Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 tapi wanita cantik berbulu mata lentik ini belum juga mau membuka matanya.
tok..tok..tokk..terdengar bunyi ketukan pintu yang sangat nyaring.
"Hara cepat bangun nak apa kamu tidak kuliah hari ini?" teriak Ibu Ana.
Ibu Ana Wilujeng seorang wanita paru baya berusia 40 tahun yang masih kelihatan cantik, beliau wanita yang berjuang sendiri membesarkan anaknya, sang suami sudah meninggal 10 tahun lalu karena penyakit kronis, beliau menggais rezeki dengan mengandalkan tenaganya sebagai pembantu rumah tangga.
"Iya Bu sebentar lagi." teriak Hara berjalan sambil memejamkan mata menuju kamar mandi.
Hara Pramaswari berusia 20 tahun, parasnya sangat cantik dengan tinggi 170cm, memiliki bentuk tubuh layaknya model luar negeri.
Dia kuliah di universitas ternama dikota B, selain cantik dan berkepribadian baik Hara wanita yang sangat pintar selama sekolah ia selalu mendapat beasiswa.
Setelah selesai mandi dan berganti baju Hara menuju dapur untuk sarapan, di atas meja hanya ada lauk tempe dan telur mata sapi meskipun hanya lauk seadanya tapi Hara tidak pernah mengeluh pada Ibunya, bisa makan dengan lauk saja sudah bersyukur.
"Bu hari ini Hara berencana mencari kerja untuk membantu Ibu, boleh kan?" tanya Hara sambil mengunyah makanan.
"Untuk apa nak cukup kamu belajar yang rajin, agar kelak bisa membahagiakan ibu." jawab Ibu Ana, beliau hanya ingin anaknya bisa lulus dengan nilai terbaik.
"Baiklah." Dengan wajah murung Hara menjawab.
Dirinya selalu mendapatkan jawaban yang sama dari Ibunya ketika meminta izin untuk mencari pekerjaan.
Setelahnya Hara pamit untuk berangkat ke kampus, Hara memakai motor matic kesayangannya dan mulai melajukan motornya.
Di tempat lain seorang pria tampan juga sudah siap dengan pakaian kerjanya, dia seorang CEO di Perusahaan Pranata Grup perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan.
Alexander Pranata namanya berwajah tampan memiliki rahang tegas dengan postur tubuh atletis, kesempurnaan melekat pada dirinya jika dilihat dari fisiknya, tapi tidak untuk orang terdekat yang sudah mengenalnya, Alex pria sedingin kulkas tidak pula memiliki prinsip di hidupnya, usianya 25 tahun anak dari keluarga terpandang Adi Putra Pranata dan Dewita Putri Pranata.
Diruang makan sudah ada Mama Dewi dan Papa Adi menunggu putra mereka untuk sarapan bersama.
"Selamat pagi Ma Pa." ucap Alex sambil mencium pipi kanan sang Mama.
"Pagi.." jawab Mama dan Papa Alex serempak.
"Ayo sayang kita sarapan dulu." ajak Mama Dewi pada putranya.
"Alex tidak ikut sarapan Ma Alex buru-buru." ucap Alex melenggang pergi setelah mencium pipi Mamanya, Mama Dewi hanya geleng-geleng kepala melihat putra semata wayangnya itu.
Alex menancap pedal gas menjalankan mobilnya cukup kencang, beberapa kali menyalip mobil dan kendaraan lainnya karena pagi ini ada meeting penting yang harus ia hadiri, di jalan mobil yang di kendarai Alex tiba-tiba berhenti karena tidak sengaja menyenggol pengendara sepeda motor yang tidak lain ialah motor milik Hara.
'Braakk', bunyi motor terjatuh.
"Aduh.." rintih Hara meringgis menahan sakit di kakinya yang lecet karena tergores aspal.
Alex turun dari mobil bukan untuk menolong tapi memarahi wanita yang sudah menghentikan jalannya.
"Hei kamu, bisa ngak bawah motor." bentak Alex berdiri tegap di depan Hara.
"Maaf, bukannya anda yang menabrak motor saya." Ucap Hara menahan emosinya, dia tidak ingin urusannya malah menjadi panjang, melihat mobilnya saja Hara tahu bahwa orang yang menabraknya adalah orang penting.
"Shitt.." umpat Alex melihat jam di tangannya, kurang 15menit lagi meeting akan di mulai.
"Oke saya salah, sekarang minggirkan motor mu saya buru-buru!" suruh Alex dengan mengibaskan tangannya.
"Dasar pria sombong." batin Hara.
Hara memaksakan kakinya yang terasa perih untuk berdiri, langkah Hara terhenti tubuhnya terhuyung saat tidak sengaja menginjak batu di depannya, membuat Alex dengan spontan menangkap tubuh Hara agar tidak terjatuh, sesaat mata mereka saling beradu, diam-diam Alex terpanah.
"Cantik sekali." batin Alex.
