"DADDY GAUN YANG AKU BELI ADA DIMANA?" Hari masih pagi tapi Arsen harus mendengarkan teriakan putrinya yang membahana. Arsen melipat korannya lalu berjalan menuju ke kamar Arini.
Arini Putri Casanovia adalah putri semata wayangnya. Semenjak istrinya meninggal Arini sangat bergantung padanya. Arini memang bukan putri kandungnya, Arsen menemukannya di jalan ketika usia Arini masih 10 tahun. Dan kebetulan saat itu Istri Arsen sangat menyukainya hingga mengangkatnya sebagai putrinya.
Arsen masuk ke dalam kamar Arini dan menemukan Arini yang sedang membuka semua isi lemarinya hingga menjadi berantakan. "Apa yang kamu lakukan dengan dengan semua ini Arini?"
"Aku mencari gaun yang aku beli kemarin Dad, Daddy melihatnya tidak? Itu harganya sangat mahal. Sayang kalau hilang begitu saja" Arini masih terus membongkar lemarinya. Arsen hanya geleng geleng kepala.
"Kamu cari gaun berwarna putih dan tembus pandang itu?" Arini langsung menoleh kepada Arsen. "Iya itu maksudnya Dad" Arsen mangut mangut saja. "Gaun yang itu sudah Daddy bakar" Arsen berjalan keluar dari kamar Arini.
Arsen selalu protektif dengan pakaian yang dibeli Arini. Karena Arini selalu membeli pakaian yang kurang bahan. Kemarin saja ia menemukan beberapa gaun yang kurang bahan lagi apalagi tembus pandang. Arsen membakarnya tiap kali ia menemukannya lagi.
Arini mengejar langkah Arsen, ia memeluk Arsen dari belakang. "Kok Daddy tega sih sama aku, ini udah kesekian kalinya Daddy bakar baju aku. Lama lama aku gak pake baju juga nih kalau Daddy masih membakar pakaian yang aku beli"
Arsen berbalik menghadap Arini. Matanya menyorot tajam pada Arini. "Daddy tidak akan membakar pakaianmu kalau pakaian yang kamu beli sopan. Kamu beli gaun tebus pandang buat apa? Mau pamerin tubuh kamu?"
"Ya enggak gitu juga Dad, Aku kan diundang ke pesta ulang tahun Shila temanku. Dan pestanya akan berlangsung di Club. Aku butuh pakaian seperti itu Dad. Masa aku ke Club pakai Celana panjang dan kaos doang sih, iyuww itu bukan gaya ku banget Dad"
"Gak ada ke club ya, kamu gak usah datang sekalian. Kalau sampai Daddy tahu kamu datang semua fasilitas yang Daddy berikan akan Daddy sita. Mobil, Handphone, Laptop, Dan uang saku kamu juga akan Daddy potong"
"Dad plisss kali ini aja, Arini sudah gede. Arini tahu mana yang baik dan buruk untuk Arini" Arsen terus berjalan tanpa mempedulikan Rengekan Arini. Karena merasa di acuhkan Arini mendahului langkah Arsen dan menghadangnya.
"Dad, ayolah. Kali ini aja, kalau perlu ditemani Daddy aja deh biar aman." Arini mengeluarkan puppy eyes nya pada Arsen meskipun ia tahu itu tak akan mempan. "Sekali enggak tetap enggak, kalau kamu ngotot siap siap fasilitas kamu Daddy cabut"
Arini mendegus kesal, gagal sudah ia membujuk Daddy nya. Lalu tebersit sebuah ide dalam pikirannya. Arini tersenyum sambil tangannya memutar mutar rambutnya yang ikal. "Sorry Daddy"
Selepas dari kamar Arini, Arsen langsung pergi ke kamarnya. Seharian ini ia mengerjakan pekerjaan kantor di rumah. Arsen adalah seorang Duda yang ditinggalkan istrinya karena meninggal. Istri nya meninggal karena punya penyakit kanker otak. Di usia nya yang ke 35 tahun, Arsen mengurus Arini yang berusia 20 tahun.
Arsen membuka pintu kamarnya, ia menatap ruangan dalam kamarnya. Arsen masih mengingat semua kenangan istrinya bila ia ada di kamarnya. Arsen duduk di atas kasurnya dan mengambil foto istrinya di nakas samping tempat tidurnya.
