Pada penghujung malam sebuah Mercedes Benz melaju kencang di jalan terpencil kota X provinsi A. Malam itu suasananya terlihat lebih sepi ketimbang malam yang lain sehingga suara mesin mobil tersebut terdengar sampai beberapa kilometer. Di dalamnya terlihat seorang wanita berusia sembilan belas tahun duduk dengan tenang sambil menatap layar smartphone nya. Sesekali jarinya mengetikkan sesuatu di layar smartphone. Dahinya yang mulus tanpa cela mengernyit melihat pesan pada layar smartphone.
Tubuhnya menegak dari posisi duduk dan wajahnya menampakkan kecemasan. Pria dibalik kemudi melihat perubahan sikap gadis yang duduk di kursi penumpang dari kaca spion kemudian menoleh ke arah pria yang duduk di sebelahnya. Pria tersebut berstelan jas dan rapi dari ujung kepala hingga ujung kaki. Wajahnya serius dan kaku. Melihat pria yang sedang mengemudikan mobil itu menoleh padanya dia bertanya pada si gadis.
"Apakah terjadi sesuatu, nona muda?" kata pria berwajah serius itu.
"Kakek terbunuh di kediamannya, ayah hilang kontak di perjalanan menuju bandara, Gege kecelakaan mobil. Sekarang dia dirumah sakit ditemani ibu, untung hanya patah tulang," kata si gadis sambil menggigit bibir. Tatapannya penuh rasa cemas. Keluarga intinya diserang secara terang-terangan oleh seseorang. Entah itu lawan bisnis atau seseorang yang punya dendam terhadap salah satu anggota keluarganya.
"Aku akan menghubungi markas untuk mengetahui seluruh kejadiannya. Jangan khawatir nona muda" kata pria berwajah serius. Tangannya dengan lugas mengambil smartphone dari saku jasnya tetapi sebelum dia memencet sebuah nomer, smartphone si gadis berdering.
"Bibi Sheyue!" kata gadis muda itu.
"MU LIAN! KAMU ADA DIMANA?!" jerit seorang wanita. Suaranya terdengar histeris dan ketakutan.
"Bibi aku di jalan kota X provinsi A. Ada Ap-"
"ADA ORANG YANG MENGEJARMU!! Lian'er berhati-hatilah" potong Sheyue.
Mu Lian berniat untuk menenangkan bibinya ketika tiba-tiba tubuhnya terbanting kesana kemari. Sisi kiri tubuhnya membentur pintu mobil dengan keras hingga smartphone ditangannya tergelincir.
"Apa yang terjadi!?" tanya Mu Lian dengan kesal sambil melihat ke pria yang mengemudikan mobil. Tangannya meraba-raba dasar mobil mencari smartphone.
"Ada mobil yang bersembunyi di belokan tadi, nona" kata si pengemudi mobil melanjutkan "Bahaya sekali, mereka muncul tiba-tiba dan hampir menabrak kita"
"Atas dasar apa kamu menuduh orang-orang yang ada di mobil itu ingin mencelakai kita?" tanya Mu Lian tak percaya.
"Mereka 'memang' mengincar kita nona," kata pria berwajah serius melanjutkan "Malam sudah sangat larut, tidak ada mobil lain di jalanan yang kosong dan kemunculan mobil setelah nyonya Sheyue memberitahukan bahwa ada orang yang mengejar kita"
Mu Lian mendengarkan kata-kata pria berwajah serius itu sambil berusaha menstabilkan tubuhnya. Mobil yang ditumpangi Mu Lian melaju kencang di jalan yang berliku. Mobil yang dilihat Mu Lian dari kaca spion adalah Land Rover keluaran terbaru, body nya yang gagah membuat Mercedes Benz milik Mu Lian terlihat rapuh seperti kaleng. Land Rover itu melaju ke arah Mu Lian dengan beringas dan akhirnya menabrak bumper mobilnya. Mu Lian menjerit.
"MU LIAN!!" terdengar suara dari bawah kursi pengemudi. Ternyata smartphone Mu Lian tergelincir sampai kesana. Mu Lian lupa kalau sambungan telepon masih terhubung. Dia sibuk menstabilkan tubuh karena mobil bergoncang dengan hebat.
"Seberapa jauh kita dari jalan raya?" tanya pria berwajah serius. Tangannya mencengkram hand grip dengan kencang meskipun sudah memasang seat belt.
