NovelToon NovelToon

Jangan Panggil Aku Om!

Aksa Brixton Hudaverdi

"Aksa!!! berhentilah bertingkah bodoh! kamu hanya membuang waktu, pikiran dan tenaga karena terlalu larut dengan masa lalu".

Riko membantu Aksa berdiri, karena terlalu banyak minum dan berjalan sempoyongan.

"Hahahahaha... kau tau apa? kau tidak akan pernah mengerti!!! tidak akan pernah!!! hahahaha" tunjuk Aksa dengan intonasi tinggi dan masih berjalan sempoyongan.

"Aksa.. aku mengenalmu dari kita kecil, aku tau kamu kecewa, sakit hati dan frustasi, tapi kamu jangan sampai menyakiti diri kamu sendiri." Riko yang sudah kualahan karena tidak kuat memapah Aksapun mendudukkan Aksa di sudut Bar.

----------------------------///------------------------------------

ya, Dia Aksa Brixton Hudaverdi, seorang CEO tampan, badan tegap dan gagah. Yang memilih bermain-main dengan wanita, bergonta-ganti kaum hawa karena kekecewaan yang mendalam kepada mantan kekasihnya. Bagaimana tidak, CEO tampan yang dulunya pria dingin dan arrogant itu bisa melunak dan bersikap lembut sejak kehadiran Jasmine, mantan kekasihnya. Namun Jasmine, wanita cantik, berambut pirang, kulit seputih susu, bola mata coklat, bulu mata lentik, hidung bangir dan senyum yang semanis madu itu tega meninggalkan Aksa...

(ditinggal pas sayang-sayange... 😁😁😁)

Aksa dan Jasmine adalah teman semasa kuliah, di fakultas yang sama. Aksa yang dulunya dingin, tidak mudah bergaul dengan siapapun, kecuali Riko yang kini menjadi asistennya. Berubah menjadi sosok yang humble dan mudah berteman, semenjak dia dekat dengan Jasmine. Jasmine yang memang menaruh hati terhadap Aksa pun selalu menemani setia menemani Aksa di kampus.

"Aksa, habis ngampus kamu mau kemana?",

Jasmine yang langsung menaruk bokongnya disamping tempat duduk Aksa.

"Aku.. emmm... tidak ada. kenapa Jas? ada sesuatu yang ingin kau lakukan?", Aksa bertanya masih dengan memainkan ponselnya

"Bagaimana, kalau kita ke toko buku. aku ingin mencari refrensi untuk tugas tadi. kamu mau kan nemenin aku?", Jasmine menoleh ke arah Aksa yang masih sibuk dengan ponselnya.

"baiklah.. aku akan menemanimu", Aksa menaruh ponselnya ke saku dan berjalan menuju tempat parkir.

"oke .. terimakasih", Jasmine menyusul Aksa kegirangan.

"Riko, kau pulanglah lebih dulu, aku akan mengantar Jasmine ke toko buku." Aksa mengabari Riko yang biasanya pulang bersama Aksa, karena Riko adalah saudara jauh Aksa yang berkuliah di daerah Aksa dan tinggal di rumah Aksa.

"Aksa..", Jasmine melirik Aksa, yang sedang berada di balik kemudi

"katakanlah Jas," Aksa seolah mengerti ada hal yang ingin Jasmine sampaikan sedari tadi.

"uuummm apa kau tidak ingin memiliki kekasih?".

"Entahlah... aku sepertinya tidak memiliki waktu untuk memikirkan hal itu. kau tau kan, aku tidak pernah dekat dengan perempuan, kecuali kamu. ya walaupun kita hanya berteman. aku belum pernah berpikiran kearah sana. memangnya kenapa?".

Jasmine hanya diam mematung, dia bingung apa yang harus dia katakan. Jasmine menyukai Aksa, bahkan mungkin bisa dibilang kalau Jasmine mulai mencintainya. Aksa yang dingin, tidak pernah dekat dengan perempuan manapun, hanya Jasmine teman perempuannya, karena orang tua mereka berteman. Jasmine yang berniat ingin mengutarakan isi hatinyapun dibuat terdiam dengan jawaban Aksa. rasa ingin memiliki pria itupun sangat besar.

