NovelToon NovelToon

Scandal Cinta Om Arga

Visual

Disebuah apartemen kota XX,tampak gadis cantik sedang berdiri di tepian atap gedung sambil menatap ke bawah melihat keramaian kota XX untuk terakhir kalinya.

Gadis cantik itu bernama Vania atmaja,berusia 17 tahun dan berstatus seorang pelajar.

Sudah lebih dari satu jam ia berdiri di sana,tanpa melakukan apapun hanya ucap sumpah serapah yang keluar dari mulutnya. "Aku benci,aku benci kalian,aku membenci mu pah." Gadis itu menangis terisak merasakan begitu sakitnya hidup tanpa seorang ibu.

"Aku sumpahin kak Megan jomblo seumur hidup,aku sumpahin mamah Jehan mati keselek biji kedondong,biar busuk sekalian mulutnya.

Hiks..hiks.. "Mereka semua jahat bu,kenapa ibu ninggalin aku."

"Aku mau ikut bu .. Aku gak mau tinggal sama papah,papah jahat,dia lebih percaya istri barunya. " Hikss.. hikss..

"Aku juga gak mau menikah sama laki-laki yang gak aku cintai bu."

Kegiatan gadis itu tidak luput dari pengawasan seorang pria berkaus putih yang saat ini sedang duduk dalam kegelapan bersama beberap botol minuman beralkohol di tangannya. "Cepat loncat." Gumam pria itu sambil menenggak kembali minumannya.

"Bu,aku gak jadi nyusul ibu deh,aku salah memilih tempat untuk bunuhdiri,di sini ternyata lebih seram." Ia mengurungkan niatnya Lalu turun dari tepian gedung itu sambil mengusap-usap dadanya. "Selamet.. selamet."

Aneh.. mau bunuh diri,tapi takut mati,,, Dasar bocah ingusan bermental tempe,sok-sokan mau mengakhiri hidup.

Arga aditaman berusia 38 tahun itu bangkit dari duduknya sambil menenggak minuman ia berjalan gontai menghampiri gadis itu."Hei... mau sampai kapan lo berdiri di situ."

"Astaga.." Suara Arga terdengar begitu jelas.

"Siapa kamu?" Tanyanya.

"Kelamaan mikir lo,mau gue bantuin?"

"Bantu apa?" Kembali ia bertanya dengan mengernyitkan dahinya terheran.

"Bantu lo biar cepet loncat."

"Kamu mau membunuh ku?"

"Anggap aja seperti itu."Jawabnya singkat.

Vania mulai kebingungan saat Arga melangkah semakin cepat ke arahnya.. "Jangan mendekat" Tegas Vania sedikit berteriak.

Arga langsung menghentikan langkahnya,dan Vania turun dari tepian dengan kaki yang masih gemetar.

"Nih gak jadi bunuh dirinya?" Tanya Arga dengan nada meremehkan.

Vania menggelengkan kepala sebagai jawaban.

"Gak asik lo ah.. pergi sana,sok-sokan mau bunuhdiri tapi takut mati.. Cih.."

"Aku gak takut mati."

"Kalau gak takut mati,kenapa lo gak jadi loncat tadi?"

Vania terdiam untuk beberapa saat. Sebelum Arga kembali bicara. "Aahh,udah lah,jangan kebanyakan drama.mendingan lo pergi daro sini.

"Ngga mau,aku mau di sini." Kekeh.

Arga memutar bola matanya jengah. "Sialan,kenapa hari ini gue sial banget sih. Arrghh...." menggeram sambil melempar botol di tangannya. "Prraaiii..."

Gadis itu mengerjap ketakutan dengan kaki masih gemetar. Tak ingin berlama-lama di sana Arga pun memilih pergi

"Aku harus tidur di mana malam ini? kalau pulang kan gak mungkin,aku kan lagi kabur." Batin Vania bergumam sambil menatap punggung Arga semakin jauh.

Ia memutuskan mengikuti Arga dari belakang tanpa sepengetahuaan sang pemilik.

Langkahnya sangat cepat membuat Vania sedikit berlari menyamai langkah kakinya. "Tunggu om." Teriak Vania sambil mengekor dari belakang,namun Arga tak sedikitpun menghentikan langkahnya,ia malah mempercepat langkahnya sampai berhenti di depan pintu lift.

