NovelToon NovelToon

Istri Yang Tak Diinginkan

duda dingin

Di suatu pagi di desa Tembelang Jombang, seorang pria sudah siap untuk melihat semua pekerjaan di sawah.

Tidak seperti yang lain pria itu terlihat begitu tampan meski sudah memasuki kepala tiga, bahkan di usianya dia tetap setia sendiri.

Bukan tak ingin mencari kekasih atau pun pendamping hidup, tapi kegagalan karena keegoisan dari cintanya.

Membuat pria tampan itu menutup diri, pria itu bernama Noviant Juan, pria yang biasa di panggil Vian itu selalu terlihat dingin.

Dia adalah seorang juragan yang begitu terpandang di desa itu, bahkan dia menjadi incaran para gadis muda di sana.

Tapi sayang Vian sudah terlanjur menutup dirinya untuk wanita, Bu Ageng sudah tak bisa membujuk putra pertamanya itu.

Bu Ageng percaya Vian akan menemukan gadis impiannya, dan bisa menerima semua kekurangan dari putra pertamanya itu.

“selamat pagi Bu,” sapa Vian pada sang ibu yang sedang menyiapkan meja makan.

“Pagi Vian, apa kamu akan ke sawah nak?” tanya Bu Ageng.

“Tidak Bu, hari ini Vian ingin melihat usaha yang lain, Jadi ibu tak perlu menunggu Vian karena Vian akan pulang larut malam,” jawab Vian datar seperti biasa.

“Baiklah nak, tapi nanti ibu akan membawanya ke toko, apa kamu keberatan?” tanya Bu Ageng. “Tidak Bu, lagi pula ajak mbok Ijah sekalian, biar ibu tak kerepotan,” jawab Vian.

“Apa kau tak ingin melihatnya?” tanya Bu Ageng pada Vian.

“Tidak usah Bu, Vian sudah kesiangan, lagi pula Vian tak ingin menganggu nya, jika butuh sesuatu ibu bisa menelpon Vian, kalau begitu Vian pamit Bu,” kata Vian mencium tangan sang ibu kemudian pergi dari rumah.

Seorang gadis kecil berusia empat tahun baru saja keluar dari kamarnya saat mendengar suara mobil Vian pergi.

“Eyang, ayah sudah pelgi?” tanya gadis kecil itu.

“Sudah sayang, sekarang Aira sarapan yuk, terus ikut eyang ke toko, masukan?” tanya Bu Ageng lembut.

“Iya eyang,” jawab Aira.

Naira putri Noviant, gadis kecil yang begitu cantik dan manis, dan dia adalah harta berharga milik Vian, meski Vian sendiri jarang bersama putrinya itu.

Aira bahkan tidak mengerti kenapa Vian yang jarang bermain bersamanya, Aira hanya tau jika ibu kandungnya pergi saat melahirkan nya.

Aira sudah bersuap dengan mbok Ijah, dia adalah pengasuh Aira dari kecil, Vian memang tak membenci Aira tapi juga tak menunjukkan kasih sayangnya.

Bu Ageng dan Aira sudah berada di dalam mobil menuju ke toko miliknya yang berada di pasar legi.

Bu Ageng memiliki toko baju, sepatu dan tas, toko itu termasuk yang terbesar di pasar itu.

Aira selalu bermain di lantai dua bersama mbok Ijah, sedang Bu Ageng masih memeriksa beberapa laporan dari para anak buahnya.

Vian baru sampai di suatu desa yang cukup pelosok, bahkan jalan desa itu terbuat dari paving blok.

Mobil Juan berhenti di suatu pengilingan beras yang cukup besar di sana, dan terlihat semua orang memberi hormat pada Vian.

Vian langsung menghampiri orang kepercayaan nya, pak Agus langsung menyambut Vian yang baru datang.

“Selamat datang juragan,” sapa pak Agus.

“Pak bagaimana pengilingan beras di sini, kemarin ada dua truk yang datang Kan?” tanya Vian langsung.

“iya juragan, sudah selesai tadi, dan ini adalah hasil panen dari beberapa sawah di sini,” jawab pak Agus.

Vian hanya mengangguk sambil melihat di sekeliling, Vian juga melihat pelataran semen yang di gunakan untuk menjemur gabah itu.

Tak di sangka Vian tak sengaja melihat seorang gadis yang kaget saat melihatnya.

“Hei siapa di sana!” teriak Vian melihat gadis itu.