'bagaimana aku mengutarakannya' batin Jasmine. aku takut ketika aku mengutarakan perasaanku, dia akan menjauh dan ilfill. haruskah aku memendamnya? tidak, aku harus mengatakannya.

"Aksa.. misal ada seorang perempuan yang menyukaimu, bagaimana?", Jasmine gugup

"apa maksudmu? dia menyukaiku?", Aksa tersenyum smirk

"i iya.. apa kamu akan menerimanya?", Jasmine mulai takut untuk mendengar jawaban Aksa

"Entahlah Jas, aku takut malah melukainya. kamu tau kan, aku suka sibuk di perusahaan papa. aku takut tidak memiliki waktu untuk menyenangkannya, bahkan aku takut tidak punya waktu untuk mengabarinya sekalipun."

Jasmine memutar otak, bagaimana agar Aksa mengerti, bahwa Jasmine akan benar-benar mengerti dengan kesibukan Aksa. dan dia tidak akan terganggu dengan hal itu. tekad Jasmine sudah bulat untuk mengutarakan perasaannya.

"Aksa.. aku mencintaimu."

ciiiiiiiittttttttttttt

Aksa mengerem mobilnya seketika. dia menoleh ke arah Jasmine, menatapnya heran dan penuh tanda tanya.

"Aksa, aku bilang aku mencintaimu". Jasmine menatapa Aksa yang juga sedang menatapnya. jantung Jasmine benar-benar berdetak tak karuan saat ini, bagaimana mungkin dia dengan percaya dirinya mengutarakan perasaannya kepada Aksa. tapi sudahlah, dia benar-benar sudah tidak kuat memendam perasaannya selama ini terhadap Aksa

"Jas, jangan bercanda, aku tidak ingin melukaimu, aku tidak mau pertemanan kita berahir hanya karena perasaanmu itu."

"Tapi, aku sungguh-sungguh dengan perasaan ku Aksa, aku serius, aku sudah lama memiliki perasaan ini", mata Jasmine mulai mengembun, hatinya kalut, bagaimana kalau Aksa menolak cintanya, dan tidak mau lagi berteman dengannya.

"Jas.. please... aku",

belum selesai Aksa berbicara, Jasmine menarik tengkuknya dan mencium sekilas bibir Aksa.

Aksa yang kagetpun tidak bereaksi apa-apa dan hanya melototkan matanya.

"ssssttttt...." Jasmine menaruk telunjuknya di bibir Aksa, berharap agar laki-laki itu terdiam. karena Jasminepun kaget akan kelakuannya sendiri yang tiba-tiba mencium Aksa. ini pertama kali bagi Jasmine mencium laki-laki.

"bisakah kamu memberiku kesempatan, izinkan aku berusaha membuatmu jatuh cinta kepadaku Aksa..", Jasmine menatap mata Aksa

"Jas... tapi.. ," Aksa mencoba melepas tangan Jasmine yang masih menggegam tangannya. Sungguh Aksa tidak ingin memikirkan hal seperti ini, bagaimana mungkin dia memikirkan masalah cinta, sedangkan papanya selalu memberikan tugas perusahaan yang selalu membuat kepalanya pusing, belum juga tugas-tugas kuliahnya yang mulai menumpuk karena semester akhir. Aksa tidak pernah dekat dengan perempuan manapun kecuali Jasmine teman sedari dia kecil.

"please... aku mohon", Jasmine dengan rengekannya

"baiklah.. aku beri kamu satu kesempatan. sampai kita selesai kuliah. kalau sampai saat itu, aku belum bisa mencintaimu, maka lupakan perasaanmu, dan kita hanya akan berteman selamanya", Aksa yang sudah kehilangan akalpun memberikan Jasmine kesempatan, toh kalaupun dia benar-benar jatuh cinta kepada Jasmine itu tidak masalah pikirnya. Jasmine gadis baik, periang dan selalu ada untuk Aksa.

"yes... terimakasih sayang", Jasmine pun tersenyum. dia sangat bahagia karena Aksa mau memberinya kesempatan.

