Gita Ayu Berlian
Gadis cantik berumur 20 tahun. Lahir tanggal 22 Februari 2001. Anak perempuan satu-satunya dari pasangan Ningsih Anandita dan Surya Panji yang hidup normal, tidak kaya tidak juga miskin namun bukan orang yang berpengaruh di daerahnya.
Terbilang imut dengan tinggi badan yang hanya 155 senti. Terkenal pintar dan mengambis sejak kecil. Teman-temannya menjulukinya sang rangking satu, karna sekalipun tak pernah meleset dari bintang kelas.
Saat ini dia menjadi mahasiswi terbaik di fakultas kedokteran.
Mempunyai cita-cita menjadi dokter muda. Tidak pernah pacaran namun bersahabat dengan Bimo, teman baik yang ternyata diam-diam menyukainya tapi Gita tak mengetahuinya. Prinsip hidup, kebersihan adalah kesehatan.
Gerald Alexandro Bramasta
Pria tampan idola kampus. Terlahir menjadi anak semata wayang dari pasangan Siti Azizah dan Herman Dito yang adalah suami istri yang menjadi bos ternama usaha tambang batu bara di daerahnya.
Lahir dan dibesarkan di salah satu kota di Kalimantan Timur namun baginya nenek adalah mama keduanya walaupun mereka hidup jauh bahkan beda pulau. Hidup berkelimangan harta tidak membuatnya menjadi sosok manja, justru dia lebih semangat menjalani hidup dengan caranya sendiri.
Mempunyai tanggal dan bulan lahir yang sama dengan Gita, hanya saja dia lahir setahun lebih awal darinya. Mengambil jurusan teknik elektro, jadi pacar idaman setiap mahasiswa yang melihatnya. Setiap harinya tak pernah lepas dari main bola di lapangan. Sesibuk apapun dia pasti menyempatkannya.
Dia bergabung dengan liga mahasiswa di kampusnya. Sedari kecil dia tidak pernah kepikiran untuk kuliah. Berambisi menjadi tim nasional sepak bola Indonesia namun apa daya neneknya memaksanya untuk kuliah.
Hidup mandiri sudah menjadi prinsipnya. Dia menjadi pengusaha sukses di umurnya yang masih 21 tahun, terbilang muda juga keren dengan statusnya yang masih mahasiswa. Dingin seperti es, begitulah sikap yang sudah melekat dalam dirinya.
Ajeng Windasari
Nenek kandung dari Gerald. Sangat mencintai Gerald, menginginkan yang terbaik untuk cucu satu-satunya itu. Seorang dokter yang sudah lama pensiun dan sedang santai menikmati segala usaha yang sejak lama dibangun oleh almarhum suaminya.
Menjadikan Gerald sebagai pewaris utama harta kekayaannya. Dia begitu menyayangi Gerald. Dia sengaja menjodohkan Gerald dan Gita karna dia tahu jelas bagaimana karakter Gita yang begitu tulus pada setiap orang di sekelilingnya. Dia tinggal dan menetap di salah satu kota di Sumatera Utara. Suaminya sudah meninggal dunia sejak 5 tahun yang lalu.
Bimo Permana
Mahasiswa FK yang menjadi sahabat Gita sejak zaman maba. Terbiasa belajar dan nugas bareng membuatnya jatuh cinta pada Gita. Laki-laki baik yang selalu menginginkan Gita tertawa dan bahagia.
Baginya, Gita adalah penyemangat hidupnya. Dia masih saja menyimpan perasaannya, karna dia jelas tahu Gita tidak ingin pacaran, dia takut Gita akan menjauhinya jika tahu yang sebenarnya. Itu sebabnya dia memilih untuk memendamnya sekarang, akan ada waktunya.
Rendi Putra
Sahabat sejatinya Gerald. Asli Jakarta, baik dan selalu mengingatkan Gerald jika kelupaan suatu hal. Dia adalah teman Gerald di jurusan. Orang yang paling sering menghabiskan waktu bersama dengan Gerald. Menjadi tangan kanan Gerald dalam mengelola bisnis yang dirintis Gerald sejak mahasiswa baru.
