Matahari pagi menyinari bumi, burung berkicauan, seorang gadis kini tengah siap dengan hijab dan pakaian sekolah yang telah rapi, selesai melantunkan ayat suci Al-Qur'an begitu cerah nampak senyum dan mata yang berkilauan dari gadis muslimah ini, Zahra wanita penuh senyum ceria dan mata yang cerah ceria, tengah siap pergi sekolah.
" ayah, ibu Zahra pergi sekolah dulu ya," Zahra yang tengah berlari dari atas menuju ruang makan menghampiri kedua orang tuanya yang sedang sarapan.
"sarapan dulu nak," Ningsih mengoleskan selai kedalam roti yang siap untuk diberikan sebagai sarapan Zahra
"gak bisa bu Zahra ada les pagi kan bentar lagi ujian, Zahra minum susu aja ya?," senyum ceria yang tak lupa disertai
" uhhh anak ayah, rajin sekali telat sedikit gapapa kan," Bayu yang kini tengah mengelus kepala Zahra.
"hehe sebentar lagi Zahra lulus sekolah, yah kan Zahra belajar dikit dikit nih, tentang desain di teman Zahra biar tau aja niatnya besok Zahra juga ingin mendesain untuk perusahaan, terlebih untuk perusahaan ayah, gak apa apa kan,?"
"iya sayang tapi ingat ya cita cita ayah, kamu harus jadi penulis yang sukses, dan terpapang dipapan besar, ZAHRA BIN BAYU ," teriak Bayu bahagia
"hahahahaha " tawa bahagia seisi rumah
***
"Ra ada lomba cipta karya tulis loh, tadi dikasih sama guru les," selembar kertas yang diberikan Tini berisikan lomba.
"iya nih disini ada lomba tulis ilmiah, puisi, cerpen, novel dll. kamu kan jago nih, kita dukung kok ya kan Tin," angguk Yeni, mereka bertiga adalah sahabat yang bagaikan pasir dimana mana selalu bersama.
" mm ayah pasti senang," angguk pelan Zahra.
"zar zar, lihat deh itu si kak Devan ganteng amat, dia lebih tua beberapa bulan loh ya jadi gapapa panggil kakak kan meskipun kelas kita sama" tini yang kini terpesona oleh Devan.
"eh lu naksir Ama si Devan?," sahut Yeni
"kalo iya emang kenapa?,"
"terus lu yakin gituh dia bakal demen ama lu,"
"Yee gini gini gua cantik banget kali, ngak kek elu, lihat kek skincare gua, sebulan itu gua ngabisin jutaan tau ngak, heish ," geram Tini
"eee gini gini gua cantik alami kali, banyak yang naksir gua aja yang kagak mau, yeeee," balas Yeni yang tak mau kalah.
"eee nakjis," olok Tini
" udah dah, seorang wanita itu harus, menundukkan pandangan terlebih pada lelaki yang bukan muhrim, dah ah pulang yuk," ceramah Zahra
"eh Btw, main ke taman yuk nanti habis pulang kangen jalan bareng nih," ajak Tini
"hmmh boleh tuh," sahut Yeni
"iya iya intinya sekarang kita pulang dulu,"
"iya,"
***
"assalamualaikum wr.wb ayah!!!, ayah mana yah, oh iya ayah pasti lagi kerja, bunda!!,"
"waalaikummusslm wr.wb, iya nak ko teriak riak,"
"bun bun coba lihat, ada lomba karya tulis nih, aku akan ikut dan harus menang, ayah pasti bangga,"
"mmm gak boleh itu serakah namanya, kita seharusnya berjuang dan selebihnya serahkan ke allah,"
"anak ayah pasti menang dong," tiba tiba suara Bayu terdengar dari balik pintu.
"ayaahh!!!," Zahra berlari memeluk ayahnya "kapan ayah datang,"
"belum lama kok sayang,"
Dreet dreet... suara dering Hp Zahra
Nita:" Zar tolong dong bantu aku kerjain tugas, susah nih aku tunggu di kafe xx ya"
"yah, aku mau bantu teman belajar, boleh ngak,?" Zahra menunjukkan Hp nya ke ayah.
" iya syg gak apa apa membantu sesama teman itu pahala ganjaran nya."
***
" hai" Lambai Nita yang menunjukkan keberadaan nya terhadap Zahra.
dreet, suara getaran HP Zahra Ada telepon dari Yeni.