"Masih dua puluh kilometer lagi!" jawab pria di balik kemudi sambil menggertakkan giginya. Seluruh kemampuan mengemudi ia kerahkan supaya lepas dari terjangan mobil di belakang mereka.
Speedometer menunjuk ke angka paling maksimal namun si pengemudi tak berani menurunkan kecepatan meskipun jalan yang mereka lalui berliku. Tangannya memegang kopling bersiap melakukan trik yang sudah lama tidak ia gunakan. Sepersekian detik sebelum mobil melewati belokan tajam si pengemudi melakukan drift.
Mobil melewati belokan tersebut dengan tajam hingga bumper mobil yang menyentuh pembatas jalan memercikkan bunga api. Tubuh Mu Lian yang terdorong gaya sentrifugal menempel ke pintu mobil. Kepalanya pusing karena trik mobil itu dan hanya bisa menjerit histeris. Smartphonenya menggelincir dari bawah kursi pengemudi ke depan Mu Lian. Nama Sheyue masih terpampang di layar smartphone.
"MU LIAN!" jerit Sheyue.
Mu Lian tidak ingat apa-apa lagi. Matanya terpejam. Tubuhnya terpelanting kesana kemari selama waktu yang tidak bisa ditentukan. Di dalam mobil sudah tidak ada yang menanyakan keadaanya atau menanyakan masih seberapa jauh jarak ke jalan raya, yang terdengar hanya jeritan Mu Lian dan suara kopling.
Entah berapa kali Land Rover itu menabrak mobil Mu Lian sampai hampir keluar dari jalur namun dengan keahlian si pengemudi mobil dapat dikembalikan dengan aman ke dalam jalur. Sampai akhirnya si pengemudi terlambat menstabilkan mobil dan gagal mengantisipasi benturan yang diakibatkan oleh Land Rover.
Benturan menambahkan akselerasi pada mobil yang sudah melaju cepat itu sehingga menabrak pembatas jalan dan terjun ke jurang. Mobil berputar seratus delapan puluh derajat di udara menyebabkan tubuh Mu Lian terpelanting keluar mobil melalui kaca belakang.
Malam itu langit cerah, bulan bersinar dengan terang menampakkan seluruh kejadian yang ada. Tubuh Mu Lian mengudara terlihat seperti Dewi yang turun dari kahyangan. Mu Lian melihat pemandangan tersebut dari pantulan body Mercedes Benz yang mengkilap.
"Kasihan sekali dengan usia yang masih muda begini..." kata seseorang dengan suara lirih.
"Bagaimana keadaannya, master Mu?" tanya seorang wanita paruh baya. Tatapan ibanya mengarah ke Mu Lian yang tidak sadarkan diri.
"Lukanya parah sekali. Terimakasih sudah memanggilku ibu Wang karena dalam kondisi seperti ini kita tidak boleh dengan asal memindahkan tubuh pasien. Kalau salah bisa-bisa cederanya tambah parah," kata master Mu melanjutkan ke seorang pemuda yang berdiri disebelah ibu Wang "Panggilkan beberapa orang untuk memindahkan tubuh gadis malang ini. Jangan lupa untuk membawa tandu"
"Baik master" kata si pemuda sambil mengangguk dan segera berlari untuk menyampaikan pesan.
"Apa yang sebenarnya dialami gadis ini? Oh..aku jadi teringat anak gadisku yang sudah menikah di desa tetangga" kata ibu Wang penuh emosi.
"Pastinya sesuatu yang buruk. Tubuhnya di penuhi daun dan tanah sepertinya dia jatuh dari jurang" kata Mu Haoucun sambil mendongak melihat ke arah puncak gunung yang tertutup awan.
"Yang benar saja" kata ibu Wang tercekat.
"Luka tergores dan memar di sekujur tubuhnya membuktikannya dengan jelas. Apalagi kita bisa melihat jalur gadis itu jatuh" kata master Mu memandang pohon-pohon muda yang patah dan kerikil-kerikil berserakan.
Tak lama kemudian beberapa pemuda berjalan membawa tandu yang terbuat dari papan kayu diatasnya dilapisi kain tebal supaya pasien berbaring dengan nyaman. Seorang pemuda menyapa master Mu.
"Master Mu," kata seorang pemuda.
