Tatapan tajam dari seorang pria seakan membunuh, saat ini di rasakan Natasya Amira atau gadis yang akrab disapa Tasya tersebut.
"Saya tidak menyangka harga dirimu hanya sebatas rupiah"Umpat Reza Setiawan admaja seorang pria tampan yang saat ini telah resmi mempersunting gadis cantik bernama tasya, dengan nada merendahkan.
"Berapa mamahku memberimu uang sehingga kau tega mengkhianati sahabatmu sendiri haaah??kau merusak semua harapan dan mimpiku bersama kekasih yang sangat aku cintai."Reza membentak Tasya seraya meremas kuat dagu wanita yang di anggapnya sebagai perusak kebahagiaannya tersebut.
Tak sepatah katapun yang terlontar dari bibir indah Tasya, hanya linangan air mata yang tak kuasa di bendungnya, yang bisa melukiskan bagaimana perasaannya saat ini ketika mendapat perlakuan kasar dari Reza, pria yang saat ini telah resmi menjadi suami sahnya.
"Aku butuh jawaban dari mulutmu, bukan tangisanmu"lanjut bentak Reza yang semakin kesal ketika melihat linangan air mata yang membasahi wajah cantik Tasya.
"Maafkan aku"hanya itu yang bisa keluar dari mulut Tasya seraya terisak.
"Jangan pernah berharap kamu bisa menggantikan tempat Nadin, hanya karena aku sudah menikahimu." ujar Reza kemudian menghepaskan kasar tangannya dari dagu Tasya.
"Dan ingat jika bukan karena mama, aku tidak akan pernah sudi menikah dengan gadis seperti dirimu." Lanjut Reza dengan nada meremehkan, sebelum ia meninggalkan Tasya seorang diri di kamar hotel.
Usai kepergian Reza dari kamar itu, Tasya hanya bisa duduk meringkuk di samping tempat tidur yang berukuran king size tersebut.
"Ibu maafkan Tasya bu, semoga ibu juga tidak membenci tasya, karena keputusan Tasya menikah dengan mas Reza." tangis Tasya pecah saat dirinya tengah sendirian di dalam kamar tersebut, Tasya berharap almarhum ibunya tidak marah dan kecewa padanya ketika ia menikah dengan Reza, yang tidak lain adalah kekasih sahabatnya sejak kecil yaitu Nadin.
Reza sangat membenci gadis yang saat ini telah resmi menjadi istrinya tersebut, di mata Reza, Tasya tak ubah seorang wanita murahan, yang tega mengkhianati sahabatnya sendiri serta rela menjual harga diri dan tubuhnya demi suatu benda yang bernama UANG.
Bagaimana tidak, Reza mengetahui jika mamanya menawarkan sejumlah uang pada Tasya, sampai akhirnya Tasya mau menikah dengan Reza.
Bukan tanpa sebab nyonya Vera admaja yang tak lain adalah ibunda Reza Setiawan Admaja seorang janda yang kaya raya, sebab sudah lima belas tahun lamanya papanya Reza meninggalkan mereka untuk selama lamanya,di saat umur Reza masih beranjak dua belas tahun.
Nyonya Vera tidak pernah setuju dengan hubungan Reza dan Nadin, walaupun Nyonya Vera sendiri tidak begitu paham mengapa ia kurang menyukai kekasih dari anaknya tersebut. mungkin sebagai seorang ibu Nyonya Vera mempunyai feeling jika Nadin tidak cukup baik untuk anaknya, mengingat pergaulan Nadin yang cukup lama dan dengan gaya hidup bebas Nadin saat stay di luar negeri. itu sebabnya Nyonya Vera lebih memilih Tasya yang menjadi menantunya, meski putranya Reza sangat menentang keputusan mamanya tersebut. dengan sedikit ancaman dari mamanya, akhirnya Reza bersedia menikah dengan Tasya meski dengan keterpaksaan. semua itu bukan tanpa sebab, karena Reza sangat mencintai kekasihnya Nadin, yang sudah dua tahun di pacarinya. itu pula salah satu penyebab Reza sangat membenci Tasya, karena bagi Reza Tasyalah yang telah menghancurkan semua mimpi indahnya hidup bersama wanita yang sangat di cintainya.