"bentar yah Nit, aku angkat telepon dulu," izin Zahra
"iya silahkan,"
"iya halo Yen, ada apa?"
"kamu kemana?, udah nunggu nih, kita udah di taman," cerocos Yeni
"ah iya maaf aku lupa kasih tau, aku lagi sama Nita nih, dia minta tolong untuk belajar bareng, maaf yah aku ngak bisa datang," sesal Zahra
"yaelah disini aja Napa belajarnya,"
"aku bilang ke Nita dulu," izin zahra
"Nit belajar di taman yuk, aku di ajak Yeni sama Tini," imbuh Zahra
"mmmh gimana yah aku takut nanti terganggu,"
"iya juga sih, Yen maaf yah aku takut nanti terganggu,"
"hmmh iya deh padahal kita kangen banget,"
"mmh maaf,"
"iya deh iya."
setengah jam kemudian
"Nit aku ke toilet dulu bentar ya?,"
"eh iya iya,"
***
brakk, dunia yang cerah kini terasa gelap, nafas kini berantakan kaki yang berpijak sudah tak terasa.
"mh aku dimana yah, huuh kepalaku pusing, seingat ku tadi aku di kafe, eh aku pingsan ya,?" Zahra melihat sekeliling mencoba menjernihkan pikiran.
sebentar ini seperti sebuah kamar hotel, ada apa sebenarnya. batin Zahra bergejolak detak jantung tak beraturan.
"halo sayang kamu sudah bangun" Devan membelai pipi Zahra, duduk disamping nya, lelaki yang selalu mengandalkan kekayaan serta ketampanan nya. siapa lagi kalau bukan Devano Aditama
"astagfirullah, ada apa ini mengapa kau melakukan ini, dan hi-hijab ku, singkirkan syetan yang ada di tubuh mu!!" teriak Zahra yang sadar bahwa kini telah tanpa sehelai pakaian pun, melainkan hanya selimut yang membalutnya.
"sttt sayang kamu lupa ya bagaimana rasanya dipelukan ku saat kau pingsan tadi,"
plakk
tamparan keras dari Zahra
"cih berani kau menamparku, "
plakk plakk
dua kali tamparan mutlak lagi dari Zahra.
"ho ho berani ya," Devan yang kini mencium paksa Zahra, menggenggam tangan Zahra, dan memberi tanda disekujur tubuh Zahra.
"aaaaaa lepaskan aku, dasar laknat, engkau adalah makhluk dibenci allah, terkutuk kau" isak tangis Zahra. namun semua percuma Devan melakukan apapun sesuka hatinya menyetubuhi Zahra dua kali dihari yang sama, kesucian nya kini telah hilang.
beberapa jam kemudian
Zahra tengah duduk dipinggir kasur membaluti dirinya dengan selimut sambil mengisak tangis, meraih Hp nya menghubungi Nita, namun nihil, ia juga menghubungi Tini dan Yeni tapi Nihil.
" ayolah sayang menyerah saja semua sudah terjadi, sinyal disini sudah diblokir tenang saja Nita sudah mengizinkan mu kepada ayahmu tersayang bahwa kamu tidak pulang malam ini,"
Zahra membulatkan matanya terkejut "kamu, sebenarnya apa yang kamu inginkan hah dasar biadab akan kulaporkan kamu kepolisi, "
" ooh sayang, Nita gila harta disogok sedikit nurut, ayahmu karyawan dikantorku aku bisa saja memecatnya tanpa uang sedikitpun, keluargamu juga bisa tidak diterima kerja dimanapun, kau bahkan bisa keluar sekolah, apa sih yang tidak bisa ku lakukan ayahku adalah orang terkaya nomor tiga di Negara ini, Aditama hanya menyebut nama itu bahkan sudah lebih dari cukup untuk menghindari ku dari masalah"
deg
"a_apa yang kau mau,"
jadi Nita yang berkonspirasi dengan Devan untuk menjebak ku? oleh karena itu ia tidak ingin untuk aku ikut pergi bersama sahabtku meskipun dia ikut denganku. tapi, tapi kenapa dia bisa setenang itu?, Nita!!. Zahra terkejut karena niat baiknya malah terbalaskan kotoran dan hinaan dari teman nya sendiri
"aku hanya penasaran saja tapi besok aku akan bosan, terhadap wanita tertutup patuh dan masih perawan, hahaha aku bahkan kini tau rasanya," bangga dengan keberhasilan nya yang telah merenggut kesucian wanita
********, ya allah maafkan hamba maafkan hamba
Pada larutnya malam, Zahra berendam di kamar mandi mencoba menghilangkan aroma tubuh Devan di tubuhnya, mencoba menggosok tubuhnya kencang untuk menghilangkan tanda yang dibuat Devan namun apa daya, hasilnya malah semakin memerahkan tubuhnya, ia mencabik cabik dirinya, menangis merintih menyelasi dirinya yang ditipu daya oleh teman sekelasnya sendiri.