"Changyi tolong ya," kata master Mu sambil menepuk pundak pemuda itu. Master Mu memberi jalan supaya Mu Lian bisa diangkat menggunakan tandu. Mata Master Mu mengawasi dengan ketat proses evakuasi Mu Lian. Setelah puas dengan pekerjaan para pemuda, Master Mu mulai memimpin rombongan menuju kawasan permukiman.
Jalanan terlihat lengang di kawasan seluas *150 mu ini. Master Mu memimpin rombongan melewati baris demi baris rumah yang disusun secara simetris. Kemudian dia berhenti di depan sebuah rumah yang diatasnya tergantung papan bertuliskan Klinik Dongshan.
Master Mu melewati pintunya yang terbuat dari kayu dan menemukan seorang pria paruh baya sedang berkutat di depan tumpukan tanaman herbal di pekarangan.
"Dongshan siapkan kamar, baju bersih dan panggilkan Xiaoxiao," kata master Mu melanjutkan ke seorang pemuda yang berjalan paling dekat dengannya "Bawakan tanaman-tanaman herbal yang akan kutuliskan di kertas nanti dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk meracik obat"
"Master?" tanya Dongshan bingung. Serombongan pemuda memasuki klinik sambil membawa tandu, diatasnya seorang gadis dipenuhi luka tak sadarkan diri. Melihat gadis itu Dongshan segera berdiri dan memanggil seseorang.
"Xiaoxiao!" kata Dongshan. Tak lama seorang gadis berumur tujuh belas tahun keluar dari sebuah ruangan. Tanpa basa basi Dongshan menyampaikan perintah yang dikatakan master Mu barusan.
.........
Kicauan burung menarik kesadaran Mu Lian dari kegelapan. Udara dingin menggigit tulangnya membuat tubuhnya menggeliat. Rasa sakit menyebabkan matanya terbuka menampakkan ruangan asing di depan matanya.
Mu Lian menyisir ruangan itu. Dindingnya terbuat dari batu berwarna putih, atap yang tinggi, gentingnya kecil-kecil dan berwarna hitam, kerangka atapnya terbuat dari kayu. Kasur dibawah tubuhnya terasa keras dan kurang nyaman, dipan kayunya rendah membuat dinding di ruangan itu semakin terlihat tinggi.
Mu Lian melihat pintu yang terbuka di sisi sebelah kirinya. Cuaca mendung terlihat dari balik pintu. Tak lama suara langkah kaki mendekat dan seorang kakek melewati pintu. Mata Mu Lian bertemu dengan mata sang kakek. Tatapan sang kakek mengandung senyum dan kelegaan.
"Syukurlah kau sudah sadarkan diri" kata si kakek sambil membawa wadah berukuran sedang. Wadah itu terbuat dari kayu dan ketinggiannya membuat Mu Lian tidak bisa mengintip isinya. Si kakek duduk di stool kayu di sebelah Mu Lian dan menyimpan wadah di lantai.
"Jangan terlalu memaksakan diri dulu luka di tubuhmu belum sepenuhnya sembuh, ini minum" kata si kakek melanjutkan "Apa kau lapar? Aku akan membuatkan semangkuk *congee, sebaiknya kamu menghindari makanan yang keras dulu karena tidak baik untuk ususmu"
Mu Lian bingung harus berkata apa di benaknya tersimpan banyak pertanyaan tapi tidak jadi dilontarkan karena merasakan tenggorokannya sangat kering. Melihat segelas air ditangan si kakek Mu Lian hendak mengambilnya namun tangan si kakek berkelit. Kakek itu menggelengkan kepalanya mengambil sendok dan menyuapi Mu Lian. Mu Lian baru sadar bahwa dia tidak bisa bangun akhirnya dia membuka mulutnya dan meminum air tersebut.
"Dimana ini? Berapa hari aku tak sadarkan diri?"tanya Mu Lian dengan suara serak. Tenggorokannya kering sekali hingga terasa sakit.
"Sekarang kau sedang dirawat di klinik Dongshan klinik ini milik temanku, muridku lebih tepatnya. Kau tak sadarkan diri selama 10 hari,"kata si kakek sambil terus menyuapi Mu Lian.
"Tunggu, 10 hari?"kata Mu Lian tercekat tangannya menahan sendok.
