NovelToon NovelToon

Allura

Kabur

Allura kini tumbuh menjadi gadis dewasa yang sangat cantik, semua orang yang melihatnya pasti akan terpesona akan pesonanya. Ya, kini usianya telah memasuki 20 tahun ia kuliah semester empat di universitas ternama di kotanya.

Saat ia pulang dari kampus tanpa sengaja mendengar suara percakapan mama Rara dengan papanya yang membahas tentang perjodohan.

"Apa mereka mau menjodohkan aku, emang ini zaman Siti Nurbaya," decak Allura.

Ia berjalan mengedap-ngedap masuk ke dalam untuk menaiki tangga menuju lantai atas.

"Lura," teriak Alex yang melihat putrinya berjalan mengedap-ngedap bagaikan pencuri. "Sini sayang, ada yang ingin papa bicarakan!" perintah Alex.

Rara berjalan gontai lalu duduk disamping mamanya.

"Ada apa mam, pah?" tanya Rara pura-pura tidak mendengar ucapan mereka.

Alex mengambil nafas dalam lalu menghembuskan nafasnya untuk mengatur dirinya agar tidak emosi dalam menghadapi putrinya yang sangat keras kepala.

"Papa langsung ke intinya saja. Papa dan mama ingin menjodohkan kamu dengan rekan bisnis papa, kamu tidak boleh menolak ini demi kebaikan kamu."

Kebaikan ini namanya egois, papa hanya mementingkan bisnis papa tanpa memikirkan perasaanku. Harusnya kalian tanya bagaimana perasaanku batin Allura.

"Tapi pah, Allura masih kuliah. Umur Allura juga masih belum ada 21 tahun, aku masih ingin meraih mimpi. Lagi pula Allura sudah punya pacar," tolak Allura.

"Putuskan dia!" hardik Alex. "Besok adalah hari pertunangan kalian, semakin cepat kalian bertunangan itu akan lebih baik," ucap lantang Alex.

Rara mengusap tangan Alex agar tidak emosi karena bicara kasar pada Allura akan membuat putrinya terluka.

"Kalian jahat! Kalian egois!" teriak Allura berlari menaiki tangga.

Setelah kepergian putrinya, Rara mencoba membujuk suaminya agar menggagalkan niatnya agar tidak menjodohkan putrinya.

"Pah, apa ini akan membuat Lura bahagia? Aku takut jika perjodohan ini tanpa cinta akan membuat putri kita menderita."

"Tenanglah, kamu. Aku yakin rekan bisnisku ini adalah orang yang cocok untuk Lura. Pasti dia mampu membuat putri kamu bahagia. Kalaupun aku batalkan rencana ini ditaruh dimana martabat keluarga Atmaja? Sudah kamu bujuk putrimu agar mau menerima rencana ini," tegas Alex.

"Daffin!" ucap Alex melihat putranya pulang dari kampus.

"Siang, pah, mah," sapa Daffin mencium tangan punggung orangtuanya.

"Tumben wajah kalian tegang seperti ini, apa ada masalah di perusahaan. Sepertinya kemarin perusahan baik-baik saja," ketus Daffin.

"Papamu ini punya rencana buat kakakmu tapi ngak mau rundingkan dulu sama mama. Kakakmu menolak, padahal besok acaranya," dengus Rara curhat pada putranya.

Daffin menautkan alisnya tidak paham apa yang di ucapkan oleh mamanya.

"Bujuk kakakmu agar mau menerima perjodohan ini, dan jaga dia jangan sampai kabur!" perintah Alex.

Apa?! Dijodohkan, jelas saja Allura tidak mau seorang ratu kampus dengan sejuta pesona di jodohkan apa kata dunia? Dia saja sudah punya cowok yang lengket kayak perangko batin Daffin.

"Beneran kata papa, mah?"

Rara mengangguk.

"Kenapa pakai acara perjodohan segala sich? Apa kalian kira Allura tidak laku," decak Daffin yang berpihak pada kakaknya.

Alex mengacak-acak rambutnya frustasi entah mengapa tidak ada yang mendukung keputusan yang ia ambil.

"Papa ingin yang terbaik untuk Allura, apa salahnya jika papa memberi jodoh yang terbaik," tegas Alex.

"Tapi buka begini caranya," sela Rara.

****

Allura tiba di kamarnya membuang tasnya sembarangan lalu menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang.