Saat keduanya sama-sama sadar Hara langsung menarik tubuhnya, ada rasa canggung antara keduanya tapi dengan cepat Alex mengubah raut wajahnya kembali menjadi dingin.
"Cepat kamu lamban sekali." bentak Alex.
Hara menghela nafas panjang dia berusaha sabar, setelah Hara meminggirkan motornya, Alex berjalan memasuki mobil melajukan mobilnya meninggalkan Hara begitu saja.
"Hei Tuan, tunggu bagaimana dengan motorku Tuaaan." teriak Hara meskipun tahu mobil Alex sudah melesat jauh.
Di perjalanan Alex selalu mengumpat, dia hampir saja telat untung saja ia sampai di kantor tepat waktu.
"Apa sudah kamu siapkan berkas untuk meeting pagi ini..?" tanya Alex sambil berjalan menuju ruang meeting.
"Sudah Pak, Clien kita juga sudah menunggu diruang meeting." jawab Reno tangan kanan Alex.
Reno Aditya adalah sahabat Alex semasa kuliah, pria yang terlahir dari keluarga yang tidak mampu dan seorang yatim piatu, Reno dulu mahasiswa berprestasi lulus dengan nilai terbaik di kampusnya, maka dari itu Alex memilihnya menjadi tangan kanannya di kantor.
Di sisi lain Hara juga hampir telat karena harus menganti ban motornya dulu di bengkel.
"Apes banget hari ini bisa ketemu cowok kayak dia, semoga saja ngak ketemu dia lagi." gerutu Hara di sepanjang jalan.
Saat sampai Hara memarkirkan motor maticnya dan bergegas masuk kelas, selama perjalanan menuju kelas banyak cowok-cowok kampus yang menggodanya, Hara cuek tanpa memperdulikan pria-pria itu, ia tidak suka dengan cowok bad boy semacam itu yang suka menggoda cewek sana sini.
Hara cewek terpopuler di kampusnya karena paras dan kecerdasannya banyak cowok yang menyukainya.
Kurang 5 menit lagi bell masuk kampus berbunyi, Hara segera berlari dia takut mendapat hukuman, tidak sepantasnya anak berprestasi telat masuk kelas.
"Huh huh huh akhirnya sampai kelas juga." ucap Hara dengan nafas memburu, ia mendudukan dirinya di bangku kosong tepat di belakang Mita.
"Tumben loe hampir telat?" tanya Mita sahabat terdekat Hara di kampus.
Mita anak dari orang berada, meskipun dia terlahir kaya tapi tidak suka memilih-milih teman.
"Tadi gue keserempet mobil, cowok yang nabrak ngeselin lagi." Jawab Hara.
"Eh tapi loe ngak kenapa-kenapa kan?" tanya Mita kawatir.
"Cuma lecet-lecet di kaki." jawab Hara.
"Syukurlah, eh tapi cowoknya ganteng ngak?" tanya Mita tersenyum.
"Udah ngak usah di bahas bikin mood gue hancur aja." ucap Hara melotot.
Mita malah cekikikan melihat sahabatnya sekesal itu dengan muka yang imut menurutnya, tak lama bell masuk kelas berbunyi, semua pelajar masuk ke kelas masing-masing.
Jam sudah menunjukkan pukul 10.30, saatnya mereka istirahat.
"Udah deh cemberutnya, ayo kita ke kantin." ajak Mita.
"Oke loe mau makan apa siang ini?" tanya Hara sambil keluar kelas berjalan menuju kantin.
"Makan bakso enak kali ya." jawab Mita.
Hara mengangguk setuju, dikantin saat ini cukup ramai, Hara dan Mita mencari bangku kosong untuk mereka duduki, setelah Hara mendapat tempat duduknya dia meminta Mita untuk memesan bakso.
"Mit loe pesenin gue sekalian ya." ucap Hara nyengir kuda.
"Loe mau minum apa..?" tanya Mita memutar bola matanya malas.
"Es jeruk aja deh." jawab Hara.
"Oke.." ucap Mita berlalu pergi.
Sambil menunggu pesanan datang Hara sibuk memainkan ponselnya.
Hara merasa terganggu saat seorang pria tiba-tiba mendekatinya.
"Siapa loe?" tanya Hara bermuka jutek.
Pria itu tersenyum." Kenalkan nama gue Rangga, nama loe Hara kan?" ucap Rangga.
Hara mengernyit." Loe tahu nama gue darimana?" tanya Hara.
"Mahasiswa mana yang ngak kenal loe, cewek tercantik di kampus ini." jawab Rangga tersenyum.
Hara mengangkat sedikit bibirnya, dia begitu muak dengan cowok-cowok di kampusnya, tidak sedikit Hara menjadi bahan gombalan para pria disana, Hara sampai bosan setiap hari di kelilinggi pria badboy seperti pria yang berada di hadapannya saat ini.
Tidak lama Mita datang dengan membawah 2 mangkok bakso dan 2 gelas teh jeruk.