tok tok tok
"Zahra sayang, keluar makan dulu yuk nak, kamu belum makan dari tadi, kamu gapapa kan semenjak pulang kamu pucat loh nak" Ningsih yang kini telah merasa khawatir akan anaknya.
" iya bu, sebentar lagi Zahra keluar, ibu duluan saja Zahra mau pakai baju dulu,"
"apa yang harus aku katakan, apa yang harus kulakukan, kini aku harus apa?, oh ya Allah, sungguh berat cobaan ini, hamba tak tau harus berbuat apa, lalu apa kata orang tua ku bila ia mengetahui nya nanti, hamba begitu takut ya Allah, hamba benci dan geram pada lelaki bejat itu, hukum ia ya Allah hukum ia," Zahra terisak tangisnya dalam diam ia tak dapat membayangkan dirinya, bagaimana ia harus menghadapi ini semua, bagaimana jika ia menikah nanti lalu suaminya kecewa kepada dirinya yang kini telah ternodai, lelaki yang mengharapkan dirinya dalam keadaan suci namun kini kesucian itu telah di renggut oleh orang, orang lain yang begitu kejam yang tiada hatinya merenggut kesucian orang lain semaunya dan meremehkan seorang wanita sesuka hatinya, seolah olah itu hanyalah sebuah barang yang tiada artinya sama sekali.
***
Zahra berjalan perlahan menahan tangis nya, menggenggam pakaian didadanya, perkataan Devan selalu terngiang di telinganya. "A**yolah sayang kita bersenang senang, aku hanya penasaran kepadamu, selepas ini kamu akan ku lepas jadi tenang saja, udah impas kan kita sama sama menikmati nya,", ditambah lagi ingatannya tentang kasus Devan yang memukuli siswa se SMU nya hingga hampir patah salah satu anggota tubuhnya, tapi malah anak itulah yang mendapat masalah karena sampai melapor ke kantor polisi
cih, orang kaya seenak nya saja, berengsek $§\=<%^+'…$…&>$^,. maki Zahra dalam hati,
Baginya inilah pertama kalinya ia memaki seseorang sehingga begitu mengeluarkan kata kata kotor dan men ciptakan kerak kebencian yang ada di dalam hatinya, sehingga Devan termasuk daftar di dalam orang yang paling dibencinya.
***
" sayang kamu kenapa ko kamu lemas begitu," cemas Ningsih yang melihat anaknya begitu tak bertenaga
"gapapa ko bu, aku cuma kecapean aja, besok aku mau izin gak masuk sekolah, lusa aku seleksi lomba,"
bagaimana aku akan berselera dan bertenaga, sedangkan diriku saja telah gagal dalam menjaga sesuatu yang paling berharga dalam hidupku, pantas kah aku diberikan kepercayaan itu lagi Bu?, ingin sekali rasanya aku memeluk ibu dan menceraikan segalanya sekarang, aku sungguh sungguh mengharapkan seorang motifator sekarang ini. Batin Zahra berkecamuk.
" kamu yakin gapapa nak, kamu bisa lomba," ucap ibu sambil mengelus kepala Zahra dan meraba kendingnya yang memang terasa hangat.
" gapapa ra kalo kamu kurang sehat ayah tidak memaksa kamu," terang ayah yang kini mengelusnya.
"kamu tidak perlu memaksakan diri yah, kami mendukung kamu nak, ayah dan ibu percaya sama kamu, teruslah berjuang ya nak ya,"
yah hanya ini yang bisa kamu lakukan Zahra, kamu harus membanggakan orang tuamu untuk menebus kesalahan mu percayalah bahwa orang tuamu mendukung mu Zahra, kamu pasti bisa! ya yakinlah kamu pasti bisa. Zahra yang kini menggenggam ujung kerudungnya untuk pertahanannya, sudah terbendung banyak di matanya air mata yang sudah hendak mengalir banyak.