"Kenapa hidupku sesial ini dalam urusan percintaan. Apa aku tidak berhak bahagia," cerocos Allura dengan memejamkan matanya.

Tok Tok

"Lura, gue boleh masuk engak?" teriak Daffin dari balik pintu.

Pasti itu anak juga memaksa aku.

"Masuk aja ngak dikunci!"

Daffin segera masuk, ia juga ikut berbaring di samping kakaknya.

"Ngapain elo ikut rebahan disini! Sana di kamarmu sendiri!" usir Lura. "Elo kebiasan habis olahraga ngak mandi, bau tahu," ejeknya lagi.

Daffin hanya menanggapi santai percakapan sang kakak, justru ia semakin menggodanya dengan mendekatkan ketiaknya pada hidung Allura yang membuat dia mendorong tubuhnya dengan kuat.

"Daffin!" teriak lantang Allura yang semakin menggema memenuhi ruang kamar, jika bangunan rumah Alex tidak kuat pasti akan roboh mendengar tiap hari teriak Allura yang seperti tarzan.

Daffin menutupi kedua telinganya dengan bantal di dekatnya berharap gendang telinganya tidak pecah.

"Elo kebiasaan, apa elo ngak bisa pelanin suara elo? Elo ini harusnya jadi wanita kalem, feminim, aneh feminim kalau di kampus doang. Rubah itu sikap elo, bentar lagi juga bakal punya suami," ejek Daffin.

"Whats?!"

Apa aku sebentar lagi punya suami? Aku tidak bisa lagi bersenang-senang. Oh, tidak aku harus berpikir sesuatu. Ayo Allura otakmu cepat berpikir jangan diam saja.

"Jangan pura-pura begitu! Elo pasti juga sudah tahu kalau elo akan di jodohkan. Apa elo sudah tahu siapa calon yang akan jadi suamimu?" Daffin bertanya menyelidik.

"Mana gue tahu, itu bokap aja baru kasih tahu tadi. Bokap elo itu resek amat, emang ini jaman Siti Nurbayah apa? Elo ada ide ngak?"

"Ide, ada. Jangan bilang kalau elo mau kabur!"

Kabur ide bagus ini, gue harus memperjuangkan hidupku untuk bahagia dengan bersama orang tersayang pikir licik Allura tapi bagaimana dengan biaya hidupku nanti. Masalah itu gampang tinggal numpang makan sama Sammy apa susahnya pasti dia mau diakan sayang sama gue.

Daffin menyentil kening Allura yang sibuk dengan pemikirannya dengan senyum tidak jelas seperti orang kehabisan obat sakit jiwa.

"Auw, sakit tahu," Allura merancau sambil menggusap jidatnya.

"Elo mau kabur ya? Kalau kabur kasih tahu gue, biar gue tahu pasti keadaan elo."

"Dimana-mana kabur itu pergi tanpa kabar. Kalau kabur memberi tahu elo ya sama aja bohong, rugi gue. Pasti elo akan ngadu sama bokap," cerocos Allura dengan duduk di atas ranjang bersimpu.

Daffin menggusap punggung kakaknya, walaupun mereka sering debat dan beda pendapat serta jalan pikirannya. Daffin sangat menyayangi kakaknya, ia sangat peduli dengan apapun yang terjadi pada Allura.

"Lura, gue ngak mau kamu pergi tanpa kabar. Gue ngak ingin elo menderita di luaran sana saat pergi dari rumah. Nanti gue makan enak, tidur nyenyak, pakai fasilitas lengkap tapi el-- elo berjuang hidup sendiri di luaran sana. Itu tidak adil, kita besar bersama-sama Lura," lirih Daffin dengan wajah masamnya.

"Elo itu cowok jangan lebay dech, gue ini bukan anak kecil. Gue bisa kerja part time nanti."

"Elo beneran akan kabur, gue ikut elo ya," rengek Daffin yang emang ngak bisa pisah dari Allura.

Allura memukul dengan kencang lengan adiknya.

"Elo ikut kabur, itu bakal membuat gue tambah repot. Gue ngak jadi kabur, gue mau tidur. Sana cepat tidur!" usir Allura.

bersambung..

Pertemuan

Hari ini adalah hari dimana ia akan di pertemukan dengan rekan sekaligus calon suaminya. Ia masih duduk termenung di sudut ranjang miliknya sambil membolak balik-balikkan benda pipih ditangannya.

"Lura ayo berpikir cepat, apa yang kamu perlukan untuk kabur?" decak Lura.