Jasmine bertekad akan membuat Aksa jatuh cinta dan nyaman saat bersamanya. senyum yang tak pudar dari wajahnya, membuat Aksa menahan senyumnya sambil menggelengkan kepalanya. Dia tidak habis pikir, Jasmine satu-satunya perempuan yang dekat dengannya, mengatakan bahwa dirinya mencintai Aksa. ya satu-satunya teman perempuan yang dia punya, satu-satunya teman yang mampu membuatnya banyak bicara. satu-satunya perempuan yang membuat dirinya nyaman. tapi, apa itu bisa dikatakan cinta? entahlah, Aksa tidak pernah merasakan apa itu cinta. dia hanya akan menunggu Jasmine membuktikan ucapannya. mungkin seiring berjalannya waktu cinta akan hadir dengan sendirinya, begitu pikir Aksa.

Aksapun melajukan mobilnya ke toko buku

Berusaha menerima

Jasmine mengembangkan senyumnya sepanjang perjalanan menuju kampus. bagaimana tidak, sebulan yang lalu lelaki pujannya memberikan kesempatan untuk bisa menerima cinta Jasmine. Sebulan penuh Jasmine tidak pernah lupa memperhatikan Aksa, mengiriminya pesan disaat libur. Menemani Aksa berolahraga, membawakan bekal, mengingatkan Aksa untuk bersitirahat setelah seharian berkutat dengan pekerjaan kantor dan terkadang juga tugas kuliah.

Aksa yang sedari dulu tidak pernah dekat dengan perempuan merasa hari-harinya kini mulai berwarna. Jasmine benar-benar memahami keadaan Aksa, tidak pernah menuntut Aksa untuk memperhatikannya. Justru Jasmine lah yang mengalah selalu datang ke perusahaan Aksa selepas kuliah, disaat Aksa bekerja.

"Hai sayang, apa kau sudah makan siang?," Jasmine masuk ke ruang Aksa membawa bekal yang dia masak sendiri. Menaruh bekal di meja dan duduk di sofa ruang kerja Aksa.

Aksa yang sudah terbiasa dengan kehadiran Jasmine dengan membawa bekal hanya tersenyum.

"Belum," Aksa beranjak menghampiri Jasmine dan duduk disebelahnya. Ketika Jasmine datang, Aksa akan berhenti berkutat dengan semua pekerjaannya. Aksa berusaha menerima Jasmine, entahlah hanya berusaha menerima atau memang sudah mencintai Jasmine. perempuan yang selalu memikat dengan senyumnya.

"ayo aku suapi".

"Jas..", Aksa menatap Jasmine, Jasmine yang ditatap menjadi salah tingkah. setelah Jasmine mengutarakan perasaannya, Aksa memang belum pernah mengatakan bahwa dia mencintai Jasmine. Jasmine mengerti, dia tidak akan menuntut, karena dia sendirilah yang meminta Aksa berusaha menerima perasannya. Jasmine yakin seiring berjalannya waktu, cinta akan hadir ketika mereka selalu bersama, Jasmine tidak mau memaksa Aksa mencintainya, cukup dengan Jasmine selalu memperhatikan Aksa, perlahan Jasmine akan membuat Aksa menerima ketulusannya.

"i iya..., kenapa kau menatap ku seperti itu? ada yang salah denganku", Jasmine berusaha menormalkan detak jantungnya. Aksa hanya tersenyum, dengan lembut dia meraih tangan Jasmine dan menaruh di pahanya.

"terimakasih."

"untuk?", jantung Jasmine benar-benar berdetak kencang. rona merah di wajahnya sungguh sangat menggemaskan.

"terimakasih karena sudah mengerti aku, sabar dengan sifat dan sikap ku, aku memang belum mencintaimu, tapi aku akan berusaha menerima perasaanmu. aku akan mencoba membuka hatiku untuk menerima cintamu, bersabarlah.. mungkin dengan berjalannya waktu, dengan kau yang selalu ada, selalu mengerti dan tidak pernah menuntut ku, perasan cinta bisa hadir diantara kita". Aksa heran dengan dirinya, dia belum pernah berpacaran sebelumnya, tapi kenapa dengan panjang lebar dia meminta Jasmine untuk bersabar dengannya. perasaannya benar-benar tulus, dia nyaman dengan keberadaan Jasmine disampingnya.

