NovelToon NovelToon

Mengejar Cinta Suami

bab 1

Siti,gadis berusia 26 tahun yang masih asik menyendiri. Di usia itu,dia belum ingin menikah karena masih ingin membiayai satu adiknya,Seno. Dia juga ingin menikah tanpa pacaran karena tidak ingin merasakan patah hati. Dia dan adiknya adalah yatim piatu sejak Siti berusia sepuluh tahun dan adiknya yang berusia satu tahun. Sejak itu,dia dan adiknya tinggal bersama nenek mereka. Sayangnya usia nenek pun tidak panjang,saat Siti baru saja lulus sekolah menengah pertama,nenek menyusul kedua orang tuanya.

Sejak itu Siti tidak bisa melanjutkan pendidikan nya. Dia ikut bantu-bantu di rumah tetangga hanya untuk bisa makan sehari-hari.

Siti datang ke kota tinggal bersama paman nya yang adalah adik dari ayahnya. Berharap dapat kehidupan yang lebih layak. Dia terpaksa meninggalkan adik semata wayang nya di desa yang sekarang telah duduk di bangku sekolah menengah atas. Masih beruntung ada rumah sangat sederhana peninggalan kakek dan nenek nya dulu yang bisa di tinggalin oleh adiknya itu. Siti ingin adik nya terus bersekolah agar nasib nya kelak bisa lebih baik.

Paman dan bibi nya itu memiliki warung makan yang terletak di samping rumah. Siti bertugas melayani pembeli yang datang untuk makan atau pun hanya sekadar nonkrong.

Sudah hampir satu bulan Siti ikut kerja di warung paman nya itu. Dia berharap bisa segera mengirimkan uang untuk keperluan adik nya di desa.

"Ayo Siti cepat,kamu lambat sekali sih!" Teriak bibi Reni,istri dari paman nya Supri.

"Iya bi sebentar!" Jawab Siti. Lambat sedikit saja bisa habis Siti di omelin bi Reni bahkan di depan pembeli sakalipun. Tapi demi adik semata wayang nya,dia sekuat hati menahan diri.

"Mana? Lambat sekali sih pantas saja tidak ada yang mau sama kamu,huuhh!" Bentak bi Reni.

"Maaf bi. . .!" Kata yang selalu bahkan harus dia ucapkan setiap menit agar bibi nya tidak makin marah. Alasan apapun tidak akan di benarkan oleh bibi nya itu.

"Mbak,mana pesanan saya?"Tanya pembeli.

"Punya saya dari tadi kok tidak datang-datang ya!"

Selalu seperti itu setiap hari. Memasak sampai melayani pembeli harus Siti kerjakan hingga kadang dia bingung mana yang harus lebih dulu dia kerjakan. Kalau masakan nya sampai gosong,dia tidak akan dapat jatah makan siang dan malam.

Hari ini beruntung Siti tetap bisa dapat jatah makan siang dan malam karena pembeli tidak sebanyak hari biasa nya di karena kan hampir seharian hujan jadi orang-orang lebih memilih di rumah saja.

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam tapi bibi nya belum mau menutup warung nya karena pendapatan belum sesuai yang dia inginkan.

"Kamu makan nya nanti saja,Siti! Tuh sama sayur yang di panci itu saja karena itu sayur yang kemarin sudah tidak bisa buat besok!" Titah bibi nya.

Walau pun makan dengan sayur yang hampir basi,Siti tetap bersyukur asalkan perutnya terisi dan dia tetap bisa bekerja.

Karena jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam sedangkan sebelum subuh Siti sudah harus bangun lagi,akhirnya paman menyuruh Siti menutup warung nya. Setelah menutup warung,Siti makan malam lalu menghangatkan sisa sayur yang masih bisa untuk di jual lagi besok. Mencuci piring dan perabotan serta membersihkan isi warung.

