NovelToon NovelToon

Signal!

Perkenalan Tokoh Novel Signal!

Author 🍓
Author 🍓
Hi Berries🍓... Aku panggil kalian gitu aja ya, biar makin akrab 🤗. Oh, iya aku mau kasih kejutan nih. Alana dan Satya ada kisah kelanjutannya lho 🎉. Ya meski pun Satya sudah tidak ada, Alana harus tetap memperjuangkan mimpinya seperti apa yang pernah dikatakan Satya sebelum dia pergi, kan. Nah, buat yang belum tahu kisah sebelumnya. Silakan mampir dulu di karya author yang berjudul KUMPULAN CERPEN SERIES dengan sub "Satu Hari Denganku." Buat yang sudah ayok kenalan dulu sama para pemeran Novel Signal!. Semoga suka ya, kritik dan saran selalu saya butuhkan. Jadi jangan sungkan untuk meninggalkan jejak Ok! 😘.
Mari mulai!
Alana
Alana
NovelToon
Jason
Jason
NovelToon
Namira
Namira
NovelToon
Jabir
Jabir
NovelToon
Kalila
Kalila
NovelToon
Miyaz
Miyaz
NovelToon
Ibu Satya
Ibu Satya
NovelToon
Ayah Alana
Ayah Alana
NovelToon
Akan masih banyak lagi pemeran yang akan muncul sebagai Tokoh Pendukung.
Namun, dalam inti cerita mereka akan lebih banyak berperan penting dalam perjuangan Alana.
Walau kehilangan Satya untuk selama-lamanya sempat membuat mimpinya hancur dalam sekejap. Namun, buaian Ibu dan Kakak perempuan Satya mampu meluruhkan racun di pikiran Alana dan kembali menumbuhkan benih-benih semangat di hatinya.
Bukan mudah bagi seorang Alana untuk membuat perubahan dalam hidupnya, dengan Ayah yang super protektif. Terlebih dengan penyakit yang ia idap cukup serius.
Author 🍓
Author 🍓
Kisah Alana ini akan cukup menghibur dan menginspirasi kalian dalam membuat pilihan atau keputusan. Author harap kisah ini tidak hanya menyenangkan atau memainkan perasaan. Tapi juga dapat memberi pandangan baru untuk sebuah perubahan. Baik buruk dalam kisah ini silakan persepsikan menurut kalian masing-masing. Dengan ini saya nyatakan selamat datang dan sampai jumpa di Episode sebenarnya.... 🎉

