One of the best feelings is finding someone who really gets you. A person who lets you be vulnerable and honest. The kind of person who encourages you to push past your flaws because they accept you as you are. Someone who never tells you that you are too much of this and too little of that. Because to them you're just enough of everything they love.
-Sylvester McNutt
_______
Seorang pemuda menyapa Nada dan rekannya, Reno, ketika mereka beranjak keluar dari restoran seusai meeting dengan teman dekat dari calon narasumber programnya.
"Jani," sapa seorang pemuda seusia Nada.
"Sorry? Anda mengenal saya?" jawab Nada.
"Saya Andra, Kenandra Erlangga, alumni SMP Jaya Bangsa," ucap pemuda tersebut yang diketahui bernama Andra seraya mengulurkan tangannya.
"Ha? Oh i-iya, ha-hai Andra," ucap Nada kikuk sekaligus menyambut uluran tangan Andra.
"Senang bertemu lagi denganmu," ucap Andra dengan senyum simpul.
"Ya, saya juga. Kalau begitu, saya permisi dulu," pamit Nada dan melepaskan jabatan keduanya.
Nada dan Reno pun berlalu. Andra menatap punggung Jani (nama panggilan lain Nada) sampai hilang tak terlihat.
Semoga kita bertemu kembali Jani, batin Andra.
Love yourself. Be clear on how you want to be treated. Know your worth. Always.
-Maryam Hasnaa
_______
Nada POV
Nada Rinjani, 25 tahun, tim kreatif.
Oke, itu perkenalan singkat gue. Gue biasa dipanggil Nada oleh orang-orang disekitar gue, termasuk keluarga, sahabat, ataupun kawan kerja. Gue anak bungsu (ragil dalam sebutan Jawa), kakak-kakak gue semuanya perempuan.
Keluarga gue bersuku Jawa dan gue sendiri berasal dari Malang. Ayah gue seorang pensiunan PNS, beliau bernama Radityo Hendrawan, sedangkan ibu, Ayusita Larasati, hanya ibu rumah tangga biasa. Kakak gue yang pertama bernama Aluna Saraswati adalah seorang PNS di pemerintahan di Jakarta, sedangkan yang kedua, bernama Melody Anjani adalah seorang accounting di salah satu perusahaan swasta di Yogyakarta.
Secara fisik, gue lebih tinggi dan berisi dibanding kedua kakak gue. Cantik? Nggak juga (kecuali ayah gue yang bilang). Pintar? Ketiga anak ayah gue semuanya pintar dalam hal akademis, dengan spesialisasi masing-masing.
Gue tipikal orang yang peka, cuek dengan orang baru atau sekedar yang SKSD (Sok Kenal Sok Deket) sama gue, humoris buat mereka yang udah kenal gue lama. Minusnya, gue itu insecure dan nggak hoki dalam hal percintaan. Makanya, sampai usia saat ini, gue diberi gelar "SSB (Single Since Born)" alias "Single Sejak Lahir" bukan "Jomblo". Hehe
Gue sebagai seorang sarjana Ilmu Komunikasi dari universitas swasta terkenal melanjutkan jenjang karir gue juga dalam dunia Komunikasi, tepatnya broadcasting. Jadi, ilmu yang gue dapat selama kuliah nggak sia-sia ya kan. Setelah lulus kuliah, gue nggak langsung keterima kerja. Setelah meng-apply CV ke berbagai tempat yang terdapat info loker, barulah gue diterima sebagai tim kreatif salah satu stasiun tv swasta. For your information, gue adalah mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang, kuliah-pulang) karena gue sendiri nggak bisa bagi fokus gue. So, itu tentang gue.
Senin super sibuk. Awal hari buat mereka yang sekolah dan bekerja, kayak gue. Monday (Monster Day), begitulah para cungpret macam gue menyebutnya. Gue sebagai orang perantauan tinggal di sebuah kos cewek yang harga sesuai dengan fasilitas yang tersedia dan jarak ke kantor tempat gue kerja nggak jauh, hanya butuh 15-20 menit. Tiap hari, gue mengandalkan alat transportasi umum, yang cepet dan bisa salip sana-sini, apalagi kalo bukan ojol Oh-Jek. Sebenarnya gue bisa naik motor, cuma ya tahu sendiri kondisi ibukota yang identik dengan macet.
Gue itu simple, hidup cuma sekali ngapain dibikin ribet. Kalau ada tebengan dari anak-anak kreatif lain, gue sih ayok-ayok aja, rezeki kan nggak boleh ditolak ya kan? Hehe.
Senin kali ini, program acara yang kita punya "Bukan Sekedar Talkshow (BUSET)" mengusung tema pebisnis muda di zaman serba digital. Fyi, program yang gue ikut andil di dalamnya berkonsep santai dengan para guest star dari berbagai kalangan. Bukan talkshow kaleng-kaleng, karena setiap minggunya kita evaluasi dan selalu memantau rating. Kali ini, tentang pebisnis (entrepreneur) muda yang berlomba-lomba dalam era digital. Gue sebagai tim kreatif mengikuti briefing seperti biasa bersama temen gue yang lain.