"hmmh hah, terimakasih banyak ayah ibu Zahra sayang sama ibu dan ayah," pecahlah sudah tangisan Zahra di hadapan ayah dan ibunya.
"sudahlah nak sudah, mengapa kamu harus menangis, diamkan jangan menangis ya sayang ya," cemas Ningsih yang kini memeluk Zahra dan mengelus Elus punggung Zahra.
"haha kenapa anak ayah ini menangis ha?, siapa yang mengganggumu, katakan pada ayah biar ayah yang memarahinya," Bayu telah berlaga seperti super Hero untuk anaknya sembari berkacak pinggang di depan Zahra.
"hehe ayah..," Zahra pun memeluk erat sang ayah yang kembali memecahkan tangisnya.
"haha sudahlah nak, menangis lah, dengan menangis bukan berarti kau semakin lemah justru kau akan semakin kuat karena mengeluh lah yang memperkeruh keadaan, sedangkan perjuangan lah yang membuat keadaan itu semakin membaik," Bayu membelai lembut kepala anaknya itu.
yah ayah seandainya, seandainya saja aku bisa memberitahukan nya kepada ayah. Geram Zahra dalam hatinya yang tak dapat memberi tahukan apa pun pada ayah dan ibunya.
***
*satu hari berlalu
disekolah*
plakk
tampar Zahra ke wajah Nita
"Za_Zahra, "
"enyah kau dari kehidupan ku, jika aku tidak memandang ibu mu yang kesusahan hanya bermodal jadi penjahit, aku sudah mengancam mu untuk pergi kekantor polisi, enyah kau dari hadapanku atau aku akan membunuh mu lalu membunuh diriku sendiri, tidak akan ada yang bisa mencegah ku sekalipun keluarga Aditama ngerti!, "
Cengkraman Zahra dari kerah pakaian Nita yang kini telah berpindah kerambut Nita yang tak dibalut hijab tersebut, dan pelan pelan melepasnya.
"ingat karma Allah itu begitu menyakitkan, bahkan seribu kali lebih menyakitkan daripada perbuatan manusia, camkan itu!!,"
lalu dari arah belakang Zahra Yeni datang menghampiri Zahra
"Ra seleksinya mau dimulai tuh, ibuk guru kepala sekolah memanggil," Yeni datang dari belakang menarik tangan sahabatnya itu.
***
sebulan berlalu
seleksi demi seleksi Zahra lewati dan lolos, kini seleksi terakhir, Ningsih dan Bayu kini tengah menunggu Zahra keluar dari ruangan seleksi berharap penuh dengan keberhasilan anaknya.
Kini Bayu dapat melihat anaknya yang berlari pelan ke arahnya dengan senyuman ceria bagaikan mentari.
Sudah lama Bayu merasa senyuman itu hilang dan baru kembali.
"ayaahhhhhhhhhh, ibuuuuuuuuuuu," peluk Zahra pada kedua orang tuannya.
"lihat Zahra lolos seleksi lagi kini yang ke sepuluh besar, minggu depan babak final,"
"uhhh anak ibu,"
"anak ayah juga buu,"
" nak kamu yakin bisa meneruskan lomba, dua minggu lagi kamu harus ujian kelulusan loh sayang," Ningsih mengelus pelan kepala anaknya
"gapapa ko ibunda ratuu, Zahra akan berjuang sebisa mungkin, dan menunjukkan pada dunia Zahra Bin Bayu penulis terkenal dengan sejuta pengalaman," Zahra memperagakan bagaimana gaya orang yang sudah sukses.
Tiba tiba pandangan Zahra buyar, ia sadar sudah beberapa minggu ini ia sering merasa tidak enak badan, pusing serta muntah muntah, mungkin hanya kecapaian pikirnya
Brakk
"Zahra bangun nak," Zahra yang pingsan kini tengah dibopong menuju kerumah sakit.
***
"aku dimana bu?" Zahra terheran yang menemukan dirinya terbaring di sebuah kasur kecil.
"kamu pingsan nak,"
Dokter pun datang untuk memeriksa Zahra kembali,.
"Bagaimana, Dokter?," tanya Bayu cemas.