"Minumlah lagi jangan memikirkan hal lain dan fokus pada pemulihanmu"kata si kakek. Mu Lian hanya bisa menurut. Entah dimana ini tapi dia harus segera memulihkan diri supaya bisa cepat kembali ke keluarganya.
Mu Lian membayangkan wajah ibunya yang dipenuhi air mata. Waktu kejadian malam itu ibunya sedang menunggu *gege di rumah sakit. Mu Lian minum sambil berkutat dengan pikirannya tak menyadari kehadiran seorang gadis yang baru masuk ke ruangan.
"Master Mu aku akan mengoleskan salep pada tubuh *jiejie" kata gadis itu. Matanya terbelalak melihat Mu Lian.
"Kalian bisa saling berkenalan. Xiaoxiaolah yang telah merawatmu selama ini" kata si kakek kepada Xiaoxiao dan Mu Lian.
"Terimakasih" kata Mu Lian.
"T-tidak perlu" kata si gadis terbata-bata. Matanya menatap lantai.
"Aku akan memasak congee dulu. Tolong ya Xiaoxiao"kata master Mu sambil keluar ruangan.
"Namaku Mu Lian"kata Mu Lian memperkenalkan diri melihat Xiaoxiao bergeming meski beberapa menit sudah berlalu.
"Oh"kata Xiaoxiao mengangguk.
Kehidupan Mu Lian selama beberapa hari kedepan bisa dikatakan membosankan. Setiap hari Mu Lian berbaring di kasur hanya bisa menatap seisi ruangan. Teman mengobrolnya hanya Xiaoxiao karena setiap hari dia bertugas membawa makanan dan mengoleskan salep di sekujur tubuhnya. Efek salep itu seperti menenangkan luka Mu Lian yang terasa sakit.
Awalnya Mu Lian skeptis dengan pengobatan yang diterimanya. Dia tidak tahu apakah ada tulangnya yang patah atau tidak meskipun begitu melihat keadaan ruangan yang ditempatinya pasti tempat ini jauh dari rumah sakit. Mu Lian hendak bertanya tapi si master Mu tidak terlihat lagi batang hidungnya. Master Mu selalu menghilang setelah memeriksa kondisi tubuhnya. Hingga suatu hari Xiaoxiao membantu Mu Lian duduk. Mu Lian terkejut mendapati dirinya sudah bisa berjalan.
Lima hari kemudian Mu Lian membujuk supaya Xiaoxiao bersedia mengajaknya berkeliling. Mu Lian hendak menanyakan sesuatu pada master Mu. Xiaoxiao yang awalnya pemalu menjadi lebih santai di dekat Mu Lian setelah menghabiskan waktu bersama dan mengikuti segala keinginan Mu Lian.
Xiaoxiao memimpin Mu Lian berjalan di sepanjang deretan rumah-rumah. Mata Mu Lian terbelalak melihat rumah bergaya *Hui yang hanya bisa dilihat pada jaman kuno. Kecurigaan Mu Lian berawal dari layout rumah yang menyerupai rumah bergaya Hui yaitu terdapat ruang terbuka menyerupai pekarangan di tengah rumah, dinding kepala kuda yang dinamis, teras simbolis, lengkungan dan ukiran mewah pada dinding.
Memasuki jalanan yang ramai Mu Lian melihat orang-orang disekitarnya menggunakan Hanfu, ada beberapa orang yang menggunakan warna yang seragam. Ekspresi Mu Lian terlihat seperti anak kecil yang terpisah dari ibunya (yah bisa dikatakan begitu). Mu Lian sendiri mengenakan *Hanfu dengan kombinasi rok.
Selepas jalan yang ramai terhampar sungai berwarna hijau seperti batu giok. Lebarnya selebar lapangan sepak bola dan panjangnya sejauh mata memandang. Xiaoxiao memimpin Mu Lian ke sebuah jembatan yang terbuat dari batu kemudian berjalan melewati gapura megah.
Mereka berjalan di jalan setapak menaiki bukit yang terjal. Dua puluh menit kemudian Mu Lian sampai di lapang terbuka ditengahnya berdiri sebuah bangunan bertingkat, bangunan itu masih bergaya Hui. Tertulis nama Embun Pagi di papan pintu masuk.