Reza membenci Tasya, tanpa peduli dan mencari tahu mengapa, dan apa penyebab sampai Tasya menerima lamaran mamanya. yang ada di pikiran Reza hanyalah Tasya bersedia menikah dengannya bahkan sampai mengkhianati sahabatnya hanya karena UANG.
Flashback on
Sebulan yang lalu ketika Reza sedang berniat untuk melamar Nadin kekasihnya, Nyonya Vera yang tidak lain adalah mamanya Reza tidak sengaja mendengar putranya sedang berbicara dengan seseorang melalui ponsel genggamnya. dari pembicaraan tersebut Nyonya Vera bisa menyimpulkan jika putra akan membuat kejutan untuk melamar sang kekasih. karena tidak ingin anaknya salah memilih wanita yang akan di jadikan seorang istri, nyonya Vera menyusun rencana untuk menggagalkan rencana Reza untuk melamar Kekasihnya Nadin.
"Mah,, mamah kenapa bisa sampai pingsan begini mah??" kepanikan melanda Reza ketika melihat mamanya sedang terbaring lemah di brankar rumah sakit.
"Mama nggak papa kok Za, mama hany -" belum mamanya menyelesaikan kalimatnya, dokter Haris yang merawat nyonya Vera dan juga merupakan dokter pribadi keluarga Admaja masuk keruangan perawatan VIP tersebut, setelah mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Maaf,, tuan Reza ada yang ingin saya bicarakan dengan anda, mari ikut keruangan saya." ucapan dokter yang usianya sekitar 35 tahunan tersebut sontak membuat Reza sontak memalingkan pandangannya dari sang mama.
"Baik dok." jawab Reza seraya mengikuti langkah dokter Haris, menuju ruangannya.
"Nggak mungkin dok, selama ini mama baik baik saja, tidak ada tanda tanda kalau mama mengidap cancer dok." ujar Reza ketika dokter mangatakan jika saat ini mamanya tengah mengidap penyakit mematikan yaitu cancer.
"Terlepas kamu percaya atau enggak, tapi itulah kenyataannya tuan Reza, saya harap anda bisa mengisi hari hari nyonya Vera dengan kebahagiaan di sisa hidupnya!! agar beliau bahagia di sisa hidup yg di milikinya." jelas dokter Haris panjang lebar pada Reza.
"Baik dok." jawab Reza singkat seakan ucapan dokter tersebut hanyalah sebuah mimpi buruk baginya, Reza menitikan air mata ketika mengingat pengorbanan mamanya selama ini,bagaimana tidak mamanya lah yang membesarkan ia dan adik perempuannya sehingga dewasa. mamanya selalu kuat walaupun telah di tinggalkan oleh suaminya tercinta untuk selamanya, di saat usia Reza sendiri baru menginjak dua belas tahun sementara Vina adiknya masih berusia lima tahun.
"Apa kata dokter Za??" tanya mamanya ketika Reza baru saja tiba dari ruangan dokter Haris.
"Nggak papa kok ma, dokter hanya bilang mama banyak banyak istirahat." Reza mencoba menyembunyikan semua yg di katakan dokter haris tadi dari mamanya.
"Kamu jangan bohong Za, mama sudah tahu, kalau mama sedang mengidap cancer." Reza terkejut dengan ucapan mamanya yang sebenarnya sudah tahu kebenarannya.
"Maafin Reza ma, yang nggak bisa menjaga mama dengan baik, hingga mama jadi sakit begini." Reza yang sedang duduk di kursi yang berada di samping brankar mamanya menangis seraya mencium punggung tangan sang mama yang saat ini tengah terbaring.