Mendengar suara Vian, gadis itu langsung pergi dari sana, Vian melihat pak Agus yang kaget. “Tadi bapak lihat kan?” tanya Vian.

“Iya juragan, gadis itu bernama Meyda Shakira, atau biasa orang sini manggil dia cempluk,” jawab pak Agus.

“cempluk, kenapa dia di area pengilingan?” tanya Vian penasaran.

“Tadi dia pamit pada saya, ingin mengambil kluweh, dan juga jantung pisang juragan, dari pada tidak ada yang mengambilnya,” kata pak Agus.

“Baiklah, kalau begitu saya pamit pak Agus, urusan di sini sudah selesai, sekarang saya harus ke tempat yang lain,” kata Vian.

“Baik juragan,” jawab pak Agus sopan. Cempluk sedang berlari menghindari dari juragan yang terkenal dingin itu, setidaknya dia sudah mendapatkan yang dia inginkan.

“pluk, di cariin Mak mu tuh,” panggil salah seorang ibu tetangganya.

“Iya Mak, aku pulang kok,” jawab cempluk. Cempluk berjalan dengan senang, tapi semua berubah saat sampai di rumah, dia terkejut melihat sang Mak terlihat sedih.

“Mak, kenapa?” tanya cempluk kaget.

“Gak papa nak, oh ya kamu dari mana nak, kok baru pulang?” Tanya sang Mak.

“cempluk dari pengilingan beras Mak, tadi cempluk minta kluweh sama jantung pisang dari pak Agus, tapi malah ketahuan juragan duda itu,” jawab cempluk sambil tersenyum malu-malu.

“Dasar kamu ini, tapi kamu tak apa-apa kan nak?” tanya sang Mak melihat tubuh cempluk.

“Tidak apa-apa kok Mak, ini Mak tadi hasil dari minta pak Agus, oh ya Mak bisa memasaknya kan, besok biar cempluk jualan aja gimana?” tanya cempluk pada sang Mak.

“kamu yakin nak, tapi ku mau jualan di mana?” tanya Mak.

“Cempluk mau keliling Mak, oh ya sekalian gorengan juga boleh, cempluk tak mau Mak terus di sakitin sama mas,” jawab cempluk menunduk sedih.

“ya sudah, besok kita buat sama-sama,” jawab Mak.

“iya Mak, sudah ya, cempluk mau berangkat bantuin mbok jah bungkusan krupuk,” pamit cempluk.

“iya nak, hati-hati.” Kira sebenarnya tak masalah di panggil cempluk, tapi semua remaja pria memanggilnya Kira si bunga desa.

Akira adalah putri kedua dari tiga bersaudara, sedang bapak Akira adalah seorang buruh tani di desanya.

Kakak pertama Akira hanya pengangguran yang selalu meminta uang untuk berfoya-foya itu yang selalu di ketahui Akira.

Sedang adik Akira masih duduk di kelas lima SD negeri di desa itu, sedang Akira sendiri hanya lulusan SD saja.

Bapak Akira selalu memanjakan kakak dan adik dari Akira, Akira kadang iri tapi jika dia protes maka hanya pukulan yang ia dapatkan.

Akira sampai di rumah mbok jah dan langsung menghampiri pemilik pabrik krupuk itu.

“Sore mbok jah,” sapa Kira dengan senyuman.

“Cempluk cah ayu, ayo sana gabung sama yang lain,” perintah mbok jah.

“Siap laksanakan,” jawab Akira dengan semangat.

Akira bergabung bersama Dewi, Lani dan Uus, untuk membungkus krupuk yang akan di kirim pada langganan.

Mereka terbiasa melakukan pekerjaan dengan cepat, mereka berempat adalah teman sejawat.

Kehidupan mereka sederhana, mereka berempat adalah teman sekolah dari kecil.

Meski Akira hanya lulusan SD tapi ketiganya tak mempermasalahkan itu, pasalnya di desa itu sudah biasa gadis yang hanya lulusan SD.

🌹

🌹

🌹

🌹

hai semua terus dukung ya, jangan lupa komen, like.. terima kasih atas dukungannya ya....🙏🙏👍👍😍😍.

gadis desa itu

Akira dan teman-teman nya baru saja selesai dengan pekerjaan mereka, mbok jah langsung memberikan upah sesuai dengan hasil bungkusan mereka.

Hari ini Akira dan Lani mendapatkan tiga puluh ribu, Dewi dan Uus mendapatkan dua puluh lima ribu.

