NovelToon NovelToon

Pernikahan Simbiosis

Bab 1 : Kesan Pertama

Axel Sky Jordan, Pria mapan, tampan dan tentu saja bisa dimasukkan ke salah satu kategori mahkluk Tuhan paling sempurna. Siapa sangka laki-laki itu pernah menjadi seorang pebinor alias perebut bini orang. Ax, begitu sapaan akrabnya. Pernah jatuh cinta kepada sang adik tiri yang telah memiliki suami. Bahkan rumornya mereka menjalin hubungan terlarang hingga hampir membuat adik tirinya bercerai.

Namun, gunjingan yang menyebar dari mulut ke mulut itu bagaikan bara di dalam sekam. Mungkin saat ini masih belum memberi dampak ke dalam kehidupan Axel, tapi siapa tahu hal itu bisa saja menjadi sebuah bom waktu, di saat ia mulai bisa memberikan hatinya ke wanita lain dan berpaling dari Rhea, sang adik tiri.

Pagi itu, Axel terlihat melangkahkan kaki ke dalam hotel miliknya, ia berniat menemui koleganya yang tengah menunggu di resto hotel untuk membicarakan masalah bisnis dengannya. Selain hotel bintang lima, Ax juga memiliki sebuah pusat perbelanjaan yang harus dikelola. Menjadi satu-satunya anak laki-laki dari tiga bersaudara, membuat Axel menjadi anak emas sang papa. Kedua kakak perempuannya memilih tinggal di luar negeri dan hidup nyaman bersama keluarga mereka.

Selayaknya bos besar, Axel disambut ramah dan sopan oleh para karyawannya. Semua orang membungkuk memberi hormat. Membuat seorang gadis yang tengah duduk di sofa yang berada di lobi menatapnya dari balik kaca mata hitam yang dia kenakan.

“Jo!"

Sebuah sapaan membuat Jojo menoleh. Kirana sang sahabat langsung duduk disampingnya. Menggenggam tangan adik kesayangan calon Gubernur yang bernama lengkap Aubrey Josalim itu erat.

“Sumpah demi Pluto yang sudah didepak dari geng planet Jo, kamu harus bantuin aku!”

“Tenang An, bisa ga kamu kasih makan aku dulu? aku lapar.”

Kirana menghela napasnya, memang berurusan dengan sahabat baiknya ini tak segampang membalik telur dadar di atas penggorengan. Ia harus ekstra sabar, memenjangkan usus dua belas jarinya agar kuat meladeni Jojo.

“Tidak enak!” Jojo meletakkan pisau dan garpunya. Gadis itu menyandarkan punggung lantas mengelap mulutnya dan melempar serbet sedikit kasar. Sontak kelakuannya membuat Kirana kaget.

Jojo mengangkat tangannya memanggil pelayan. Seorang staff resto datang dan membungkuk ke arahnya lalu mulai menanyakan apa yang gadis berumur dua puluh empat tahun itu butuhkan.

“Apa benar ini hotel bintang lima?” tanya Jojo dengan senyum menghina.

“Maaf Nona, apa ada yang salah dengan makanan anda?”

Pelayan itu bertanya dengan sopan. Namun, respon Jojo benar-benar di luar dugaan. Ia marah dan membentak pelayan itu dengan nada tinggi.

“Jojo!” Kirana berusaha menengkan sahabatnya itu.

Axel yang baru selesai membicarakan urusan bisnis di tempat yang sama terlihat sedikit terganggu dengan teriakan gadis itu. Beruntung, sang kolega telah pergi dari sana. Melihat ada yang tidak beres, entah kenapa laki-laki itu tergelitik untuk mendekat, apalagi dia lah sang pemilik hotel.

“Maaf, apa ada masalah?”

Pelayan yang menyadari bahwa laki-laki itu adalah Axel langsung menunduk memberi hormat dan memilih kembali ke pantry. Axel menatap Jojo yang terlihat sangat kesal. Ia memberi sebuah senyuman ramah berusaha meluluhkan hati gadis itu.

“Siapa kamu? Apa kamu managernya?” Jojo bertanya dengan raut muka yang masih kesal.

Axel pun kaget, biasanya senyum menawannya itu bisa meluluhkan hati seorang wanita, tapi sepertinya tidak mempan untuk gadis di hadapannya.

“Saya ….. “

“Aku memesan steak medium well tapi yang datang medium,” potong Jojo cepat. “Aku tidak bisa memakan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan 'ku sedari awal!” ucapnya arogan sambil menyodorkan potongan daging yang melekat pada garpu ke depan muka Axel.