Pukul duabelas malam Siti baru selesai dengan pekerjaan nya. Dia bergegas tidur. Tidur pun hanya beralaskan tikar di ruang tengah tempat anak-anak pamannya biasa menonton tv. Jika sudah malam,anak-anak paman akan tidur di kamar masing-masing jadi hanya Siti yang tidur di sana. Karena merasakan kelelahan,Siti dengan mudah terlelap,tidak lupa mengatur alarm agar dia tidak kesiangan.

Pukul empat pagi Siti bangun langsung menghangatkan lagi sayur sisa semalam agar tidak basi sedangkan paman dan bibi nya belanja ke pasar. Sebelum paman dan bibi pulang dari pasar,warung sudah harus siap dan juga sarapan untuk keluarga paman.

"Siti mana sarapan kita!" Teriak Radit,anak paman yang sulung yang seusia dengan adik nya Siti yang bernama Seno.

"Iya ini sarapan nya" Siti dengan terburu-buru membawa dua piring nasi goreng ke meja makan ntuk anak-anaknya paman.

"Huhh,lambat sekali kamu Siti!" Bentak Radit.

"Mas Radit jangan begitu! Panggil mbak Siti bukan Siti!" Rania,adik nya Radit yang masih sekolah menengah pertama.

"Sama saja Siti ya Siti!" Ucap nya ketus.

"Dasar tidak sopan!" Protes Rania.

"Diam kamu,anak kecil!" Bentak Radit.

"Ada apa ini ribut-ribut?" Bi Reni tiba-tiba sudah ada di antara mereka.

"Siti nih ma,lama bikin sarapan nya,Radit kan bisa telat ke sekolah! Sengaja dia tuh!" Radit menghasut mama nya.

"Dasar kamu Siti! Kamu senang ya kalau Radit tidak bisa sekolah karena telat!"

"Maaf bi,tadi saya. . ."

"Sudah diam! Banyak sekali alasan kamu!"

"Mama,mbak Siti sudah cepat kok bikin sarapan nya. Mas Radit saja yang tidak sabaran!" Rania mencoba membela Siti.

"Kamu itu ! Saudara kamu mas Radit apa si Siti hah?" Bibi tidak terima putri nya membela Siti.

"Mbak Siti juga saudara kita ma! Kan keponakan papa!" Terang Rania.

"Anak kecil tahu apa kamu! Sudah makan sana!"

"Kalian ini pagi-pagi sudah ribut!" Paman Supri ikut menimpali.

"Keponakan papa itu tuh yang salah! Sudah di kasih tumpangan,kerjaan,masih tidak tahu diri!" Ucap bibi sinis.

"Sudah sudah tidak usah ribut terus. Siti ayo kamu mulai masak untuk warung!" Titah paman Supri. Siti mengangguk lalu pergi ke dapur untuk masak masakan warung.

Hari sudah lumayan siang. Para pembeli mulai ramai dari yang makan di tempat sampai yang di bawa pulang. Jam-jam sibuk Siti hingga untuk sekadar minum pun dia tidak ada waktu.

"Mbak Siti sudah menikah belum?" Tanya seorang pembeli saat sedang di antarkan pesanan nya oleh Siti. Pak Agus,duda beranak tiga yang punya bengkel motor.

"Silahkan di makan pak!" Bukan nya menjawab pertanyaan pak Agus,Siti malah langsung pergi membuat pak Agus jadi tersinggung.

Siti kembali sibuk melayani pembeli yang lain sambil sesekali mengecek masakan nya.

"Siti,kamu ini jadi orang kok sombong sekali sih! Kalau orang tanya itu di jawab! Pelayan warung saja sombong kamu,bagaimana kalau jadi istri direktur kamu? Hah tidak mungkin itu!" Bi Reni tiba-tiba masuk ke dapur sambil berkata sinis.

"Maksud bibi di tanya siapa ya?" Siti belum mengerti. Yang ada dalam pikiran nya hanya melayani pembeli,masak dengan benar. Hanya itu saja.

"Pura-pura lagi kamu! Awas ya kalau pak Agus tidak mau makan lagi di sini gara-gara tersinggung sama kamu!" Ancam bi Reni.

