Kota Bolvak sebuah kota paling selatan di dataran Tandora, meskipun wilayah Bolvak cukup dekat dengan wilayah gurun Arka tapi berkat adanya perbukitan di selatan kota itu mencegah pasir yang terbawa angin tidak mencapai wilayah Bolvak dan membuat tempat itu menjadi satu-satunya tempat pertanian di bagian selatan kerajaan Tandora.
Komandan Kramel berdiri di atas benteng kota kelahiranya itu menatap jauh padang rumput hijau dengan perasaan kawatir.
Sebagai prajurit Komandan Kramel biasa maju jauh ke medan perang tapi sekarang perang itu akan berada tepat di halaman rumahnya mengancam semua orang yang dia cintai.
Pasukan besar Lopak dari wilayah tetangga bersama kuil kegelapan Sirak berada tepat di depan mata dan mereka bersiap untuk menyerang merenggut kedamaian kota Bolvak.
Nasib penduduk kota Bolvak akan di pertaruhkan dalam perang ini.
"Komandan Kramel..?"
Seorang yang datang mengalihkan perhatian Komandan Kramel, itu adalah suara komandan Karisa yang datang bersama para petinggi Prajurit yang akan membantu dalam mempertahankan kota Bolvak.
"Komandan Karisa, Komandan Fenia, Komandan Diego lihatlah pasukan musuh sudah mulai bergerak."
"Jumlah mereka, sepertinya Lord Lopak benar-benar sangat menginginkan kota ini."
Komandan Karisa menanggapi Komandan Kramel yang kemudian berbicara.
"60.000 Pasukan Lopak kemungkinan mereka menggunakan strategi sayap yang terbagi menjadi tiga unit."
Komandan Kramel cukup tahu mengenai formasi perang dan kemudian Komandan Diego berbicara.
"Ini akan menjadi hari yang panjang tidak hanya jumlah Prajurit mereka yang lebih besar tapi juga dukungan sihir dari para Paladin kuil Sirak, kita benar-benar tidak beruntung."
Komandan Diego dari wilayah Silmarin mengatakan itu dan kemudian Komandan Fenia memberanikan diri untuk berbicara karena melihat wajah-wajah pesimis dari para komandan lain di sana.
"Kurasa kita masih punya kesempatan untuk menang karena jumlah pasukan kita juga besar."
"Komandan Fenia aku adalah mantan komandan dari pasukan yang akan menyerang kita dan aku sangat tahu seberapa kuat Pasukan Lopak, bila di bandingkan Pasukan di benteng ini.."
Komandan Karisa mengatakan itu setelah melihat dan membandingkan Pasukan Bolvak yang berada di benteng dengan pasukan Lopak yang pernah dia latih dulu, Pasukan Lopak adalah pasukan terlatih sedangkan Pasukan Bolvak adalah pasukan milisi yang di ambil dari penduduk kota kemampuan bertempur mereka sangatlah jauh.
"Komandan Karisa tapi kita masih punya 20.000 Pasukan Silmarin yang membantu kita serta 10.000 Pasukan Red Vivern yang akan aku dan komandan Ramdira Ramez pimpin Yang mulia Pangeran Antonio juga pasti sudah memikirkan sesuatu jadi kita pasti bisa menghadapi mereka."
Mereka memang tahu Pangeran Antonio memang sangat hebat dalam strategi perang tapi ini tetap terlalu sulit kalau menghadapi pasukan besar Lopak yang di dukung Pasukan Paladin kuil Sirak.
"Oh ya Komandan Fenia di mana yang mulia Pangeran Antonio aku belum melihatnya sejak tadi malam.?"
"Huh yang mulia Pangeran aku tidak begitu tahu tapi semalam nona Crismelda memintanya datang ke kamarnya di penginapan dan Antonio belum keluar dari sana."
"Yang mulia, ya benar lagi pula Pangeran Antonio juga adalah laki-laki jadi aku pikir itu cukup wajar bila yang mulia melakukan itu dengan orang yang di cintainya sebelum pergi ke medan perang."
Komandan Kramel mengatakan itu karena tidak tahu bagaimana hubungan antara nona Crismelda dan Pangeran Antonio dan Komandan Fenia sebenarnya juga belum tahu tentang rahasia besar antara mereka.
"Komandan Kramel anda tidak tahu bagaimana yang mulia Pangeran Antonio terhadap perempuan, padahal Antonio sudah bertunangan dengan nona Marta dan juga memiliki banyak kekasih lain tapi dia masih saja bermain dengan nona Crismelda."