"Nggak sayang, kamu nggak salah." sahut mamanya seraya mengusap puncak kepala sang putra, agar tidak terus menyalahkan diri sendiri.
"Za,,,." panggil mamanya dengan nada lembut.
"Iya ma." Reza mendongakkan kepalanya menatap lekat wajah sang mama.
"Za, sebelum mama meninggalkan dunia ini, mama ingin melihat kamu menikah dan mempunyai anak Za!!" Permintaan mamanya sontak membuat Reza sedikit menyunggingkan bibirnya sebab memang ia berniat untuk meminang sang pujaan hati Nadia.
"Ma,,, mama ngomong apa sih, Jangan ngomong yg enggak enggak deh. tetapi jika mama menginginkan Reza menikah, Reza akan segera melamar Nadin mah." ujar Reza mengutarakan isi hatinya yang memang ingin segera melamar sang kekasih.
"Mama nggak mau kamu menikah dengan gadis itu, mama ingin kamu menikah dengan Tasya sahabatnya Nadin!! mama lihat Tasya gadis yang baik, dia juga cerdas." seruan mamanya tersebut bagaikan petir di siang bolong bagi Reza.
"Mama jangan becanda deh." Reza tertawa garing, berharap mamanya sedang becanda.
"Mama nggak becanda Za, mama serius. jika kamu sayang sama mama, mama harap kamu mengabulkan permintaan mama." tegas Nyonya Vera seakan tidak ingin mendengar bantahan dari sang putra.
Sementara Reza yang mendengar semua ucapan dan permintaan mamanya, hanya bisa diam dan berharap itu hanya mimpi buruk dalam hidupnya. ingin rasanya ia menolak mentah mentah permintaan sang mama, bahkan ingin sekali Reza mengamuk untuk meluapkan semua kekesalannya serta penolakannya, namun semua di urungkannya mengingat Cancer yang tengah di idap oleh sang mama. dan yang paling mengganjal di dalam hati Reza, bagaimana ia menyampaikan berita tentang perjodohan ibunya pada sang kekasih. dan bagaimana juga ia bisa menikah dengan wanita yang sama sekali tidak di cintainya.
Dengan berat hati serta keterpaksaan demi sang mama, Reza pun bersedia menikah dengan Tasya wanita pilihan ibunya, yang tak lain juga adalah sahabat kekasihnya. namun seminggu sebelum pernikahan mereka berlangsung, Reza tak sengaja menemukan bukti transferan sang mama ke rekening atas nama Natasya Amira sebesar 70 juta, yg Tak lain adalah calon istri pilihan sang mama.
"hhhmmtt,,, jadi begini ternyata sifat asli kamu." Reza tersenyum menyeringai ketika melihat bukti tf yang di baru saja di berikan oleh asistendnya.
"Kita lihat saja gadis m*rahan, sampai di mana kamu sanggup bertahan menjadi istriku." lanjut Reza dengan sorot mata yang penuh amarah.
Flasback of.
Tidak terasa pagi telah tiba, Tasya yang semalaman terlelap masih dengan posisi meringkuk di tepi ranjang hotel tersebut, seketika mengerjap ngerjapkankan matanya, ketika dingin mulai merajai sekujur tubuhnya, bagaimana tidak semalaman ia menangis merenungi nasibnya serta perlakuan Reza padanya hingga terlelap di lantai yang begitu dingin.
Ketika terbangun Tasya melihat Reza belum juga kembali ke kamar hotel. baru saja Tasya hendak masuk ke kamar mandi, tiba tiba suara seseorang tengah membuka pintu kamar.
"Mas Reza darimana saj-." belum selesai kalimat Tasya ketika melihat Reza masih berada di ambang pintu, Reza sudah menyela ucapan Tasya.
"Jangan pernah memanggilku dengan panggilan seperti itu, karena kamu bukan adikku, dan jangan bersikap manis seakan kita menikah karena saling mencintai." Ucapan sinis Reza seakan mengalahkan ribuan sembilu menusuk di jantung Tasya, namun ia tetap berusaha bersikap biasa di depan Reza.