"Pak Agus mana bi? Saya tidak hapal nama pembeli!" Tanya Siti polos.

"Yah itu karena kamu sombong tidak mau bergaul! Mulai sekarang kamu harus tahu siapa-siapa orang yang datang ke warung saya! Mengerti kamu!" Ancam bi Reni lagi.

"I, iya bi!" Siti menunduk.

Masa harus bertanya siapa nama nya pada setiap pembeli? Batin Siti. Siti kembali sibuk. Sampai tidak terasa hari sudah mulai malam.

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih tapi pembeli yang hanya memesan teh,kopi masih belum mau beranjak pergi. Perut Siti sudah sangat lapar,tapi warung tidak bisa di tinggal. Paman sedang asik ngobrol sedang kan bibi sedang sibuk menghitung uang jadi dia tidak boleh di ganggu.

Pukul satu dini hari,Siti baru bisa terlelap. Pekerjaan nya sangat berat dan hampir tidak ada waktu untuk nya beristirahat. Tapi demi adik dan berharap kehidupan yang lebih layak kelak,terpaksa Siti harus mau menuruti semua perintah bibi nya. Sementara paman nya hanya menurut saja apa yang di katakan istri nya itu.

N E X T

bab 2

Hari sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Siti sudah mulai membersihkan warung. Tiba-tiba Siti di kaget kan oleh seseorang yang datang ke warung saat hanya tinggal dia sendiri. Sementata paman dan bibi sudah di dalam rumah.

"Ehhmm!"

"Eh. . . Bapak? Ma maaf warung nya sudah mau di tutup!" Ucap Siti gugup. Dia sedikit mundur melibat gelagat bapak-bapak itu yang tidak baik. Melangkah ke arah Siti dengan senyum menyeringai seolah ingin menyantap mangsa di depan nya.

"Dik Siti,jangan panggil saya bapak donk! Panggil saya mas! Mas Agus! Saya loh masih muda walau sudah punya anak!" Pak Agus,duda beranak dua yang selalu menggoda Siti setiap kali makan di warung dan karena nya pula Siti jadi sering di marahi oleh bibi nya. Dia tetap melangkah maju dengan senyum devil nya. Sesekali menyeka wajah dengan tangan nya saat menatap Siti dari ujung kaki sampai ujung rambut.

"Stop pak! Bapak jangan maju lagi,di sini tidak boleh di masuki pembeli!" Ancam Siti demi menutupi ketakutan nya. "Paman Supri . .!" Teriak nya.

"Saya kesini bukan untuk membeli,dik Siti! Saya khusus datang untuk menemani dik Siti. Bahkan bisa menemani dik Siti jika sudah selesai di warung!" Masih menyeringai dan mengedipkan mata nya.

Dengan spontan Siti mengambil gagang sapu. Di arahkan nya ke arah pak Agus. " Stop,saya bilang!"

"Loh kok sudah main sapu-sapuan dik Siti?" Ucap nya menggoda bukan malah takut dengan ancaman Siti. Dia makin maju hingga jarak mereka hanya terpaut satu meter saja.

Siti mundur dengan cepat tapi sayang,dia sudah bersandar di dinding,tidak bisa lagi mundur ataupun lari." Pergi. . .!" Teriak nya histeris.

"Hehhehe. Jangan teriak-teriak donk dik Siti nanti orang datang,mengganggu kita saja toh! Lagipula sudah malam,orang-orang sudah pada tidur! Lebih baik kita juga segera pergi tidur,yuk!" Ucap pak Agus yang membuat Siti makin ketakutan.

"Pergi atau saya pukul!" Ancam Siti lagi. Dia makin kalut melihat pak Agus yang sama sekali tidak takut dengan ancaman nya.

Satu kali lagi pak Agus melangkah,jarak mereka hanya tinggal setengah meter lagi. Siti spontan melayangkan gagang sapu ke lengan pak Agus berkali-kali. Buk! Buk! Buukk!