"Hm.. jadi ternyata rumor mengenai yang mulia Pangeran Antonio yang suka mengumpulkan wanita ternyata itu benar."
"Huh nona Crismelda memang sangatlah cantik tidak heran bila yang mulia Pangeran Antonio tertarik padanya tapi entah kenapa nona Marta terlihat tidak terlalu memperdulikan hal itu lagi belakangan ini."
Komandan Kramel dan Komandan Fenia malah membicarakan tentang hal pribadi Antonio, sehingga Komandan Karisa dan Komandan Diego berbicara.
"Tunggu sebentar bukankah kita akan segera berperang kenapa kita malah membahas hal itu seharusnya kita memikirkan strategi untuk menahan serangan pasukan musuh."
"Benar sebaiknya kita segera menyiapkan pasukan kita masing-masing."
"Maafkan aku, aku juga harus segera bergabung dengan pasukan Red Vivern, komandan Ramdira pasti sudah menungguku."
"Tunggu Komandan Fenia, Komandan Diego..?"
Komandan Kramel langsung memanggil dua komandan itu yang berbalik dan akan pergi menuju Pasukan mereka masingmasing.
"Ada apa Komandan Kramel.?"
"Tidak aku hanya ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya karena telah berada di sini dan membantu kami."
Komandan Kramel menundukan kepala dan berterimakasih kepada kedua Komandan asing itu.
"Komandan Kramel anda tidak perlu sampai seperti itu lagi pula aku hanya mendampingi yang mulia Pangeran Antonio di sini."
"Benar aku Diego dan Pasukan Silmarin juga berada di sini berkat yang mulia Pangeran Antonio jadi jangan berterima kasih padaku."
"Tapi tetap saja kalian juga akan ikut berjuang mempertahankan kota Bolvak jadi aku juga harus berterima pada kalian juga."
Komandan Kramel masih tetap berterima kasih pada Komandan Fenia serta Komandan Diego sebelum kedua Komandan itu berjalan pergi dari atas benteng dan mereka berpikir Kramel memang komandan yang baik.
>>>>>
"......"
Antonio baru keluar dari tempat nona Crismelda menginap dan berpikir nona Crismelda benar-benar sudah gila di saat seperti ini bisa-bisanya masih sempat memaksaku menemaninya bermain.
"Huh.. aku benar-benar tidak tahan lagi kenapa aku harus terjebak dalam skema yang telah aku buat sendiri."
Antonio sedikit menyesal saat dia memutuskan untuk berpura-pura menjadi orang yang memiliki kesukaan aneh seperti nona Crismelda, padahal semua itu hanya akting agar wanita jahat itu terjebak.
Wanita gila itu huh.. kenapa dia jadi begitu berhasrat dan tergila-gila padaku padahal aku hanya beberapa hari saja pergi.
"Huh.. padahal perang akan terjadi dan aku bahkan belum sempat tidur aku juga tidak begitu yakin apakah strategi sederhana yang aku susun akan berhasil dalam perang nanti, aku benar-benar sudah kehabisan waktu."
Dalam perjalanan menuju benteng timur kota Bolvak, Antonio melihat Marta yang terlihat sedang membantu penduduk yang sedang pergi menjauh dari wilayah kota di dekat benteng timur jadi Antonio segera menyapanya.
"Marta bagaimana keadaan mereka."
"Oh Antonio mereka terlihat kawatir jadi aku membantu wanita dan Anak-anak untuk mengungsi ke dalam kastil kota, Lord Bolvak juga sudah mengijinkanya."
Antonio dapat mengerti penduduk yang di dekat benteng bisa tidak sengaja terkena serangan dalam perang yang akan segera terjadi, jadi keputusan mengungsikan penduduk di sini memang sangatlah tepat.
"Itu bagus sekali dengan begini kita bisa sedikit mengantisipasi korban dari penduduk kota."
"Benar tapi dari mana saja kamu semua orang mencarimu kemana-mana.?"
Marta dan Lord Bolvak memang tidak tahu saat nona Crismelda mengundang Antonio ke kamar penginapanya.
"Ah aku baru saja menemui nona Crismelda."
"Hehh...?"
Marta terlihat menatap Antonio dengan pandangan penuh curiga.
"Kenapa..?"
"Antonio kamu tidak benar-benar tergoda olehnya bukan.?"
"Marta kamu sudah aku beritahu mengenai kesukaan wanita gila itu bukan jadi mana mungkin aku akan tertarik padanya."