Gita namanya, dia lahir dan dibesarkan di Sumatera Utara. Dia mempunyai 2 orang abang yang sangat mencintainya. Dia lahir dengan nama Gita Ayu Berlian.
Saat kelahirannya 20 tahun yang lalu, persalinan ibunya dibantu oleh seorang dokter terbaik saat itu. Ibunya adalah pasien terakhir yang dia layani sebelum dia menikmati masa pensiunnya. Terang saja dia begitu mencintai bayi mungil itu.
Dia lahir begitu cantik, sama dengan ibunya. " Beri namanya Gita Ayu Berlian", ucapnya kala itu pada orangtua bayi yang sedang ditimangnya.
Si ibu langsung mengangguk senyum. Dia menyetujui nama itu. Nama itu cantik dan dia sangat berterimakasih atas jasa dokter ramah itu dalam membantu kelahiran putri satu-satunya itu.
" Selamat datang di dunia, putriku, bungsuku. Kau adalah akhir yang sangat kami syukuri. Tumbuh dan berkembanglah dengan baik cantik, Gita Ayu Berlian ", ucapnya seraya mengecup pipi merah bayi yang baru saja keluar dari rahimnya.
Sementara di ruang ganti, dokter baik itu sedang tersenyum. Dia begitu bahagia melihat bayi mungil yang baru saja datang ke dunia itu.
22 Februari 2001, satu tahun yang lalu cucu pertamaku juga lahir ke dunia. Angka yang baik angka yang unik, kelak mereka akan berjodoh. Gita Ayu Berlian semoga nanti hatimu akan berlabuh pada cucu tampanku, Gerald Alexandro Bramasta. Dua G.A.B, nama kalian sama nama kalian kuberi penuh cinta , ucapnya dalam hati.
Rasa sedihnya hilang, dia sedikit lega dengan pelayanan terakhirnya. Dia mencium jas putih itu, 35 tahun sudah dia mengabdi di balik jubah penuh cerita itu. Biarlah setiap anak yang terlahir akan tumbuh sehat dan berkembang dengan baik, semoga masa depan yang cerah menemani hidup kalian kelak, salam dariku dokter Ajeng Windasari M.Kes ,dia berbicara dalam hatinya.
20 tahun itu sudah berlalu. Semilir angin yang berhembus membawa mereka ke waktu sekarang. Gita tumbuh begitu cantik dengan rambut panjangnya yang bergelombang. Setiap harinya dia selalu bermain dan mengobrol dengan nenek baiknya.
Jarak rumah mereka tidak terlalu jauh, biasanya Gita akan bersepeda kesana. Dia sudah menganggapnya seperti nenek sendiri. Cita-citanya menjadi dokter membuatnya ingin sekali bercerita banyak hal tentang pengalaman dokter baik itu, saat menjadi tenaga kesehatan di masanya.
Tak lupa dia selalu menyampaikan " I LOVE YOU nenek baik " yang pasti akan berujung dengan pelukan. Mereka seperti nenek dan cucu kandung, tidak sedarah namun dipersatukan oleh hati.
Di sebuah rumah mewah, kawasan elit di kota. Inilah tempat bermain Gita sejak kecil, mengobrol asik dengan nenek baik sambil belajar tentang dunia kesehatan lalu mengusili seluruh petugas di rumah ini. Iya, dia sudah dianggap keluarga oleh semua yang ada disini.
Sejak kuliah di Bandung 3 tahun yang lalu membuatnya jarang ke tempat ini.
Medan-Bandung cukup jauh, biasanya dia akan pulang saat libur semester tiba, sama dengan saat ini.
Satu bulan sudah dia menghabiskan waktu berlibur di kota kelahirannya ini, itu berarti waktunya tidak banyak lagi disini, sebentar lagi dia harus kembali ke Bandung. Sebenarnya libur masih tersisa 1 bulan lagi, namun dia akan melaksanakan magang wajib dari fakultas.