Signal! #01

Gedung yang mewah sudah siap dengan dekorasi khas untuk sebuah perayaan yang istimewa. Sekali seumur hidup katanya kalau menemukan orang yang tepat atau Tuhan tidak segera memisahkan. Wangi bunga dan katering beradu harmoni. Semua staf sibuk mondar-mandir mengerjakan yang entah apalagi harus diselesaikan sedangkan semua sudah siap tertata rapi. Alana tengah menenangkan hatinya, menguatkan jantungnya agar tetap di tempatnya.
Alana
Alana
“Aku harap kali ini kau tidak kabur Al.” *Ucapnya dalam hati sambil menatap kaca
Ibu Satya
Ibu Satya
“Lagi mikirin apa sayang?.” *Sela ibu Satya mengejutkan.
Alana
Alana
“Enggak ada Bu, aku cuman gugup aja.” *Jawab Alana malu-malu.
Ibu Satya
Ibu Satya
“Udah pantes kok cantik.” *Pujinya jujur.
Alana memang terlihat cantik dengan gaun panjang berbahan kain tile yang membuat sebagian tubuhnya yang mulus terekspos, namun dengan porsi seksi yang pas. Elegan.
Semua tamu menggunakan baju hitam bercorak putih, agar sang pengantin tidak kehilangan pusat perhatian dengan baju putih bersihnya. Semua undangan telah datang, riuh suara orang mengobrol dan bernostalgia pun menggema hingga ke ruang make up. Alana semakin dibuat pusing dengan suara tersebut, mual mulai menyerang. Hampir pingsan, dirinya tidak lagi bisa menahan gejolak gugupnya.
Alana
Alana
“Bu, kayaknya Alana nggak bisa deh.” *Dengan lemah dan muka pucat.
Ibu Satya
Ibu Satya
“Kenapa, eh iyah ini tambah lagi lipstiknya biar nggak pucat gini sayang.”
Dia malah berpikir anak angkatnya ini kurang memoles bibirnya.
Alana pasrah bibirnya semakin merona.
Alana
Alana
“Alana nggak bisa Bu.” *Melemah.
Ibu Satya
Ibu Satya
“Ini harinya Al sayang, kamu enggak bisa mundur lagi. Ingat loh sama janji kamu, kalau kamu akan mulai membuka diri kamu untuk jadi pribadi yang lebih baik lagi.”
Sang Ibu terus meyakinkan.
Ibu Satya
Ibu Satya
“Kasihan Mbak kamu, dia sangat mengharapkan kamu.” *Rayu ibu.
Alana
Alana
“Iya deh Bu.”
Ibu Satya
Ibu Satya
“Nah, gitu dong. Siap-siap yah.”
Alana bersiap di belakang pintu, sedang sang Ibu telah siap di panggung pelaminan. Degup jantung Alana sudah tidak bisa dihitung lagi. Senyum Namira kakak perempuan Satya terus memberi asupan manis penenang, sentuhan lembutnya, tutur kata halusnya membuat Alana semakin berhalusinasi dan merasa berada di dunia lain. Kakinya seakan melayang-layang.
Pintu pun dibuka, sahut meriah pun menggelora. Jantung Alana hilang, napasnya ringan tidak seberat saat dia terus memikirkan asumsi orang terhadapnya. Kakinya melangkah tanpa cela, mudah saja melewati jejeran sekumpulan orang tidak dikenal yang sedari awal pintu belum dibuka bibirnya tidak pernah menutup. Merekah menyambut kami masuk lengkap dengan taburan kelopak bunga mawar yang segar. Ratusan kelopak. Mawar utuh yang malang, dipaksa meregang selepas-lepasnya dari tangkai hanya untuk kebahagiaan beberapa detik. Kebutuhan estetika.
Ingat dengan film animasi Finding Nemo?, Begitulah saat ini yang dirasakan Alana. Seperti Ayah Nemo yang pusing karena cahaya kejut kamera. Alana tidak bisa lari atau pun mundur, rombongan memaksanya merangsek masuk dan duduk di pelaminan.
Sampailah mereka pada acara utama, yakni akad nikah. Jantung yang tadi hilang kembali terdengar nyaring, hendak loncat ke mana pun asalkan hening. Sepi tak ada orang. Namun, apalah daya dirinya sedang dikepung ribuan pasang mata yang sedari tadi tajam menghujani dirinya.
Tubuh semampai itu kaku di dalam balutan seni penjahit yang luar biasa menumpahkan kebahagiaannya melalui gaun yang indah. Seakan di sana ada dua pengantin yang siap dinikahkan. Sedangkan Miyaz tengah bersiap menjabat tangan sang penghulu, melirik ke segala arah orang yang mendukungnya kemudian menebar senyum dan kembali menatap orang yang akan menikahkannya.
Berucap dalam satu tarikan napas.
Miyaz
Miyaz
“Saya terima nikah dan kawinnya Namira bin Ahmad dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan 50% saham senilai 30 miliar dibayar tunai.”
Author 🍓
Author 🍓
Ya, begitulah uniknya pernikahan ini. Seminggu setelah pernikahan mungkin tidak akan ada hentinya orang membicarakan tentang mas kawin mereka. Belum lagi dengan cincin yang tidak kalah mewahnya. Aku tidak terlalu mengerti dengan penyebutannya, mungkin kalian bisa atur dengan selera kalian masing-masing. Dan bagaimana dengan keadaan Alana?, Apakah dia baik-baik saja setelahnya? Atau malah. Ya mari kita nantikan saja di episode selanjutnya.... 🎉
NovelToon
Alana kelihatan cantik ya di pernikahan Namira dan Miyaz 😍.