Laki-laki itu sampai memundurkan kepala sambil memejamkan mata karena kaget. Gadis dari planet mana yang sedang berhadapan dengannya sekarang, benar-benar galak. Axel menggenggam erat tangan Jojo. Mengarahkan potongan daging itu ke dalam mulutnya.

Jojo pun kaget, mulutnya mengaga melihat laki-laki di depannya mengunyah potongan steak itu lalu menyambar orange juice miliknya dari atas meja—Axel meminumnya. "Ini eatable (bisa dimakan), enak tapi lebih enak lagi jika anda memakannya ditemani segelas wine.

Axel menatap tajam Jojo lalu mengangkat tangannya. Sebagai penikmat steak, Ia juga sadar bahwa steak itu memang salah masak.

Seorang pelayan resto pun mendekat. " Iya Pak!"

"Ganti steak miliknya dengan yang baru, berikan dia voucher menginap di kelas president suit dan minta chef yang menyajikan hidangan ini menemui 'ku sekarang juga."

Axel membungkuk sopan di hadapan Jojo dan Kirana, tapi entah kenapa ucapannya membuat Jojo begitu kesal. Saat Axel berbalik, gadis itu melemparkan serbet sampai mengenai punggungnya.

"Aku tidak butuh voucher, kamu pasti berpikir aku berbohong agar bisa makan secara gratis kan?"

Axel mengembuskan napasnya, berusaha mengatur emosinya. Alih-alih berbalik untuk berbicara kembali Ia memilih berjalan pergi meninggalkan Jojo yang masih uring-uringan.

"Awas kau! Jika kakak 'ku berhasil menjadi Gubernur, aku pastikan hotel tempatmu bekerja akan digusur dari sini," teriak Jojo.

Axel terlihat menghentikan langkah, tapi hanya untuk meledek gadis di belakangnya. Dengan sengaja laki-laki itu memasukkan tangan kirinya ke kantung celana dan menggunakan tangan kanannya untuk menggosok telinga.

"Sial!" umpat Jojo kesal.

_

_

_

_

_

_

_

_

Like

Komen

Add fav 🥰

Bab 2 : Boba Bersianida

Melangkahkan kaki mengikuti Kirana sambil memakan burger, Jojo sukses menjadi perhatian karyawan Sky hotel tempatnya berada sekarang. Jelas semua mata tertuju kepadanya yang baru saja membuat kekacauan di sana, tanpa sadar, Ia bahkan berani memaki pemilik hotel itu.

Setelah menolak voucher dan steak pengganti, gadis itu meminta sahabatnya untuk membelikan makanan cepat saji yang baru saja habis Ia nikmati saat dirinya, Kirana dan satu orang marketing hotel berhenti di depan Ballroom utama.

"Untuk apa ke sini?" Jojo masuk sambil terheran-heran, terlebih saat Kirana langsung meminta si marketing hotel meninggalkan mereka berdua agar leluasa berbicara.

"Jo! kamu harus bantuin aku, aku mohon!"

Mengernyit heran, Kirana sampai menangkupkan kedua tangannya ke depan dada—mengiba kepada Jojo, sahabatnya sejak SMA.

"Bantuin apa?" masih tak mengerti, Jojo malah berjalan melihat-lihat sekeliling ballroom itu. "Aura di sini sungguh negatif, orang-orang yang melangsungkan pernikahan di sini pasti berakhir menderita," ucapnya ngaco.

"Maka dari itu tolong aku!" Kirana kembali mengiba, membuat Jojo semakin tak mengerti.

"Jo, aku mau dikawinin sama laki-laki yang ga aku kenal, aku cuma ketemu sekali dan bulan depan aku harus menikah di sini, alasan aku meminta bertemu di Sky hotel karena mama memaksa aku untuk melihat venues acara."

"Aku masih di dunia nyata kan An? Kek sinetron aja dijodohin," ucap Jojo santai.

"Kamu boleh minta apa aja, asal bantuin aku gagalin pernikahan ini. Jo aku ga mau nikah, kalau kamu ga mau bantuin, aku mau minum boba bersianida aja."

"Kopi udah ga ngetrend ya An?"

"JOJO!"

"Ish ... ogah ah, aku ga mau bikin masalah lagi, kamu tahu sendiri kan? Aku lagi kena skors abang Ical, ATM disita, ga dikasih duit operasional, untung habis borong skincare kemarin."