"Ya tapi kemungkinan kamu akan terpikat olehnya masih ada bukan dan lagi pula apakah kamu benar-benar harus melakukan semua itu."
Marta masih sedikit mempertanyakan tentang rencana Antonio terhadap nona Crismelda.
"Marta semua ini sangat penting, selain sebagai anggota Circle Crow Crismelda juga adalah bangsawan dan punya pengaruh yang cukup besar di dalam kerajaan Remaria bila di biarkan dia bisa sangat berbahaya di masa depan."
Entah berapa orang yang sudah di jebak oleh Nona Crismelda, semua pesaing politiknya pasti juga telah di hancurkan oleh wanita gila itu dengan dukungan Circle Crow, aku tidak mungkin membiarkan hal itu terus berlanjut.
"Huh meskipun aku tidak menyukai caramu ini tapi sudahlah yang penting aku sudah tahu kalau kamu benar-benar tidak tertarik padanya."
"Hahaha meskipun beberapa kali aku hampir tergoda oleh nona Crismelda tapi untunglah aku masih bisa menahan diri."
"Hm...!?"
Marta kembali menatap Antonio dengan senyum mengerikan setelah Antonio mengatakan itu.
"Marta sudah kubilang kamu jangan kawatir, semua yang aku lakukan itu hanyalah akting saja kamu benar-benar paham bukan.?"
"Yah hanya akting jadi jangan sampai terbawa oleh aktingmu itu..?"
"Marta..?"
"Yaya sudahlah lagi pula kita masih punya banyak pekerjaan di sini."
Marta akhirnya membiarkan hal itu untuk saat ini meskipun dia masih merasa kalau Antonio memanfaatkan situasi itu untuk bersenang-senang dengan nona Crismelda.
Antonio akhirnya naik ke atas benteng selatan dan melihat komandan Kramel dan Komandan Karisa di sana.
"Komandan Kramel komandan Karisa bagaimana situasinya.?"
"Yang mulia Pangeran Antonio anda bisa melihatnya sendiri mereka sudah mulai menyiapkan formasi mereka di depan."
"Begitu jadi semua ini akan segera di mulai."
Komandan Kramel dan Komandan Karisa melihat Antonio yang mengatakan itu dengan tenang dan berpikir perang akan segera di mulai dan jelas terlihat keunggulan pihak musuh tapi kenapa yang mulia Pangeran Antonio masih bisa setenang ini.
"Yang mulia Pangeran Antonio sepertinya anda tidak begitu kawatir apakah anda yakin kita bisa menghadapi mereka."
Komandan Karisa bertanya dengan penasaran dan Antonio kemudian berbicara.
"Tidak kalian salah sebenarnya aku sangatlah kawatir karena kita tidak mungkin bisa untuk dapat menahan semua pasukan itu dengan benteng kecil ini."
"Apa lalu bagaimana kita bisa menyelamatkan kota Bolvak bila bahkan anda sampai mengatakan itu dan bagaimana anda masih bisa setenang ini.?"
Komandan Kramel terlihat tidak bisa menahan emosinya dan langsung mengatakanya.
"Lalu aku harus bagaimana, aku di anggap oleh semua orang dan Prajurit di kota ini sebagai penentu kemenangan kita jadi apakah aku harus panik, di saat seperti ini kita harus tenang dan mencari solusi terbaik."
Mereka semua memang berharap lebih dari yang mulia Pangeran Antonio dan memang bila Pangeran Antonio menunjukan sikap sebaliknya maka itu juga akan mempengaruhi semua prajurit yang berjuang di tempat ini.
"Lalu apa yang akan anda lakukan sekarang yang mulia Pangeran Antonio.?"
Antonio terlihat sedang mempertimbangkan sesuatu dan melihat jauh ke arah formasi Pasukan Bolvak yang akan menyerang sambil berpikir 'benteng ini tidak akan bisa bertahan dan musuh akan segera menyerbu wilayah kota' dan kemudian Antonio menatap wilayah kota Bolvak dan membayangkan Pasukan musuh yang menerobos masuk peperangan di dalam kota akan terjadi, pasukan milisi milik Komandan Kramel yang bertahan di atas benteng ini akan terkepung dari belakang.
"Oh tentu saja kita idak mungkin menang di benteng ini jadi..?"
Antonio mengatakan itu dan Komandan Kramel bertambah kawatir saat mendengar hal itu.
"Yang mulia..?
"Komandan Kramel kita tidak akan mempertahankan benteng ini, karena itu hal yang percuma."