"baik tu-an" jawab Tasya dengan terbata karena rasa takutnya, bukan tanpa alasan mengapa Tasya merasa takut pada Reza, mengingat kejadian semalam. bagaimana Reza memperlakukannya dengan kasar bahkan Reza sampai tega merendahkan harga diri serta menyakiti fisik Tasya, gadis yang sudah resmi menjadi istrinya.
"maafkan aku mas Reza, jika aku sudah memporak porandakan hidup mas Reza. serta maafkan aku jika menjadi penghalang kebahagian mas Reza" batin Tasya merasa bersalah pada Reza, seraya melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi.
"Siapkan pakaianmu kita akan tinggal di apartemen milikku, aku tidak mau tinggal di rumah mama." lanjut Reza sebelum Tasya benar benar berlalu.
"baik tuan." hanya itu kata kata yang bisa mulus keluar dari mulut gadis cantik bernama Tasya, ketika mendengar perintah dari Reza.
Bukan tanpa alasan mengapa Reza lebih memilih tinggal di apartemen miliknya ketimbang kediaman mamanya, Reza tidak ingin terintimidasi oleh sang mama. selain itu Reza juga tidak ingin perlakukannya terhadap Tasya di ketahui oleh sang mama. Reza tidak ingin membuat mamanya banyak pikiran karena saat ini mamanya tengah berjuang melawan cancer, dengan menjalani berbagai pengobatan bahkan sampai keluar negeri.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih tiga puluh menit merekapun tiba di sebuah apartemen yang terbilang cukup mewah.
"ingat ini kamarmu dan jangan pernah berani berani mendekati kamar saya!!."seru Reza penuh penekanan seraya menunjuk sebuah kamar yang berada di lantai atas, kamar utama apartemen tersebut yang tak lain adalah kamarnya. sementara kamar Tasya berada di lantai bawah apartemen tersebut.
"Satu lagi, jangan pernah ikut campur dalam urusan pribadiku, termasuk huhunganku dengan Nadia." entah mengapa mendengar penuturan Reza membuat hati Tasya begitu perih.
"Baik tuan." jawab Tasya
Walaupun Sebenarnya wanita mana yang rela mendengar suaminya masih memiliki hubungan dengan kekasihnya walaupun pernikahan mereka hanyalah sebuah keterpaksaan semata. tetapi Tasya cukup tahu diri akan posisinya saat ini, seorang istri yang di nikahi hanya karena terpaksa serta tanpa cinta.
Saat malam di kala Reza sukar untuk memejamkan matanya ketika mengingat semua mimpi indah hidup bersama sang kekasih, membuat kebencian Reza pada Tasya semakin terbakar.
Di saat Reza hendak mengambil sebotol air mineral di kulkas tanpa sengaja ia melihat Tasya yang tengah tidur telentang di ranjangnya,sebab pintu kamar Tasya tidak tertutup rapat. membuat akal bulus terlintas di pikirannya.
"Bukankah mama telah memberikan aku mainan baru, apa salahnya jika mencobanya." gumam Reza dengan senyum menyeringai seraya melangkah masuk ke kamar Tasya yang memang tidak tertutup rapat.
Dengan sorot mata yang tajam penuh dengan kebencian Reza menindih kasar tubuh Tasya, seraya mencoba merobek baju tidur yang saat ini tengah di kenakan Tasya. terkejut dengan perlakuan Reza, sontak membuat Tasya bangun dari tidurnya seraya mencoba mempertahankan dirinya dari perlakuan Reza.
"Tuan apa yang anda lakukan, tuan saya mohon jangan seperti ini tuan." ujar Tasya yang mulai ketakutan dengan pria yang saat ini tengah berbuat kasar padanya tanpa sadar air matanya mulai meleleh di sudut mata indahnya.
"Bukankah kamu setuju menikah denganku, itu artinya kamu siap melayaniku." ucap Reza dengan tatapan meremehkan.