Tim kreatif sendiri terdiri dari 4 orang, Reno (29th) sebagai ketua tim dan juga senior yang bisa dibilang dekat dengan gue (gue biasa panggil dia Bang Ren); Nando (27th), senior yang 2 tahun lebih muda dari Bang Ren dengan kekonyolan dan jokes recehnya; Suci (25th), cewek pendiem, nurut, beda sama gue yang kadang-kadang urakan dan gue sendiri. Jadi, tim kreatif terdiri dari 2 cowok dan 2 cewek dan mereka semua temen deket gue. Segala curhatan gue sharing dengan mereka, begitu pun mereka sebaliknya, kecuali hal yang benar-benar privacy. Bahkan nggak heran kalo kita berempat kadang-kadang nggak panggil nama sesuai nama asli, hal seperti itu yang membuat kita semakin akrab dan kompak.
Nada POV end.
This whole time, I've been loving memory.
-Bridgett Devoue
_______
Seusai briefing tadi pagi, Nada diajak Reno untuk bertemu klien guna menambah bahan obrolan dengan calon narasumber dalam program kita nantinya. Reno buat janji pas jam makan siang, sekalian makan siang di luar katanya. Memasuki jam makan siang, ponsel Nada kedap-kedip menandakan ada sebuah notifikasi pesan.
Bang Ren
Nad, udah beres belum lo?
11.45
Me
Udah bang. Skuy lah
11.46 ✔✔
Bang Ren
Ok, gue tunggu di parkiran.
11.47
Secepat kilat Nada langsung meluncur ke parkiran. Terlihat Reno duduk di jok motor Ninja Kawasaki hitamnya sambil pegang hp dengan tampang serius.
"Bang," sapa Nada sambil tepuk bahu sebelah kirinya.
"Anjir, ngagetin aja lo. Untung jantung gue nggak jatoh," ucap Reno kesal.
"Alah, masih untung kan, belum jatoh beneran," jawab Nada dengan watados.
"Buruan naik deh," ajak Reno yang mulai kesal.
"Hayuk atuh kang," jawab Nada sambil ketawa.
Reno mulai melajukan motornya menuju restaurant tempat dimana mereka bertemu. Nada sendiri memegang ujung jaket Reno, ya kali pegangan rapet kayak sepasang kekasih dimabuk asmara. Beda cerita kalau Reno tiba-tiba rem mendadak, tangan Nada sigap melingkar di perut Reno, maklum refleks.
Setelah kurang lebih 25 menit, mereka berdua sampai di restaurant yang dimaksud. Nada mengikuti Reno ke arah tempat duduk klien yang kelihatannya udah datang lebih dulu. Sebenarnya yang punya urusan adalah Reno, sedangkan Nada hanya alibi saja, maklum klien satu ini adalah CEMOHAY (cewek menor body aduhay).
Reno anti cewek model begituan, makanya dia ajak Nada. Ya siapa yang nggak tertarik sama Bang Ren, perawakan tinggi, proporsional, tampang maskulin banget ditambah kumis dan jambang tipis, rahang tegas, hidung mancung, dan cuek. Cowok idaman, calon suami idaman, calon menantu idaman. Itulah sebutan cewek-cewek yang sekilas melihat Bang Ren. Intinya, Bang Ren itu GANTENG dilihat dari manapun, gue juga akui memang seperti itu, batin Nada.
Setelah meeting yang sebenarnya bukan meeting selesai (karena si cewek yang sering keluar jalur pembicaraan), akhirnya mereka berdua memutuskan kembali ke kantor dan makan siang di resto lain. Kelihatan banget Reno yang udah risih dari tadi, sampai pengen wudhu rasanya. Mendekati pintu keluar, terdengar sebuah suara yang memanggil nama Nada.
"Jani," sapa seorang pemuda seusianya.
"Sorry? Anda mengenal saya?" jawab Nada.
"Saya Andra, Kenandra Erlangga, alumni SMP Jaya Bangsa," ucap pemuda tersebut yang diketahui bernama Andra seraya mengulurkan tangannya.
"Ha? Oh i-iya, ha-hai Andra," ucap Nada kikuk sekaligus menyambut uluran tangan Andra.
"Senang bertemu lagi denganmu." ucap Andra dengan senyum simpul.
"Ya, saya juga. Kalau begitu, saya permisi dulu." pamit Nada dan melepaskan jabatan keduanya.
Nada dan Reno pun berlalu. Andra menatap punggung Jani sampai hilang tak terlihat.
Semoga kita bertemu kembali, batin Andra.
Sedangkan di lain tempat, Nada masih berusaha mengingat teman SMP seangkatannya yang bernama Andra atau Kenandra Erlangga.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!