"Aww!" Teriak pak Agus. Dia ingin merebut gagang sapu dari tangan Siti. Mereka rebut-rebutan tapi apalah daya tenaga seorang Siti yang dari postur tubuh saja sudah kalah belum lagi Siti yang tengah mengantuk dan kelelahan. Akhir nya pak Agus berhasil merebut gagang sapu dari tangan Siti. "Kurang ajar kamu ya!" Bentak nya lalu melempar gagang sapu ke sembarang tempat.

"Pergi!" Teriak Siti. Dia mulai menangis.

"Hehehee. Saya akan pergi tapi sama kamu dik Siti! Kamu harus membayar mahal karena sudah berani memukul saya!" Ancam nya makin menakutkan.

"Paman! Pamaann! " Teriak Siti sambil melembar barang-barang yang ada di warung. Dia terus berteriak memanggil paman nya.

Tiba-tiba pintu penghubung antara warung dan rumah terbuka. Rania muncul di balik pintu.

"Mbak Siti!" Panggil Rania. Dia kaget melihat warung yang berantakan. Antara Rania dan Siti ada Agus di tengah-tengah mereka.

"Tolong mbak,Rania! Orang ini mau berbuat jahat sama mbak!" Teriak Siti sambil sesenggukan.

"Papa! Mama!" Rania berteriak memanggil kedua orang tua nya.

"Diam kamu anak kecil! Pergi sana!" Bentak pak Agus tidak senang dengan kehadiran Rania.

Tak lama datang bibi Rena dan paman Supri.

"Ada apa ini? Siti kamu apakan warung saya?" Bentak bi Rena.

"Iyah mbak Rena,Siti yang merusak semua barang-barang di sini!" Ucap Agus berusaha menghasut bi Rena.

"Bapak ini mau berbuat jahat sama mbak Siti,pa,ma!" Rania mengadu.

"Bohong! Apa bukti nya! Anak kecil sudah pintar bohong!" Bentak pak Agus.

"Jangan bentak putri saya! Dia tidak pernah berbohong!" Paman Supri tidak terima putri nya di bentak.

"Paman,tolong saya!" Siti menghiba.

"Hey,Siti kamu jangan pura-pura!" Bentak pak Agus.

"Sudah diam semua! Siti,kamu apakan warung saya heehh!" Bi Rena marah-marah melihat seisi warung yang sudah kacau karena ada beberapa piring dan gelas pecah di lantai.

"Bi,Siti. . ."

"Siti mau mencelakai saya!" Pak Agus memotong ucapan Siti.

Bi Rena langsung berjalan ke arah Siti lalu menjambak rambut nya yang tertutup hijab.

"Kamu sok suci,Siti!" Mendorong tubuh Siti hingga tersungkur di lantai.

"Ma. . .!" Ucap paman dan Rania hampir bersamaan. Paman Supri mendekati Siti dan mengajaknya berdiri." Kamu apa-apaan sih ma?" Bentak paman pada bi Rena.

"Papa,kok malah bentak mama? Lihat ulah keponakan papa yang tidak tahu diri ini! Warung kita jadi hancur!" Bi Rena makin emosi.

"Maafkan Siti bi. . . Siti hanya ingin membela diri. Bapak itu tadi mau memperkosa saya!" Siti masih sesenggukan.

"Apa? Percaya diri sekali kamu heh! Ngaca! Mana sudi saya!" Ucap pak Agus membela diri.

"Lalu untuk apa pak Agus datang ke warung kami malam-malam begini?" Tanya paman menyelidik. Dia memang kurang suka terhadap pak Agus tapi tidak mengira kalau akan berbuat nekad pada keponakan nya.

"Sa saya hanya lewat tadi. Ehh keponakan pak Supri ini manggil-manggil saya katanya minta di temani beres-beres warung karena takut sendirian. Eh terus dia genit-genit sama saya!" Pak Agus bersilat lidah.

"Tidak! Itu tidak benar,paman! Dia datang sendiri tiba-tiba dan hendak memperkosa saya!" Siti berusaha membela diri. " Paman tahu saya sudah biasa sendirian malam-malam di warung kan!"

