NovelToon NovelToon

Sekretaris Cantik Milik Presdir

Chapter 1

Seorang perempuan dengan warna kulit putih bersih. Wajahnya seperti boneka. Berhidung mancung dan berambut panjang sepinggangnya yang ramping. Bertubuh tinggi tanpa sepatu jinggle. Namanya Missa Elif Kumara.

Elif berjalan dibelakang dua senior perusahaan yang akan mengantarnya ke ruang interview yang terletak dilantai lima. Dalam waktu yang terbilang cepat, Elif sampai diruangan yang akan menentukan nasibnya.

"Silakan masuk." salah satu senior mempersilakan Elif untuk masuk ke dalam ruangan.

Dengan tubuh sedikit gugup, Elif melangkahkan kakinya memasuki ruangan ber-AC itu. Baru beberapa langkah, Elif disambut oleh wajah dingin dan datar dari ketiga orang yang sedang duduk manis dikursi mereka masing-masing. Ada dua wanita dan satu pria disana.

Pria dengan stelan jas kerja berwarna biru tua itu mempersilakan Elif untuk duduk dikursi khusus peserta. Hawa dingin ruangan tak membuat Elif berhenti berkeringat karena saking gugupnya.

"Perkenalan terlebih dahulu, asal-usul dan tujuan mendaftar kerja di perusahaan Unilever. Waktu mulai dari sekarang." salah satu wanita berkacamata langsung memberikan perintah pertama sebelum interview.

Mendengar perintah tersebut, Elif bangkit dari tempat duduknya dan mulai bersiap untuk melaksanakan perintah pertama. "Perkenalkan nama saya..."

Ceklek!

Belum sempat Elif memulai perkenalannya tiba-tiba saja pintu terbuka dengan lebar. Menampakkan seorang laki-laki berjas hitam dengan wajah yang begitu terlihat misterius bagi Elif. Laki-laki berjas yang bertugas sebagai tukang interview itu terkejut dengan dua rekan kerja lainnya.

"Presdir!" ucap mereka dengan kompak.

Lantas laki-laki berjas biru tua itu bangkit dari kursinya dan menghampiri sang presdir. Namanya Darren Javier Lim K. Biasa dipanggil Javier. Ternyata Javier adalah anak dari adik ayah dari presdir. Atau biasa disebut sebagai saudara sepupu presdir.

"Ayo ikut aku. Jangan sampai mereka tau identitas kita yang sebenarnya." Javier merangkul tubuh tegap dan kekar itu keluar ruangan. Dengan kemampuan Javier yang dapat merasakan aura dari setiap vampire membuatnya paham dengan apa yang terjadi pada presdir. Richard Dexter Julio K. Atau biasa dipanggil presdir Dex oleh para karyawan diperusahaan Unilever.

***

Diruangan ber-AC, tampak seorang pria berjas hitam sedang serius didepan laptopnya. Tangannya terus menari diatas keyboard yang menyala. Wajah dingin dan serius itu terlihat menarik bagi kaum hawa dan juga terlihat misterius.

Secara tiba-tiba tangannya berhenti menari diatas keyboard. Matanya yang berwarna biru itu beralih memandang ke pintu yang tertutup dengan rapat. Aroma bunga Ru Shi mengusik indera penciumannya yang super tajam. Hal itu sangat membuatnya terkejut. Karena baginya mencium aroma bunga Ru Shi adalah hal yang mustahil. Kecuali jika seseorang yang ia tunggu sejak lama telah datang.

"Aroma ini... Bunga Ru Shi." ucap presdir Dex setelah memastikan bahwa indera penciumannya tidaklah salah.

Presdir Dex bangkit dari singgasana perusahaannya. Terlebih dahulu membenarkan jas yang ia pakai, lalu melangkah keluar dari ruangan mengikuti aroma semerbak bunga Ru Shi. Presdir Dex masuk ke dalam lift khusus perusahaan. Mengikuti instingnya, presdir Dex turun tepat ke lantai lima, dimana bau semerbak bunga Ru Shi tercium lebih tajam.