Mereka sedang duduk di depan rumah mbok jah, sambil menikmati waktu sore, karena jika pulang sudah dipastikan Akira akan berurusan dengan sang kakak.

“Rek onok pasar malem, budal yok, lumayan pompong idek Iki (rek ada pasar malam, berangkat yuk, lumayan dekat ini),” ajak Dewi.

“budal o Dewe, aku arep turu ae nang omah (berangkat saja sendiri, aku ingin tidur di rumah),” jawab Lani.

“aku Yo ora iso, sesok arep dodolan muter-muter (aku juga gak bisa, besok harus jualan keliling),” jawab Akira.

“Ya sudah berangkat sama aku saja yuk, lumayan, aku juga lagi boring di rumah,” jawab Uus.

“Ya elah wong kampung aja bahasamu pakek boring barang yuk, yuk,” kata Dewi menoyor kepala Uus.

Mereka pun tertawa bersama, mbok jah ikut tertawa mendengar percakapan keempat gadis itu.

Mbok jah sebenarnya kasihan melihat Akira yang berjuang begitu keras dalam hidupnya.

Melihat kondisi keluarganya yang sebenarnya berkecukupan meski hanya buruh tani, tapi Kira tak ingin menyusahkan kedua orang tuanya.

“Cempluk sini dulu,” panggil mbok jah.

“iya mbok, ada apa?” tanya Akira sopan.

“Besok sebelum keliling ke sini ya, ambil kerupuk nanti kamu jualin terus kamu untung tigaratus rupiah mau gak?” tanya mbok jah.

“Mau mbok, besok pagi-pagi Kira kesini ya, kalau begitu cempluk pulang dulu ya mbok,” pamit Akira pulang bersama ketiga temannya.

Keempat gadis itu pun berjalan menyusuri jalan desa yang masih sepi, keempat nya pun menyapa para orang yang berlalu lalang.

Saat di depan pengilingan beras pak Agus memanggil Akira dengan cukup keras.

“Cempluk rinio nduk (cempluk kesini nak),” panggil pak Agus.

“ inggeh pak, rek aku Nang pak Agus disik Yo, awak mu Kabeh mulio disek Yo (iya pak, rek aku ke pak Agus dulu ya, kalian pulang dulu ya),” kata Akira.

“Oke, kami tinggal ya,” jawab ketiganya.

Akira menghampiri pak Agus yang ternyata menyerahkan bungkusan pada Kira.

“Apa itu pak?” tanya Akira.

“Ini adalah kluweh yang sudah tua, dan biasanya bijinya bisa di makan, sudah di bawa saja, pasti Mak mu juga tau,” jawab pak Agus.

“Oke pak, terima kasih ya atas kluweh ya, aku pulang dulu, dadah...” kata Akira sudah berlari dari pak Agus.

Pak Agus hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah Akira, pak Agus hanya kasihan melihat gadis baik seperti Ajira harus menjalani hidup seperti neraka.

Akira berlari secepat yang dia bisa, sesampainya di rumah dia langsung menuju ke dapur.

“Mak ini ada krupuk dan ini kluweh matang,” kata Akira.

“Ya sudah kamu taruh di situ ya peluk, sekarang kamu ambil biji kluweh terus cuci sampai bersih ya,” kata Mak Nur.

“Iya Mak,” jawab Akira.

Tak lama Adri baru pulang dan langsung menuju ke dapur, Adri pun membantu Akira memilih biji kluweh.

Setelah selesai mereka berdua pun memasaknya, “Adri sekarang kamu mandi dulu ya,” kata Akira.

“Iya mbak, oh ya tadi mbak dapat salam dari pak sekertaris desa tuh, mas Danang katanya salam cinta, terus kapan lamarannya di terima,” kata Adri yang pergi sambil tertawa.

“Adri dasar kamu ini,” kata Akira kesal.

“Emang Danang menyukaimu nak?” tanya Mak Nur.

“Aku tau diri Mak,aku bahkan tak pantas berdiri bersamanya,” jawab Akira.

“kau gadis baik bisa sadar diri, sekarang cari kakakmu Rizal, suruh pulang, bapak ada yang harus di bicarakan,” perintah pak Yono yang baru datang dari sawah pak Agus.

“Iya pak, Akira pergi dulu ya Mak, pak,” pamit Akira yang pergi membawa sepeda Adri.

Akira pun mencari kakaknya yang entah dimana itu, saat melewati kebun tebu Akira kaget karena melihat gerombolan yang biasa bersama sang kakak.