"Mau ngapain lo?" ucapnya dengan sorot mata tajam.

"A..aku..i..ikut.." Saut Vania dengan nafas terengah-engah.#

"Ikut..?" ia mengernyitkan dahinya. Tiing... pintu lift terbuka,Arga melangkah masuk begitu pun dengan Vania.

"Aku gak punya tempat tinggal om." Jawab Vania setelah berada di dalam lift bersama Arga.

"Enak aja,gak bisa. Lo fikir rumah gue tempat penampungan anak jalanan?" Arga bersandar pada dinding lift sambil mengeluarkan sebatang rokok dari sakunya.

"Aku bukan anak jalanan." bantah Vania

"Kalau bukan anak jalanan,pulang sana?ngapin ikut gue?" Ia menyalakan korek hendak menyalakan rokok.

"Om..ini di dalam lift,om gak boleh merokok." Tukas Vania.

"Terserah gue,gak usah ikut campur."

Belum sempat menyala,dengan cepat Vania mengambil rokok itu dari bibir Arga lalu membuangnya ke lantai. "Pokoknya gak boleh."

"Heiii..." Teriak Arga kesal atas sikap kurang ajar Vania.ia mendorong tubuh gadis itu ke sudut tembok Lift sambil mencengkram kedua tangannya ke belakang.

"Aaww...sakit om." Vania meringis kesakitan.

"Jangan kurang ajar sama gue. Gue bisa bunuh lo saat ini juga."

"Bunuh aja,aku gak takut."

"Kurang ajar." Arga mendengus kesal dengan sorot mata tajam.

Tiba-tiba "Ting..pintu Lift terbuka,nampak segerombolan preman sudah berdiri tegap di sana dengan sebatang balok di tangan mereka dan siap untuk menyerang. "Arga aditama,lo gak bisa lari lagi sekarang." Nampak senyum menyeringai dari salah satu preman yang berada di barisan paling depan.

"Sial.."

Arga aditama usia 38 tahun

Hidup sebatangkara di pinggiran ibu kota pasca kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orangtuanya semenjak ia berusia 20 tahun.

Dan ini adalah tahun ke 18 ia hidup sendiri.

Berbagai propesi telah ia jalani,OB di sebuah perkantoran,pelayan di sebuah Restauran,dan yang terakhir,ia bekerja di bengkel sebagai montir,tapi sayangnya hanya bertahan 2 sampai 3 tahun saja,dan saat ini Arga aditama adalah seorang pengangguran.dengan penghasilan 0 besar.

Vania atmaja berusia 17 tahun,anak konglongmerat keluarga Atmaja,gadis baik nan cantik ini berstatus pelajar,dan hidup dengan ibu tiri dan kakak tirinya.

Seorang ayah yang dulunya penyang,sifatnya berubah setelah menikah lagi,dan ia memaksanya untuk menikah dengan adik dari ibu tiri nya.

Itulah alasan Vania kabur dari rumah,karna sang ayah saat ini dalam pengaruh besar ibu tiri dan anak tirinya.

Burhan atmaja (Ayah Vania) Ayah polos yang gampang di bodohi sama istri barunya.

Megan sanika (kakak tiri Vania)

Bekerja di salah satu kantor milik ayah tirinya Burhan atmaja. "

Jehan sanika (ibi tiri Vania)

Ibu tiri yang banyak mempengaruhi keharmonisan antara Vania dan sang ayah.

Visual belum lengkap,sisanya menyusul sambil UP Part setiap harinya.

Visual sewaktu-waktu bisa berubah jadi nanti bisa cek berkala.

Dan kalau ada perubahan Visual,kan di beritahukan di setiap Part yang di UP.

Untuk sekarang masuk ke dalam rak dulu ya.

Jangan lupa untuk selalu meningalkan jejaknya setelah membaca karya Author yang masih receh ini.

Like

komen

Vote

Apresisai kalian penyemangat Author.

Part 2

"Lo gak bisa lari lagi Arga aditama." Senyum menyeringai nampak di wajah salah satu preman yang berada di barisan paling depan.

"Sial" Arga mendengus kesal harus berurusan lagi dengan para preman ini.

Tak ingin membuang kesempatan emas,para preman itu menyerang Arga tanpa ampun,bukan satu lawan satu,mereka mengeroyok Arga secara bersamaan.