Saat ia memainkan ponselnya ia melihat aplikasi go pay miliknya ia teringat sesuatu. Ia segera mentransfer uang ke rekening pribadinya yang tidak di ketahui sang papa juga mama dalam jumlah yang lumayan besar bisa buat hidup selama enam bulan terakhir jika ia menghemat. Setelah itu ia meletakan kartu card berwarna gold di laci meja riasnya dengan sepenggal surat.

Tok ... Tok ...

"Lura, apa mama boleh masuk?" tutur Rara dari balik pintu.

"Tidak dikunci, masuk aja mah."

Rara segera duduk di sofa sebelah Allura yang pura-pura membaca komik.

"Lura, ini gaun kamu nanti. Bersiaplah acara akan di mulai pukul tujuh! Jangan mengecewakan mama dan papa!" ucap Rara dengan membelai lembut rambut putrinya yang kini telah tumbuh dewasa.

"Mah, apa tidak bisakan kalian menggagalkan perjodohan ini, Lura mohon, Mah. Lura ingin memilih pasangan Lura sendiri," rengek Allura yang tanpa sadari ia meneteskan air matanya.

Maafkan Mama, papamu sangat keras kepala. Mama sudah membujuknya tapi usaha mama gagal sayang batin Rara miris melihat putrinya menangis sesenggukan

"Jangan menangis! Nanti beauty kamu hilang sayang," goda Rara lalu mengusap bulir air mata yang membasahi ke pipi putrinya.

"Beautiful it's useless if love must be determined by you," umpat Lura beranjak berdiri menatap keluar ke arah jendela kamarnya.

Percuma aku memiliki hidup yang sempurna, memilik materi yang tidak pernah kekurangan, memiliki kecantikan tapi soal cinta kau telah menentukan erang Lura di dalam hatinya.

"Maafkan mama," lirih Rara pergi meninggalkan putrinya untuk bersiap.

Dua jam kemudian Lura telah bersiap dengan gaun cantik yang telah disiapkan oleh mamanya.

"Ih cantik banget elo, Lur," puji Daffin.

"Lur-lur, emang luluran. Ngapain elo kesini?" sinis Allura yang hatinya lagi bete.

"Sinis amat yang mau ketemu jodohnya," ledek Daffin. "Gue kasih saran kalau elo mau bahagia sono kabur, tapi ingat jangan lupa kasih gue kabar dimana elo kabur setidaknya gue bisa kasih elo jatah uang jajan," Daffin mengingatkan kakaknya.

Daffin memang lebih muda dari Allura tapi sejak masih duduk di bangku sekolah menengah atas ia sudah didik keras oleh Alex untuk bekerja karena laki-laki harus memiliki martabat yang tinggi. Saat ini Daffin telah diberi kepercayaan oleh Alex untuk mengurus salah satu perusahaan milik Atmaja.

"Makasih elo sudah baik sama gue, tapi ingat jika elo kasih tahu dimana keberadaan gue awas aja! Gue ngak bakal lagi anggap elo adik," hardik Allura.

Daffin hanya tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya.

Kenapa itu bocah ketawa emang ada yang lucu pikir Allura.

"Elo ngak ngak gue adik ngak masalah, elo yang harusnya bangga punya adik kayak gue. Tanpa adik secerdas gue, elo bakal kelaparan jika kabur. Mana nomer rekening elo?"

"Buat apa?"

"Buat transfer uang jajan elo jika minggat," ketus Daffin.

Allura memberi ponselnya memberikan nomer digitnya. Sedangkan Daffin segera mengetik mengirimkan uang untuk sang kakak, ia juga memastikan nomer sang kakak tetap sama.

"Nomer elo ganti ya?!" Daffin bertanya saat nomer sang kakak tidak ada namanya di layar ponselnya.

"Elo apa-apa sich? Katanya mau transfer kenapa pakai cara telepon-telepon pakai ponselku! Ini pelanggaran, ini privasi orang tahu," tegas Lura merebut ponselnya kembali.

"Tenang gue ngak bakal kasih tahu mereka, gue cuma ingin kakakku yang cantik dan bawel ini kabur dengan keadaan aman. Sudah cepat keluar! Di tunggu sama nyokap juga bokap, semangat menentukan jalan hidupmu. Gue akan dukung elo," ucap Daffin mendorong Allura keluar kamarnya.