" Semester berapa kamu sekarang, cantik? ", tanya nenek baik yang sedang bersantai di sofa dengan buah yang sudah dipotong Gita sedari tadi. Gita sedang asik mengotak-atik rak buku yang berisi tentang info kesehatan. " Semester 6 nek ", jawab Gita.
" Wah cucu nenek sudah besar, sebentar lagi koas ya? Jadi generasi penerus nenek ya ", lanjut nenek sembari tersenyum memandangi gadis mungil di depannya. " Hehe iya nek, gak terasa ya. Amin, doain nek, tar jadi dokter yang melayani setulus hati kayak nenek baik " jawab Gita seraya berjalan menghampiri nenek. Dia duduk di samping nenek, mengambil potongan buah yang ada di meja.
Seperti biasa mereka akan mengobrol tak mengenal waktu. Nenek bercerita tentang pengalamannya saat masih aktif melayani, ada banyak kisah lucu, entah tentang bayi yang lahir kembar 5, suami yang malah takut melihat istri sampai dengan pengalaman ngeri membantu persalinan yang menewaskan si ibu yang baru saja melahirkan.
" Lalu? Bagaimana cucu nenek yang cantik ini? Apa nanti akan menginginkan anak kembar juga? Mereka lucu lho Git, gemas membuat kita pengen mengggigit hahahaha ", goda nenek.
" Iya nek, Gita juga suka menonton video lucu bayi kembar gitu, apalagi kalau mereka lagi tidur, pipinya embul hihi. Amin nek, nanti Gita bawa mereka kesini, makanya nenek harus sehat sehat panjang umur, biar sempat ngeliat cicit yang menggemaskan ", seru Gita tertawa.
" Nenek sudah berumur 85 tahun Git. Ini bahkan sudah termasuk bonus hidup di dunia. Nenek juga ingin sekali menyusul kakekmu, kami pasti akan bahagia bersama di surga ", balas nenek seraya melihat foto yang dipajang di ruangan itu, kenangannya bersama suaminya yang meninggal 5 tahun yang lalu akibat pecah pembuluh darah kala itu.
Gita sangat sedih mendengar perkataan nenek baiknya itu. Air matanya menetes, dia memeluk nenek. " Nenek, jangan begitu. Nenek harus lihat Gita pakai jas putih, nenek harus bangga dulu lihat Gita. Gita pasti bisa nek, sedikit lagi, Gita pasti akan berjuang ".
" Hidup siapa yang tau Git, nenek sudah merasa sering kecapean, jantung nenek melemah setiap harinya. Prestasi dan kebaikan hatimu sejak kecil sudah lebih dari kata bangga untuk nenek. Nenek sangat bersyukur mengenal dan menghabiskan masa tua bersamamu. Gita mau buat nenek tertawa kah sekarang ? ", tanya nenek yang sedang memegang pergelangan tangan Gita yang sudah menempel sejak tadi.
Gita hanya mengangguk, masih menangis.
" Menikahlah dengan Gerald ", ucap nenek
" Apa nek? ", Gita terkejut. Seperti merasakan terik matahari di luar hanya sejengkal di atas kepalanya. Matanya membulat, tangannya dingin namun kepalanya seperti terbakar api yang sangat panas.
" Dia anak yang baik Git, dia satu-satunya cucu nenek. Nenek sangat menyayangi dia, sama dengan sayangnya nenek padamu. Nenek tak mungkin menjodohkanmu dengan orang jahat. Percayalah, nenek mau yang terbaik untuk kalian ", lanjut nenek memandangi wajah Gita yang masih kaget dengan apa yang didengarnya.
" Nek, Gita tak mengenalnya. Gita juga masih fokus kuliah nek, tahun depan Gita lulus. Gita akan koas nek, Gita harus berjuang untuk jas putih nek. ", balas Gita dengan wajah memohon pada nenek baiknya itu.