“Hai gadis manis, main sama abang yuk, pasti puas,” kata iwan dengan sempoyongan.

“Maaf tolong biarkan saya pergi, minggir,” kata Akira panik.

“Alah jangan sombong lah, mentang mentang bunga desa, kamu jual mahal, padahal gadis miskin saja,” kata Farid yang sudah mabuk.

“Akira kenapa kamu di sini?” tanya Rizal yang ternyata juga lewat sana.

“Bang, Akira tadi di suruh bapak mencarimu, tapi malah ketemu mereka,” jelas Akira yang langsung berlari ke arah Rizal.

“Zal, biarkan kami bersenang-senang bareng dia, aku bisa memberimu uang yang kau butuhkan, mengerti kan,” bujuk Farid.

Akira mengeleng pada Rizal, dan Rizal langsung melindungi sang adik yang ketakutan.

“Kau kira aku akan memberikan adik kesayangan ku pada bajingan seperti mu, kau mimpi,” kata Rizal begitu keras.

“Kalian berdua tangkap Rizal, biar aku bisa menikmati adiknya yang cantik itu,” perintah Iwan.

Farid dan Susno menangkap Rizal dan Iwan langsung meringkus Akira, Rizal bahkan di pukuli begitu kasar hingga tak berdaya.

Akira menangis ketakutan karena bajunya telah di robek oleh Iwan, Akira terus berontak dan menendang kem*lu*n Iwan agar bisa lepas.

Saat Iwan kesakitan Akira ingin berlari tapi sayang kini dia di peluk oleh Farid, Farid yang kesal langsung menampar Akira begitu keras.

Akira hanya bisa menangis meratapi nasibnya yang begitu buruk.

“Bang Rizal, tolong,” teriak Akira yang ketakutan.

“Farid lepaskan tangan mu dari adikku!” bentak Rizal yang mencoba berdiri.

Prak.. sebuah bambu besar di hantamkan oleh Susno dan berhasil membuat Rizal pingsan.

“Siapapun tolong aku!” teriak Akira.

Tak sengaja mobil Vian melewati jalan itu karena itu jalan tembusan, Vian kaget melihat Akira yang menangis di kelilingi oleh beberapa pria.

“Tolong aku,” teriak Akira sebelum Farid membekapnya dan menyeretnya masuk ke kebun tebu.

Melihat itu, Vian merasa marah apalagi dia juga melihat tubuh Rizal yang tergeletak di tanah.

Vian mengejar Farid yang membawa Akira, dan langsung menendangnya hingga terjungkal.

Akira hanya menangis dan berusaha menutupi tubuhnya yang hampir tel*njang.

Vian melepaskan kemejanya dan memberikan pada Akira, “pakailah,” kata Vian.

“Juragan awas!” teriak Akira melihat Iwan ingin memukul Vian.

Brak.. bambu itu patah dan hancur saat menghantam tubuh Vian, tapi Vian tetap berdiri tegap.

Vian menatap Iwan dan langsung menendangnya di bagian perut dengan keras.

Susno dan Farid ketakutan melihat tatapan tajam dari Vian, Akira sudah memakai baju kemeja Vian dan berlari melihat keadaan kakaknya.

“bang Rizal bangun, maafin Akira bang....” tangis Akira.

“Bantu aku bawa kakak mu naik mobil, kita bawa ke klinik dulu,” kata Vian.

Kini Akira memangku Rizal yang masih belum sadarkan diri, mobil Vian sampai di klinik dan langsung membopong Rizal di bantu oleh perawat di klinik itu.

Rizal sedang menerima penanganan untuk luka hantaman benda tumpul itu, sedang Akira juga di obati karena tubuh bagian atasnya luka-luka.

mohon dukungannya ya, maaf novel ini aku ganti alurnya, jangan lupa like, komen dan vote ya😍😍🙏🙏 terima kasih...

penolong Akira

Rizal sudah sadar, Vian pun menghampiri Rizal yang masih binggung dengan melihat sekelilingnya.

“Kamu di klinik Rizal, apa masih sakit?” Tanya Vian.

“Cempluk, juragan cempluk dimana?” Tanya Rizal ketakutan mencari adiknya.

“Tenanglah Rizal, dia sedang di obati di ruangan sebelah, oh ya bagaimana tadi kamu bisa pingsan dan adikmu yang hampir di perkosa?” Tanya Vian penasaran.

Rizal pun menceritakan semua kejadian yang menimpa dirinya dan juga adiknya itu.