"Lagian kenapa sih kamu bikin masalah lagi?" Kirana frustrasi, sepertinya Ia meminta bantuan ke orang yang salah.

"Aku pergi ke club sama anak-anak, ketahuan sama bodyguard abang, aku kesal karena katanya dia ga bakal ngaduin aku tapi diaduin juga pas di rumah. Nah ... jadinya aku marah, aku lempar catokan rambut ke arah dia, eh … kena titituit nya."

"Astaga Jo, terus —"

"Ya terus abang murka, katanya aku bisa menghancurkan masa depan bodyguard nya, lagian itu catokan juga kayaknya tahu mana bagian yang bisa bikin orang kejang-kejang kalau kena lempar, nyasarnya bisa pas ke sana."

Kirana hanya bisa terperanga, sahabatnya itu memang luar biasa, jika ada spesies langka dari manusia yang perlu dijaga eksistensinya mungkin Jojo adalah salah satunya.

"Lagian yang nyalek kan dia, kenapa aku harus ikut kena imbasnya sih, ini ga boleh itu ga boleh."

Berniat meminta bantuan, Kirana malah harus mendengarkan keluh kesah sahabatnya itu dari A sampai ke A lagi.

"Jadi, kamu mau bantuin aku ga?" Kirana menatap Jojo lemas, semangatnya sudah habis untuk meladeni ocehan gadis itu.

"Apa yang kamu tawarkan sebagai imbalannya?"

Pertanyaan Jojo membuat mata Kirana berbinar, Ia buka tasnya untuk mengambil kartu kreditnya. "Limitnya seratus juta, kamu boleh memakainya."

"Keysip!"

Jojo langsung menyambar kartu itu dari tangan Kirana, mencium benda tipis itu sambil menaik turunkan alis matanya, lumayan pengganti duit bulanan dari kakaknya. Sebenarnya Jojo tak serta merta setuju membantu sahabatnya itu hanya karena uang. Gadis itu tahu Kirana tidak mau menikah karena sudah memiliki kekasih.

"Sesuai amanat Undang-undang, bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa, penindasan yang tidak berperi kemanusiaan dan berperi keadilan harus dihapuskan, anggap saja aku sedang mengamalkannya dengan membantu Kirana mendapat kemerdekaannya dalam memilih suami." batin Jojo, memberi pembenaran terhadap tindakan yang akan dia lakukan.

***

"Jo!"

Suara kakak ipar Jojo menggema di pagi hari, mengetuk pintu kamarnya dengan kasar, wanita bernama Sylvia itu berusaha membangunkan satu-satunya adik kesayangan sang suami.

"Apasih mama Slipi?" Jojo membuka pintu kamarnya, Ia menguap selebar mulut kudanil. Memanggil nama kakak iparnya seperti sang keponakan yang masih tak jelas bicaranya.

"Sylvi panggil aku Sylvi, dasar adik ipar solimin."

"Hush ... calon Bu Gubernur ga boleh bicara sembarangan," ucap Jojo sambil menahan tawanya karena berhasil membalas wanita itu yang selalu melarangnya berbicara asal.

"Ingat Protokoler!" Sindirnya.

Sylvia mengangguk, semenjak Fahrizal sang suami mencalonkan diri menjadi Gubernur, tingkah laku keluarganya menjadi dibatasi, semuanya berada di bawah pantauan tim sukses pria itu.

Sama halnya dengan Jojo yang mau tidak mau harus mengikuti aturan itu juga, gadis itu tahu bahwa menjadi pemimpin adalah harapan mendiang orang tuanya ke sang kakak. Ya, Jojo yatim piatu, sejak umur delapan tahun Ia kehilangan kedua orangtua dan kakak keduanya. Saat itu Fahrizal berumur sembilan belas tahun dan sedang kuliah di luar negeri.

Jojo tahu apa yang sebenarnya terjadi. Namun, demi keselamatannya, Fahri meminta sang adik tutup mulut. Beruntung orangtuanya meninggalkan beberapa aset, berhektar-hektar kebun teh berikut pabriknya, juga saham di beberapa perusahaan besar.

"Apa kamu lupa? Pagi ini kita mau ke makam papa mama, abang 'mu ingin meminta restu."

"Bawa tim sukses ya?" tanya Jojo malas. "Aku tim hore saja lah," ucapnya sambil berlalu. Namun, bukannya segera mandi, gadis itu malah kembali merebahkan diri.

"Jojo!" Teriak Sylvia untuk kesekian kali.