"Eh loe Rangga kan..?" tanya Mita terejut melihat pria paling tampan di kampusnya, dia tidak menyangka bisa menatap Rangga dengan jarak sedekat ini.
"Iya kok loe tahu." jawab Rangga basa-basi.
"Siapa sih yang ngak kenal sama loe, cowok terpopuler di kampus." ucap Mita tersenyum mendudukkan dirinya di samping Rangga.
"Kenalin nama gue Mita." ucap Mita mengulurkan tanggannya.
Rangga menjabat tangan Mita," Rangga.." ucap Rangga.
"Iya gue tahu." ucap Mita tersenyum menatap Rangga.
Rangga bersikap cuek, tatapannya hanya tertuju pada gadis di depannya siapa lagi jika bukan Hara.
Hara yang ditatap terus menerus sangat risih tapi ia mencoba untuk cuek dengan santai memakan baksonya.
"Loe ngak makan...?" tanya Mita pada Rangga.
Sebetulnya Mita salah satu fans dari Rangga, dia begitu mengaggumi pria yang saat ini berada di hadapannya, dia pernah terobsesi menjadi pacar Rangga, kehaluannya semakin menjadi saat pria tampan itu berada di dekatnya sekarang.
"Gue udah kok tadi, udah makan aja loe berdua, gue cuma pengen gabung disini." jawab Rangga.
DI KANTOR
Alex berjalan menuju lift di susul Reno di belakangnya.
"Hari ini kita makan di resto dekat kantor saja Ren." ucap Alex.
"Baik Bos." ucap Reno.
Usai turun dari lift mereka berjalan menuju parkiran yang di khususkan untuk petinggi perusahaan.
Reno melajukan mobilnya menuju resto yang di maksud oleh Bosnya, dia memesan room vip karena Alex tidak biasa makan berbaur dengan orang asing jika tidak terpaksa, dia selalu memesan ruangan khusus agar merasa nyaman.
"Apa jadwal untuk hari ini setelah makan siang Ren..?" tanya Alex.
"Kosong tapi nanti pukul 15.00 ada pertemuan penting dengan perusahaan A." jawab Reno.
Mereka menikmati makan siangnya dengan sesekali berbincang, kalau sudah diluar jam kerja seperti ini mereka kembali ke mode teman.
___________________________________
JANGAN LUPA VOTE KOMEN DAN LIKE NYA
___________________________________
KASIH AUTHOR SEMANGAT YA KARENA INI NOVEL PERTAMA KU DAN MAAF JIKA ADA KATA YANG MASIH KURANG UNTUK DIPAHAMI AUTHOR AKAN MEMPERBAIKINYA😁
Saat ini diparkiran sudah ada Rangga sengaja menunggu Hara agar bisa pulang bersama.
"Hai Ra mau pulang bareng..?" tanya Rangga menawarkan tumpangan.
Hara terperanjat kaget saat tiba-tiba mendengar suara pria mengajaknya bicara, "Eh loe sory gue udah bawah motor." tolak Hara.
Hara menolak karena memang membawah motor sendiri.
"Ra loe mau ngak temenan sama gue." ucap Rangga mencoba mengakrabkan dirinya dengan Hara.
"Dan bisa ngak manggilnya aku kamu aja biar lebih akrab." lanjutnya tersenyum.
Hara menatap Rangga dari ujung rambut hingga ujung kaki membuat Rangga salah tingkah.
"Boleh kelihatannya kamu cowok baik, kalau gitu aku duluan ya Ngga, sampai jumpa besok." ucap Hara membalas senyuman Rangga dan melambaikan tangannya.
"Astaga jantungku." ucap Rangga memegang dadanya saat melihat senyuman semanis madu milik Hara.
Ada perasaan lain saat berdekatan dengan Hara tapi Rangga tidak mengerti perasaan apa itu.
Dalam perjalanan pulang Hara mampir ke minimart, dia hanya ingin membeli minuman karena tenggorokannya terasa panas setelah makan bakso yang terlalu pedas di kampusnya tadi, Hara tidak menyangka ternyata dia bertemu lagi dengan pria yang menabraknya di dalam minimart.
"Bukannya itu cowok tadi pagi ya." batin Hara.
Hara memberanikan diri untuk menyapanya, dia harus meminta pertanggung jawaban karena kejadian tadi pagi membuat kedua ban motornya pecah, meskipun tidak seberapa tapi uang itu sangat berarti untuknya.
Hara menepuk pelan tangan Alex membuat pemilik tangan kekar itu menoleh.
"Tuan apakah anda tadi yang menabrak saya, maaf saya ingin meminta ganti rugi karena kejadian tadi pagi saya harus menganti kedua ban motor saya." ucap Hara.
Alex yang melihat wanita di depannya mendengus.
"Astaga kamu lagi, kenapa setiap bertemu kamu saya sepertinya sial terus." ucap Alex dengan memijat pelipisnya.
"Apa katanya? dasar cowok brengsek." umpat Hara dalam hati.