Jasmine terharu, matanya mulai berair, dia bahagia, Aksa mau berusaha mencintainya. spontan Jasmine memeluk Aksa, Aksa yang awalnya kaget, tersenyum dan mengusap rambut coklat Jasmine. Aksa juga bahagia, karena perempuan yang berada dipelukannya adalah perempuan hebat.

'ya, aku akan berusaha mencintaimu Jasmine'. Aksa melepas pelukan Jasmine dan mengecup pucuk kepalanya.

kreeeekkkk....

Riko yang langsung masuk ke ruangan Aksa melongo tak percaya. Pasalnya baru kali ini dia melihat Aksa memeluk perempuan yang tak lain teman kuliah mereka.

"hmmmm,,,, bro, apa aku menggangu? Tapi tidak, ini salahmu yang tidak mengunci pintu. bisakah kalian tidak bermesraan di tempat kerja, kalian hampir membuat aku mengumpat karena kaget. aku hanya mau membacakan jadwalmu hari ini bro...", Riko berhenti berbicara saat melihat raut muka Aksa berubah kesal.

"apa kita ada jam kuliah hari ini? aku terlalu banyak bekerja, untung ada kau yang selalu mengingatkan tugas kampus", Aksa membelai lembut rambut Jasmine, mengabaikan Riko yang keheranan karena dicuekin.

"baiklah, kalian selesaikan dulu, aku akan menunggu diluar", Riko menutup pintu dan mengumpat kesal.

diluar ruangan

"Aksa, apa dia Aksa yang aku kenal? kenapa dia bisa bersikap selembut itu? oh tidak, aku sepertinya harus menyegarkan otak ku". Riko yang melihat segelas minuman di meja sekretaris Shinta langsung mengambil dan meminumnya.

Byuuuurrr... Riko menyemburkan minumannya, minuman apa ini? kenapa rasanya sangat pahit dan aneh. sebentar, selain rasanya yang aneh, minuman ini juga bau. baunya sangat menyengat. Riko mengenduskan hidungnya lalu menaruh kembali minuman tadi.

"pak Riko, kenapa?".

"Shin, ini minuman apa? rasanya pahit, dan baunya sangat aneh," Riko mengernyit

"apa bapak meminumnya?".

"hah... i iya.. aku meminumnya," Riko menggaruk tengkuknya gagap karena dia langsung meminum tanpa izin Shinta.

"pppfftttt... hahahhaha",

"kenapa kamu malah tertawa",

"pak, jelas minuman ini pahit, karena ini jamu pereda nyeri haidl", Shinta yang masih tertawa sambil memegangi perutnya, tidak tahan melihat raut muka Riko

"apaaaa??? jamu pereda nyeri ha..haid???",

Shinta mengangguk, Riko yang kesal langsung berjalan ke ruangannya.

(makanya Riko, jangan asal minum, masih mending jamu, bukan kopi sianida😂😂😂)

-------------------------/////----------------------------

"Jas, hari ini apa yang ingin kamu lakukan?".

"entahlah aku tidak punya rencana apa-apa", Jasmine membolak-balikkan koran yang dibacanya.

"Apa kau ingin jalan-jalan? menonton? atau berbelanja?".

"ummmm,, menonton? boleh, sepertinya seru".

"baiklah, aku selesaikan dulu pekerjaanku, kau tunggulah sebentar, setelah ini kita pergi menonton".

Jasmine mengerjap-ngerjapkan matanya, 'apa aku tidak salah dengar?'. Aksa yang masih fokus dengan layar didepannya, dan Jasmine yang keheranan, menatap Aksa 'sungguh dia laki-laki sempurna, badan tegap berotot, alis tebal, hidung mancung, mata coklat, serta bulu-bulu halus menghiasi dagunya begitu sexy di mata Jasmine.