Arsen mengusap foto kenangannya bersama istrinya dulu. Sampai detik ini Arsen masih belum bisa melupakannya. Arsen masih teringat dengan wasiat istrinya sebelum meninggal. Sampai detik ini ia belum bisa melakukan wasiat itu. Arsen tidak sanggup jika harus mencintai wanita selain istrinya.
Di sisi lain, Arini mengendap endap dari satu ruangan ke ruangan lainnya, ia menggendong sebuah tas sekolahnya dulu. Arini berencana untuk kabur sebentar, kalau tidak ia pasti tidak akan datang ke pesta itu
"Non Arini mau kemana?" Arini berdecak dalam hatinya. Kenapa ia harus ketahuan saat dirinya sudah mulai dekat dengan pintu utama. Yah, Rumahnya memiliki banyak pintu.
Bahkan jika dihitung total pintu yang ada di rumahnya hampir mencapai lima puluh. Itu semua karena rumahnya yang sangat luas, untuk pergi ke kamar saja harus pakai lift. Arini menatap Bi mina, pembantu di rumahnya. "Aku cuma mau buat tugas kuliah aja bi, gak usah bilang Daddy ya. Aku juga udah ijin kok"
"Tapi Non Arini kenapa bawa tas, biasanya kalau buat tugas cuma bawa buku doang?" Arini bingung harus mencari alasan apa lagi, seandainya ia tak banyak berbohong pasti Bi Mina percaya saja pada alasannya saat ini.
Yah, Arini memang sudah membohongi Bi Mina berkali kali. Hingga Bi Mina dimarahi Daddy nya akibat ulah dirinya. Kali ini ia harus mencari akal agar Bi Mina percaya padanya.
"Ya masalahnya aku bawa buku banyak Bi, jadi harus bawa tas biar gak ribet. Eh aku telat nih, Bi aku berangkat dulu. Dadah" Dengan cepat Arini langsung pergi meninggalkan Bi Mina yang terbengong bengong.
Arini memang lolos dari Bi Mina, tapi ia lupa jika rumahnya memiliki keamanan yang ketat. Tiga orang Body guard berdiri tegak di depan rumahnya. Arini berusaha untuk melewati ketiga body guard tanpa harus kelihatan oleh mereka. Aha, Dia punya ide. Arini tersenyum licik dan bersiap untuk melakukan ide nya itu.
.
.
Di sinilah Arini sekarang, di tengah tengah keramaian pesta ulang tahun. Ia berhasil lolos dari tiga body guard yang menjaga rumahnya, dengan akal bulusnya ia mengerjai mereka. Arini sangat menikmati pestanya, ia bahkan berjoget di antara para pria lainnya. Lekukan tubuhnya yang sempurna membuat banyak pria yang mendekatinya hanya untuk sekedar meraba raba.
"Gila, Dada lo benar benar menantang Rin. kapan kapan boleh lah main sama gue di hotel. Punya gue gak kalah gede dari dada lo kok. gue yakin lo pasti puas" ucap salah satu pria yang suka dengan keelokan tubuh Arini.
"Gue gak niat main gituan, bisa ngamuk Daddy kalau sampe tahu gue melebihi batas" Arini menyudahi untuk berjoget. ia mengambil segelas Vodka dan meminumnya dengan cepat.
"Rin, Si Bagas nyariin lo noh?" ucap Via, salah satu teman Arini di kampus. Dengan setengah sadar Arini menatap Via. "ngapain dia nyari gue?" Via hanya mengendikkan bahunya. lalu segera pergi dari hadapan Arini.
Lalu seorang pria datang mendekatinya, pria itu langsung merangkul Arini dengan tidak tahu malunya. Arini sudah tahu siapa itu, siapa lagi orang yang bisa menyentuhnya bebas selain seorang Bagas Wardana.
Arini dan Bagas terlihat sedang berciuman, sepertinya Arini mulai mabuk. Bagas tidak menyianyiakan kesempatan itu. Ia membopong tubuh Arini dan membawanya ke salah satu kamar yang ada di club itu. Bagas tahu Arini masih perawan, itu sebabnya ia ingin menjadi yang pertama untuk Arini.
Bagas menidurkan Arini di kasur kemudian ia mengunci pintunya terlebih dahulu agar tidak ada yang mengganggu aktivitasnya. Bagas menatap pemandangan yang ada di depannya ini dengan tatapan takjub. Gaun yang dipakai Arini sedikit tersingkap hingga memperlihatkan
Bagian dalamnya.