Dengan wajah datar dan misteriusnya, presdir Dex langsung membuka pintu tempat interview dilaksanakan. Tepat saat itu presdir disuguhkan wajah cantik bak boneka berbie yang sedang berdiri ditengah ruangan. Tetapi mata presdir teralihkan oleh sepupunya yang menghampiri dan merangkulnya keluar dari ruang interview.

'Ayo ikut aku. Jangan sampai mereka tau identitas kita yang sebenarnya." sepupu presdir yang biasa dipanggil Javier itu merangkul presdir dan membawanya keluar dari ruangan.

Didalam lift suasana menjadi hening. Tak ada yang bersuara karena takut jika ada yang mendengar pembicaraan mereka. Karena selama ini identitas mereka disembunyikan.

Hingga sampai diruangan milik presdir, barulah Javier bertanya. "Untuk apa lo kesana, Dex? Apa lo mau bongkar identitas yang selama ini keluarga kita sembunyikan? Apa lo juga ngga sadar kalau taring lo tadi keluar!" Javier kesal terhadap sepupunya itu. Baru pertama kali presdir Dex terlihat begitu gegabah. Tentu saja Javier merasa kesal.

Presdir menatap tajam ke arah Javier. "Aroma bunga Ru Shi yang membuatku kesana." jawabnya datar.

"Apa???"

"Bukankah itu pertanda jika..." Javier terkejut dengan perkataan presdir yang begitu diluar dugaannya.

Kembali presdir menatap ke arah Javier yang masih terkejut dengan apa baru saja ia katakan. "MATE".

Keterkejutan Javier dilampiaskan dengan menggebrak meja. Sehingga presdir Dexter pun ikut terkejut. "Biasa aja kali. Dasar geblek!" ucap presdir kesal.

"Hehe maaf." ucap Javier dengan senyum malunya. Tangannya ditiup karena merasa panas dan sakit sehabis menggebrak meja.

Presdir memijit pelipisnya yang tearsa berdenyut. "Sebaiknya kita segera memberitau sofu secepatnya." presdir memberitau pada Javier apa yang akan mereka lakukan setelah pulang dari perusahan. Karena dengan menemui sobu yang tau segalanya tentang dunia vampire itu dapat membantu presdir tentang aroma bunga Ru Shi yang tadi mengusik indera penciumannya.

"Dan juga perintahkan pada salah satu penjaga untuk memata-matai gadis yang tadi lo interview." perintah mutlak itu diangguki oleh Javier tanpa ada bantahan sedikitpun.

*

*

NB : Sofu adalah panggilan kakek dari bahasa Jepang untuk keluarga kita sendiri.

*

*

*

*

*

Hallo semuanya, ini novel ke - 4 yang aku usahain baget supaya bisa tamat ya. Novel ini juga hasil kolaborasi aku {CEO dan Vampire}. Semoga kalian bisa terhibur dengan novel ini ya. Selamat membaca. Semoga terhibur. Jangan lupa like, kasih hadiah dan vote. Terima kasih.

Chapter 2

Sesampainya di rumah, Elif disuguhkan oleh pemandangan yang membuatnya merasa jijik. Kembarannya yang cantik tapi tak secantik Elif, sedang bercumbu dengan seorang pria yang tidak kenal oleh Elif. Karena kembarannya yang bernama bernama Olif Lorel Alena sering beranti pacar. Sangat bertolak belakang dengan Elif yang bahkan tidak pernah membawa pacar sama sekali ke rumah. Maka dari itu, Elif sama sekali tak mengenal siapa pria yang selalu dibawa oleh Olif.

Persatuan dua bibir itu terhenti tatkala Elif berdeham. Kilat amarah terlihat jelas dari wajah Olif yang merasa terganggu dengan kehadiran Elif. Olif lantas bangkit dari pangkuan pacar barunya dan menghampiri Elif dengan tangan terkepal.