"Kamu jangan memfitnah saya Siti! Kamu orang baru di sini tidak akan ada yang percaya sama kamu! Lihat saja apa pakaian nya sudah robek? Mana bukti saya mau memperkosa hehh?!"

"Sudah cukup! Saya tidak mau tahu pokoknya saya minta ganti semua barang-barang saya yang sudah hancur ini!" Teriak bi Rena.

"Minta ganti sama ponakan kalian yang tidak tahu diri ini. Sudah di temani malah memfitnah saya!" Ucap pak Agus.

Siti masih sesenggukan." Saya akan ganti bi. . ." Ucap nya pelan.

"Ganti pakai apa heh? Besok kamu gajian kan,itu untuk mengganti semua barang yang sudah kamu pecahkan!" Ucap bi Rena.

"Tapi bagaimana dengan Seno bi. Dia pasti butuh uang itu! Saya mohon jangan semua bi. . ." Siti memohon sambil memegang tangan bibi nya.

Bi Rena langsung menepiskan tangan Siti. "Lepas kan tangan saya! Saya tidak mau tahu soal adik kamu! Kamu sudah buat saya rugi,tahu!" Bentaknya.

"Ma. . ." Paman hendak bicara tapi langsung di potong oleh bi Rena.

"Sudah pa! Saya capek! Bersihkan warung saya ,Siti!" Bentak bibi lagi sambil mendorong Siti hingga hampir saja jatuh lagi di lantai.

"Kamu,pergi dari warung kami pak Agus!" Titah paman.

"Awas kalian ya! Terutama kamu Siti! Urusan kita belum selesai!" Ancam pak Agus lalu meninggalkan warung sambil membanting pintu.

"Kamu tidak apa-apa kan Siti? Kamu yang sabar ya! Soal Seno biar paman bicara sama bibi kamu!" Hibur paman.

"Iya paman,terimakasih!" Sambil mengusap sisa air mata nya. Setidak nya kehormatan nya masih terjaga. Batin Siti. Siti mulai membersihkan pecahan barang-barang di warung.

"Saya bantu ya mbak!" Rania menawari.

"Terimakasih Rania,kamu sudah menolong mbak!" Ucap Siti.

Rania lalu memeluk Siti." Iya mbak! Mbak jangan sedih lagi ya!" Hibur nya.

"Kamu tidur saja,Rania! Besok kamu kan mau sekolah!"

"Saya bantu mbak dulu!" Tolak nya.

"Tapi ini sudah larut,Rania nanti kamu kesiangan sekolah!"

"Rania kunci dulu warung nya mbak!" Rania berjalan ke pintu warung lalu menguncinya. "Lain kali kunci dulu pintu nya mbak!" Pesan Rania.

"Tadi mbak mau nyapu di luar pintu jadi belum sempat mbak kunci,Rania!"

"Iya mbak,lain kali lebih hati-hati! Pak Agus seperti nya dendam sama mbak!"

"Kamu juga harus lebih hati-hati ya! Dia pasti kesal karena kamu datang dan menggagalkan niat jahat dia!"

"Iya benar yang mbak bilang! Kita saling jaga ya mbak!"

N E X T

bab 3

Seperti biasa setiap hari Siti selalu sibuk di warung. Hari ini Siti lebih waspada takut pak Agus datang lagi membuat keributan di warung. Warung tidak seramai kemarin. Pak Agus pun sampai siang tidak terlihat batang hidung nya padahal setiap hari selalu datang dari jam sembilan pagi sampai sore,lalu malam datang lagi hanya untuk makan dan minum kopi seperti tidak mempunyai pekerjaan saja.

"Siti,Seno ingin bicara sama kamu!" Paman Supri datang ke warung menyerahkan handphone nya kepada Siti.

"Seno,paman?" Tanya Siti kaget. Ada apa adik nya itu menelepon. Siti bertanya pada diri sendiri.

"Halo Seno!" Sapa Siti pada adiknya.

"Mbak Siti?" Tanya Seno.

"Iya ini mbak,Seno! Kamu baik-baik saja kan?" Tanya Siti cemas.