"Biarkan aku merasakan kenikmatan yang hakiki ini sebentar lagi kak."

"Kalau kamu terus seperti ini, kakak yakin tidak akan ada pria yang mau menikah denganmu."

"Pasti ada," timpal Jojo. "Aku akan mencari pria khilaf yang mau menjadi suami 'ku, lihat saja nanti!"

"Kalau ga ada?"

"Aku akan minum boba bersianida," jawab Jojo enteng.

_

_

_

_

_

like

komen

add fav 😍

Bab 3 : Adik Pak Fahrizal

Duduk di meja kerjanya di Gedung utama J Corp. Axel memandang sebuah foto di ponselnya. Bibirnya mengulas senyum menatap wajah putri kecilnya. Ya, Axel sudah memiliki seorang putri meskipun dia belum pernah secara resmi menikah. Bagaimana mau menikah? Jika dewi keberuntungan dan dewa asmara seperti tak pernah berpihak kepadanya.

Tiga tahun yang lalu ia hampir saja menikah. Namun, malangnya ia ditinggal kabur calon istrinya tepat di hari pernikahannya. Berselang satu tahun Axel jatuh cinta kepada adik tirinya yang sudah bersuami. Bahkan kejadian yang tak terduga pun terjadi, ia memperkosa sang adik tiri saat berada di bawah pengaruh minuman keras. Bejat? tentu saja. Perbuatannya tidak bisa dimaafkan, tapi dibalik kesalahannya semua orang tahu ia adalah seorang laki-laki yang baik dan bertanggung jawab. Meskipun masa lalunya suram, Axel selalu mencoba memperbaiki diri.

“Pak, hari ini anda harus rapat bersama Tuan Jordan setelah makan siang,” ucap Sekretarisnya mengingatkan.

Tak banyak bicara, Axel berdiri lantas meninggalkan ruangannya. Ia memiliki kebiasaan menghabiskan waktu makan siangnya dengan tidur di apartemennya yang berjarak satu blok dari Gedung tempatnya berkantor, jika ditempuh dengan mobil akan memakan waktu sekitar lima belas menit karena memutar, sedangkan jika berjalan hanya butuh lima menit.

“Apa anda akan memakai mobil?”

“Aku ingin jalan kaki saja, tapi jika aku terlambat kembali kamu bisa menelpon dan datang menjemputku.”

Axel berjalan meninggalkan Michael, beberapa saat kemudian ia berhenti. Melepaskan jasnya dan memberikannya ke sekretarisnya itu. Adegan melepas jas di lobi kantor itu sukses membuat para karyawannya melebarkan bola mata. Tubuh sixpack nya pelukable, sementara punggungnya gendongable, membuat para wanita menelan salivanya.

***

Jojo menatap keluar jendela mobil setelah kembali dari tempat pemakaman orang tuanya. Mata gadis itu seolah mengabsen deretan pohon yang dilaluinya. Setelah Fahrizal meminta restu dan mendoakan almarhum orangtuanya, mereka datang ke kantor tim pemenangan untuk berganti baju, lalu menuju sebuah lapangan untuk melakukan kampanye.

Dengan kaus partai, celana jeans yang melekat di tubuhnya serta rambut yang dikuncir ekor kuda Jojo terlihat begitu serdehana. Memang begitulah yang diinginkan tim sukses kakaknya, keluarganya harus terlihat biasa.

Jojo duduk di samping panggung yang tertutup tenda. Ia tersenyum melihat seorang penyanyi pop dangdut yang diundang ke sana. Ia sudah memiliki rencana ikut berjoget ria nantinya.

Melihat abangnya yang sedang menyapa para pendukungnya dan menyampaikan pidato politiknya, Jojo memilih bermain ponsel. Baru saja ia menyalakan benda pipih itu, seorang pria yang merupakan salah satu tim sukses abangnya langsung berdehem. Menggelengkan kepala ke arahnya.

“Jika keluarganya saja terlihat tidak mau mendengarkan Pak Fahri bagaimana orang-orang nantinya? Jaga sikap anda!"

Jojo mencebik kesal, ia masukkan kembali ponselnya ke dalam tas. Ia pun langsung berdiri, membuat pria bernama Deri yang melarangnya tadi sedikit kaget. “Haus Pak, kok saya ga dikasih minum,” ucap Jojo dengan mimik wajah yang dibuat menderita.

“Di meja depan anda kan ada air mineral, ucap Pak Tatang yang menjabat sebagai sekretaris tim sukses abangnya.

“Saya ingin yang dingin.”