"Aku mohon tuan jangan." tangisan Tasya tak mampu menghentikan aksi Reza.
Reza mengikat kedua tangan Tasya di bahu ranjang, dengan posisi Reza yang masih menindih tubuh Tasya, kemudian menyumpal mulut Tasya dengan sebuah kain. dengan sekali sobekan mampu memperlihatkan kedua gunung kembar Tasya yang terlihat putih mulus serta padat berisi. dengan buas Reza merem*s serta mempermainkan sesuka hati kedua gunung kembar milik tasya.
Reza terus mempermainkan milik Tasya, mulai dari area atas hingga area s*s*t*fnya
Seketika Reza menghentikan aksinya, kemudian menyeringai di hadapan Tasya.
"Dasar wanita m*r*han, kamu pikir aku akan benar benar menikmati tubuh wanita murahan seperti dirimu." mendengar cacian Reza membuat Tasya semakin terluka, di tambah lagi dengan tuduhan tuduhan Reza yang sangat menyakitkan hati Tasya.
"Tubuhmu lumayan juga, mengapa tidak kau jajakan saja pada pria hidung belang, ketimbang kamu harus menerima uang dari mamaku, agar bersedia menikah denganku." lagi lagi hinaan demi hinaan terus di lontarkan Reza pada wanita yang seharusnya di lindunginya tersebut, bagaimana tidak Tasya saat ini telah berstatus istrinya, apalagi saat ini Tasya hidup sebatang kara tanpa sanak saudara.
Mendengar setiap cacian Reza, Tasya tidak dapat berkata apa apa, apalagi saat ini mulutnya di sumpal dengan selembar kain oleh Reza. Reza keluar dari kamar Tasya dengan senyum kepuasan yang menghiasi wajah tampannya, bagaimana tidak ia sudah berhasil menghancurkan harga diri wanita yang di anggapnya sebagai perusak kebahagiaannya. ia pun lupa melepaskan tangan Tasya yang tadi sempat di ikatya di bahu ranjang.
"Ya tuhan sepedih inikah hidup yang harus aku jalani, ya tuhan seperti apapun hinaan dan tuduhan yang mas Reza arahkan padaku, tetapi aku yakin engkau tahu semuanya." bathin Tasya menangis meratapi hidupnya, bagaimana tidak di usia yang baru manginjak 20 tahun, ia harus menghadapi berbagai macam cobaan, mulai dari kematian sang ibu, kemudian setahun kemuadian ayahnya pun meninggal dunia, setelah itu, ia pun terpaksa menikah dengan kekasih sahabatnya yang begitu membencinya.
sabar ya Tasya, semua pasti akan indah pada waktunya.... 😍😍😍
Tidak terasa sudah sebulan Tasya menjalani pernikahan dengan Reza, sebulan pula lamanya ia harus menerima perlakuan dingin dan kasar Reza padanya, dan sudah sebulan pula lamanya Tasya tidak pernah bisa keluar bebas dari apartemen milik Reza. saat ini Tasya hidup layaknya tawanan bukannya istri bagi Reza.
Sekalipun Reza tidak memperlakukannya layaknya seorang istri, namun Tasya tetap melakukan tugasnya sebagai seorang istri. memasak serta mengerjakan pekerjaan rumah tetap di lakukan Tasya setiap hari, sekalipun Reza tidak pernah sudi mencicipi makanan buatanTasya.
Pagi harinya Reza sudah siap dengan stelan jas lengkapnya untuk melakukan tugasnya di kantor sebagai seorang Direktur. ya,,, di usia dua puluh tahun Reza sudah mulai mengemban amanah untuk melanjutkan perusahaan Admaja group, perusahaan yang di bangun oleh almarhum ayahnya dari nol hingga bisa menjadi perusahaan ternama dan cukup di segani di tanah air.