Di sepanjang perjalanan menuju hotel tempat dimana orangtuanya mengadakan pertemuan makam malam ia hanya bisa memalingkan wajahnya ke arah jendela mobil mewah milik sang papa.

Rara melihat wajah gusar putrinya hanya bisa menatap miris, seandainya disitu adalah posisinya pasti ia juga akan merasa sedih tapi ia tidak bisa berbuat apa karena semua sudah terlanjur terjadi taruhannya adalah nama baik perusahaan juga keluarga Atmaja.

"Lura, ini adalah keputusan yang terbaik buat kamu. Calon kamu juga masih muda seumuran kamu, pasti kalian akan bahagia," tutur Rara berharap putrinya mau menerima jalan takdir cintanya.

"Apa benar akan begitu? Bagimana kalau aku tidak bahagia apa kalian akan bertanggungjawab?" tanya Allura menerka-nerka.

Rara hanya diam tanpa berani menjawab.

"Sudah turuti kata papa, kamu pasti akan bahagia. Papa mencarikan pasangan untukmu melihat bibit, bebet, bobotnya bukan sembarang saja. Apa kamu akan mengandalkan cinta, busit dengan cinta kita itu hidup butuh uang tanpa uang kita tidak akan bahagia jika cuma cinta," sinis Alex.

"Pah," bentak Rara kepada suaminya.

Sampai di hotel Rara, Alex berjalan sejajar sedangkan Allura berjalan dibelakangnya. Ia sengaja mengulur jalannya sedikit lambat agar bisa kabur dari tempat terkutuk menurutnya.

Setelah punggung orangtuanya tidak terlihat ia segera berjalan keluar hotel namun saat masih tiga langkah tangannya sudah dicekal oleh dua orang berbadan tegap bertato. Ya orang bertato bodyguard sang papa yang telah disiapkan untuk mengawasinya

"Nona mau kabur kemana anda? Jangan merepotkan kami!" ucap orang berambut botak tapi dengan wajah menyeramkan.

"Siapa juga yang mau kabur? Aku hanya ingin ke toilet, aku lagi kebelet buang air besar," elak Allura yang tidak kehabisan ide.

Dua bodyguard itu tersenyum menanggapi putri bosnya.

"Nona kamar mandinya ada di dalam, di luar kamar mandinya tidak higienis, sangat kotor pasti Nona Allura sangat benci dan jijik."

Ini bodyguard nyebelin amat kalau seperti ini bisa-bisa papa curiga lalu turun kebawah mencariku pikir Allura.

"Bapak kepala botak, Lura itu tidak pilih-pilih tempat. Sudah sekarang ini kotoran mau keluar, kalau kalian tetap mencegahku jangan salahkan aku buang air besar disini lalu bajuku kotor kalian bisa di pecat sama bokap. Kalian mau dipecat?!"

Dua bodyguard menggeleng secara bersamaan.

Ini orang gue kibulin nurut amat.

"Tunggu disini! Aku mau ke toilet bentar," perintah Lura.

Allura berpura-pura berjalan ke arah toilet, saat kedua bodyguardnya lega ia segera berlari kabur, ya ia berlari semakin jauh dengan cukup mudah karena ia sengaja mengenakan sepatu Suede lace up flat shoes bukan high heels.

Allura melihat bodyguardnya mengajarnya ia segera berlari menelusuri jalanan melintasi mobil-mobil yang berjejeran berpakir dengan rapi. Ia mencoba membuka setiap mobil yang ia lewati hingga dewi fortuna memihak padanya.

Allura segera masuk ke dalam mobil mewah yang entah siapa pemiliknya. Ia tidak memikirkan itu yang terpenting adalah ia selamat dari kejaran kedua orang suruhan papanya. Kini ia mulai mengatur nafasnya yang terengah-engah hampir saja ia kehabisan oksigen karena berlari cukup jauh.

Merasa sedikit aman, ia segera mengintip dari balik jendela kaca mobil menyapu pandangan sekitarnya untuk memastikan kembali. Melihat kedua orang yang mengejarnya sudah tidak ada ia ingin segera turun namum saat itu juga sang empu pemilik mobil masuk kedalam mobil melajukannya dengan kecepatan tinggi. Kini ia hanya bisa pasrah dengan menyembunyikan wajahnya agar tidak ketahuan tanpa ia sadari justru ia terlelap dalam tidurnya.