"oh tidak apa apa dia hanya kelelahan, di usia kehamilan nya yang masih muda, jadi itu wajar,"
deg
"Hamil!!!!,"
Bayu dan Ningsih menatap tajam Zahra, Zahra kini ketakutan menggenggam selimut yang ada ditubuhnya.
"mungkin Dokter salah, anak saya tidak mungkin hmmmh, coba periksa sekali lagi," Budi masih berusaha untuk meyakinkan dirinya, meskipun mungkin ini adalah pertahanan yang terakhirnya
"tapi sepertinya benar begitu, bahkan diperkirakan putri anda sudah hamil sekitar satu bulan, ini hasil USG nya," Dokter tersebut memberi hasil USG kepada Bayu dengan rasa penuh kebingungan dan rasa bersalah karena ia merasa seharusnya hal ini ia beritahukan secara pribadi, namun apa lah daya kini nasi sudah menjadi bubur.
" baik Dok terima kasih banyak, Zahra ayok pulang!, ayah mau bicara!," tegas Bayu yang sudah geram karena tak tahan menahan amarahnya yang kini telah bergejolak
"a_ayah " Zahra penuh dengan rasa ketakutan di dalam dirinya, bertanya tanya harus apakah ia sekarang? apa yang harus ia katakan?.
aku mohon, aku butuh dukungan ayah, tetaplah percaya padaku itu yang ayah katakan, ayah bilang ayah akan mendukungku selalu. Zahra menunduk ingin sekali rasanya mengeluarkan kata kata nya itu namun ia sungguh tak kuasa.
***
plakk
Tamparan dari Bayu terhadap Zahra yang kini hanya bisa berlutut menggenggam rok nya, sambil terisak tangis. Ingin ia membantah namun ia tau ia salah, ingin rasanya ia membela namun tak ada sesuatu yang pantas untuk di bela oleh nya.
"ayah percayalah aku diperkosa ayah, aku tidak pernah sengaja melakukannya, " suara Zahra keluar dengan gemetaran dari tubuhnya.
"dasar pembohong, lelaki mana yang akan tertarik pada wanita jika tidak wanita duluan yang menggodanya, bahkan kamu sampai hamil satu bulan! dan kamu masih merahasiakannya?," Bayu sungguh sungguh masih tak percaya dengan situasi yang sedang terjadi ini
"ta tapi a ayah,"
plakk
aku berkata jujur ayah, aku berkata jujur. ingin rasanya Zahra berteriak namun untuk men Isak tangisnya saja ia tak berani pada saat ini.
Zahra yang berusaha menjelaskan, namun tiada guna.
"cukup mas,cukup biar aku yang bicara," Ningsih yang kini mencoba melindungi Zahra dari kemarahan Bayu, yang selama ini tidak pernah menyentuh Zahra sedikit pun dengan kekerasan. Ningsih memeluk Zahra membawa nya kekamar.
"ajarkan anak mu itu cara menjadi wanita yang benar, cih dia bahkan sekarang sudah bukan seorang wanita yang dihormati, mulai sekarang dia bukan anak ku," Bayu berkacak pinggang, mengacak rambutnya berusaha menyadarkan diri nya dari mimpi buruk yang kini di anggap nya.
"aaaaargggghhhhh," geram Bayu mencengkeram kerah dada nya sendiri
deg
tangis Zahra menjadi jadi
***
"kamu ini kenapa hah, apa yang kamu lakukan, beritahu ibu biar ibu laporkan dia," sesampainya di kamar Ningsih langsung melontarkan pertanyaan membutuhkan penjelasan dari Zahra, berharap bahwa Zahra dapat berkata jujur padanya
"tidak bu, ibu tidak bisa," Zahra masih mendengar suara ancaman dari Devan
"kamu sudah gila nak, nak dengarkan ibu, ibu mendukung mu, ibu tidak menyuruhmu menggugurkan anak ini ibu hanya ingin tau siapa pelakunya," jelas Ningsih berharap Zahra akan membuka mulutnya
Zahra memilih diam karena ia tau apa yang akan terjadi jika ibunya sampai melapor kekantor polisi.
"kau!, ibu tak percaya, sembunyikan kehamilan mu, ibu malu, ibu akan pura pura hamil, saat anak itu lahir ibu akan mengakuinya sebagai anak ibu,"
"te terima kasih bu,"
plakk
"ibu kecewa padamu Zahra, ibu kecewa!!," Ningsih kini yang telah dihujani air mata menggenggam dadanya tak percaya, ia pun pergi berlalu meninggalkan Zahra sendirian di kamarnya, meratapi nasib dan kesalahannya itu.