Bagas membuka kemejanya dan melemparnya ke sembarang arah. Kemudian ia mendekati Arini yang sedang tertidur di atas kasur. Bagas membelai kulit mulusnya dari atas hingga ke paha mulusnya. "Dari dulu gue pengen masukin lo, sekarang akhirnya kesampaian juga"
Bagas tertarik untuk memelorotkan sedikit gaun Arini dari dadanya, hingga kedua gunung kembar itu mencuat dengan tegaknya. Bagas terkesima, ternyata Arini tidak memakai Bra yang menutupi bagian dadanya. "Hoki banget gue hari ini"
Bagas menundukkan kepalanya dan mulai melakukan aksinya, ia memulai dengan bagian puncak dada Arini. Bagas menjilatnya sedikit sambil tangannya meremas dada sebelah kanannya. Arini terlihat melenguh karena dadanya dihisap dengan kuat oleh Bagas.
Bagas memejamkan matanya, dada Arini benar benar empuk. Tangan Bagas mulai turun ke arah bagian kewanitaan Arini. Bagas mengusapnya sebentar dan mulai memasukkan jarinya. Tiba tiba, pintu yang telah ia kunci di dobrak oleh seseorang.
Arsen melihat keadaan putrinya yang setengah telanjang, lalu ia menatap Bagas yang masih mempermainkan Arini. Wajahnya memerah karena amarah yang menguasainya, dengan cepat Arsen melayangkan pukulan ke arah Bagas hingga bagas terjatuh dari kasur.
"Berani beraninya kamu menyentuh putri saya" Arsen menarik Bagas dan memukulnya kembali, ia tidak terima Arini diperlakukan seperti itu. Untung saja Arsen cepat datang kalau tidak entah bagaimana nasib Arini.
Arsen melayangkan pukulan terakhirnya di perut Bagas, sehingga membuat Bagas batuk batuk. "Ini adalah terakhir kali saya melihatmu, jangan pernah muncul di hadapan Arini lagi. Saya tidak segan segan membunuhmu jika kamu masih mendekatinya.
Bagas berdiri perlahan lahan, ia berjalan sempoyongan dan segera pergi. Bagas tidak mau punya masalah dengan Arsen, karena Bagas tahu Arsen bukanlah pria sembarangan. Bahkan kekuasaan ayah Bagas tidak akan mampu menandingin kekuasaan Arsen.
Arsen mengalihkan pandangannya, kemudian ia berjalan mendekati Arini. Dada nya masih belum terbungkus dengan rapi. Arsen menghela nafasnya, dengan cepat ia menutup bagian dada Arini dengan gaunnya.
"Dasar anak nakal, tunggu saja hukumanmu besok" Arsen langsung menggendong Arini dan membawanya pulang. Arsen bersumpah untuk membakar club ini. Dan sumpah Arsen tidak main main, ia pasti akan mewujudkannya. Dan itu pasti.
[Flasback]
Arsen baru saja selesai mandi, ia memanggil Bi Mina untuk menyiapkan makan malam. Bi Mia pun mulai menyiapkan makanan atas perintah Arsen. Beberapa jam ini Arsen tidak melihat keberadaan Arini, kemana dia?
Arsen pergi ke kamar Arini untuk mengecek keberadaannya, tapi Arini tidak ada. Arsen akan menutup pintu kamar Arini kembali tapi ia melihat sesuatu di atas meja rias Arini. Arsen masuk ke dalam dan mengambil sesuatu yang ia maksud itu.
"Undangan pesta ulang tahun di club Vorce El Dior jam 7 malam" sepertinya Arsen tahu kenapa selama beberapa jam ini Arini tidak kelihatan. Arsen mengambil kunci mobilnya dan berjalan dengan terburu buru.
"Tuan, ini makanannya sudah siap. Tuan mau kemana?" Arsen menoleh sebentar. "Saya mau mencari putri saya dulu Bi, bibi taruh saja dulu makanannya." Dengan cepat Arsen menggunakan mobilnya dan melesat pergi menembus kegelapan malam.
Arsen masuk ke dalam club sendirian, keadaan di dalam sangat kacau karena penuh dengan wanita dan pria yang mabuk. Bahkan ada yang bercinta di atas sofa. Arsen mengalihkan perhatiannya, ia datang kesini hanya untuk mencari arini.