"Ganggu aja sih lo!" bentakan dari Olif tak membuat Elif takut. Karena bagi Elif bentakan adalah hal biasa yang ia dapat dari kedua orangtuanya terutama Olif, sang adik. "Sini dompet lo!" seperti biasa Olif langsung merebut tas milik Elif untuk mengambil sesuatu yang menurutnya bisa berguna untuk bersenang-senang. "Lif, itu uang hasil tabungan aku buat masuk perusahaan!" Elif berusaha meraih tas yang sekarang ada ditangan Olif. Tetapi, tenaga yang terkuras habis untuk berjalan tak mampu membuat Elif mendapatkan tas yang berisi dompetnya itu.

"Sebagai hukuman karena udah ganggu gue ***-***! Nih, dompetnya! Emang gue pikirin uang itu uang apaan, ha?! Udah deh sana lo pergi! Ganggu aja!" Olif mengambil uang tabungan Elif yang sudah dikumpulkan sejak lama. Bahkan, untuk ucapan terima kasih pun, Elif tak mendapatkannya. Justru dorongan kasar dari Olif lah yang ia dapat. Bersamaan pula dengan tas kosong yang dilempar asal ke wajah Elif.

Pria yang duduk dikursi bangkit dan menghampiri Olif. "Jadi dia kembaran kamu yang ngga laku-laku?" dengan senyum mengejek, pria itu menunjuk dengan dagunya. "Mana bisa laku dia. Orang dandan juga aja ngga pernah. Buluk lah!" Olif membalas ucapan pacarnya.

"Ya udah yuk, kita pergi aja. Kegiatan kita jadi ke ganggu kalau ***-*** disini." pria yang berstatus pacar Olif itu merangkul tubuh kecil Olif yang terekspos bebas. Rasanya Elif ingin sekali muntah mendengar ucapan dua insan tak tau malu dihadapannya saat ini. Bahkan muntah adalah cara terbaik ketika membayangkan apa yang akan mereka lakukan nanti di suatu tempat.

"Jaga rumah yang bener! Gue mau pergi!" teriakkan Olif membuat Elif merasa sangat jengah.

Sebagai adik, Olif tak mempunyai tata krama sama sekali pada Elif yang berstatus sebagai kakak. Olif adalah anak yang sangat manja bahkan untuk mengurus pekerjaan ringan rumah pun tidak pernah karena saking dimanja.

Jika saja Elif punya teman untuk mencurahkan isi hatinya, tentu bisa membuat beban kehidupan Elif sedikit berkurang. Tetapi, tak ada satu pun yang mau berteman dengan Elif karena hasutan dari Olif yang sering mengatakan yang tidak-tidak tentang Elif.

Oh, Tuhan! Inikah yang disebut kehidupan?

***

Dua pria berjas keluar dari mobil bermerk Lamborghini Veneno berwarna hitam. Mobil yang ditaksir dengan harga 45 USD itu berhasil membuat siapapun tidak percaya jika melihatnya. Tetapi, bagi pria berkacamata yang sekarang menyandamg gelar presdir itu adalah hal biasa. Bahkan jika harus membeli pesawat termahal sekalipun hanya dengan satu gesekan langsung clear dengan mudah.

Mobil yang hanya memiliki kapasitas duduk dua orang itu kini terparkir cantik di halaman luas kediaman keluarga Kandou. Para bodyguard yang mengenakan baju serba hitam menyambut kedatangan presdir seperti biasa di depan teras rumah. "Dimana sofu?" presdir bertanya pada ketua bodyguard ketika baru masuk beberapa langkah dari pintu seraya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Ada di laboratorium, presdir." jawabnya dengan kepala tertunduk. "Antarkan aku." perintah presdir. "Baik, presdir."