"Iya Tuan anda harus menganti rugi." ucap Hara tidak ingin merugi karena uang tabungannya yang hanya 100ribu habis dia pakai untuk membeli ban.
"Cepat katakan berapa saya harus ganti rugi, saya tidak punya waktu untuk mengurusi orang seperti mu." ucap Alex dingin.
Dalam hati Hara terus menggumpat betapa sombong cowok di hadapannya ini, kalau saja dia tidak butuh uangnya tidak akan dia meminta minta seperti sekarang, cukup tidak bertemu lagi dengannya saja sudah berterimah kasih.
"Wah kesempatan nih, gue kerjain loe." batin Hara.
"Emm 500ribu Tuan." ucap Hara.
"Brengsek ban motor seperti apa sampai habis 500ribu." batin Alex.
Alex yang tidak ingin masalahnya menjadi panjang akhirnya memberikan uang ganti rugi itu untuk Hara.
"Oke ini, jangan sampai kamu muncul lagi dihadapan saya." ucap Alex memberikan pecahan merah 5 lembar dan berjalan meninggalkan Hara.
"Siapa juga yang mau ketemu loe lagi, tapi syukur uang gue balik banyak." monolog Hara cekikikan.
Setelah membayar minuman itu ke kasir, Hara keluar dia berdiam sejenak meminum air kemasan yang di belinya tadi lalu beranjak kembali melajukan motornya untuk pulang.
Tak lama Hara sampai, dia memarkirkan motor di halaman rumahnya, saat ini Ibu Ana sedang bekerja waktunya hanya beliau gunakan untuk mencari uang.
Segera Hara menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, setelah selesai mandi dia bergegas membersihkan rumah, seperti itulah rutinitas Hara setiap hari karna Ibu Ana melarang Hara bekerja jadi Hara hanya bisa membantu bersih-bersih rumah.
"Oh ya, besok aku mulai magang di Perusahaan besar itu semoga saja tidak ada kendala." monolog Hara ia bersandar di kursi setelah pekerjaannya selesai, dia beranjak ke kamarnya untuk beristirahat.
Hara tertidur sampai menjelang pagi, Ibu Ana yang baru pulang pukul 9 malam tidak tega membangunkan anaknya.
Malam yang gelap gulita kini digantikan oleh sinar mentari yang begitu cerah, Hara saat ini sudah bersiap.
"Sayang tumben kamu pagi-pagi sudah rapi?" tanya ibu Hara.
Pagi ini Hara memakai span selutut dengan atasan kemeja berwarna putih, rambutnya yang panjang ia gerai sangat cantik dan terlihat sexy, padahal rok yang dipakai Hara size besar, mungkin karna body belakang Hara yang padat membuat rok itu terlihat kecil, Hara juga tidak memiliki pilihan karna memang semua size rok Hara seukuran.
"Hari ini Hara mulai magang Bu di perusahaan Pranata Grup." jawabnya sambil tersenyum.
"Ya sudah cepat sarapan Ibu sudah memasak nasi goreng kesukaanmu, Ibu langsung berangkat ya sayang" ucap Ibu Ana.
"Ibu tidak sarapan dulu?" tanya Hara.
"Sudah tadi." jawab Ibu Ana mencium puncak kepala putrinya.
"Hati-hati dijalan Bu." ucap Hara setelah melihat Ibunya berlalu pergi.
Sebenarnya Hara tidak tega melihat ibunya harus bekerja keras sendirian, tanpa terasa air mata Hara menetes di pipi mulusnya, keinginannya hanya satu semoga kelak ia bisa membahagiakan Ibunya.
Hara menghembuskan nafas panjang, dia menghapus airmatanya yang masih mengalir, dirinya berjalan memasuki dapur bergegas untuk mengisi perutnya.
Setelah selesai sarapan Hara segera berangkat dengan mengendarai motor matic kesayangannya, sedangkan Mita dan Rangga sudah sampai dikantor, mereka menunggu Hara diparkiran.
"Ngga gue seneng banget deh bisa sedekat ini sama loe." ucap Mita tersenyum.
"Oh ya..!" ucap Rangga tidak tertarik dengan obrolan itu.
Tidak lama terlihat Hara dari jauh, Rangga mengayunkan tangannya memanggil Hara.
"Hara sini.." Teriak Rangga.
Hara mendekat dia tersenyum menatap keduanya.
"Maaf ya lama." ucap Hara nyenggir kuda.
"Loe kebiasaan." ucap Mita bete karena Hara menganggu PDKT nya.
Rangga terpesona melihat penampilan Hara saat ini, selain cantik dan baik nilai plus dari Hara yaitu dari bodynya, body Hara bak gitar spanyol yang membuat mata para lelaki ternoda saat melihatnya.
"Ya udah yuk masuk." ucap Mita kesal saat melihat Rangga tidak berkedip menatap sahabatnya.