Xiaoxiao mengajak Mu Lian menuju lantai tiga. Beberapa pemuda yang berpapasan mengangguk pada Xiaoxiao dan menatap penasaran pada Mu Lian. Xiaoxiao masuk ke sebuah ruangan diikuti oleh Mu Lian. Ketika Mu Lian masuk tercium wangi tanaman herbal. Belum sempat Mu Lian melihat-lihat interior ruangan itu matanya sudah terpaku pada punggung seorang kakek.
"Master Mu"kata Xiaoxiao memanggil master Mu lebih cepat daripada Mu Lian.
"Ada apa sampai datang jauh-jauh kemari?"kata master Mu sorot matanya menunjukkan ketidaksetujuan. Master Mu memikirkan kesehatan Mu Lian yang baru pulih beberapa hari yang lalu. Dia tidak setuju kalau Xiaoxiao membawa Mu Lian kesini tapi tidak berbicara lebih jauh.
"Ada yang ingin kutanyakan" Mu Lian maju melindungi Xiaoxiao. Xiaoxiao tidak bersalah dirinyalah yang membujuk Xiaoxiao untuk membawanya kemari.
"Oh?" kata master Mu. Sorot matanya kembali tenang. Xiaoxiao bernapas lega. Merasa tidak memiliki kepentingan Xiaoxiao pamit undur diri.
"Kalau begitu aku akan menunggu di luar" kata Xiaoxiao sambil berjalan keluar. Sebelum Xiaoxiao menutup pintu, master Mu berkata,
"Master Xi mencarimu"
Xiaoxiao mengangguk dan menutup pintu. Hening. Mu Lian menyortir pertanyaan yang ada di dalam benaknya. Master Mu berjalan dengan santai menuju sebuah meja. Dia menuangkan teh ke dalam dua buah gelas. Setelah mengambil teh miliknya dia duduk di kursi dan mempersilahkan Mu Lian duduk.
.........
* 150 mu : 10 hektar
Congee: bubur (slurrp)
Gege: kakak laki-laki
Jiejie: kakak perempuan
Hanfu: baju tradisional cina
* Hanfu yang dipakai Mu Lian (contoh saja)
* ini rumah bergaya hui
* kuda lumping, eh dinding kuda :
* Jembatan batu :)
* Gapura bergaya Hui
* Bangunan master Mu berada
"Dimana tepatnya letak lembah ufuk timur?" kata Mu Lian dengan wajah serius. Hampir sebulan Mu Lian tinggal di lembah yang disebut sebagai lembah ufuk timur.
"Sebelum aku menjawab pertanyaanmu perkenalkan namaku Mu Haocun," kata Mu Haocun melanjutkan "Kita belum sempat berkenalan karena kondisimu kritis"
"Kalau begitu kenapa kalian tidak membawaku ke rumah sakit?" kata Mu Lian kemudian baru ingat bahwa dia belum memperkenalkan dirinya,
"Namaku Mu Lian. Terimakasih sudah menyelamatkanku, master Mu" kata Mu Lian sambil menangkupkan kedua tangannya di depan. Mu Haocun tertegun. Matanya seperti sedang melihat seseorang di dalam diri Mu Lian. Mu Lian berdeham berusaha menarik perhatian Mu Haocun.
"Maaf. Aku jadi teringat anak laki-laki ku. Kejadian itu sudah sangat lama berlalu tapi aku tidak bisa melupakannya" kata Mu Haocun bernostalgia.
"Apa yang terjadi?" kata Mu Lian dengan sopan.
"Kecelakaan," kata Mu Haocun melanjutkan "Lupakan. Kau tidak tahu lembah ufuk timur?"
"Tidak. Aku baru tahu dari Xiaoxiao beberapa hari yang lalu," kata Mu Lian. Kejadian itu terjadi ketika Mu Lian bertanya kepada Xiaoxiao apakah dia menemukan tas dan smartphonenya. Anehnya Xiaoxiao terlihat kebingungan. Tapi ketika Mu Lian menanyakan dimana dirinya berada barulah Xiaoxiao menjawab dengan lancar meskipun tidak bisa menunjukkan arah dari lembah ke kota X provinsi A.
"Hmm aneh sekali. Padahal lembah ini terkenal sampai jauh ke negeri seberang," kata Mu Haocun sambil mengelus dagu.
"Apakah lembah ini berada di kota X provinsi A?" kata Mu Lian.
"Tidak. Dimana itu?" tanya Mu Haocun kebingungan.