Namun langkah Arsen dicegat oleh seorang wanita.
Wanita itu berusaha menggoda Arsen dengan tubuhnya. Ia menempelkan dada nya pada lengan kanan Arsen. Bukannya tergoda Arsen malah ingin muntah. Dengan kasar Arsen mendorong kepala wanita itu. Lalu melanjutkan perjalanannya.
Arsen sudah mengelilingi semua ruangan dalam club, tapi masih belum menemukan Arini. Arsen yakin Arini pasti berada disini. Karena Arini tipe orang yang nekat jika ia tidak diizinkan melakukan sesuatu.
Saat sedang berjalan, Arsen menemukan gelang kaki Arini di lantai. Arsen mengambilnya dan menatap ke arah pintu yang ada di depannya. Tidak salah lagi, Arini pasti berada disana.
Arsen membuka pintunya, tak tidak bisa. Dengan cepat ia langsung mendobrak pintunya dan melihat seorang pemuda yang sepantaran dengan Arini terlihat menggerayangi tubuhnya.
[Flasback Off]
Arini membuka matanya dengan perlahan, ia mengerjapkan matanya sebelum terbuka dengan sempurna. Arini melihat ke sekelilingnya, ia seperti berada di kamarnya sendiri.
"Kamar? Bukankah ini kamar aku?" Pintu tiba tiba terbuka dari luar. Arsen masuk dengan membawakan makanan dan susu dengan nampan. Dengan wajah datarnya, ia menaruh makanannya di samping tempat tidur Baby.
"Daddy" lirih Arini. Ia yakin orang yang membawanya pulang adalah Daddy nya sendiri. Arini menggigit bibirnya.
"Bukankah Daddy sudah bilang kamu tidak boleh datang ke club. Kenapa kamu masih nekat datang kesana?" Arini hanya menunduk. "Maaf Daddy, Arini kan cuma pengen datang saja. Teman teman Arini yang lain pada datang masa Arini enggak"
Arsen duduk di pinggir kasur Arini. "Hanya gara gara kata cuma kamu hampir diperkosa oleh teman kamu. Sebenarnya apa yang ada dalam pikiran kamu? Daddy melarang kamu pergi kesana karena Daddy khawatir sama kamu."
"Maaf Daddy"
"Besok kamu akan mendengar berita yang mengejutkan. dan sekarang sebagai hukumannya semua fasilitas kamu Daddy sita. Kamu juga tidak boleh keluyuran kemana mana selama satu bulan, kecuali kuliah saja"
Arini mengangkat kepalanya dan menatap wajah Daddy. "Daddy...Masa Daddy tega ngehukum Arini segitunya, Daddy gak sayang lagi sama Arini. Kalau Bunda tahu Daddy pasti dimarahin"
Arsen bersedakap dada. "Justru Bunda akan marah dengan kelakuan kamu yang seperti ini. Kamu bilang Daddy tega? Ya, Daddy tega kalau untuk kebaikan kamu. Sekarang makanlah, Daddy tahu kamu belum makan"
"Hukumannya bisa dikurangi gak Dad?"
"Tidak ada tawar menawar Arini, kamu sudah Daddy peringatkan sebelumnya. Jadi terima saja konsekuensinya" Arini mengerucutkan bibirnya. Ia bisa memastikan bahwa satu bulan ke depan hidupnya akan membosankan.
"Cepat makan makananmu" titah Arsen. "Suapin Dad, tangan aku pegal" Arsen hanya menghela nafasnya. Arini memang sangat manja jika bersamanya. Tapi Arsen menyukainya karena dengan begitu ia merasa menjadi seorang ayah yang baik. Arsen mulai menyuapi Arini.
Hari ini Arini tidak memiliki jadwal kuliah jadi dia hanya bermalas malasan di rumah. Arini tidak bisa kemana mana karena semua fasilitasnya sudah disita oleh Arsen. Arini mengambil remot Tv dan menghidupkannya.
Pada saat Arini mengubah channel ia melihat berita kebakaran di club yang semalam ia datangi. Arini menutup mulutnya tak percaya. Arini teringat dengan perkataan Arsen semalam bahwa besok akan ada berita mengejutkan. Arini yakin ini pasti ulah Daddy nya.