Signal! #02

Satu Minggu Alana tinggal di kota, memberinya banyak pengalaman baru dan tentunya bisa kembali bertemu Satya walau di dunia berbeda. Hampir setiap hari dirinya mengunjungi Satya, selalu dengan segelas air mata dan sepiring kelopak bunga mawar. Andai kala itu mawar ditabur di atas mereka bukan di atas gundukan tanah merah dengan sepasang nisan.
Ibu Satya
Ibu Satya
“Kami harap kamu tinggal lebih lama sayang.”
Alana
Alana
“Maaf Bu, Alana juga maunya gitu. Cuman kasian bapak di rumah. Alana juga janjinya enggak akan lama di sini.”
Namira
Namira
“Kalo kamu di sini Mbak enggak akan kesepian.”
Alana
Alana
“Maaf Mbak, tapi kalau ada kesempatan Alana akan kembali tanpa kalian minta.” *Seraya memeluk
Ibu Satya
Ibu Satya
“Kalau begitu sampaikan salam kami sama bapak ya, tidak ada kesan kehadiran kamu tanpa izinnya sayang.” *Mengelus rambut.
Alana
Alana
“Iya Bu, Assalamualaikum....”
Mencium dan memeluk dua wanita luar biasa di hadapannya.
“Waalaikumsalam....” Jawab Namira dan Ibu Satya.
Selalu entah itu jauh atau dekat, lama atau sekejap. Ayah Alana tidak pernah seramah sebelumnya. Wajahnya penuh bingung, matanya menahan sedih dan bibirnya bungkam untuk riuhnya gelisah yang tak pernah dia sampaikan. Hal yang selalu ditakuti Alana setiap kali dia pulang dari luar. Sambut manis tidak akan ada untuknya, yang ada hanya pekerjaan rumah yang membuatnya gerah. Mengembalikan perasaan Ayahnya tidak semudah membuat bayi yang sedang menangis tertawa. Lebih rumit mengatakan tidak pada mantan.
Alana
Alana
“Assalamualaikum... Pak, Alana pulang.”
Ayah Alana
Ayah Alana
“Waalaikumsalam....” *Meninggalkan Alana.
Ayahnya berdiam di kamar, Alana paham dan mengerti kapan harus kembali membangun momen. Setelah dirinya bersih, barang bawaannya tersusun. Alana membawakan sekantung oleh-oleh yang sedari awal perjalanan dia pikirkan matang-matang. Sepasang baju necis yang tidak sekali pun Ayahnya pernah pakai.
Alana
Alana
“Alana boleh masuk kan Pak?.”
Pertanyaan tanpa jawaban.
Alana terduduk gelisah di samping ayah yang sedang setengah berbaring, tangannya memegang kalender hadiah dari warung. Kecil, tapi sangat penting baginya. Semua kejadian istimewa dia coretkan di sana. Termasuk saat Alana pertama kali meninggalkan dirinya jauh dengan seorang diri.
Alana
Alana
“Pak, anak Bapak sudah bisa hidup sendiri. Sudah mampu menjaga dirinya, enggak lagi menyusahkan Bapak. Ya, walau Alana sempat kecewa karena Bapak ragu. Tapi Alana berani kembali kan.”
Ayah melempar kalender itu ke hadapan Alana, mengisyaratkan bahwa dirinyalah yang sebenarnya kecewa. Alana pergi lebih lama dari perjanjian, dan air mata mulai menyentuh pipi keduanya. Dengan gemetar dan masih hati-hati Alana meletakkan kantung yang dia beli di kota, menyilangkan tangan ayahnya di atasnya. Namun, bukan dibuka olehnya. Dia malah kembali meletakkan kantung itu di samping bantal dekat dia bersandar. Antara menolak dan menerima yang sulit diterka.
Alana
Alana
“Bapak boleh marah sama Alana, Al sadar kok.” *Sambil mengusap wajah berairnya.
Ayah Alana
Ayah Alana
“Kalau sadar, tahu betul apa yang Bapak haramkan. Kenapa kamu dengan lancangnya berani menyentuh itu. Bahkan melewati batas. Bapak kecewa Na.”
Alana hanya menunduk dan lemas, mentalnya kembali ditumbuk tanpa ampun dari segala arah.
Ayah Alana
Ayah Alana
“Kalau kamu sayang sama Bapak, lupakan teman kamu itu. Hidup sesuai aturan bapak. Kalau masih mau bapak melihat kamu, mengurus kamu. Terserah kalau kamu sudah terbawa dan termakan gaya hidup orang kota yang bebas. Bapak izinkan. Tapi jangan sekali-kali melibatkan bapak lagi dalam hidup kamu. Jangan pernah.”
Alana semakin jatuh dan yang dia lakukan hanya bisa menangis dan meratapi apa yang sudah terjadi, untuk yang ke sekian kalinya pemikirannya berbenturan hebat dengan kenyataan yang begitu sadis mengikat. Semua orang tua sama ingin yang terbaik untuk anaknya, tapi tidak semua ajaran keras diterapkan di setiap rumah. Saat ayahnya kembali diam dan menarik napas dalam-dalam, menghembuskannya dengan sesak. Alana pun mulai mencoba masuk ke dalam hati ayahnya. Siap dengan risiko yang akan dia terima nanti.