"Apa anda menemukan sebuah tas dan smartphone?" kata Mu Lian. Nadanya terdengar lebih *mendesak ketimbang saat menanyakan letak lembah ufuk timur.
"Aku benar-benar tidak tahu benda apa yang kau cari. Pantas saja Xiaoxiao sampai bertanya padaku tentang hal itu," kata Mu Haocun sambil menggelengkan kepalanya kemudian melanjutkan "Aku akan menunjukkan peta negeri ini mudah-mudahan kau bisa menemukan jalan ke kota X provinsi A."
Mu Haocun berdiri dan berjalan ke dalam sebuah ruangan. Sinar temaram menerangi ruangan itu tapi Mu Lian dapat menangkap dengan jelas isi ruangan yang dipenuhi botol berisi akar-akaran. Botol-botol tersebut disusun rapi pada rak.
Sebuah gambar berukuran sangat besar menarik perhatian Mu Lian. Ukurannya hampir memenuhi dinding. Mu Lian mendekati gambar tersebut dan menyadari gambar itu adalah peta yang tak pernah ia lihat sebelumnya.
Mu Haocun menatap Mu Lian yang sedang mempelajari peta. Dia berdiri di samping Mu Lian tanpa bersuara. Wajah Mu Lian tampak pucat Mu Haocun merasa cemas dan hendak menanyakan keadaan Mu Lian tetapi Mu Lian mengatakan sesuatu.
"Aku tak pernah lihat peta seperti ini sebelumnya," kata Mu Lian sambil menggelengkan kepala.
"Hmm mungkin kau bisa mengecek peta lain di perpustakaan. Tapi perpustakaan ini jauh dari lembah," kata Mu Haoucun ragu.
"Seberapa jauh? Apakah aku bisa ke perpustakaan itu dengan tubuhku yang sekarang?" tanya Mu Lian tak sabar.
"Bisa berikan tanganmu? Aku ingin mengecek sesuatu," kata Mu Haocun sambil mengulurkan tangan. Mu Lian meletakkan pergelangan tangannya di atas tangan Mu Haocun.
Mu Haocun memejamkan mata jari telunjuknya memeriksa nadi Mu Lian. Beberapa saat kemudian Mu Haocun berkata,
"Apa kau memiliki penyakit keturunan?"
"Tidak. Aku sehat walafiat," kata Mu Lian.
"Sejak pertama bertemu denganmu aku bertanya-tanya sebenarnya apa yang terjadi dengan tubuhmu," kata Mu Haocun dengan serius.
"Apa yang terjadi?" tanya Mu Lian.
"Aku menemukan bahwa chi mu sangat lemah. Aku menduga semenjak kau lahir hingga sekarang chi mu menipis seiring berjalannya waktu," kata Mu Haocun melanjutkan "Tidak ada tanda-tanda pemulihan chi maupun usaha untuk menjaganya. Dantianmu terasa nyaris tidak ada. Sedangkan semua orang yang tinggal di lembah ini bahkan di sepenjuru negeri ini memiliki dantian,"
"Chi? Dantian?" kata Mu Lian membeo.
"Secara singkat chi adalah energi kehidupan. Energi kehidupan ini berasal dari alam yang kemudian kita serap ke dalam dantian. Dan secara singkat dantian adalah lautan energi. Terletak tiga jari di bawah dan dua jari di belakang pusar. Untuk melatih serta menjaga keseimbangannya dibutuhkan sebuah metode kultivasi," kata Mu Haocun dengan sabar. Mu Lian tertegun.
"Aku tidak punyak banyak waktu untuk menjelaskan, lebih tepatnya kau yang tidak punya banyak waktu," kata Mu Haocun melanjutkan, "Kondisi tubuhmu yang spesial membuatmu rentan setelah terpapar energi kehidupan yang sangat besar apalagi kemurnianya sangat tinggi di lembah ini. Aku takut dalam beberapa bulan tubuhmu tidak tahan menerima energi sebesar ini..."
"Dan?" desak Mu Lian.
"Aku takut dengan kondisi tubuhmu yang sekarang kau tidak akan bisa kembali ke keluargamu," kata Mu Haocun akhirnya.
"Keadaan di keluargaku sangat mendesak aku harus segera kembali," kata Mu Lian menekankan kata terakhirnya.