Arthur William Leonardo

Dua bodyguard itu berlari terengah-engah sambil jalannya tertatih, nafasnya naik turun seperti orang kehabisan oksigen. Ya mereka berlari-lari hampir satu jam mencari Allura namun nihil mereka tidak bisa menemukannya.

"Tuan Alex, nona muda kabur," ucap salah satu bodyguard Alex dengan mengusap tetesan peluh yang membasahi sekitar dahi dan pelipisnya.

"Apa?! Kenapa menjaga satu wanita saja kalian tidak becut, bodoh kalian," umpat serapah keluar dari mulut Alex. "Cari dia sampai dapat! Jika kalian tidak bisa menemukan Allura jangan harap kembali ke hadapanku!" hardik Alex.

Alex menggebrak meja di depannya hingga hidangan di depannya goyang beruntung tidak ada yang tumpah atau pecah. Rara yang terkejut ia hanya bisa mengusap dadanya.

"Gimana ini Tuan Alex? Kenapa kau tidak terus terang saja pada kami jika putrimu menolak perjodohan ini," tegas Andi berdiri menatap benci pada Alex.

"Maafkan kami Tuan Andi, putriku adalah gadis penurut kami tidak menyangka jika dia berbuat nekat seperti ini. Tunggulah dia beberapa hari lagi, kami pastikan rencana pernikahan bisnis ini tidak akan gagal," bujuk Alex.

"Sudah, aku tidak ada waktu untuk bermain-main dengan hal yang tidak pasti. Kita batalkan saja perjodohan ini," ucap Andi dengan menarik putranya meninggalkan ruang vip itu.

Di dalam mobil Sammy mengaktifkan ponselnya melihat banyak notifikasi masuk dari sang kekasih. Yang memintanya untuk menampungnya, dan masih banyak lagi chat tapi untuk chat ke lima puluh menyatakan dia ingin putus.

"Shit, apa Allura sebenarnya putrinya Tuan Alex," lirih Sammy.

Andi yang mendengar lamat-lamat ucapan putranya menoleh ke sumber suara.

"Kamu kenal dengan putri Tuan Alex, kalau ngak salah namanya juga Allura. Dia bilang juga kuliah di kampus sama seperti kamu," sahut Andi.

Kenapa selama ini aku ngak mengetahui jika Allura putri dari keluarga Atmaja. Allura juga kenapa pakai acara kabur segala. Apa dia melakukan ini karena tidak ingin menikah dengan orang tidak ia kenal lalu ingin bersamaku pikir Sammy.

Allura dan Sammy adalah sepasang kekasih, usia pacaran mereka masih bisa dibilang seumur jagung karena mereka masih tiga bulan bersama.

"Sam, apa kamu kenal Allura?!" Andi bertanya penuh selidik.

Sammy segera memperlihatkan wajah kekasihnya pada sang papa dari foto ponselnya.

"Apa Allura, anak tuan Alex gadis ini? Dia juga satu kampus dengan Sammy. Dia juga kekasihku, jika benar kalian tidak perlu lagi cemas kami adalah sepasang kekasih," jelas Sammy.

"Apa? Kenapa kamu tidak pernah bercerita jika sudah memiliki pacar? Jika itu benar kamu harus segera dapatkan dia. Gadis itu akan membawa keberuntungan bagi kita, dengan begitu kita bisa mendapatkan investasi besar-besar dari keluarga Atmaja. Setelah kamu menikah ambil alih semua perusahaan Atmaja atas nama kamu setelah itu kita jadi kaya raya sejati. Kamu juga bisa memilih seribu wanita dalam hidupmu," senyum licik di kedua sudut bibir Andi.

Pah, kapan kamu berubah? Kamu sudah di gilakan harta, kamu rela meninggalkan mama demi menikahi janda kaya. Sekarang kamu memanfaatkan aku demi kesenangan dan tujuanmu.

"Aku sekarang tidak tahu dimana dia? Aku hubungi nomernya sudah tidak aktif, ya beberapa jam lalu ia memintaku untuk menjemputnya untuk kabur tapi setelah puluhan chat tidak aku balas dia mengajak aku putus," jelas Sammy.

"Bodoh! Jangan mau kamu putus dengannya! Segera cari dia, jelaskan pada kekasihmu pasti dia akan menerima kamu."

Sammy memcoba mengirim pesan pada Allura berharap pesannya akan terbalaskan tapi itu hanya akan buang-buang tenaga saja. Allura telah meninggalkan ponselnya di dalam mobil orangtuanya karena baginya membawa ponsel akan memudahkan orangtuanya menemukan dirinya.