Alana menarik tangan ayahnya, meletakkannya di pipi lembut miliknya.
Alana
Alana
“Anak Bapak punya mimpi yang besar, yang harus dimiliki oleh jiwa yang besar juga. Alana masih kecil untuk ukuran Alana saat ini. Belum ada apa-apanya, kalau Bapak mengharapkan Alana tidak lagi menyusahkan orang, berguna untuk sesama dan minimal bisa membantu diri sendiri. Tapi pada kesempatannya Bapak tidak pernah izinkan Alana untuk belajar. Kapan Alana siap, kapan Alana mampu dan mandiri seperti apa yang Bapak cita-citakan. Seperti apa yang bapak sindirkan setiap hari. Alana tahu, Bapak trauma dengan masa lalu. Dan ini juga saatnya untuk Bapak melupakan. Izinkan Alana melangkah.”
Air mata sanga ayah makin deras, wajahnya tak mampu menatap Alana yang berlutut memohon di hadapannya. Tangannya tak henti mengelus lembut pipi Alana.
Alana
Alana
“Keluarga Satya meminta Alana tinggal untuk kemajuan mimpi Alana, bukannya Alana lebih menghargai mereka dibandingkan Bapak sekarang. Namun, karena mereka mau sedikit mendengar dan membantu mewujudkan impian Alana. Sedangkan Bapak selama ini tidak pernah peduli, Bapak hanya mau Alana ada di dekat bapak. Itu saja, tanpa bertanya apa yang sebenarnya Alana mau. Mungkin karena bapak takut Alana meminta yang memberatkan bapak, enggak pak. Alana hanya minta izin, keikhlasan Bapak Alana untuk apa yang Alana pilih. Kalau pun salah, tolong beri alasan yang buat Alana menyerah. Jangan siksa Alana dengan kata jangan yang kemudian diam. Alana bingung, semakin hari Alana bertanya apa yang sebenarnya Bapak mau. Dan apa yang Bapak rencanakan untuk Alana. Capek pak, sakit Alana.”
Ayahnya masih menangis dan mendengarkan aduan panjang anaknya yang selama ini dia kenal pendiam dan tak banyak bicara, sekarang cerewet menuntut sedikit keadilan. Bukan lagi jatah makan permen boleh ditambah dan diperbolehkan mencicipi jenis lain yang boleh dikonsumsi oleh orang dewasa. Melainkan izin, sedikit kebebasan untuk menikmati keindahan Tuhan.
Ayah Alana
Ayah Alana
“Tapi Bapak hanya ingin kamu selamat Na, sesiap apa pun kamu dengan risikonya. Bapak lebih tidak siap kalau harus menyaksikan kamu hancur jika Bapak meregangkan sedikit aturan itu.” *Lemah ayah Alana.
Alana
Alana
“Biarkan Alana pergi Pak, izinkan anak bapak tumbuh dengan caranya kali ini, dengan ajaran Bapak tentang salah dan benar. Akan selalu Alana ingat dan bawa ke mana pun Alana pergi.”
Alana semakin erat memegang tangan keriput ayahnya.
Alana
Alana
“Bapak enggak akan selamanya di samping Alana, Bapak semakin tua. Adakalanya nanti bapak yang bakal jadi jahat, bukan lagi mereka. Meninggalkan Alana tanpa kembali, anak gadis Bapak yang terakhir di rumah, anak kesayangan Bapak. Sudah saatnya Bapak lepas Alana ke lautan, ke dalam kehidupan yang sebenarnya. Akan ada orang baik yang menggantikan peran Bapak, meski pun rasa sayangnya sedikit berbeda, tapi setidaknya Alana akan baik-baik saja dengan bekal yang pernah Bapak berikan.”
Alana
Alana
“Itu semua menjadi alasan kenapa Na, ingin sukses lebih cepat. Alana enggak ingin bahagia sendirian. Jangan sampai kita berdua menyesal karena tidak mengambil keputusan apa pun. Hanya memberi makan rasa cemas yang berlebihan setiap hari. Melewatkan kesempatan yang ditawarkan berkali-kali. Sedang Bapak enggak kunjung kasih Na kejelasan apa pun. Maaf Pak, Alana sudah lancang nyakitin Bapak.”
Mereka pun berpelukan, hati ayah yang baja kini meleleh dan menetes di atas jalan Alana melangkahkan kakakinya.
Sebulan di kampung, Alana menabung untuk ongkos ke kota. Menghabiskan waktunya lebih banyak bersama ayahnya. Tidak terlalu memikirkan banyak hal selain hubungan keduanya yang semakin hangat.
Pintarnya Alana langsung meminta izin untuk kembali ke kota sebelum ayahnya yang bimbang berubah pikiran.
Alana
Alana
“Alana yakin Pak, tunggu Alana pulang ya!.”
Alana memutuskan kembali ke kota dan menyusuri jalan menuju mimpinya yang sempat tertunda lama. Dia memilih menghentikan terapi penyembuhan penyakitnya dan hanya ingin menggantinya dengan pola hidup yang lebih sehat dan beberapa pil penghilang rasa sakit.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!