Vania yang berada di belakang Arga hanya bisa menjerit saat para preman itu mengeroyoknya,satu persatu para preman jatuh tersungkur karna perlawanan Arga.

"Wow.. Hebat." Vania berdecak kagum melihat kehebatan Arga dalam ilmu bela dirinya. "Om..ayo om,lawan"

"Om hebat."

"Awas om."

"Ayo om."

Suara Vania sangat mengganggu konsentrasi seorang Arga yang sedang sibuk melawan para preman itu,hingga akhirnya ia mendapat satu pukulan tepat di punggunya. "Aiissh..." ia memutar tubuhnya,menendang preman itu tepat di pelipisnya hingga preman itu pun tersungkur.

Arga mengambil kesempatan saat semua preman berada di luar Lift,segera ia menutup pintu Lift. "Ting...pintu Lift tertutup,menekan tombol lantai dasar,dengan nafas terngah-engah ia bersandar pada dinding Lift.

Lain hal dengan Vania,dia masih terkagum bagaimana Arga melawan para preman tadi. "Keren om,om hebat.. empat jempol buat om." Ucapnya mengacungkan dua jempolnya.

Ko hanya dua?dua lagi? ya di kaki 🤭

Dia bahkan tidak sadar kalau saat ini Arga sedang menahan emosi karna ocehan Vania yang sangat mengganggu telinganya,ia mendengus kesal bersandar pada dinding Lift sambil menahan sakit di punggungnya.

Tidak ada habisnya gadis itu mengoceh. Arga kehilangan kesabaran. "Bisa diem gak lo? " Arga berteriak,suaranya terdengar sangat menggema.

Seketika tawa Vania memudar,wajahnya berubah takut,suasana di dalam Lift sangat menakutkan,bahkan suasana kuburan saja kalah seramnya dengan suasana saat ini.

"Sekali lagi lo buka suara,gue..." Menggeram sambil mengepal kuat tangannya. "Gue habisin lo."

"Maaf om." Hanya kata itu yang mampu Vania ucapakan.

"Gara-gara lo,punggung gue sakit." Iisstt...dia meringis kesakitan sambil memegang punggungnya.

"Aku nggak ngelakuin apa-apa ko." Masih dalam posisi yang sama,tanpa bergerak.

"Lo emang gak ngelakuin apa-apa,tapi mulut lo gak bisa diem." Ucapnya dengan sorot mata tajam.

Jagan jawab lagi Vania kalau kamu mau selamat,kamu gak tau di level berapa batas emosinya saat ini? Aah...mungkin masih dalam level normal.

"Aku kan cuma kagum,baru kali ini aku melihat orang yang pintar berkelahi,om betul-betul hebat loh,aku lihat sendiri para preman itu tersungkur satu persatu.." Terus bicara tanpa jeda. Perintah untuk tetap diam tak di indahkan oleh Vania,tak henti-hentinya ia mengoceh hingga batas kesabaran Arga saat ini sudah habis.

Rasanya ingin sekali menjahit mulut itu,atau sekedar menamparnya,tapi itu sangat tidak mungkin,memukul wanita,sama saja dia menjatuhkan harga dirinya. Bagaimana bisa seorang pria menampar wanita? kalau bukan banci namanya. Itu prinsip seorang Arga aditama.

Ingat ya penekanan pada kata BANCI bagi pria yang berani memukul istrinya. Isst..apa sih,wanita pokoknya.

Kembali ke Arga.

Tak ada lagi pilihan selain membekam mulut gadis itu dengan mulutnya. Arga berjalan menghampiri gadis itu lalu mencium bibirnya sangat kasar. "Mmm..." ia berontak,memukul dada Arga sekuat tenaga,tapi usahanya percuma,tenaga pria itu sangat kuat dengan luapan emosinya.

Hingga akhirnya Vania menendang alat vital pria itu dengan kakinya. "Bugh..."

"Aaww..." Arga melepaskan ci*mannya ia berjongkok menahan sakit di area Vitalnya.

"Om fikir aku gak bisa melawan? Khak..!" Ucapnya sambil menyeka bibirnya yang basah,dan membetulkan rambut yang berantakan,ia menyisir rambutnya dengan jari.