Vian tak memungkiri jika Akira yang memiliki kecantikan yang sempurna, bahkan bisa menggoda setiap pria yang melihatnya, meski dia berpakaian bisa saja.

“Maaf juragan, pasien wanita tadi masih ketakutan,” kata seorang suster menghampiri Vian dan Rizal.

Mendengar penjelasan dari suster Vian langsung menghampiri Akira yang berada di ruang sebelah.

Rizal langsung memeluk adiknya itu, Akira hanya bisa menangis di pelukan sang kakak.

“Rizal kalau kalian sudah baik, lebih baik aku mengantar kalian pulang dulu, takutnya orang tua mu mencari kalian,” kata Vian.

“Baik juragan, terima kasih,” jawab Rizal.

Vian pun memilih mengantarkan Rizal dan Akira sampai rumah, terlihat dari kaca spion mobil Akira terus menunduk ketakutan.

Vian sadar betul bagaimana keadaan Akira, seorang gadis yang akan di lecehkan pasti akan merasakan ketakutan itu.

Mobil Vian sampai di desa Rizal dan Akira tapi terlihat banyak orang yang berbondong-bondong menuju suatu tempat.

Saat mobil Vian melintas semua orang pun memilih minggir dan memberikan jalan pada Vian yang notabene juragan bagi mereka.

Mobil Vian pun sampai di depan rumah Akira dan sudah terlihat para orang tua dari Iwan, Susno dan Farid.

“Rizal, Akira ayo turun,” ajak Vian.

“Tapi juragan biarkan cempluk di sini, biarkan aku turun dulu dan menjelaskan pada bapak dan yang lain,” jawab Rizal yang di angguki oleh Vian.

Saat turun terdengar suara makian dari keluarga Farid yang begitu buruk pada keluarga pak Yono itu.

“ada apa ini,” kata Vian berjalan bersama dengan Rizal.

Pak Yono yang melihat kedatangan Rizal begitu marah, dia menghampiri putra pertamanya itu.

Pak Yono langsung menampar Rizal tanpa bertanya maupun meminta penjelasan dari putra sulungnya itu.

“Bapak tak pernah mengajarimu untuk memukul anak orang, kenapa sekarang mereka bilang kamu memukuli anak mereka!” bentak pak Yono.

Pak Yono kembali menampar nya tapi kali ini Akira yang menerima tamparan dari bapaknya itu hingga tersungkur Karena begitu keras.

“Anda ingin membunuh putri anda sendiri!” maki Vian melihat tubuh kurus Akira yang tersungkur.

Semua orang pun terdiam hingga Bu Retno istri dari pak Agus buka suara, “ini pantas karena wanita murahan ini, dia selalu merayu putra ku dan pemuda yang lain di desa ini,” kata Bu Retno dengan wajah marah.

“Mana putra mu?” tanya Vian.

Rizal membantu Akira dan memeluknya, begitupun Mak Nur yang menangis melihat putrinya mendapatkan perlakuan buruk dari sang ayah.

“Dia adalah Iwan putra ku,” tunjuk Bu Retno dengan bangga.

Vian tanpa bicara langsung menghampiri Iwan yang ketakutan melihat Vian, Iwan bahkan bersembunyi di balik tubuh Sang ayah.

“Pak Agus ini benar putramu, apa yang dia katakan?” tanya Vian dingin.

“Dia mengatakan jika Akira menggodanya dan menyuruh mereka untuk melukai Rizal, saat dia ingin menyelamatkan adik nya itu,” jawab pak Agus.

Vian langsung merasa begitu marah dengan aduan dari Iwan dan kedua temannya itu,

“Dia adalah putra yang kau ajukan untuk menjaga pengilingan padi ku yang baru?” tanya Vian pada pak Agus.

“Iya juragan, karena dia begitu bertanggung jawab, maju lah nak,” kata pak Agus mendorong Iwan menghadap pada juragan Vian.

Tanpa bicara Vian langsung memukul wajah Iwan dengan begitu keras, dan membuat semua orang terkejut dan kedua teman Iwan pun ketakutan.

“Kalian berdua kemari, siapa nama orang tua kalian?” tanya Vian pada Farid dan Susno.

“Maaf juragan mereka putra ku,” jawab pak Sukri.

Tanpa bicara Vian kembali memukul Keduanya hingga tersungkur ke tanah, “Juragan kenapa memukul kedua putraku, mereka tidak salah yang salah itu putri murahan mereka,” kata pak Sukri menunjuk Akira yang masih menangis.