"ayo kita pergi", Aksa berdiri seraya menggandeng tangan Jasmine

"Rik, aku tinggal dulu, aku ingin menonton bersama Jasmine, pekerjaan aku serahkan kepadamu".

krik.. krik.. krik...

Riko yang sudah sadar dari lamunannya, berdecak kesal

"bisa-bisanya dia meninggalkan kantor, aku bisa memaklumi kalau dia meninggalkan kantor karena kuliah, tapi dia pergi hanya untuk menonton? yang benar saja, harusnya dia juga mengajakku".

sepanjang perjalanan, Jasmine selalu mencuri pandang, melihat Aksa yang fokus menyetir dan membuat suasana menjadi canggung.

"sayang.. bolehkah aku memutar musik?".

"tentu boleh, kenapa kamu meminta izin?".

Sudah lama ku menanti dirimu

tak tau sampai kapankah

sudah lama kita bersama-sama

tapi segini sajakah

entah sampai kapan aaaaa

entah sampai kapan

hari ini ku ingin menyatakan cinta

nyatakan cinta

aku tak mau menunggu terlalu lama

terlalu lama...

Jasmine yang mendengar lagupun tak percaya, bagaimana tidak lagu itu seperti menggambarkan keadannya saat ini. Jasmine mematikannya

"kenapa dimatikan".

"emmm.. aku tiba-tiba tidak ingin mendengarkan musik".

"ada yang salah dengan lagu itu?", Aksa sengaja menggoda Jasmine. Tak kuat menahan malu, Jasmine hanya menggeleng dan melihat keluar jendela. Sungguh sangat memalukan. Suasana di mobil serasa sesak baginya, padahal full AC. Aksa memecah ketegangan Jasmine dengan menggenggam tangannya dan mengecupnya singkat.

'Apa ini Aksa? lelaki yang tidak pernah mengenal cinta kini menjelma menjadi makhluk manis yang sungguh sangat menggemaskan'

Jasmine tersipu dengan kelakuan Aksa dan terus mengembangkan senyumnya.

Beruang manis

"ayo.. ," Aksa turun dari kemudi dan berputar ke pintu Jasmine

"terimakasih,"

"sayang, kita nonton dulu ya",

"baiklah", Aksa membuntuti Jasmine

"kamu duduk saja, aku akan mengantri untuk membeli tiket", Jasmine melepas genggaman tangan Aksa menuju loket, baru saja akan melangkah, tangannya ditarik oleh Aksa.

"aku saja yang akan mengantri, kamu duduklah!", Aksa menuntun Jasmine ke tempat duduknya tadi.

"eh, biar aku saja,"

"aku saja Jas, kamu duduk saja,"

"tapi sayang,,,, kamu belum pernah mengantri seperti ini",

"hahaha... apa ini aneh?", Aksa tertawa lepas sambil menggaruk tengkuknya.

"iya aneh, kamu mana pernah melakukan hal seperti ini", Jasmine mencebik

"mulai hari ini, aku akan melakukannya, melakukan hal seperti pasangan lainnya", Aksa berbisik di telinga Jasmine, sontak membuat bulu kuduk Jasmine merinding.

"aa..apa maksudmu?",

"hei... kenapa wajahmu memerah Jas, apa perkataanku salah?", bukannya itu hal normal dalam hubungan sepasang kekasih. aku kan sudah bilang, kalau aku akan berusaha menerimamu, setidaknya dimulai dari hal-hal kecil seperti ini".

Jasmine malu karena menyalah artikan maksud Aksa, hanya bisa tersenyum garing.

"baiklah, tunggu sebentar",

setelah lama mengantri giliran Aksa memesan tiket.

"permisi Nona, saya mau membeli tiket untuk dua orang",

"hai.. Nona, apa Anda mendengar ucapan saya?", Aksa melambaikan tangannya di depan wajah penjaga loket.

'apa dia pangeran? kenapa sangat sempurna, ya ampun. apa aku bisa meminta nomer ponselnya'. seketika si Nona tersadar dari lamunannya.

"ma'af Tuan, saya melamun," apa dia bisa melihat aku begitu gugup

"tidak masalah, berikan aku dua tiket, aku ingin menonton film yang romantis".