Arga masih berjongkok menahan sakit,tidak bisa,melawan seorang wanita tidak akan pernah bisa menang.

Begitu pintu Lift terbuka,Arga berusaha berdiri tegak,dengan nafas terngah-engah menahan sakit.

Dia berlalu begitu saja meninggalkan Vania di dalam Lift tanpa sepatah katapun.

Karna rasa penasarannya,Vania berusaha membuntuti Arga dari kejauhan. "kayaknya dia mau pulang ke rumahnya deh." Batin Vania bergumam.

Cukup menempuh waktu 15 menit dengan berjalan kaki,akhirnya pria itu sampai pada tujuannya.

"Oh..jadi ini rumah om itu,sangat kecil,bahkan lebih kecil dari kamar mandi ku." ucap Vania bersembunyi di balik tembok rumah orang lain.

Setelah Arga masuk ke dalam rumahnya,Vania mulai kebingungan harus bermalam di mana,mengetuk pintu rumah itu sama saja dia mengetuk pintu ajalnya,pergi tidur di pinggir jalan lebih tidak mungkin bisa-bisa dia terjaring razia sat*ol PP.

Hingga akhirnya ia menghampiri rumah Arga,ia melihat ada kursi di depan rumahnya yang kebetulan tertutup tirai,ia memutuskan untuk bermalam di sana,dan berencana akan bangun sebelum pemilik rumah itu bangun.

Waktu cepat berlalu,matahari mulai menampakan cahayanya menembus sela-sela tirai,menyinari wajah Vania yang sangat cantik.

Ciptaan tuhan begitu sempurna,bahkan dalam posisi mulut menganga saja tidak merubah sedikit pun kecantikannya.

Jam berapa ini? dia lupa ya kalau dia harus bangun sebelum pemilik rumah bangun,tapi sepertinya tidak,pemilik rumah bangun lebih dulu dari dirinya,sudah cukup lama pria itu diam menatap wajah Vania,buka mengagumi kecantikannya,ia sudah menyiapkan hadiah untuk gadis itu,apa hadiahnya?

Dalam tidurnya ia bermimpi sedang bermain hujan menggunakan payung,tapi ia terheran,sudah menggunakan payung ko wajahnya tetap basah,semaki lama,semakin basah,kali ini bukan hanya wajahnya,air hujan itu mengenai bajunya,sampai ia pun terbagun dari tidurnya.

Ia mengerjap membuka matanya,dengan bernafas lega. "Cuma mimpi ternyata." ia meraba bajunya yang ternyata betul-betul basah. "Cuma mimpi kenapa menjadi nyata,ko bajuku basah sih?" Ia belum menyadari kalau saat ini Arga sudah berdiri di belakangnya sambil memegang gayung berisi air dingin yang tersisa stengah.

"Om.." Ucap Vania setelah duduk dan melihat Arga sudah berdiri di belakngnya.

"Apa lo?" Arga menautkan kedua alisnya ke atas.

"Apaan sih om,baju ku jadi basah kan? ini baju satu-satunya punya aku om,aku gak punya baju lagi."

"terserah lo,gue gak perduli,pergi lo."

Vania berusaha menutupi dadanya yang nampak dari luar ia mengenakan Bra berwarna hitam,kemeja putih milik tania basah,hingga menampakan isi di dalam kemeja itu sangat jelas.

Dasar memang otak laki-laki itu kotor,baru liat begitu aja,yang di bawah sana terasa sesak.

Air yang tersisa di dalam gayung tadi,sengaja ia siram pada tubuh Vania sampai semuanya betul-betul basah,isi di dalam baju semakin jelas terlihat. Arga melangkah maju menghampiri gadis itu,sampai ia sendiri ketakutan,semakin dekat Vania menjerit. "Aaah..."

Visual Arga aku rubah.

Cek lagi part pertama ya.mudah2n sekarang suka 💝

Tanda cintanya jangan jangan lupa ya.

Like

Komen

Vote

Buat Author semangat UP setiap hari. 😘😘😘😘

Part 3

Sebelum ke sini,cek lagi Part 1,aku tambahkan detai peran mereka,agar tidak ada dusta di antara kita. ✌😘

"Aaa...." Vania menjerit saat Arga melangkah maju ke arahnya.