Pak Agus tak berani membantah Vian, karena dia tau bagaimana sifat seorang juragan Vian yang terkenal tanpa ampun.

“Kau buta hah, lihat gadis itu, lihat yang benar!” bentak Vian.

Semua terdiam mendengar bentakan dari Vian, bahkan pak Agus tak menyangka jika kondisi dari Akira begitu buruk dan memakai kemeja dari Vian.

“Kenapa diam, jika dia menggoda ketiga pria bajing*n ini, dia tak mungkin mengalami luka di tubuhnya, dan buat apa mereka memukul Rizal toh dia bisa mengusir kakaknya, kalian bisa mikir gak!” bentak Vian.

“alah itu pasti akal-akalan dari gadis murahan itu,” jawab Bu Retno yang masih tak mau jika putranya di salahkan.

“Kau bisa tanya putramu, bagaimana mereka dengan bangga berani memukulku dengan bongkotan, dan dengan gagahnya menantangku untuk bertarung, tapi baru terkena tendangan mereka sudah mengadu pada orang tuanya, tanyakan pada mereka siapa yang menendang mereka!” bentak Vian dengan suara meninggi.

Pak Agus langsung berdiri di depan Iwan yang menunduk ketakutan, “Iwan jawab bapak, apa benar cempluk menggoda mu, dan apa benar kau di pukul oleh Rizal? Jawab!” bentak pak Agus.

Iwan tak menjawab tapi hanya menunduk ketakutan karena segalanya telah terbongkar sekarang, bahkan dia bodoh berani menantang seorang juragan Vian.

“Dengarkan siapa pun di sini, ketiga pria ini mabuk dan ingin memperkosa Akira, dan Rizal berniat menyelamatkan adiknya, tapi dia malah terluka karena di pukul dengan bongkotan oleh Susno, tak Sengaja aku lewat dan melihat perbuatan mereka, aku membantu dan juga mendapatkan luka karena mereka tak ingin aku menyelamatkan Akira, jadi mulai hari ini siapa pun yang berani menggunjing atau menghina keluarga Akira dan Rizal, maka bersiaplah menghadapi ku, dan untuk mu Agus dan Sukri jika kalian tak bisa mendidik putra kalian lebih baik aku melaporkan mereka ke kantor polisi saja,” ancam Vian dengan begitu tajam menatap setiap orang.

“Tidak juragan, saya yang akan memberi pelajaran pada putra saya, dan saya minta maaf atas perlakuan putra saya,” kata pak Agus.

“Bukan padaku kau harus minta maaf, tapi pada Akira dan juga keluarganya,” kata Vian.

Pak Agus pun menyuruh Iwan meminta maaf karena keluarga mereka bisa miskin Jika berani menentang juragan Vian.

“Rizal mulai hari ini kamu bisa menjadi pengawas di pengilingan baru milikku di desa sebelah, apa kau mengerti,” kata Vian.

“Terima kasih juragan,” kata Rizal dan pak Yono.

Vian pun mengangguk dan berpamitan untuk pulang dan nanti ada anak buahnya yang akan mengatur penyerahan pada Rizal.

Vian menuju ke toko milik Bu Ageng, saat dia tiba di toko itu, dia bisa melihat Aira yang sedang bermain sendirian.

“Assalamualaikum... Aira kok kamu main sendiri? Mana mbok Ijah?” tanya Vian pada putrinya itu.

“Mbok Ijah cakit, mbok ulang yah,” jawab Aira dengan gayanya.

“Akira, ikut ayah masuk yuk, ketemu eyang uti,” ajak Vian.

Biasanya gadis kecil itu akan langsung berlari saat Vian mengajaknya, tapi kali ini Aira malah melihat Vian dengan seksama.

“Ayah ajak aila?” tanya gadis kecil itu dengan wajah polosnya.

“Iya putri ayah, emang siapa lagi yang namanya Aira di sini,” jawab Vian.

Gadis kecil itu menempelkan tangan kecilnya pada dahi Vian, kemudian menaruh tangannya ke dahinya.

“Ayah cehat kan? Ayah gak pelnah ajak aila...” lirih gadis kecil itu.

Mendengar itu hari Vian terasa teremas sakit, ya dia terlalu sibuk dengan usahanya sedang dia tak pernah meluangkan waktu untuk anak semata wayangnya itu.

🌹

🌹

🌹

terima kasih atas dukungannya ya, jangn lupa like, komen dan vote... terima kasih...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!