"Yang mulia Pangeran Antonio bagaimana anda bisa mengatakan itu benteng ini adalah harapan terakhir kita untuk menahan Pasukan musuh.?"
"Tidak-tidak Komandan Kramel kita masih punya kesempatan memang tapi tidak di sini melainkan di sana."
"Apa..?"
Antonio menunjuk ke arah kota Bolvak di belakang benteng dan kedua Komandan itu cukup terkejut karena bila melakukan peperangan di dalam kota maka kemungkinan korban dari penduduk sipil akan berjatuhan.
"Yang mulia apakah anda bermaksud mengorbankan kota ini, bagaimana mungkin kami akan menerimanya."
"Komandan Kramel sudah aku bilang percuma mempertahankan benteng ini jadi lebih baik menggunakan benteng ini sebagai pengalih perhatian dan kita akan memperangkap Pasukan musuh dengan memanfaatkan bagian timur kota Bolvak, kita akan membuat garis Formasi bertahanan di antara bangunan-bangunan kota jadi bawa semua pasukanmu ke sana, Marta sudah mengungsikan semua penduduk di tempat itu."
"Ini.."
"Komandan Kramel apa yang di katakan yang mulia Pangeran Antonio sangatlah benar, percuma saja benteng ini tidak akan dapat menahan Pasukan Bolvak untuk menyerbu wilayah kota jadi kita harus mencegah Pasukan itu menyerbu lebih dari dalam karena bila mereka berhasil mencapai kastil kota semua akan berakhir."
"Tapi semua bangunan kota itu."
Komandan Kramel tahu kalau kerugianya memang akan cukup besar, semua bangunan kota adalah aset berharga dan bila semua itu di jarah serta di hancurkan maka.
"Komandan Kramel tidak ada perang tanpa pengorbanan, Lebih baik kita mengorbankan sedikit dari pada kehilangan semuanya, lagi pula aku ragu apakah Pasukan musuh akan bisa menghancurkan semua bangunan itu dengan mudah meskipun Pasukan kita menggunakanya untuk mendukung formasi penyergapan."
Komandan Kramel memang sedikit sulit menerima hal itu tapi apa yang di katakan Pangeran Antonio sangatlah masuk akal bangunan kota tidak akan mudah di hancurkan dan formasi musuh tidak akan berguna di dalam kota di tambah bila kastil kota benar-benar di ambil alih percuma saja Pasukan miliknya tetap berada di benteng ini.
"Yang mulia Pangeran Antonio hamba sudah mengerti jadi apa yang harus kami lakukan untuk melakukan peperangan di dalam kota."
"Baguslah kalau begitu dengarkan rencanaku baik-baik."
Tinggal menunggu waktu sampai Pasukan Lopak dan Paladin kuil Sirak melakukan serangan dan Pasukan Bolvak terlihat segera bergegas membuat formasi penyergapan di dalam wilayah kota.
Memang ada banyak pertanyaan dari para prajurit yang bertahan mengenai mengapa mereka membangun formasi bertahan begitu jauh di dalam kota dan meninggalkan benteng tanpa penjagaan, tapi semua prajurit tetap menjalankan perintah itu setelah mengetahui kalau itu adalah bagian strategi yang di susun oleh Pangeran Antonio pahlawan yang menjadi harapan terakhir mereka.
.
.
.
"Lord Lopak semua pasukan kita sudah dalam posisi kita bisa menyerang kota Bolvak kapanpun anda mau."
"Kalau begitu kita tidak perlu menunggu lagi aku sudah tidak sabar untuk mendapatkan kota itu."
"Kalau begitu hamba Komandan Zruta akan melakukan penyerangan pertama aku yakin Kalau hanya merebut benteng Bolvak yang di jaga Prajurit milisi itu Pasukan sayap kiri saja sudah cukup."
Komandan Zruta meminta ijin pada Lord Lopak untuk melakukan penyerangan pertama dengan 20.000 Pasukan di sayap kiri yang dia pimpin tapi komandan lain di sana terlihat kurang setuju dan langsung berbicara.
"Hahaha Komandan Zruta kamu belum lama di angkat menjadi Komandan menggantikan Karisa yang berkhianat, jadi seharusnya kamu tidak mendahuluiku, penyerangan pertama seharusnya di lakukan oleh komandan yang lebih berpengalaman sepertiku."
"Ah.. Komandan Mozart maafkan aku bukan maksudku untuk bersikap lancang tapi hamba rasa Pasukan hebat anda akan terlalu berlebihan kalau hanya untuk menghadapi pasukan milisi Bolvak."