"Heh..berisik lo. Lo fikir gue mau ngapain?" Matanya menatap ke bawah karna tinggi Vania hanya sebatas dadanya.

Masih menutupi bagian dadanya yag basah,ia mendongakan kepalanya ke atas menatap ketampanan seorang Arga.

"Kenapa? Naksir?"

Vania langsung menggelengkan kepalanya. "Tidak."

"Pergi... gue gak mau liat muka lo di sini."

"Aku harus pergi ke mana om?" Rengek Vania.

"Terserah,yang pasti pergi dari rumah gue."

Tak ingin lama-lama dengan gadis itu,ia melangkah mundur lalu kembali masuk ke dalam meninggalkan Vania di luar dengan baju basahnya.

"Jblug." Terdengar sangat keras ia menutup pintu rumanya

Vania mengerjap kaget saat pintu itu di tutup sekencang-kencangnya,bahkan sampai di kunci dari dalam.

"Jahat banget sih om... mana bisa aku pergi dalam keadaan seperti ini?" Vania berteriak di depan pintu yang sudah tertutup.

Beralih ke depan jendela. "Om... Aku pinjam kemejanya dong,aku janji akan pergi setelah ini..."

Arga tetap tidak perduli dengan ocehan gadis itu,ia masuk ke dalam kamar lalu melepas semua pakaiannya,ia keluar dari kamarnya hanya menggunakan handuk sebatas pinggang sambil menenteng baju kotor ia masuk ke dalam kamar mandi.

Cukup lama ia berada di dalam kamar mandi,hingga suara gadis itu pun hilang bak di telan bumi. "Cape juga kan lo teriak-teriak? akhirnya nyerah juga." Saut Arga setelah keluar dari kamar mandi,sambil mengeringkan rambutnya yang basah menggunakan handuk kecil.

Cape juga ya teriak terus,kering pula tenggorokan,Vania memilih diam di sudut luar rumah Arga,ia bersembunyi di balik tirai yang menggantung,agar keberadaan dirinya tidak di ketahui oleh siapaun.

Terlebih,saat ini dia seorang buron papahnya,dia yakin,anak buah papahnya tidak akan berhenti mencari keberadaannya saat ini.

Arga masih anteng aja tuh di dalem,tiada pagi yang ia lewati tanpa sarapan mie instan dan telur. Apa lagi saat ini dia seorang pengangguran,satu telur di tambah terigu dua sendok cukup untuk dua kali makan. ha..ha..pengalaman pribadi kali ah..

Setelah selesai dengan sarapannya,ia bangkit dari duduknya sambil menenteng piring kotor,lalu mencucinya.

Terasa hening. "Gadis itu benar-benar pergi,bagus lah." Bergumam sambil menyimpan piring yang baru ia cuci ke atas rak.

Tak lama setelah itu,saat ia sedang menonton TV,terdengar rintihan seorang wanita dari luar, Dia samasekali tidak berfikir kalau gadis itu masih ada di sana.

Karna rasa penasaran,ia membuka pintu rumahnya melangkah ke luar mencari sumber dari suara tersebut.

Arga terkejut melihat Gadis itu sedang meringkuk di sudut sambil memeluk lututnya karna menahan dinginnya udara pagi hari,terlebih baju yang ia kenakan masih basah.

"Gila ini bocah,belum pergi juga." Ucap Arga sambil berdiri berkacak pinggang di depan Vania.

Sepertinya ada yang aneh dengan gadis itu,tubuhnya gemetar,ia bahkan samasekali tidak bergerak,bahkan saat Arga menyenggeol kakinya,gadis itu tetap diam pada posisi semula. "Kenapa nih anak? jangan-jangan dia mau mati." Ia mulai Kebingunga.

Ia memberanikan diri menyentuh kening Vania untuk memastikan kindisinya,dan benar saja,keningnya terasa panas,kakinya terasa sangat dingin.

Ia mulai kebingungan dengan keadaan gadis itu,membawanya ke dokter sangat tidak mungkin,jangankan untuk ke dokter,untuk makan saja dia tidak punya uang.

Lalu ia memutuskan membawa Vania masuk ke dalam rumahnya dengan menggendong tubuh mungil itu.

Ia membaringkan Vania di lantai beralaskan karpet tebal,tubuhnya masih gemetar kedinginan,Arga mengambil selimut miliknya di kamar,lalu menyelimuti tubuh Vania dengan selimutnya.