****

Allura terbangun tepat setelah mobil berhenti di sebuah rumah mewah. Ya, seperti rumah mewah milik orangtuanya namun ini dengan sedikit campuran kuno dengan moderen. Dengan tekat yang kuat tanpa ragu lagi Allura menampakan dirinya dari persembunyian, menoleh ke arah kanan kiri mengarahkan pandangan matanya melihat sekitarnya berharap ia tahu dimana dirinya saat ini namun ia merasa asing.

Saat itu Arthur William Leonardo mematikan mesin mobilnya, saat hendak ingin turun, tak sengaja ia menoleh kebelakang melihat wanita menyembulkan wajahnya secara tiba-tiba membuatnya seketika ia terkejut.

"Dimana aku ini, om?" Allura bertanya dengan menyembulkan kepalanya secara tiba-tiba dari kursi penumpang bagian belakang.

"Siapa kamu?" tanya William terkejut saat melihat sosok wanita di dalam mobilnya karena ia merasa tidak memesan atau ingin melakukan one night stand.

Apa dia tadi bilang aku om, kurang ajar emang wajahmu sudah setua itu umpat William di dalam hatinya.

Allura menundukkan wajahnya merasa takut dengan tatapan laki-laki yang tak ia kenal itu. Ia takut jika dirinya saat ini bertemu dengan laki-laki hidung belang yang akan menerkamnya begitu saja tanpa memberi ampun.

"Hai, aku bertanya padamu! Kenapa kau bisa di dalam mobilku?!" hardik William sedikit berteriak.

Ini orang bicara seperti tarzan, aku ini ngak tuli kali. Tapi jujur dia sangat tampan sekali. Ah, rasanya hatiku meleleh melihat dia. Aku juga mau jadi simpanannya racau Allura menatap William tanpa berkedip.

"Hallo, kamu pencuri ya. Aku laporkan kamu ke kantor polisi," ucap William merogoh ponselnya dari saku celana jens yang ia kenakan.

Allura segera merebut ponsel William.

"Jangan om, aku bukan pencuri. Mana ada pencuri secantik aku," puji Allura pada dirinya sendiri. "Aku tadi terpaksa masuk ke dalam om, karena aku di kejar-kejar penjahat yang mau berbuat jahat terhadapku," jelas Allura.

William menatap tajam menyipitkan matanya ke arah Allura penuh selidik antara percaya dan tidak.

"Om, izinkan aku menginap disini ya," ucap melas Allura menatap William.

William turun dari mobilnya karena ia sudah sangat lelah melakukan perjalanan jauh pulang pergi untuk menjalankan bisnisnya.

"Om gimana? Bolehkan?" rajuk Allura.

Ia masih memiliki hati nurani tidak mungkin membiarkan wanita pergi di pertengahan malam di kota metropolitan yang rawan akan pelecehan terhadap kaum hawa.

"Om-om, emang gue om elo apa?" ketus William.

"Gue kan ngak tahu nama elo, mau panggil sayang rasanya gimana gitu kita kan baru kenal," ketus Allura dengan nada bercanda. "Tuan izinkan aku ya tinggal disini," rengek Allura tanpa ia sadari telah memegangi lengan William.

"Boleh juga karena pembantuku lagi pulang kampung jadi kamu gantikan dia menjalankan tugasnya."

Seketika senyum diwajahnya pudar menghilang, kini wajahnya berubah masam. Di hempaskan tangan kekar itu dengan kasar.

"Kenapa?! Tidak mau? Ngak suka? Ya sudah kalau ngak suka kamu bisa pergi," usir William.

William meninggalkan Allura melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah dengan memasukkan tangannya ke salah satu saku celana jensnya.

Allura masih diam mematung di tempatnya sambil menatap punggung William yang telah sampai di ambang pintu. Ia segera berlari terbirit-birit mengejar sang pemilik rumah untuk mengekori masuk ke dalam.

"Ngeselin banget, kalau bukan gue butuh tempat untuk menampungku gue ogah jadi pembantu. Di rumah aja banyak pembantu, mama selalu melarang aku mengerjakan pekerjaan rumah tangan," batin Allura.

Allura yang berjalan sambil mulutnya berkomat-kamit seperti membaca matra itu tidak mengarahkan pandangan matanya kedepan hingga keningnya membentur badan kekar milik William.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!