Laboratorium yang berada di lantai satu bagian belakang rumah, adalah tempat yang paling diharuskan hapal oleh seluruh bodyguard dan pembantu kediaman Kandou. Karena di laboratorium itulah pemilik kediaman Kandou berada.

"Ada apa kau kemari, Dex?" sofu langsung menyambut presdir Dex ketika baru saja sampai di laboratorium. Dengan baju putih profesornya, sofu masih asik dengan berbagai bahan kimia yang sedang ia racik, tanpa melirik sedikitpun pada presdir. "Ada yang ingin aku bicarakan, sofu." presdir yang terkenal dingin itu berubah menjadi sedikit ramah karena sedang berhadapan dengan sofu.

"Bicaralah!"

Javier langsung menyuruh seluruh bodyguard yang tadi mengantar presdir untuk kembali ke tempat masing-masing setelah presdir memberi kode. Karena presdir tak suka jika ada orang ketika sedang membicarakan sesuatu baik penting ataupun tidak. Kecuali orang yang bersangkutan.

"Sofu, aku baru saja mencium bau bunga Ru Shi di perusahaan." presdir duduk disalah satu kursi yang ada di laboratorium. Sofu yang tadi asik meracik bahan kimia, kini sedikit teralihkan kefokusannya oleh perkataan presdir. "Apa kau yakin jika itu bau bunga Ru Shi?" sofu menelisik kornea mata milik presdir untuk menyelidiki apa yang diucapkan presdir adalah benar.

"Seperti yang dulu pernah sofu buat. Persis seperti itu." sofu yang merupakan profesor itu pernah membuat bau bunga Ru Shi seperti yang ada disebuah buku kuno miliknya. Segala bahan yang sulit didapat akhirnya berhasil dengan terciptanya bau bunga Ru Shi yang sangat misterius. Kecuali jika MATE telah datang, maka bau bunga Ru Shi akan tercium. Bahkan di bangsa vampire setidaknya jika MATE mereka telah datang hanya dapat mencium bau bunga Ru Shi sekali saja. Karena di bangsa vampire mencium bau bunga Ru Shi adalah suatu keberuntungan.

"Untuk memastikannya kamu harus mendapatkan darah dari pemilik bau bunga Ru Shi itu, Dex."

Presdir menatap sofu ketika mendengar perkataan dari sofu. "Tetapi dia adalah seorang manusia, sofu. Bagaimana bisa dia adalah MATE-ku?" pertanyaan itu lolos dari bibir presdir yang membuat sofu tersenyum. "Jika saja dia adalah benar MATE-mu, mau manusia ataupun dari bangsa manapun tetaplah dia adalah MATE yang selalu kamu tunggu ribuan tahun lamanya. Karena, jika kau sudah bersatu dengan MATE-mu, maka kekuatan mu akan semakin bertambah."

Tak berapa lama, terdengar ketukan pintu laboratorium yang membuat tiga orang beda generasi itu menghentikan pembicaraan mereka.

"Lapor presdir, saya sudah mengintai wanita yang presdir perintahkan!" bodyguard yang tadi siang diperintahkan itu menunduk seraya melapor.

*

*

*

*

*

Yuk jangan lupa kasih, like dan vote ya. Visual tokoh akan author kasih di episode tertentu ya. Supaya kalian tambah semangat buat baca-nya. Selamat membaca. Semoga terhibur.

Chapter 3

"Dia mempunyai kembaran?" presdir mengernyit ketika tau wanita yang dia yakini adalah pemilik bau bunga Ru Shi itu ternyata mempunyai kembaran.

"Benar presdir. Saya tidak berani berbohong. Wanita yang siang tadi melakukan interview diperusahaan itu bernama Elif dan kembarannya bernama Olif." beritau bodyguard atas apa yang ia dapat ketika perintah mutlak presdir ia jalankan.