"Tuan saya sudah menyiapkan sarapan untuk anda." lagi lagi Tasya menawarkan sarapan pagi untuk suaminya. walaupun dia sendiri akan tahu bagaimana reaksi Reza saat ia kembali menawarkan masakannya tersebut.
Bukannya menjawab ucapan Tasya, Reza malah melangkah mendekati meja makan dan mengambil sebuah piring yang berisi nasi goreng spesial buatan Tasya kemudian membuangnya ke tong sampah.
"Harus berapa kali saya katakan sama kamu, tidak perlu repot repot memasak untuk saya, karena semua itu tidak akan merubah pandangan saya terhadap wanita seperti kamu." ucapan Reza yang bak sembilu itu mampu membuat mata Tasya berkaca kaca.
"Tuan saya tahu anda sangat membenci saya, itu sebabnya anda tidak mengizinkan saya untuk sekedar keluar dari apartemen ini, anda ingin menghukum dan menyiksa hidup saya di sini. tapi tuan,,, bagaimana saya bisa membayar dan mengembalikan uang yang pernah di berikan mamanya tuan pada saya, jika tuan terus mengurung saya seperti ini." dengan tubuh bergetar Tasya memberanikan diri untuk mengatakan semua itu pada Reza.
"Apa maksud perkataanmu??." Sela Reza yang belum sepenuhnya memahami perkataan Tasya.
"Tuan izinkan saya keluar untuk mencari pekerjaan, dengan begitu saya bisa mengembalikan uang yang pernah mamanya tuan berikan kepada saya. dan saya juga janji pada anda, saya akan membantu anda untuk memperbaiki hubungan anda dengan Kekasih anda, Nadin." Entah mengapa ucapan Tasya terdengar tulus di telinga Reza, sehingga Reza tidak bisa berkata apa apa lagi, kemudian memutuskan melanjutkan langkahnya menuju ke kantornya.
Merasa tidak mendapat respon dari Reza, Tasya hanya bisa tertunduk lesu.
"Apa aku harus menghabiskan sisa hidupku di sini??." gumam Tasya dengan menahan sesak di dadanya mengingat semua perlakuan Reza selama ini terhadapnya.
Setelah kepergian Reza, Tasya kembali beraktivitas layaknya istri sungguhan. Usai mengepel lantai, Tasya kemudian mencuci semua pakaian kotor milik Reza, kemudian di lanjutkan dengan membuang sampah di tong sampah yang berada di baseman apartemen tersebut.
Namun ketika Tasya sedang membuang sampah, dari kejauhan ia melihat seorang ibu yang sedang menggendong anaknya tengah berdiri di trotoar jalan, sedangkan anaknya terus merengek pada sang ibu.
"Bu,,, kenapa dengan dedeknya bu, saya lihat dari tadi dedeknya terus merengek??." Tasya berjalan ke seberang jalan yang berada di gedung apartemen tersebut, untuk menghampiri si ibu.
"Anak saya lapar neng, sudah seharian belum makan."jawab si ibu tanpa basa basi karena terlanjur kasian pada sang anak.
Tasya merasa iba pada si ibu dan anaknya yang masih berusia sekitar empat tahunan tersebut, apalagi si ibu tersebut mengingakan Tasya pada sosok sang ibu, yang kini sudah tak ada lagi di dunia ini. tanpa ia sadari buliran bening lolos di sudut matanya.
"Bu, ini ada sedikit rezeki, maaf ya bu saya hanya punya segini." ucap Tasya ketika memberikan uang yang masih tersisa Dua puluh ribu di saku celananya pada ibu tersebut.
"Makasih ya neng, semoga allah membalas kebaikan neng. semoga neng di pertemukan dengan jodoh yang baik dan mencintai neng dengan tulus." doa ibu tersebut terdengar sangat tulus, mungkin karena si ibu mengira Tasya belum menikah.
Sementara Tasya yang mendengarkan doa dari ibu tersebut sontak terdiam, tidak tahu harus berkata apa.