*Dirumah Alex
Mentari mulai muncul dari arah timur, pria tampan ini sesekali mengerjap karena terkena silaunya matahari dari sela-sela gorden kamarnya, Alex belum juga bangun padahal sudah hampir pukul 07.00 pagi, terdengar teriakan Asisten dari luar kamar Alex.
"Tuan sudah pagi, apa Tuan tidak ke kantor, Tuan besar dan nyonya sudah menunggu untuk sarapan." teriak Bi Ijah.
"Iya sebentar lagi." teriak Alex beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Saat ini Alex terlihat sangat tampan, dia menuruni tangga menghampiri Papa dan Mamanya.
"Pagi Ma Pa." ucap Alex mencium pipi Mamanya.
"Pagi sayang." ucap Mama Papa Alex serempak.
Alex memilih duduk di depan Mamanya, Mama Dewi bangun melayani dua pria yang sangat berarti di hidupnya, mereka makan dengan tenang tanpa ada obrolan, setelah selesai sarapan Alex beranjak pergi ke kantor tidak lupa berpamitan dengan Mama Papanya, di mobil juga sudah ada Reno yang menunggunya, dia tidak ikut makan karena sudah sarapan di apartemennya.
Butuh waktu 45.00 menit perjalanan karena jalanan cukup macet pagi ini, akhirnya mereka sampai juga dikantor, terlihat banyak kerumunan orang memakai baju hitam putih di lobby.
"Ren kenapa banyak sekali orang berseragam hitam putih di lobby..?" tanya Alex tidak tahu jika pagi ini akan ada banyak anak magang.
"Hari ini banyak anak magang yang ditempatkan disini Pak." jawab Reno.
Karena dilobby kantor penuh dengan para mahasiswa magang, akhirnya Reno dan Alex memutuskan untuk melewati jalan lain, jalan rahasia yang hanya bisa dilalui oleh pemilik perusahaan.
Diperusahaan Alex ada sekitar 5 orang mahasiswa yang akan magang, 5 orang ini akan di bagi menjadi 5 bagian untuk di tempatkan di berbagai divisi di antara mereka ada Hara, Mita dan Rangga, setelah terakhir kejadian diparkiran kemarin Rangga dan Hara menjadi semakin dekat.
"Mari ikut saya kalian sudah di tunggu di ruangan HRD." ucap salah satu staf perempuan.
Ke lima mahasiswa magang berjalan ke ruangan HRD mengikuti staf perempuan yang memandu mereka, sudah 30 menit interview berlangsung, staf membagi mereka ke beberapa divisi, kebetulan Rangga dan Hara ditempatkan di bagian yang sama di divisi keuangan, sedangkan Mita di tempatkan di bagian pemasaran.
"Hai kenalkan nama ku Febby semoga kita bisa bekerjasama, kalau ada yang tidak kamu mengerti bisa kamu tanyakan padaku jangan sungkan-sungkan." ucap salah satu staf senior yang meja kerjanya berdekatan dengan meja kerja Hara.
Rangga dan Hara sudah berada di meja kerjanya masing-masing.
"Hai Kak nama ku Hara dan ini Rangga, baik Kak terima kasih." ucap Hara tersenyum manis, mereka masih satu ruangan di dalam ruangan ada 4 orang.
*Diruangan CEO
"Ren apa jadwal untuk hari ini..?" tanya Alex tanpa melihat Reno.
Reno segera memeriksanya," nanti jam 10.00 kita ada meeting Bos, dan jam 14.00 kita ada pertemuan di resto A." jawab Reno.
"Oh ya Ren tolong suruh dari pihak divisi keuangan, memberikan berkas laporan bulan ini sekarang juga..!" suruh Alex karena dia belum menerima laporan pemasukan untuk bulan ini.
Reno mengiyakan dan pamit pergi menuju ruangannya, ruangan Reno bersebelahan dengan ruangan Alex, dia langsung menelpon staf keuangan menyuruhnya untuk segera menyerahkan laporan ke ruangan CEO.
______________________________________________
JANGAN LUPA VOTE NYA YA READERS TERIMA KASIH SUDAH MAU MEMBACA KARYA KU DAN JANGAN LUPA UNTUK LIKE DAN KOMENNYA😁
_______________________________________________
Reno mengiyakan dan pamit kembali ruangannya, ruangan Reno bersebelahan dengan ruangan Alex, ia langsung menelpon staf keuangan menyuruhnya untuk segera menyerahkan laporan ke ruangan CEO.
"Febby apa laporan keuangan untuk bulan ini sudah kamu cek..?" tanya Reno di telpon.
"Sudah Pak apa perlu saya antar sekarang." jawab Febby.
"Ya langsung saja serahkan keruangan CEO segera." ucap Reno tanpa menunggu jawaban dari Febby langsung menutup telponnya.
Saat Febby menyiapkan berkas yang akan ia berikan pada Ceo tiba-tiba saja perutnya terasa sakit.