Presdir tampak berpikir beberapa saat, sebelum akhirnya memerintahkan bodyguard keluar dari laboratorium. "Terus pantau dia." kembali presdir memerintah pada bodyguardnya. "Baik presdir."

Javier langsung memerintahkan bodyguard tersebut untuk segera keluar, karena pembicaraan mereka tadi sempat tertunda karena kedatangan bodyguard utusan presdir Dex. "Pergilah!". "Baik tuan."

Tiga pria beda generasi itu kini duduk dikursi kecil berbenduk bundar dengan bahan terbuat dari besi. Tampak masih baru jika orang biasa yang melihatnya. Karena sofu selalu memberi bubuk dari campuran bahan kimia kuno yang berhasil sofu racik dengan baik. Bisa dikatakan jika sofu memiliki

daya kecerdasan yang sangat tinggi. Bahkan, di usia yang hampir mencapai tujuh puluh tahun ini sofu masih terlihat seperti pria berumur empat puluh tahun. Jika didunia vampire, usia sofu sudah mencapai dua ratus sepuluh ribu tahun. Wah, sangat tidak diduga bukan?

"Dexter, bulan depan adalah bulan purnama bagi bangsa vampire. Bulan yang sangat ditunggu-tunggu setiap sepuluh ribu tahun untuk menambah kekuatan dari masing-masing vampire. Aku ingiatkan padamu agar cepat mendapat darah gadis tersebut. Karena jika dia benar adalah MATE mu, maka kamu harus menikahinya tepat dibulan purnama itu. Aku ingin kekuatan mu semakin bertambah, apalagi dengan darah asli MATE mu akan menambah dua kali lipat kekuatan dalam mu, Dex. Jadi, aku sarankan agar segera mendapatlan darah itu. Apa kau mengerti?" sofu membenarkan kaca mata tebalnya itu lalu kembali fokus pada racikan yang sedang ia buat. Presdir mendengarkan setiap kata yang keluar dari sofu dengan seksama.

"Baiklah, sofu aku akan memikirkan bagaimana cara mendapatkan darah itu secepat mungkin." presdir bangkit dari kursi seraya membenarkan jas kerjanya yang sedikit lecek ketika tadi ia duduk. Kerapian selalu presdir utamakan. Mau dalam keadaan apapun, presdir harus tetap dalam mode rapi. Karena kerapian adalah kewibawaannya.

"Sofu, aku pamit." presdir langsung keluar dari laboratorim meninggalkan sofu yang masih saja asik dengan ramuan buatannya itu. Javier menunduk hormat pada sofu dan berlalu menyusul presdir yang sudah keluar lebih dulu.

Mobil Lamborghini Veneno kini terbuka secara otomatis ketika presdir sampai didepan mobil kesayangannya itu. Presdir tampak tenang dengan kaca mata yang kini bertengger dihidungnya yang mancung bak perosotan kutu. Tak berapa lama Javier duduk dikursi kemudi. Lalu, memasukkan kunci mobil dan menjalankannya keluar dari halaman luas kediaaman Kandou.

"Jav, jadikan wanita itu sebagai sekretarisku." perintah presdir pada Javier yang sedang fokus menyetir. Javier tentu langsung menoleh mendengar perintah dari atasannya itu. "Apa lo yakin? Kita ngga tau kualitas apa yang dia miliki buat jadi sekretaris lo , Dex."

Dengan suara beratnya presdir menoleh mendengar perkataan dari sepupunya yang berarti sebuah bantahan. "Baru kali ini lo ngebantah. Cukup jalani aja. Ngga usah banyak mikir."

"Oke." hanya itu yang dapat Javier katakan ketika presdir sudah berkata seperti itu.

*****

Malam minggu yang selalu ditunggu-tunggu oleh pasangan remaja, kini berubah menjadi kedinginan yang butuh pelukan. Semua rencana yang disusun pun harus batal karena rintik air hujan yang terus turun membasahi kota berhias lampu terang disepanjang jalan itu.