Tasya hendak kembali ke apartemen, tapi ketika ia hendak menyeberangi jalan terlihat olehnya mobil Reza yang saat ini telah memasuki area parkiran apartemen. saking paniknya Tasya menyeberangi jalanan yang terbilang sangat ramai tersebut, tanpa menoleh ke kanan dan ke kiri, dan.
"aaawwwhhhh." suara teriakan menggema ketika sebuah mobil hampir saja menabrak tubuh Tasya, kalau saja sang pengemudi mobil tersebut tidak sigap menginjak remnya.
"Anda tidak apa apa nona, apa anda terluka." seorang pria berperawakan tinggi dengan wajah yang tampan, turun dari mobilnya.
Ketika mendengar suara seseorang, Tasya pun membuka matanya yang tadi sempat di pejamkannya karena terkejut saat akan ada sebuah mobil yang akan menabrak tubuhnya.
"Apa aku sudah mati, apakah pria ini benar benar malaikat??." bathin Tasya ketika melihat ada sosok pria tampan di hadapannya, yang di sangkanya malaikat yang baru saja mencabut nyawanya.
"Nona." panggilan pria tersebut akhirnya menyadarkan Tasya bahwa saat ini ia masih hidup.
"Apa anda terluka nona." lanjut pria tersebut yang terlihat panik ketika melihat Tasya yang belum merespon ucapannya.
"Saya tidak apa apa tuan." akhirnya Tasya membuka mulutnya, dan membuat sang pria tampan tersebut bisa bernapas lega.
"Apa perlu saya antarkan ke rumah sakit nona??." pria tersebut menawarkan diri untuk mengantar Tasya kerumah sakit.
"Tidak perlu tuan, saya baik baik saja." jawab Tasya yang kemudian melanjutkan langkahnya, karena kembali mengingat apa yang tiba tiba membuatnya berlari menyeberangi jalanan ramai tanpa melihat sisi kiri dan kanan jalanan tersebut.
"Mati aku,,, mas Reza pasti akan memarahi aku karena keluar dari apartemen." gerutu Tasya sembari berlari kecil menuju gedung apartemen Reza.
"Siapa gadis itu cantik itu, apa dia juga tinggal di apartemen yang sama denganku, tapi aku bahkan tidak pernah melihatnya sebelumnya." gumam pria yang ternyata bernama Doni tersebut.
"Praaakkk." suara gelas yang di hempaskan ke dinding, menjadi penyambut ketika Tasya baru saja tiba di apartemen milik Reza. mendengar suara dan melihat serpihan gelas yang berhamburan di lantai, membuat jantung Tasya seakan lepas dari tempatnya karena ketakutan.
"Darimana saja kamu." bentakan yang keluar dari mulut Reza, semakin membuat nyali Tasya menciut. tubuhnya semakin bergetar karena ketakutan. belum sempat Tasya menjawab pertanyaannya Reza kembali bersuara.
"Jadi kamu mencoba untuk kabur dari sini, agar mamaku berpikir yang tidak tidak terhadapku." lanjut Reza dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Mati aku." bathin Tasya sebelum menjawab cecaran dari Reza.
"Tidak tuan,, saya sama sekali tidak berpikir seperti itu." akhirnya Tasya membuka suaranya meskipun dengan suara terbata bata karena ketakutan akan amukan Reza, pria yang tak lain adalah suaminya. mendengar jawaban Tasya, Reza menatap lekat wajah wanita yang sangat di bencinya tersebut dengan tatapan angkuhnya, kemudian melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya. sementara Tasya membersihkan serpihan gelas yang tadi hancur akibat ulah Reza.
"awwh." Tasya mengerang pelan, namun masih terdengar oleh Reza,yang ketika itu hendak menaiki anak tangga. ketika pecahan gelas tersebut melukai jari lentik milik tasya. sehingga mengeluarkan darah segar.
"Dasar gadis bodoh." gerutu Reza yang kemudian melanjutkan langkahnya.
Jangan lupa like and votenya ya sahabar,,, 😘😘😘😍😍😍
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!