"Aduhh kenapa perutku sakit banget, apa gara-gara sarapan jengkol balado tadi pagi ya." monolog Febby menungging dengan memegang perutnya, tanpa sadar Febby mengeluarkan gas beracun di sertai suara terompet sangkakala, bukan kiamat besar tapi kiamat untuk Febby sendiri ia menoleh ke meja Hara dan orang di belakangnya, benar dugaannya ketiga rekannya kompak menutup hidung dengan mengibaskan tangan ke udara, cenggir kuda Febby berikan pada tiga rekannya.
"Aduh kenapa bisa kelepasan siih." batin Febby.
Febby sangat malu bisa-bisanya dia kentut di depan anak magang, karena perutnya sudah sangat mulas ia membuang rasa malunya jauh ke kutub selatan, ia berjalan tergesa menghampiri Hara.
"Hara boleh aku minta tolong." ucapnya sambil memegang perutnya yang masih sangat sakit.
"Boleh Kak ada yang bisa aku bantu." ucap Hara sambil menahan senyum takut menyinggung Febby.
"Tolong antarkan berkas ini keruangan CEO aku sudah tidak tahan." ucap Febby meghilang mengunakan jurus seribu bayangan menuju toilet, sedangkan Hara masih melongo di tempatnya.
"Ra kenapa kamu benggong? apa aku saja yang antar berkasnya." tawar Rangga.
"Eh gak usah Ngga aku cuma binggung ruangan CEO dimana." ucap Hara.
"Ruangan CEO dilantai 23." ucap karyawan wanita berwajah jutek.
"Terima kasih Kak." ucap Hara tidak berani bertanya pada wanita itu karna dari awal masuk tatapan wanita itu sudah menunjukkan kalau dia tidak suka pada Hara, tapi itu hanya fikiran Hara saja karena wajah wanita itu memang jutek dari sananya.
Disisi lain Alex marah-marah di ruangannya karna sudah menunggu berkasnya terlalu lama, ia memencet tombol intercom menghubungi Reno.
"Ren mana berkas yang saya minta kenapa lama sekali..?" tanya Alex merasa geram.
"Mungkin sebentar lagi Bos." jawab Reno.
"Kalau dalam waktu 5 menit berkasnya masih belum sampai, kamu pecat dia hari ini juga..!" suruh Alex dingin ia menutup telponnya tanpa menunggu jawaban dari Reno.
Baru saja Alex menutup telepon terdengar suara ketukan pintu dari luar.
"Masuk." suruh Alex.
Mendengar suara dari dalam Hara langsung membuka knop pintu dirinya masuk dengan menundukkan kepala, Hara menyadari kesalahannya karena sudah telat memberikan berkas yang bosnya minta, Alex tengah serius dengan berkas-berkasnya yang lain dia bertanya tanpa memandang orang yang saat ini berada di depannya.
"Kenapa kamu lama sekali? saya tidak suka orang yang kerjaannya lelet seperti kamu." sarkas Alex.
Hara hanya menunduk baru hari pertama bekerja sudah kena semprot Ceo, sedangkan Alex yang merasa diacuhkan oleh bawahannya karena tidak mendapatkan jawaban akhirnya naik pitam.
"Apa kamu tuli hah." bentak Alex keras menatap dan beranjak berdiri menghampiri Hara.
Hara yang dibentak sangat kaget dan ketakutan, dia semakin menundukkan kepalanya.
"Apa kamu anak baru? saya berbicara sama kamu, tegakkan kepalamu!" ucap Alex marah.
"Ma-maaf Pak." jawab Hara gagap dengan tangan gemetaran, kerena saat ini Alex sudah berdiri di hadapannya, Hara dengan takut-takut mendonggakkan kepalanya menatap Alex.
"Kamu." ucap keduanya kaget.
Alex perlahan mendeket kearah Hara, Hara yang takut berjalan mundur sampai terpentok pintu. "Aduh." rintih Hara mengusap kepalanya yang terasa sakit.
Alex tersenyum melihat gadis di depannya sepertinya ia memiliki mainan baru gadis itu terlihat sangat mengemaskan, Hara terpanah saat tidak sengaja melihat atasannya tersenyum, tatapan mereka bertemu sesaat Alex terpaku memandang mata indah itu, tanpa sadar Alex mendekatkan kepalanya hingga jarak diantara mereka hanya beberapa senti, Hara mencium bauh mint dari nafas Alex seketika dirinya sadar apa yang akan di lakukan bos itu padanya, reflek Hara mendorong tubuh Alex.
"Apa yang ingin Bapak lakukan..?" tanya Hara menutup bibirnya dengan kedua tangannya.
Lagi-lagi Alex tersenyum dia berjalan kembali menuju kursi kebesarannya, wajahnya berubah kembali datar.
"Sial kenapa aku tidak bisa mengendalikan diriku" batin Alex.
"Mana cepat serahkan berkas itu..!" suruh Alex.
Alex bersikap dingin kembali seperti tidak terjadi apa-apa.
"Dasar Bos Aneh." umpat Hara dalam hati.