"Seno baik mbak! Mbak juga baik kan?"

"Alhamdulillah,mbak baik juga. Bagaimana sekolah kamu?"

"Mbak,Seno belum bayaran sudah tiga bulan,seminggu lagi ujian kenaikan kelas. Uang Seno juga habis yang untuk makan mbak! Ini masih ada beras dua kilo sama gula saja."

Siti merasa sakit di dada nya. Kasihan Seno. Batin Siti. "Mbak usahakan uang nya. Kamu sabar sebentar ya! Kamu tidak bisa jual kelapa yang ada di belakang rumah?"

"Kelapa nya habis mbak. Waktu itu masih ada beberapa buah tapi tiba-tiba sudah tidak ada lagi. Mungkin ada yang ambil,Seno tidak tahu mbak." Ucap Seno sedih.

Siti pun makin sedih mendengar cerita adik semata wayang nya itu. "Ya sudah,kamu tunggu ya Seno! Mbak akan kirim secepatnya!" Janji Siti. Walau dia sendiri ragu kapan bisa mengirimi adik nya itu uang.

"Iya mbak. Sudah dulu ya mbak tidak enak menumpang telepon terlalu lama!" Pamit Seno.

"Iya,Seno. Kamu jaga diri ya!" Pesan Siti.

"Mbak Siti juga jaga diri!"

"Assalammualaikum. . ."

"Wa alaikumsalam. . ."

Telepon pun terputus.

"Ini paman,handphone nya! Terimakasih!" Ucap Siti lalu menyerahkan handphone milik paman nya itu.

"Bagaimana,apa kata Seno?" Tanya paman Supri.

"Paman,Seno belum bayaran sekolah sudah tiga bulan. . ." Jawab Siti sedih.

"Berapa bayaran nya sebulan?" Tanya paman lagi.

"Sebulan empat puluh jadi total seratus dua puluh ribu,paman! Uang untuk makan juga sudah habis!"

"Hmm,paman usahakan minta sama bibi kamu ya!" Janji paman.

"Sungguh paman? Terimakasih banyak paman!" Siti terharu lalu mencium tangan paman nya itu.

"Kalian dari tadi ngobrol saja! Siti!" Bentak bibi yang tiba-tiba datang.

"Tadi si Seno menelepon Siti,ma!" Terang paman.

"Ah saya tidak peduli! Siti ayo kerja lagi! Hutang kamu masih banyak!" Bentak bibi lagi.

Siti bergegas kembali ke dapur.

"Hutang apa sih ma si Siti?" Tanya paman pada bibi.

"Papa lupa ya keponakan papa itu sudah merusak warung mama? Pecah semua piring mama!" Jawab bibi ketus.

"Piring hanya beberapa yang pecah ma! Siti sudah lebih satu bulan kerja di sini,sudah wakti nya dia gajian ma!" Terang paman.

"Siapa bilang hanya beberapa? Jangan mentang-mentang dia keponakan papa lalu papa belain terus!"

"Papa tidak belain ma! Papa lihat sendiri piring hanya beberapa yang pecah. Masa hutang nya jadi banyak? Ingat ma,Siti yang capek di warung ini!"

"Oohh maksud papa apa?" Bibi emosi.

"Berikan gaji Siti ma! Kalau tidak,Siti papa suruh pulang biar mama sendirian di warung!" Ancam paman.

"Oohh papa mengancam mama ya! Papa sediri tidak kerja apa-apa?" Bibi makin emosi.

"Papa kan narik gojek ma! Mana bisa jaga warung juga! Uang nya juga papa kasih mama semua!"

"Gojek hanya dapet dikit saja sombong kamu pa!"

"Mana gaji Siti ma! Si Seno butuh!" Paman memaksa.

"Huuhh! Iya nanti saya kasih!" Jawab bibi.

"Sekarang ma! Papa mau kirim siang ini juga!" Paman terus memaksa. Dia sudah kesal dengan tingkah istri nya itu.

"Papa ini!" Berlari ke kamar lalu di susul oleh paman.