"Apa kau sudah menemukan arah menuju kota X provinsi A?" tanya Mu Haocun. Mu Lian menggeleng.
"Kau tidak tahu arahnya dengan pasti. Mencarinya pun belum tentu bisa dilakukan dengan waktu yang sebentar," kata Mu Haoucun.
"Anda berkata bahwa tubuhku spesial dan rentan terhadap energi kehidupan. Sejujurnya aku benar-benar tidak tahu apa itu energi kehidupan karena di daerah asalku aku tidak pernah diajarkan hal itu," kata Mu Lian melanjutkan "Jadi apakah kondisiku berbahaya?"
"Memang kelihatannya diluar kau baik-baik saja tetapi sebenarnya tidak," kata Mu Haocun melanjutkan "Di negeri ini banyak kasus dimana anak-anak terlahir dengan tubuh spesial sepertimu, mereka tidak hidup lama, mungkin sekitar sepuluh tahun saja,"
"Tapi sekarang umurku sembilan belas tahun!" kata Mu Lian.
"Aku baru menemukan kasus sepertimu," kata Mu Haocun melanjutkan "Apakah kau mempelajari sebuah metode kultivasi?"
"Tidak. Aku tidak mempelajari itu," kata Mu Lian bingung.
"Apakah mungkin hal ini dipengaruhi lingkungan tempat tinggalmu? Aku tidak tahu pasti," kata Mu Haocun.
"Aku berasal dari kota W provinsi H," bisik Mu Lian.
"Yang pasti ketika terpapar energi kehidupan di lembah ufuk timur kau harus mempelajari sebuah metode kultivasi. Hanya ini cara yang kusarankan," kata Mu Haocun.
"Seberapa besar kemungkinanku untuk hidup kalau aku tidak mempelajari metode kultivasi?" tanya Mu Lian. Dia pernah mendengar novel tentang kultivasi dan takut dengan gaya hidup kultivator. Setiap hari harus bermeditasi beberapa jam tidak makan dan tidak minum, membayangkannya saja Mu Lian merasakan pegal di sekujur tubuhnya.
"Kau harus mencobanya, Mu Lian, secepatnya. Aku tidak bisa menjamin keselamatanmu jika semakin banyak waktu yang terbuang," kata Mu Haocun meyakinkan.
"Metode kultivasi apa saja yang bisa kupilih? Apakah...apakah ada yang tidak terlalu berat?" kata Mu Lian.
"Kultivator di bagi menjadi tiga jenis; kultivator yang bergabung dengan sekte, kultivator yang independen dan sekte sesat yaitu mereka yang mengambil jalan iblis," kata Mu Haocun menjelaskan.
"Apa..." kata Mu Lian. Nama sekte yang mengambil jalan iblis membuatnya mendekapkan kedua tangannya di dada.
"Melihat umurmu yang sudah beranjak sembilan belas tahun ambilah jalan kultivator independen. Aku akan mencarikan metode meditasi dan teknik yang membantu menguatkan tubuhmu," kata Mu Haocun.
"Independen ini...apa tidak terlalu berat?" tanya Mu Lian.
"Jika bergabung dengan sebuah sekte kau tidak bisa pergi kemanapun sampai pelatihanmu selesai, entah itu berapa tahun. Kau pun dituntut untuk memberi kontribusi kepada sekte berupa misi. Sedangkan sekte sesat, jangan coba-coba," kata Mu Haocun dengan serius.
"Baiklah," kata Mu Lian sambil menghela napas dengan keras. Mu Haocun mengernyit karena melihat wajah Mu Lian yang semakin pucat.
"Bagaimana perasaanmu sekarang?" kata Mu Haocun.
.........
Note:
* kita semua tidak bisa hidup tanpa smartphone
* ini diluar topik tapi saking girangnya author menemukan kata sopir (ya elah thor kemana ajaa) mau share bahwa sopir itu tulisan yang benar bukan supir. Dan kata ini ternyata dari bahasa Perancis chauffeur dan diserap ke dalam bahasa Indonesia jadi sopir. Menurut istilah bahasa Inggris kata ini menunjukkan orang yang dibayar karena mengemudikan mobil mewah seperti sedan atau Limosin.
nah cucok kan sama orang yang mengemudikan Mercedes Benz nya Mu Lian (bisa dilihat di chapter 1) tapi jangan ditiru ya ngedrift pake mobil mewah 😭
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!