Arini berlari ke ruang kerja Arsen, ia perlu menanyakan semua ini. Apa benar Arsen adalah pelakunya. "Daddy...Daddy where are you?" Arsen membuka kaca matanya dan menyandarkan tubuhnya di kursi.
Arsen menebak Arini sudah melihat dan mendengar berita itu. Arini mengetuk ruang kerjanya. "Masuk" Dengan pelan Arini membuka pintunya kemudian menutupnya kembali. "Kalau kamu mau menanyakan berita itu, itu emang ulah Daddy."
"Tapi kenapa harus dibakar Dad, Daddy tahu kan orang yang membuat club itu dulu bersusah payah untuk membuatnya. Dan sekarang malah Daddy bakar" Arini menatap Arsen yang terlihat tenang tenang saja.
Arsen menyilangkan kakinya di atas pahanya. "Sebelum Daddy menbakar club itu Daddy membelinya dengan harga dua kali lipat. Jadi otomatis Daddy membakar club Daddy sendiri"
Arini membuka mulutnya tak percaya, Daddy nya membeli club dengan harga dua kali lipat hanya untuk dibakar.
Arini berjalan mendekat ke arah Arsen dan duduk di salah satu pahanya. "Daddy buang buang uang aja."ucapnya. Arsen geleng geleng kepala dibuatnya. "Daddy buang buang karena siapa? Karena kamu kan. Bandel sih jadi anak"
Arini membalikkan tubuhnya dan menghadap Arsen. "Dad, hukumannya dikurangi ya? Arini gak betah kalau harus diam di rumah. Ini dilarang itu dilarang." Arsen mengambil sesuatu dari meja kerjanya dan memberikannya pada Arini.
"Apa ini?" "Buka saja" jawab Arsen. Arini membuka bingkisan itu lalu matanya berbinar cerah. Arsen membelikannya sebuah gelang berlian bermotif kupu kupu. Gelang itu hanya ada 3 di indonesia dan sekarang Arini memilikinya.
"Daddy tahu kamu menyukai gelang itu. Makanya Daddy belikan buat kamu. Gelang itu sebagai ganti dari hukuman kamu. Jika kamu berhasil menjalankan hukuman selama satu bulan, Daddy akan mengabulkan semua keinginanmu" Arsen tersenyum melihat Arini sangat menyukai gelang itu.
"Really Dad? Daddy akan mengabulkan semua keinginanku?" Arsen mengangguk. Arini langsung memeluk Arsen dengan erat, ia bahkan tidak peduli jika ia duduk di paha Arsen. "Thank you Daddy, i miss you so much"
Arsen menguraikan pelukannya lalu memgecup kening Arini singkat. "Jangan nakal lagi, Daddy tidak suka." Arini mengangguk. Lalu ia turun dari pangkuan Arsen. "Kalau gitu Arini mau ke kamar dulu, Aku mau nunjukin kalau aku sudah punya gelang ini, Bye Dad"
Setelah Arini keluar dari ruang kerjanya, Arsen tersenyum. Semakin dewasa Arini bukannya semakin mandiri tapi semakin manja. Arsen tahu, selama ini Arini disukai oleh banyak pria di kampusnya. Bahkan mereka menembak Arini secara terang terangan di hadapannya.
Arsen memutuskan untuk keluar dari ruang kerjanya. Dengan langkahnya yang lebar Arsen berjalan melewati kamar Arini. Memang kamar Arini dan ruang kerja Arsen berdekatan. Jaraknya hanya dua ruangan saja saja dari kamar Arini.
"Iya dong, pokoknya gue sayang banget sama Daddy gue. Tanpa gue minta dia aja udah belikan gue gelang mahal."
.
"Gue jadi iri sama lo? Coba Bokap gue kayak Daddy lo. Uh gue pasti bahagia banget. Tukeran kuy" ucap Shila. Shila adalah orang yang mengadakan pesta waktu itu. Shila dan Arini berteman sejak pertama kali mereka masuk perkuliahan.
"Gak mau ah. Daddy gue cuma buat gue aja. Harusnya lo tuh bersyukur punya bokap kayak Om Heru, orangnya sabar banget. Lo ke club aja bukannya dimarahin malah dinasehatin doang. Coba gue yang ada di posisi lo, gue malah diomelin sampai gue benar benar kapok."