Pertolongan pertama yang ia tau,adalah mengompres pasien dengan handuk yang di basahi dengan air hangat,dan ia sudah lakukan itu.

Setelah 30 menit,akhirnya demam gadis itu mulai turun,ia sudah tidak gemetar lagi,keringat mulai terlihat dari sisi dahinya.

Meras baikan ia pun terbangun. "Di mana aku?" Ucap Vania sambil mengucek-ngucek matanya yang masih terasa sangat berat.

Melihat ke sekeliling,ia tidak menemukan satu jejak pun tentang pemilik rumah ini. Ia bangkit dari tidurnya lalu duduk.

Tapi...apa yang terjadi? Matanya terbelalak saat melihat bajunya tergelak di lantai. "Aaaaaaaaa..." Vania berteriak sekencang-kencangnya saat melihat dirinya mengenakan baju yang berbeda. "Siapa yang menggantikan baju kuuu....?"

Arga terkejut mendegar teriakan Vania yang tiba-tiba. "Sial..malah teriak lagi,gimana kalau warga tau ada seorang gadis di sini." Tanpa menyelesaikan tugasnya,ia langsung masuk ke dalam dengan berlari.

"Heh...heh... ngapain teriak-teriak?" Ucap Arga setelah berada di dalam rumah dengan tangannya yang masih basah.

Begitu Arga masuk,Vania langsung berdiri dan bertanya. "Siapa yang gantiin baju aku om?"

"Gue."

"Kenapa harus kamu?"

"Terus lo maunya siapa yang gantiin baju lo?pangeran Carles? atau pangeran kodok?"

"Tapi harusnya kamu bangunin aku om."

"Lo itu tadi kayak mayat hidup,udah gue tendang-tendang,tetep aja lo gak mau bangun."

"Masa sih..?"

"Masa sih,,lo Fikir gue ngapian pake gantiin baju lo kalo gak kepaksa."

"Memangnya aku kenapa?" Dengan polosnya bertanya.

"Pake nanya lagi kenapa,lo gak liat tuh baskon isi aer anget sama handuk basah?"

Vania menoleh ke bawah kakinya,benar baskom berisi air dan handuk itu masih di sana. "Lo liat kan? Dari tadi pagi lo demam,harusnya lo berterimakasi sama gue,ini malah marah-marah."

"Wajar lah om,kamu yang menggantikan baju ku,berarti kamu juga melihat tubuh ku tanpa busana. akh..akh.. Aku sudah ternoda." Ia mengatakannya sambil menangisi nasibnya.

"Udah lo tenang aja,gue cuma gantiin baju lo,Branya juga gak gue buka ko,masih nempel kan tuh?"

"Kalau aku hamil bagaiman? hiks..hiks.." Air mata terus mengalir.

"Heh... gue cuma gantiin baju lo,gimana mau hamil? emng kita melakukan s*x? gak usah berlebihan deh lo."

"Tapi kalau aku hamil bagaimana?"

"Kalo lo hamil,yang jelas bukan gue bapaknya." Tegas Arga.

Vania terdiam sambil melipat bibirnya rapat-rapat,mencoba mencerna apa yang di katakan oleh Arga. "Iya..aku gak mungkin hamil,dia cuma menggantikan baju ku.rok ku masih utuh,selang*angan ku juga gak sakit,br* ku juga masih nempel di tempat yang seharusnya. Kayaknya om ini benar menolong ku." Bergumam dalam hati sambil menatap wajah Arga dari kejauha.

"Ahh...udah udah.. gak usah kebanyak drama ya,buruan makan,habis itu lo pergi dari rumah gue."

"Om yakin gak apa-apain aku kan?"

"Yakin,karna gue gak ***** sama anak kecil kayak lo,mendingan gue ngelakuin itu sama pacar gue."

"Om punya pacar?"

"Gak."

"Tapi tadi om bilang."

"Aahh...kebanyakan naya ya lo,mau gue sumpel lagi mulut lo?"

"Nggak.."

Lanjut gak niih?

Author minta tanda cintanya dulu dong,caranya gampang banget,gratis pula. Dengan cara.

LIKE

KOMEN

VOTE

Semakin banyak jejak,semakin sering Author UP kisah mereka. 💝💝

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!