Iya, Gita sama sekali belum pernah berjumpa dengan Gerald. Walau satu kampus mereka beda jurusan dan tentunya beda gedung juga. Gita juga belum niat menikah, boro boro pacaran aja dia belum pernah. Permintaan nenek membuatnya hampir gila, namun dia harus membuat cara penolakan terbaik yang tidak akan menyakiti hati nenek tersayangnya itu.
" Liburnya sampai kapan? Nanti ketemu di Bandung ya. Ini permintaan terakhir nenek, nenek mohon jangan tolak ", pinta sang nenek.
" Akan kupikirkan nek, beri Gita waktu ", jawab Gita dengan senyum terpaksa.
Jauh dalam lubuk hatinya dia terluka dengan permintaan sang nenek. Dia masih 20 tahun, masih sangat muda untuk menikah. Lalu bagaimana kalau temannya tau dia menikah nanti, dia pasti dicap tidak layak menjadi mahasiswa terbaik di fakultasnya.
" Berapa lama, nak? ", tanya nenek lega. Dia seolah mendapat lampu hijau dari anak yang dia timang 20 tahun yang lalu itu.
Gita semakin takut gak karuan, dia bingung harus menjawab apa dan bagaimana.
" Seminggu nek ", Gita menutup mulutnya, entah jawaban apa yang dia keluarkan barusan.
" Itu terlalu lama, nenek gak mungkin sanggup menunggu waktu itu. Kamu juga akan segera kembali ke Bandung kan ", tutur nenek yang makin makin membuat Gita panik.
" 3 hari nek ", pasrah Gita.
" Besok ", balas nenek
" Plis nek, Gita harus berpikir ", jawab Gita kembali. Dia berusaha tetap tenang, takut mengecewakan nenek.
" Ah baiklah, nenek akan menonton film kesukaan nenek sambil menunggu jawaban baikmu. Terimakasih cantik, berkunjunglah besok. Orangtua Gerald akan terbang dari Kalimantan " nenek tersenyum membayangkan jawaban terbaik dari Gita.
" Besok nek? Secepat itu? "
" Mereka ingin melihat kondisi nenek sekalian memeriksa perkembangan usaha kakek yang ada di Tanjung Balai, nenek sudah tak kuat survey langsung kesana. Tapi.. Gerald tak ada. Dia ada kegiatan penting, maaf ya Git. Cucu nenek yang satu itu memang sangat aktif ", jelas nenek memasang ekspresi sedih.
" Ahhhhh ", spontan Gita bernafas lega yang malah salah diartikan oleh nenek.
" Tuh kan nenek makin sedih, jangan kesal ya Git, toh juga bentar lagi ketemu kan di Bandung? Sabar ya, semua indah pada waktunya, okke cantik? "
Yah nenek salah paham, aku merasa hati nenek sensitif akhir-akhir ini ucap Gita dalam hatinya.
Di kamar pribadinya, Gita termenung dengan buku kosong di depannya. Sejak kembalinya dia dari rumah nenek sore tadi, dia mengurung diri di kamar. Dia mau marah tak tahu harus ke siapa, dia ingin berteriak tapi tak ada ruang yang siap menampungnya.
Alhasil, akhirnya dia memilih mencoret-coret buku yang ada di depannya, sesekali dia menusuk lipatan kertas itu dengan pena pegangannya. Sampai terdengar sebuah suara yang tak lain orang mengetok pintunya.
" Gita, sedang apa nak? Boleh mama masuk? " waktu yang pas seru gitu dalam hati. Dia ingin menanyakan ibunya perihal ini.
" Uluh uluh cantiknya kamu Git, gak sabar ya ketemu calon mertua ", ledek Pak Anto tiba-tiba saat Gita baru saja akan memarkirkan sepedanya.
" Pak Anto ngagetin tauuuu, eh emang orangtua Gerald udah di dalam? ", Gita menilik ke pintu utama.