Shila tertawa renyah. "Intinya bokap gue dan Daddy lo punya kelebihan dan kekurangannya masing masing" ucap Shila. "Nah tuh tau" timpal Arini. Arsen mendengar semua pembicaraan mereka yang membicarakan tentang dirinya.
"Eh Rin, Kita shoping yuk. Gue gabut nih di rumah sendirian. Ortu gue lagi ke luar negeri." Shila mengajak Arini untuk pergi shoping. Namun sayang seribu sayang Arini menolaknya. "Gue gak bisa shil, lo kan tahu sendiri gue lagi dihukum sama Daddy. semua fasilitas gue disita sama Daddy termasuk ponsel. Ini aja gue nelfon lo pake ponsel Bi Mina. Ponsel gue disita sama Daddy"
"Uluh uluh kacian, ya udah deh gue nunggu lo selesai dihukum. Kira kira kapan selesainya?" Arini menjawab dengan ragu. "Satu bulan lagi"
Shila yang semula berbaring di kasur langsung menegakkan tubuhnya saat mendengar hal itu. "Lo seriusan dihukum 1 bulan?"
"Iya, gara gara gue nekat datang ke pesta ulang tahun lo itu." Arini memukul bonekanya dengan tangannya sebagai pelampiasannya. Rasa kesalnya memang berkurang karena Arsen membelikannya gelang. Namun tetap saja satu bulan itu adalah waktu yang lama untuk menjalani hukuman.
Hukuman yang diberikan Arsen ada dampak positif dan negatife nya. Dampak positif nya adalah Arini bisa meminta semua permintaan pada Arsen yang pasti dikabulkan. Dan negatifnya adalah Arini akan mati kebosanan di rumah.
"Ya udah selamat menikmati hukuman Beb, gue mau ngajak Via sama Gabriel shoping dulu. Bye" Arini menaruh ponsel Bi Mina di samping nakasnya. Ia tidak tahu harus melakukan apa. Arsen masih terus memperhatikan Arini.
Arini memutar otaknya, ia tidak akan membiarkan dirinya ngenes hanya karena kebosanan. Tiba tiba Arini mendapat sebuah ilham, Arini tersenyum. Ia mengambil sesuatu dalam lemarinya kemudian pergi ke kamar mandi.
Arini keluar dengan menggunakan pakaian yang super ketat hingga bentuk tubuhnya sangat menonjol. Arini memperhatikan tubuhnya sendiri di depan cermin. Pantas saja banyak pria yang suka dengannya, Body nya aja seperti gitar spanyol.
"Cuma ini yang bisa gue lakuin buat ngusir kebosanan" Arini menghela nafasnya lalu mengambil kaset yang dulu ia beli. Arini memasukkannya pada Dvd yang disambungkan dengan televisi dan mulai menikmati acaranya.
Arini menonton senam yoga. Ia pernah mendengar dari orang orang kalau senam yoga bisa mengecilkan perutnya dan menghilangkan lemaknya. Arini ingin mencobanya. Minggu lalu berat badannya naik 3 Kg karena Arini tidak menjaga pola makannya.
Sedang asyik memperhatikan putrinya, seseorang menepuk bahunya. "Tuan sedang apa disini? Kenapa tidak masuk saja?" Itu adalah suara Bi Mina yang kebetulan lewat.
"Saya lagi melihat Arini bi, saya penasaran apa yang ia lakukan" Bi Mina tersenyum, selama bertahun tahun bekerja dengan Arsen, ia selalu melihat betapa sayangnya Arsen dengan Arini. Meskipun Arini bukan putri kandungnya. Terkadang Bi Mina khawatir salah satu di antara mereka mempunyai perasaan yang lebih. Tapi jika itu benar, Bi Mina tidak bisa melakukan apa apa.
"Tuan, mengenai wasiat yang nyonya katakan dulu apa tuan sanggup menjalankannya, bukan maksud saya untuk lancang. Tapi Nyonya mungkin akan bahagia jika tuan melakukan wasiatnya"
Arsen mengembuskan nafasnya pelan, ia menatap Bi Mina yang sudah seperti ibu kandungnya. "Saya pasti akan melakukannya Bi, tapi tidak sekarang. Saya masih belum menemukan wanita yang tepat untuk saya. Dan saya juga khawatir Arini tidak menyukainya. Karena dia sendiri pun tidak tahu tentang wasiat itu"
Bi Mina mengangguk pelan, ia mengikuti arah mata Arsen dan melihat Arini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!