'apa dia sudah memiliki kekasih? Tuan, kau mematahkan semangatku untuk mengejarmu bahkan sebelum aku memulainya. ya Tuhan, apa ini yang dinamakan cinta patah sebelum berbunga'.kikikik

"apa Anda melamun lagi Nona". Aksa menaikkan satu alisnya.

"maaf Tuan, ini tiketnya".

"terimakasih". Aksa menggeleng sambil berjalan kearah Jasmine yang sedang membeli popcorn dan minuman.

"ayo sayang kita masuk".

"Jas, apa ada yang salah dengan penampilanku?".

"kenapa?".

"kamu tau? tadi aku menunggu lama hanya karena si penjaga loket itu melamun".

"hahhaha, penampilanmu tidak salah sayang. tapi dia terpesona. kamu sempurna, kamu tampan, badan atletis, hidung mancung, matamu bak Elang tapi sungguh dapat menghipnotis siapapun yang melihatnya", Jasmine tersadar lalu menutup mulutnya karena terlalu memuji Aksa.

"aku tampan?".

"lupakan".

"apa aku begitu sempurna di matamu?", Aksa menatap Jasmine mendalami matanya. ada desiran hebat berkecamuk di dadanya.

"ii iya.. kamu sempurna Beruang ku". Jasmine berlari kecil meninggalkan Aksa karena dia yakin wajahnya sekarang sudah seperti kepiting rebus.

"apa beruang? dia memanggilku beruang?".

Di dalam bioskop mereka memilih duduk di kursi belakang. Film romantis yang Aksa pilih, karena tadi sesampainya di loket, dia melihat pasangan-pasangan muda yang juga mengantri membeli tiket untuk menonton film ini. selesai menonton, mereka keluar untuk belanja.

Jasmine yang begitu bahagia, tidak melepaskan genggamannya dari tangan Aksa. Sesekali bergelanyut manja pada lengan kokoh itu, tertawa bersama, bercanda bahkan terbahak-bahak karena membicarakan hal konyol.

Aksa merasakan hal yang sama. Dia bahagia, perempuan di sampingnya bukan seperti kebanyakan perempuan yang merayu Aksa dengan kecentilan mereka. Perempuan cantik itu juga sangat pintar dan mandiri.

"sayang.. aku ingin membelikan mama hadiah, minggu depan dia ulang tahun".

"oke, kamu pilih saja, nanti aku akan membayarnya".

"hey, apa maksudmu dengan membayarnya? aku memberitahumu karena ingin meminta pendapatmu, hadiah apa yang bagus untuk mama. bukan memintamu untuk membayarnya", Jasmine menyipitkan matanya menatap Aksa berpura-pura kesal.

"bukan begitu maksudku sayang".

Jasmine tersenyum karena Aksa memanggilnya sayang. dan kembali berpura-pura kesal.

"maaf".

"aku akan memaafkanmu, tapi ada syaratnya".

"syarat?".

"iya, kamu harus tetap menggilku seperti tadi".

"seperti tadi? tadi yang mana?"

"tadi...", Jasmine mulai gereget dengan tingkah Aksa.

"katakan saja Jas, aku masih terlalu awam untuk hal seperti ini". Aksa cengengesan, karena dia tidak mengerti, panggilan yang seperti apa maksud Jasmine.

"sa-yang, tetap panggil aku seperti itu," Jasmine menyeret tangan Aksa mensejajarkan badan mereka berjalan berdampingan.

"baiklah sayang. ayo kita mencari hadiah untuk mama".

"menurutmu hadiah apa yang bagus?", Jasmine bingung karena sepertinya mamanya sudah memiliki segalanya. Tapi dia tetap ingin membelikan sesuatu di hari ulang tahun mamanya.

"apa? perhiasan? mobil? rumah?". Aksa menjawab asal

"sayang, aku mau dapat darimana uang sebanyak itu, aku belum bekerja. aku menabung dari uang jajanku yang aku sisihkan",

"baiklah, kita belikan perhiasan saja, karena kamu tidak akan mau kalau aku yang bayar, jadi kita pilih saja yang sesuai dengan uangmu", Aksa terpaksa berbicara seperti itu, karena tidak mau Jasmine marah lagi kalau berkata dia yang akan membayarnya.