Semua keadaan baik seperti biasa ataupun berubah, tak membuat seorang wanita yang memiliki wajah bak boneka berbie itu berhenti mengelap peluh yang keluar dari pelipisnya. Mungkin banyak orang akan mengatakan jika wanita cantik itu sedang bermesraan, tetapi tidak pada kenyataannya.

Elif, yang tidak tau dimana saudari kembarnya itu ikut mendapatkan hukuman yang seharusnya tak ia dapat. Dimalam yang dingin yang seharusnya dilapisi dengan selimut tebal, Elif justru sedang bersahabat dengan dinginnya air yang keluar dari keran yang terletak dibelakang rumahnya. Tangan putih bersih tanpa skincare itu berlumur busa hasil dari sabun cuci baju yang sedang Elif pakai.

"Nyuci yang bener! Jangan kebanyakan bengong!" suara yang pasti sudah Elif hapal itu terdengar jelas oleh Elif, membuyarkan lamunannya tentang masa depan. "Baik, bu." itulah kata yang dapat Elif ucapkan sebagai balasan ucapan dari sang ibu.

Sebenarnya Elif bisa saja mengabaikan ucapan dari ibunya itu, tetapi ketika mengingat jika Elif tidak membalas maka ibunya akan semakin memakinya. Dan hal itu membuat Elif lebih memilih aman daripada harus mendengarkan ceramah yang berkepanjangan.

Benar kan?

"Bagus kalau gitu. Habis ini tinggal masak buat makan malam. Jangan pake lama, udah laper." selepas itu sang ibu pergi begitu saja, bahkan tanpa ada rasa kasihan sedikitpun pada Elif.

Empat puluh lima menit kemudian, Elif bersiap untuk memasak didapur sederhana rumahnya. Dengan menggunakan celemek seperti biasa, Elif mulai memilih sayur apa saja yang akan ia pakai untuk dijadikan lauk makan malam.

Hawa dingin yang berasal dari hujann membuat Elif memilih untuk memasak sayur asem bening dan mendoan hangat. Dengan cekatakan Elif mulai memasak selama kurang lebih tiga puluh menit. Aroma harum dari uap sayur asem bening dan mendoan,berhasil mengusik indera penciuman penghuni rumah. Hingga bunyi keroncong perut terdengar jelas ketika Elif menyajikan makan malam.

"Ngga sia-sia juga punya anak perempuan. Bisa masak enak." bukannya berterima kasih justru itulah yang Elif dapat dari ibunya.

Ayah Elif bergabung di meja makan setelah mandi. Terlihat segar seperti biasa. Itulah yang membuat Elif bertahan dari semua yang ia terima dari ibunya. "Selamat makan. yah." Elif menyiapkan makan malam untuk ayahnya. Hanya ayah Elif yang sedikit memberi perhatian. karena pekerjaan yang membuatnya tidake begitu tau apa yang terjadi selama meninggalkan rumah. Jadi, semua terasa sama saja dimatanya "Terima kasih." ucapnya setelah Elif menyodorkan sepiring nasi dan lauk pauknya.

"Olif, dimana?" ayah Elif yang tidak melihat satu anak kembarnya pun bertanya sambil menyuapkan sesendok nasi beserta sayur bening asem ke dalam mulutnya. Ibu Elif melirik ke arah Elif, kode agar Elif yang menjawabnya. "Elif ngga tau, yah." dengan jujur Elif menjawab sesuai dengan kenyataan.

"Ibu juga ngga tau dimana Olif sekarang? Ini udah malam masa perempuan masih belum pulang." giliran ayah Elif yang bertanya ke istrinya tentang Olif. "Olif tadi bilang sama ibu kalau dia lagi ketemu sama temen. Katanya si bahas pekerjaan."

Good! Pintar sekali untuk berbohong.

*

*

*

*

*

Yuk dilike, kasih hadiah dan vote juga. Selamat membaca. Semoga terhibur.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!