy".
Dia teringat papanya melihat Taozy yang tengah duduk menggemaskan dan kembali terisak sambil mengelus-elus puncak kepala Taozy.
"Mama.. papa.. Kara janji untuk selalu jagain kakak, tanaman kesayangan mama, dan juga Taozy. Kara juga janji gak bakalan sedih lagi, gak akan cengeng lagi dan jadi anak yang berhasil seperti keinginan mama papa" ucapnya lagi.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 6 sore. David telah pulang dari kantor dan langsung disambut oleh para pelayan.
"Selamat datang kembali tuan muda" ucap pak Leo. Pak Leo merupakan kepala pelayan keluarga Sebastian. Dia sangat setia dan juga menyayangi David dan Kara. Pria paruh baya tersebut memiliki seorang putri berusia 17 tahun. Dan istrinya telah lama meninggal.
Dan dibalas anggukan oleh David.
"Oh ya.. Apa Kara masih dikamar?" Tanyanya sembari melepaskan jasnya.
"Nona ada di taman belakang Tuan. Apa perlu saya panggilkan tuan?" Sahut Pak Leo sopan.
"Nggak usah. Biar saya yang kesana. Kalian siapkan saja makan malamnya. Kebetulan saya sangat lapar pak!" Sahutnya lagi dan berlalu pergi menuju taman belakang.
Baik Tuan " Pak Leo"
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!