"Zruta menang benar kalau lawan kita sekarang hanyalah sekumpulan kecoak yang dengan mudah dapat di injak-unjak Prajurit kita tapi biarkan Lord Lopak yang memutuskan siapa yang akan melakukan penyerangan Pertama."
Mereka terlihat begitu meremehkan Pasukan yang bertahan di kota Bolvak karena tidak mengetahui dengan pasti seberapa besar dan kuat pasukan yang bersembunyi di belakang benteng kota Bolvak, mereka menggunakan informasi lama mengenai kekuatan militer milik Lord Bolvak yang di perkirakan hanya berjumlah sekitar 5.000 Pasukan inti dan sisanya hanya 15.000 Pasukan yang di dominasi oleh milisi.
"Aku senang dengan kepercayaan diri kalian, memang akan terlalu berlebihan bila mengerahkan semua pasukan kita kalau hanya untuk menyerang kota Bolvak, tapi kita juga tidak boleh terlalu meremehkan mereka jadi Komandan Mozart aku serahkan penyerangan Pertama padamu."
"Siap Lord Lopak aku pasti dapat langsung mengambil alih benteng dan kota itu."
"Bagus jangan kecewakan aku."
komandan Mozart kemudian langsung kembali ke depan pasukanya setelah mendapat perintah untuk melakukan penyerangan Pertama sedangkan Pasukan Paladin kuil Sirak kelihatanya Lord Lopak masih berniat menyimpan mereka karena dia berpikir pasukan Lopak sendiri sudah cukup untuk mengambil alih kota Bolvak di depan mereka.
"Komandan Mozart alat pendobrak gerbang sudah siap."
Seorang prajurit memberikan laporan mengenai alat pendobrak benteng, Pasukan di dataran Tandora memang terkenal dengan Pasukan berkuda mereka untuk itulah alat pendobrak yang biasa mereka gunakan juga sedikit berbeda dengan pendobrak benteng di wilayah kerajaan lain.
Alat pendobrak itu terlihat lebih besar dan berat dengan empat roda dan tentu saja karena ukuranya yang begitu besar akan lebih sulit untuk di seret ke depan gerbang benteng musuh tapi hal itu dapat mereka atasi dengan mudah, alat pendobrak itu di ikatkan dengan banyak tali tambang dan di tarik oleh puluhan ekor kuda kuat hingga ukuran dan berat pendobrak itu bukan lagi masalah.
"Pasukan maju..!!"
"Hoahhh..!!?"
Pasukan beekuda sayap kanan yang di pimpin oleh Komandan Mozart langsung maju bergerak dengan cepat menyerbu ke arah benteng kota Bolvak.
Sementara di balik benteng di balik benteng beberapa prajurit Bolvak terlihat langsung bergerak mundur untuk memberikan laporan pada para perwira Prajurit yang tersebar di beberapa pos Pasukan di dalam wilayah kota.
"Komandan Kramel Pasukan sayap kanan musuh sudah bergerak maju sebentar lagi mungkin mereka akan sampai tepat di depan benteng."
"Jadi mereka sudah mulai bergerak."
Komandan Kramel menerima informasi itu dan Komandan Karisa yang juga berada di sana terlihat akan menanggapinya.
"Komandan Kramel sepertinya kita beruntung hanya sayap kanan saja yang melakukan penyerangan."
"Benar bila mereka melakukan penyerangan penuh maka kita akan sangat kesulitan menahan mereka."
"Untunglah kita melakukan strategi ini karena bila kita melakukan pertempuran di atas benteng kemungkinan pihak Lopak akan dapat melihat Pasukan Silmarin dan Pasukan Remaria hingga mereka akan mengerahkan lebih banyak pasukan."
"Komandan Karisa apakah kamu juga berpikir kalau Pangeran Antonio sudah memperkirakan hal ini, menyembunyikan kekuatan kita yang sebenarnya untuk mengecoh musuh dan juga agar pihak musuh kehilangan kewaspadaan mereka dan mengambil keputusan yang salah."
"Tidak ada yang kebetulan dalam strategi militer itulah yang di percayai semua orang, yang mulia Pangeran Antonio memang pembuat strategi terhebat dalam sejarah itu sudah terbukti saat menghadapi pasukan kekaisaran Hereven di masa lalu."
"Benar entah seberapa jauh pahlawan kita bisa memperkirakan pergerakan musuh kita benar-benar beruntung memiliki beliau di pihak kita."