Hara segera memberikan berkasnya dan langsung meninggalkan ruangan Alex.
"Astaga kenapa harus dia yang menjadi bosnya, menyebalkan sekali dan tadi dia mau ngapain, huhh dasar bos mesum." umpat Hara di sepanjang jalan.
Hara berjalan terburu-buru memasuki lift.
"Hara ada apa, kenapa kamu ngos-ngosan seperti itu?" tanya Rangga menautkan kedua alisnya.
"Tidak ada apa-apa Rangga." jawab Hara dengan nafas yang masih memburu, dia kembali duduk di meja kerjanya.
Sedangkan Febby masih fokus dengan komputernya dia tidak menyadari bahwa Hara sudah kembali, setelah dari toilet tadi dia fokus dengan kerjaannya karna cukup lama ia berada di toilet, kerjaan Febby yang masih banyak membuatnya kalang kabut dia tidak ingin melewatkan jam makan siangnya karna isi perutnya sudah habis setelah mengeluarkannya tadi.
**
Saat ini sudah pukul 10 pagi, tidak tahu kenapa Alex sepertinya tertarik dengan gadis itu, ia akan meminta CV semua anak magang pada tangan kanannya Reno, lamunan Alex buyar saat Reno tiba-tiba masuk tanpa mengetuk pintu.
"Pak berkas untuk meeting sudah siap dan para staf kita sudah menunggu diruang meeting." ucap Reno.
"Astaga, bisa tidak sebelum masuk kamu ketuk pintu dulu." ucap Alex, dia mendengus dan berjalan keluar menuju ruang meeting disusul Reno di belakangnya, Reno tidak meminta maaf pada bos nya malah tersenyum mengejek.
Tak terasa meeting selesai saat ini sudah waktunya jam makan siang, Alex kembali ke ruangannya di susul Reno, mereka berdua seperti seorang pangeran sama-sama memiliki paras tampan, tidak salah semua karyawan wanita menggidolakannya.
"Ren kita makan disini saja..!" suruh Alex.
"Terserah ." ucap Reno, segera Reno memesan makanan melalui aplikasi.
"Ren setelah jam makan siang selesai tolong serahkan CV anak magang tanpa terkecuali." suruh Alex.
"Kenapa? apa ada masalah? "tanya Reno menautkan kedua alisnya.
"Tidak ada, hanya saja ingin memeriksa data mereka, aku tidak mau sampai perusahaan ini memperkerjakan orang bodoh meskipun cuma karyawan magang." jawab Alex beralasan.
Reno merasa curiga kenapa Alex meminta CV anak magang, padahal Alex tidak pernah mau berurusan dengan hal-hal kecil seperti itu, semua selalu di serahkan pada bawahannya tapi Reno hanya diam tidak mau bertanya alasannya karena takut bosnya marah.
Sambil menunggu makanan datang Alex memainkan ponselnya, seketika Alex menginggat kejadian bersama Hara tadi tanpa Alex sadari bibirnya tersenyum tipis, Reno mengernyit menatap Bosnya yang terlihat seperti orang tidak waras.
"Bro kenapa kamu senyum-senyum seperti itu..?" tanya Reno penasaran.
Alex terperanjat dia pun kembali kemode cool dengan muka datarnya tanpa mau menjawab pertanyaan Reno.
"waaahh ada yang salah sama nie anak ." batin Reno.
Ketukan pintu membuyarkan lamunan Reno, dia bergegas membukanya ternyata makanan yang di pesan sudah datang, mereka menikmati makan siang dengan diam.
**
"Hara ayo kita makan siang bareng." ajak Rangga sebenarnya dia sudah lama menyukai Hara tapi tidak berani untuk berkenalan, apa lagi harus menggungkapkan perasaannya.
"Boleh, Kak mau bareng ngak sama kita..?" tanya Hara pada Febby.
"Boleh yuk capcus, oh ya kalian jangan panggil aku Kakak berasa tua banget, jarak usia kita kan cuma 2 tahun panggil nama aja ya." pinta Febby pada keduanya.
Febby sudah melupakan kejadian memalukan tadi, selain bobrok sepertinya Febby juga tidak tahu malu. 😆
"Oke.." jawab Hara dan Rangga serempak.
Mereka berjalan menuju lift, Rangga menekan tombol lantai paling bawah setelah beberapa menit terdengar bunyi "ting" lift pun terbuka, mereka berjalan menuju kantin dan memesan makanan,
sambil menunggu pesanan datang mereka mengobrol.
"Ra apa tadi Pak Alex marah-marah sama kamu..?" tanya Febby.
"Ngak cuma di kasih peringatan aja." jawab Hara bohong.
"Syukurlah, padahal aku tadi udah bayangin nih, kalau aku yang bawah berkas itu bisa-bisa dipecat sama bos, dia itu paling ngak suka lihat karyawan yang tidak disiplin." cerocos Febby.