" Oh jadi udah ngakuin Bu Siti jadi mertua nih Git? ", kembali Pak Anto menggodanya.
Begitulah kedekatan Gita pada semua yang ada di rumah ini, tak terkecuali pada Pak Anto, salah satu security penjaga pintu depan.
" Eh ular pak " , Gita menunjuk kaki Pak Anto.
Pak Anto terkejut gak kepalang, mengangkat sebelah kakinya " Ular eh ular. Gitttt, bapak sudah tua lho, masih aja dikerjain "
" Ya maap pak habisnya bapak yang mulai duluan. Siapa aja pak di dalam ? "
" Gak tau, Gita jahat bener ", Pak Anto pura-pura merajuk.
" Yeeee suka becanda tapi gak mau dibecandain, Pak Anto aneh ", Gita berjalan menuju pintu masuk.
" Hati-hati Git, yang suka becanda juga harus terbiasa diseriusin siap siap kamu ", teriak Pak Anto yang berhasil membuat jantung kita makin berdegup.
" Wah cucu nenek udah datang. Siti, ini Gita, calon mantu kamu ", nenek menggandeng Gita yang sedang gugup. Membawanya ke arah wanita yang melahirkan Gerald itu.
Cantik, manis, imut, itu yang timbul dalam benaknya saat pertama kali melihat Gita.
" Gita tante ", Gita mencium tangannya.
" Panggil bunda ya sayang ", balas bu Siti seraya memeluk Gita.
Disinilah mereka sekarang, di taman belakang ditemani dengan bolu kukus yang baru saja mereka buat.
" Kamu pintar masak Git, bunda seperti mencicipi rasa bolu di toko ", puji bu Siti.
" Terimakasih tan, eh bunda. Gita suka memasak, lebih sehat dan lebih murah hehe ", Gita memang sangat membiasakan hidup yang sehat.
Bu Siti terus memandangi Gita yang malah membuat Gita makin gugup, jantungnya seperti berlari kencang tak mengenal cape. Bagaimana tidak? Sejak tadi dia masih gemetaran, bahkan hampir menjatuhkan oven saat memasak bolu tadi. Mati aku, kenapa sih jantungku ini, tolonglah kerja samanya, ucap Gita dalam hati.
" Gerald itu anak baik Git, sangat baik ", Bu Siti tersenyum.
Baik sangat baik, haha. Bahkan dia tak datang saat nenek sakit begini, itu baik ya, protes Gita dalam hati.
" Dia memang dingin, terkesan tidak peduli dengan orang lain. Tapi, kamu harus dengar ini Git, ini dari wanita yang melahirkannya, bunda. Bunda tau sekali bagaimana hatinya, dia hanya akan mementingkan apa yang menurutnya penting, itu saja. ", lanjut bu Siti yang sekarang sedang memegang tangan Gita erat.
Gita masih saja diam dalam pikirannya, dia tak tahu harus memberi respon apa. Dia fokus melihat mata bu Siti, ada kejujuran yang sangat dalam disana. Gita tersenyum membalas mata itu, entah kenapa tangan bu Siti sangat membuatnya adem seperti dipeluk hangat oleh mamanya.
" Tapi Git, kamu belum mengiyakan pernikahan ini kan? Bunda tahu ini berat, bunda sudah mencari tahu tentang kehidupanmu, kamu anak yang baik kamu anak yang pintar. Percayalah, Gerald pasti akan menemanimu meraih masa depan yang cerah.
Kalian boleh menunda kelahiran anak dulu sampai kalian lulus. Jangan ragu sayang, kamu tidak sedang bahaya. Kamu hanya akan memulai dunia baru yang akan membawamu ke satu titik, kebahagiaan. Bunda percaya itu, semangat sayang ", Bu Siti mencium kening Gita.
" Eh eh eh udah langsung sayang sayangan nih, suka sekali ", tiba tiba nenek datang dari pintu samping, memecah situasi adem itu.