'Cup'

"terimakasih, ayo kita kesana", Aksa yang dicium mendadak, hanya diam dan tersenyum tipis, 'apa seperti ini rasanya jatuh cinta'? kenapa tidak dari dulu saja dia jatuh cintanya.

"sayang.. ini sepertinya bagus. ini juga bagus," Jasmine memperlihatkan dua cincin berlian kepada Aksa.

"Kak, bisa tunjukkan yang ini?", Jasmine menunjuk cincin berlian berwana merah dan biru.

"silahkan kak, ini adalah koleksi terbaru kami".

"sayang, menurtmu lebih bagus yang mana?".

"aku suka keduanya".

"ish, aku hanya akan membeli 1. walaupun sama-sama bagus, tapi uangku hanya cukup untuk membeli satu saja".

"untuk mamamu ambil saja yang merah".

"benarkah?".

"iya."

"baiklah. Kak, aku ambil yang ini, sepertinya cincin ini juga cukup di jari mama".

"baik kak, tunggu sebentar".

"sayang, aku ke toilet sebentar." Aksa berdiri dan keluar menuju toilet.

"iya sayang, aku akan menunggumu disini".

Aksa keluar dari toilet, tiba-tiba...

'bruuuuuukkk'

seorang gadis yang membawa jus dengan rambut pirang curly tidak sengaja menabrak Aksa.

"om, maaf aku tidak sengaja", ucapnya berusaha membantu Aksa berdiri.

"apa kamu buta, berjalan sembarangan dan tidak memerhatikan sekitarmu!", Aksa membantak gadis yang membuat bajunya kotor.

"maaf om, tapi saya terburu-buru. saya takut ketinggalan pesawat, maaf ya om. Ini uang buat ganti baju om yang kotor". dia berdiri lalu berlari mengejar teman-temannya.

"shiiit". Aksa sangat kesal mengumpat dan membuang kasar uang yang diberikan gadis tersebut.

"dasar bocah, apa dia pikir aku butuh uangnya. memang dia meminta ma'af, tapi bisakah meminta ma'af dengan benar, belum selesai aku berbicara dia sudah lari. Dan apa tadi dia bilang? Om? dia memanggilku om? astaga", Aksa memijit keningnya.

'hah,,, sepertinya aku harus kembali lagi ke toilet'

Tidak lama kemudian, Aksa keluar dari toilet dan melihat Jasmine sudah menunggunya.

"kamu kenapa sayang?".

"sudahlah ayo jangan dibahas, ini hanya kelakuan bocah. ayo kita pulang, aku ingin segera mengganti pakaianku di mobil".

"baiklah".

sepanjang perjalanan, mereka hanya diam. Mood Aksa benar-benar buruk, mengingat kejadian di mol tadi. Sampailah di depan rumah Jasmine. Aksa turun dan membukakan pintu mobil Jasmine.

"sayang, terimakasih sudah mengantarku".

"sama-sama sayang, masuklah".

"sampai ketemu besok di kampus. Kau izinlah untuk datang terlambat ke perusahaan, karena setelah ini, kita akan menyusun tugas akhir kita".

"baiklah.. selamat malam." Aksa masuk ke mobilnya dan malaju pulang.

"ada apa dengannya, apa yang terjadi di mol tadi?", Jasmine bergumam dan masuk ke dalam rumahnya.

"pa, ma, aku pulang".

"siapa yang mengantarmu?".

"Aksa pa".

"Aksa? tumben dia mengantarmu?". Memang selama dia berteman dengan Aksa, belum pernah Aksa mengantarnya. Biasanya Jasmine akan dijemput sopir atau membawa mobil sendiri.

"Sekarang dia pacarku pa".

Papa Jasmine berdiri dan berjalan menghampiri Jasmine.

"hentikan Mine, sebelum berjalan terlalu dalam, atau kalian akan merasakan sakit hati".

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!