"Mana ma?"

"Niihh!" Melemparkan uang di kasur.

"Tidak sopan sekali kamu sama suami ma!" Bentak paman. Di hitungnya uang pemberian bibi Rena.

"Masa hanya tiga ratus ma?" Paman protes.

"Lalu mau papa berapa?"

"Gaji Siti satu bulan ma!"

"Gaji Siti satu bulan itu empat ratus di potong seratus buat ganti piring pecah!" Jawab bibi ketus.

"Empat ratus satu bulan ma?" Paman kaget.

"Mau papa berapa? Satu juta?"

"Sudah kalau begitu,Siti saya suruh kerja sama bu Dokter saja,di sana gaji nya sembilan ratus. Jauh sekali!" Ancam paman.

"Papa!" Jerit bi Rena.

"Papa tidak memaksa mama!" Paman Supri hendak keluar dari kamar.

"Tunggu!" Teriak bi Rena. "Niihh! Puas kamu pa!" Menyerah kan uang dua ratus lagi kepada paman lalu segera meninggalkan paman sendirian di kamar. Paman hanya geleng-geleng kapala.

Sementara Siti masih berkutat di dapur,sesekali ke depan jika ada yang beli. Bibi Rena datang dengan muka masam nya lalu melirik ke arah Siti. Dia lalu duduk di kursi biasa tempat dia menerima uang dari pembeli,terkadang ikut membantu melayani pembeli jika Siti masih sibuk memasak.

Paman datang mendekati Siti. " Siti,paman akan kirim uang untuk adik kamu! Ini di kasih oleh bibi kamu lima ratus ribu,seratusnya untuk ganti piring nya yang pecah. Kamu mau kirim semua?" Tanya paman.

"Iya paman,tolong kirim saja semua untuk Seno!" Pinta Siti.

"Kamu pegang seratus untuk jaga-jaga kalau kamu butuh uang,Siti!" Saran paman.

"Siti tidak butuh uang,paman! Kan Siti bisa makan di sini!" Siti beralasan.

Kamu memang anak yang baik,Siti. Batin paman Supri. "Jadi kirim semua,lima ratus?" Tanya paman lagi.

"Iya paman! Terimakasih ya paman!" Siti tersenyum lega. Tidak bisa di bayangkan kalau adiknya sampai berhenti sekolah juga. Adik nya yang cerdas.

"Ya sudah kalau begitu paman pergi dulu!" Pamit paman.

Setelah paman pergi,bi Rena menghampiri Siti. Seperti nya istri paman nya itu mendengar pembicaraan suami nya dan Siti.

"Siti! Kamu jangan besar kapala ya mentang-mentang suami saya belain kamu! Ingat Siti,kamu masih punya hutang sama saya! Bentak bibi.

"Saya tidak mengerti maksud bibi?"

"Sok lugu kamu! Masak yang benar! Kamu harus bikin warung saya makin ramai! Mengerti kamu!" Ancam bibi lalu kembali lagi duduk di kursi nya.

Hari mulai malam. Pembeli masih ada yang duduk-duduk hanya sekadar ngopi. Sebenarnya pembeli yang makan hanya sampai jam sembilan saja. Tapi warung baru bisa tutup paling cepat jam sepuluh karena warung bibi menyediakan wifi juga jadi ramai sampai malam. Itu pun karena paman yang membatasi sampai jam sepuluh kalau tidak,bisa tutup sampai pagi. Dan tentu saja Siti yang akan susah.

"Warung nya di tutup saja Siti!" Titah paman. Paman duduk di bangku yang ada di pintu masuk warung. Tidak biasa nya paman menemani Siti di warung sampai malam.

"Baik paman!" Jawab Siti.

Siti bergegas membereskan warung dan mencuci peralatan yang kotor. Sementara paman sudah mengunci pintu dan jendela warung,lalu masuk ke rumah.

"Aahh. . . ngantuk sekali!" Gumam Siti. Dengan cepat Siti pun terlelap.

N E X T

120321/14.10

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!