" Hati-hati nek ", Gita beranjak membantu nenek baiknya itu menuruni tangga kecil.
" Terimakasih sayang, kamu memang anak yang baik nenek gak salah pilih ", dia mengelus pipi Gita.
Mereka duduk bertiga, menghirup udara yang segar disini.
" Kita harus sabar Siti, Gita butuh waktu. Lusa kita akan mendapat jawaban, berdoalah ", ucap nenek mengarah pada menantunya itu.
" Enggak nek, Gita udah ada jawaban. Gita mau nek, Gita bersedia ", Gita mengucapkannya dengan lantang, itu membuat kedua insan itu terkejut penuh bahagia.
Mereka bertiga berpelukan dengan cinta, pipi Gita dibanjiri kecupan dari kanan kirinya. Dua orang yang sangat menginginkannya, sangat mencintainya, itu yang Gita rasakan. " Terimakasih sayang, terimakasih ", ucap mereka dengan air mata yang sudah menetes sedari tadi. Air mata bahagia.
Apapun itu Git, mama mohon jangan tolak pernikahan itu. Mama tau ini berat tapi percayalah semesta akan menguatkanmu. Bu Ajeng menderita kanker Git, hidupnya tak lagi lama, jantungnya juga melemah. Penyakit itu udah komplikasi Git, mama yakin kamu mengerti tentang itu semua, kamu mempelajarinya. Dia nenek yang baik untukmu Git, orangtua yang selalu saja mencintai dan menyanyangimu sejak kamu lahir di dunia. Mama mohon, jangan kecewakan mereka semua. Mereka orang baik, sayang , kata kata mamanya terngiang dalam pikiran Gita. Itulah pesan mamanya kemarin saat mereka ngobrol di kamar Gita.
Semoga ini keputusan terbaik, aku sayang mereka ini Tuhan, kuatkan aku , ucap Gita dalam hati. Dia makin mempererat pelukannya pada dua perempuan hebat di sampingnya.
Sekarang Gita akan pulang ke rumahnya, besok dia akan kembali ke Bandung. Penerbangannya dipercepat karna dia harus menemui dosen pembimbing magang yang tiba-tiba mendadak akan berangkat ke Jepang lusa.
Gita memeluk mereka kembali, seperti ada sesuatu yang terlupakan pikirnya. " Oh iya bun, om Herman dimana? Tidak ikut? ", tanya Gita.
" Panggil ayah sayang. Ayah buru-buru survey tadi ke Tanjung Balai, besok kalian pasti bertemu di bandara kami akan mengantarmu. Istirahatlah malam ini ", bu Siti menjelaskan keberadaan suaminya itu sambil terus mencium pipi Gita.
Gita kembali ke rumahnya, entah harus sedih atau bahagia, dia hanya bisa pasrah. Rasa penolakannya kalah dengan besar cintanya pada nenek baik dan bunda yang baru saja bertemu dengannya.
Dia ngeri membayangkan hidup dengan orang yang benar benar asing baginya, tidak dikenalinya tapi harus menemani hidupnya. Yang jelas dia tahu, apapun yang terjadi, dia disayangi dua keluarga baik yang selalu menemani dan mendukungnya.
Untuk semua yang sedang membaca, terimakasih sudah mampir. Aku benar-benar bangga ada yang mau membaca cerita haluku ini. Semangati aku lagi ya, jangan lupa like, vote komen dan masukkan ke list favorit supaya tidak ketinggalan info update cerita haluku ini hahahahaha.
Oh iya aku seorang mahasiswi, sekarang semester 6, iya fix ini gak penting untuk kalian, satu yang kupinta doakan aku tahun depan lulus ya, biar bisa nikah muda kayak Gita dan Gerald.
Eh eh eh emang nikah muda itu enak? Gak tau hahaha. Mungkin chapter selanjutnya jadi jawabannya, stay tune ya. Semangat author yang lain semangat juga untuk pembaca. Semoga terhibur ya!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!