“Anda banyak maunya ya,” ucap Pak Tatang sambil beranjak dari kursinya, mencarikan apa yang Jojo minta.

“Nanti kalau abang 'ku yang terpilih menjadi Gubernur paling gantian kalian yang banyak maunya,” sindir Jojo pelan.

Gadis itu kembali ke kursinya lalu menatap sang kakak ipar yang tengah duduk bersandar dan melipat tangan ke depan dada. Sylvia seolah sedang mendengarkan suaminya dengan seksama. Namun, saat Jojo menyenggol lengannya, wanita itu hampir saja jatuh ke samping.

“Kakak tidur iya kan?” Jojo bertanya dengan suara lantang.

Sylvia langsung mencubit pinggang adik iparnya itu. “Diem Ah! aku ngantuk, abang kamu minta jatah semalam sampai tiga kali penerbangan, mana aku harus bangun pagi.”

“Ish … dasar!” Jojo balik mencubit kakak iparnya.

Tak lama, semua orang pun berdiri saat melihat Fahrizal turun dari atas panggung, setelahnya penyanyi pop dangdut yang dari tadi duduk di dekat mereka mulai naik dan menghibur semua orang yang datang.

“Ada yang mau nyanyi?” tanya mba Tia Palen penyanyi pop dangdut itu ke arah mereka.

Tanpa meminta Izin, Jojo pun langsung naik ke atas. Mengambil mikrofon dari tangan salah satu pembawa acara. Semua orang pun dibuat terkejut, terutama Deri dan Tatang yang tadi sempat berbincang dengan gadis itu.

“Adik anda,” Ucap Deri ke Fahrizal.

“Biarkan saja!” abang Jojo yang bernama lengkap Fahrizal Putra Salim itu pun malah terlihat bertepuk tangan diatas kepalanya.

“Pak Derita ayo joget!” ajakan Jojo itu membuat Tia Palen terheran-heran.

“Kok Derita sih?”.

“Iya namanya kan Pak Deri dan Pak Tatang, kalau digabung jadi apa coba?”

“Derita! Eh bener lho.”

Semua orang yang berada di sana tergelak. Tertawa dengan candaan receh Jojo. Gadis itu pun tersenyum sinis ke dua pria yang dia rasa sudah mengganggunya tadi. Suara musik pun mulai berkumandang, dengan percaya diri Jojo berduet dengan Tia Palen membawakan lagu dangdut unyu.

“Pak Ical, jadikan aku adik iparmu!” teriakan beberapa penonton yang juga menggunakan kaus partai bertuliskan coblos nomor dua bergambar Fahrizal pun terdengar bersahutan. Seketika Jojo pun menjadi pusat perhatian.

“Lihat adik ‘mu! aku tidak percaya, padahal tadi sebelum ke sini dia menangis sedih di depan makam mama dan papa,” ucap Sylvia ke sang suami.

“Itulah Jojo,” Jawab Fahrizal dengan cara bergumam.

***

Jordan, Papa Axel sekaligus pemilik J Corp sudah terlihat duduk di ruang rapat. Ia menunggu kedatangan sang putra yang tengah menuju ke sana. Pria berumur lima puluh sembilan tahun itu tertawa, membuat semua orang yang sudah berada di ruang rapat terheran-heran. Pria itu ternyata tengah melihat video dan membaca berita tentang acara kampanye Fahrizal.

Adik calon Gubernur nomor urut dua yang membuat gempar panggung hiburan.

“Pak Ical, jadikan aku adik ipar” teriakan peserta kampanye nomor urut dua ini mewakili isi hati Nitizen.

Adik Calon Gubernur Fahrizal cantik, simak profilnya!

Calon menantu idaman, Adik Gubernur ini Viral.

Aubrey Joysalim, Adik Calon Gubernur yang bikin gagal fokus.

Semua headline berita membahas tentang Jojo. Jordan pun terlihat masih fokus menatap ponselnya saat Axel sudah masuk ke dalam. Para peserta rapat pun saling pandang karena Jordan tersenyum sendiri seperti orang gila.

"Pa!" Axel mendekat dan berbisik ke telinga Jordan. "Ayo kita mulai rapat!"

Jordan masih fokus ke ponselnya, sadar bahwa sang anak sudah datang Pria itu menoleh, memperlihatkan foto Jojo yang berada di sebuah artikel berita.

"Ax, jadikan dia istrimu!" ucap Jordan.

_

_

_

_

_

_

_

_

Like Komen 🥰

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!