Sedangkan Rangga hanya diam mendengar obrolan mereka berdua sambil memandang lekat Hara yang membuat jantungnya ingin lepas dari tempatnya, obrolan pun terhenti saat makanan sudah datang, mereka mulai menyantap makanannya dengan nikmat.
Jam makan siang pun selesai, para karyawan kembali keruangan kerja masing-masing terutama Hara, Febby dan Rangga, selama jam makan siang Hara tidak bertemu dengan Mita mungkin Mita makan diluar kantor.
*
"Ini yang Bos minta tadi." ucap Reno memberikan CV anak magang yang di minta Alex.
Alex menerimanya dan menaruh berkas-berkas itu dimeja kerjanya.
"Terima kasih Ren." ucap Alex.
"Sama-sama, apa ada yang lain..?" tanya Reno.
"Tidak ada, kembalilah keruangan mu!" suruh Alex.
"Baik Bos." jawab Reno berjalan menutup pintu.
Selang kepergian Reno, Alex mencari CV milik Hara dan akhirnya dia menemukannya.
"Ohh jadi namanya Hara, dia kuliah di universitas terbaik dikota ini, sungguh menarik" batin Alex senyum-senyum sendiri.
Tak terasa sudah hampir pukul 14.00 Alex dan Reno sudah bersiap untuk meeting di luar, mereka mulai memasuki lift dan menekan angka 1, beberapa menit kemudian sampailah mereka di lantai dasar, Reno segera membukakan pintu untuk Bosnya, mobil pun melesat meninggalkan kantor.
Selama 15 menit di perjalanan akhirnya mereka sampai, Reno membukakan pintu untuk Alex, Alex keluar berjalan tegap di susul Reno di belakangnya, sesaat semua mata tertuju pada mereka berdua terutama kaum Hawa, walaupun terkesan dingin tapi menurut wanita-wanita itu, kedua pria ini memiliki kharisma yang bisa memikat hati mereka, Alex berjalan menuju room yang sudah di pesan, ternyata rekannya sudah menunggu di sana, terlihat seorang wanita sepertinya usianya lebih tua dari Alex dan Reno dia sedang mengobrol dengan asisten pribadinya.
"Maaf apa sudah lama menunggu..?" tanya Alex tidak enak hati, dia menyalami calon rekannya begitu pun juga dengan Reno.
"Tidak kami juga baru sampai Pak Alex." ucap wanita itu, dia memakai atasan blezer panjang tapi dengan dalaman yang ketat sehingga di bagian dada sangat terlihat menonjol dengan make up yang terlalu menor menurut Alex.
"Baik langsung saja Nona kita mulai meetingnya." ucap Alex tidak ingin lama-lama berada satu ruangan dengan wanita ondel-ondel itu karena wanita di depannya dari tadi tidak berhenti menatapnya.
1 jam berlalu meeting pun selesai akhirnya mereka sepakat untuk menjalin kerja sama, segera Alex dan Reno pamit untuk pulang.
"Apa kita tidak bisa makan-makan dulu untuk merayakan kerjasama kita." ucap sang wanita kepada Alex.
"Maaf Nona saya buruh-buruh ada kerjaan lain yang lebih penting." jawab Alex dingin dan segera pergi meninggalkan wanita itu.
Wanita itu mendengus sebal melihat Alex mengacuhkannya, "Ayo kita pergi." ajaknya pada sekertarisnya, mereka pun berjalan meninggalkan room.
"Sepertinya wanita tua itu suka sama kamu Lex." ucap Reno menggoda Alex.
"Jangan bercanda." jawab Alex bergidik, dia berjalan cepat menuju mobil.
Mereka kembali lagi kekantor padahal jam kerja sudah usai karena masih ada berkas-berkas yang harus ditanda tanggani oleh Alex, selama diperjalanan suasana sangat hening akhirnya Reno yang memulai percakapan.
"Bro Vera apa kabar, kenapa kamu tidak mencari pengantinya saja, aku dengar Mama Dewi menyuruhmu untuk mengenalkan wanita mu padanya." ucap Reno, Reno juga memanggil Mama karena Mama Dewi menganggap Reno seperti anaknya sendiri.
"Huufftt .." Helaan nafas berat Alex.
"Kamu tahu sendiri kan Ren, aku masih sangat mencintai dia sampai sekarang, dia sudah berjanji padaku setelah urusan keluarganya selesai akan kembali ke negara B." ucap Alex.
Vera Wijaya wanita yang menjadi mantan Alex anak dari seorang pengusaha juga, Papa Vera adalah sahabat dari Papa Alex, wajahnya cantik tapi tak secantik Hara dia selalu memakai pakaian yang minim bahan hubungan mereka berakhir bukan karna ada masalah tapi Alex dan Vera sepakat untuk break karena Vera harus ikut orang tuanya keluar negeri.
TERIMA KASIH SUDAH MAU MEMBACA KARYA KU🥰
JANGAN LUPA UNTUK VOTE LIKE DAN JUGA KOMEN.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!