***
satu minggu berlalu
Zahra yang meratapi dirinya karena kini ayah dan ibunya yang kini sudah tidak memperdulikannya lagi, tidak memberinya semangat dan motivasi untuk hidup lagi, untuk bangun dari segala keterpurukan ini.
"woyy ngelamun ae, kenapa sih ah," Yeni yang mengejutkan Zahra dari lamunannya
"iya nih, galau mulu, kaya orang pacaran aja, percaya gak sih dia deket sama cowok hahahaha gak kali ya," Tini yang ikut menyahut dengan mencemooh Zahra sebagai hiburan untuk sahabatnya tersebut.
Zahra tersadar dari lamunannya, iya tersenyum dengan melihat tingkah kedua sahabatnya ini, ya hanya merekalah yang kini menjadi semangat Zahra, yang selalu setia berada di sisi Zahra, sampai kapanpun juga akan berusaha untuk mensupport Zahra , namun disisi lain Zahra juga merasa khawatir akan kah sahabatnya itu dapat memahaminya bila telah mengetahui segalanya?.
"gimana hasil lombanya ra," Yeni penasaran dengan keberhasilan sahabatnya itu, ia percaya bahwa sahabatnya lah yang terhebat.
"jam 4 sore ini kumpul ke taman xx untuk pengumuman," jawab Zahra dengan senyuman tulus untuk para sahabat nya itu, secara tidak langsung ia mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada para sahabat konyolnya yang selalu setia kepadanya
"woiihhh keren nih, nanti kita temenin yah," seru Tini yang kini bersenang hati untuk sahabatnya sekalian mengharapkan jalan jalan setelahnya.
"iya iya bawel," tawa Zahra yang mengiringi kegirangan sahabatnya.
***
Kini tibalah saat dimana yang ditunggu tunggu oleh Zahra, sahabat dan para kontestan yang lainnya.
"baiklah kini adalah pengumuman yang ditunggu tunggu oleh para peserta sekalian, apakah penasaran?!!, " teriak MC dari atas panggung yang disambut sorakan meriah dari para tamu serta hadirin.
"baiklah aku akan mulai mengumumkan para sang juara lomba karya tulis ilmiah di tahun ini, mari tepuk tangan terlebih dahulu untuk para peserta yang telah ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini," ucapan MC itu disambut dengan tepuk tangan yang meriah dari para penonton dan peserta yang hadir disana
"juara tiga lomba karya tulis ilmiah serta presentasi nya dimenangkan oleh.... Putra dari SMU xx
juara dua diraih oleh....Sandi dari SMU xx," imbuh sang MC
"wah itu dari SMU kita ra pintar juga tuh anak kalo gak salah dia anak IPS deh," heboh Yeni yang mengenal anak tersebut, sedangkan Zahra menggenggam tangan, memejamkan mata dan berdoa.
"tenang ra lo juaranya ko meskipun.." Tini yang berusaha menenangkan Zahra sahabatnya
"dan juara pertama adalah Zahra dari SMU xx," lanjut Mc mengumumkan
" Ra itu lo ra, itu lo, lo menang ra,"
"iya itu lo barusan aja gua mau bilang, meskipun lo kalah lo tetap menang dihati kita ra, dan gak nyangka lo beneran menang, ini tingkat nasional loh ra, dan bla bla bla bla," oceh Tini panjang lebar tak percaya, terlebih dengan hadiah nya yang lumayan besar.
Zahra yang digoncang kan tubuhnya oleh teman temannya, tak percaya, menangis haru bersujud, dan berharap kasih sayang orang tuanya kembali setelah mengetahui nya.
"ra traktiran ditunggu ya,"
"iya besok libur aku traktir okeh,"
"okeh,"
***
"ayah ibu lihat Zahra dapat juara satu karya tulis ilmiah, bahkan proposal Zahra akan dipertimbangkan oleh perusahaan xx,"
KREEK
suara piagam juara satu Zahra yang kini dirobek Bayu serta piala dari kaca yang di lempar Bayu hingga pecah
"a ayah," hancur sudah hati Zahra, bagaikan senja tertutup malam.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!