Sebenarnya Antonio juga tidak memperkirakan hal itu dan itu hanya terjadi begitu saja tapi semua prajurit kota di kota Bolvak menganggapnya adalah bagian dari rencana yang telah di susun oleh Pangeran Antonio pahlawan mereka.
"Kalau begitu komandan Kramel kurasa sudah saatnya aku kembali ke posku untuk melakukan rencana penyergapan."
>>>>>>
Suara Hentakan kaki kuda yang berlari menyerbu terdengar bergemuruh dan dengan cepat Pasukan berkuda itu dapat berada tidak jauh dari benteng kota Bolvak.
"Komandan Mozart.!!"
"Ada apa..?!"
"Komandan situasi ini bukankah sangatlah aneh..!"
Seorang kapten Prajurit Lopak mengatakan itu pada komandan Mozart yang berkuda menyerbu bersamanya.
"Apa maksudmu kapten bukankah Pasukan kita dapat maju dengan mudah.?"
"Benar tapi justru itu yang membuatku tidak terlalu menyukai situasi ini karena ini terlalu mudah lihatlah tidak ada anak panah ataupun Prajurit yang terlihat berjaga di atas benteng yang kita serbu."
Akhirnya komandan Mozart juga menyadari hal itu karena tidak ada Prajurit yang terlihat di atas benteng musuh dan hanya bendera Bolvak yang berkibar di atas sana.
"Heh.. Kapten kamu terlalu kawatir memangnya bisa apa mereka untuk menahan Pasukan kita, mungkin mereka sudah menyerah untuk mempertahankan benteng dan berlari mundur ke sisi lain benteng kota untuk keluar dan melarikan diri."
Komandan Mozart yang masih memacu kudanya mengatakan itu dengan penuh percaya diri dan kaptenya akhirnya berbicara.
"Oh.. kalau begitu ini bagus kita akan dapat mengambil alih benteng dan kota itu dengan mudah."
"Hahaha.. aku beruntung karena melakukan penyerangan Pertama, jika berjalan lancar Prajuritku tidak akan mengalami kerugian apapun, jadi Pasukan pacu kuda kalian lebih cepat..!"
"Yahhh....!!?"
"Hahahaha...!!?"
Pasukan sayap kanan Lopak di bawah Komandan Mozart sudah berada di depan benteng kota Bolvak dan mereka semua tertawa karena penyerangan mereka dapat berjalan dengan mulus.
"Ini benar-benar mudah tidak ada perlawanan dan tidak satupun korban dari prajuritku, kalian cepat bawa alat pendobraknya."
"Yahhh...?"
Alat pendobrak sudah sampai di depan gerbang dan beberapa prajurit segera memutar roda penggerak untuk mengayunkan pendobrak itu.
"Ayunkan..!?"
"Yahhh...!!"
"Duarkk..!?"
Dalam sekali ayunan pintu gerbang besar itu terlihat langsung terbuka, meskipun seharusnya itu terlihat cukup mencurigakan karena gerbang itu harusnya akan hancur setelah beberapa kali benturan kuat dari alat pendobrak, tapi jangankan hancur pintu gerbang itu malah terbuka dan terlihat tetap utuh.
Sebenarnya pintu gerbang itu memang hanya di tutup tapi tidak di kunci rapat agar pasukan Lopak tidak menyerang dari bagian atau sisi lain benteng kota dan itu akan menjadi lebih mudah memperkirakan posisi pergerakan pasukan Lopak yang menyerbu ke dalam wilayah kota.
"Komandan Mozart apakah kita akan menunggu Pasukan utama kita untuk melakukan penyerbuan penuh ke dalam kota.?"
"Apa kamu bodoh, kapten bila kita menyerang lebih dulu Pasukan kita bisa melakukan penjarahan dan menyembunyikan harta berharga ke dalam saku Prajurit kita tanpa sepengetahuan Lord Lopak."
"Benar juga Pasukan kita pasti akan sangat senang melakukan hal itu tapi bagaimana bila ada pasukan musuh di dalam kota.?"
"Jika ada pasukan musuh kita akan membantai mereka, lagi pula bukankah mereka hanya Milisi."
"Benar juga lagi pula kalau melihat dari apa yang telah di lakukan pihak militer Bolvak aku pikir mereka sedang berusaha melarikan diri ke sisi barat kota atau Lord Bolvak sedang bersiap-siap untuk melakukan penyerahan kotanya."
"Ini akan menjadi prestasi besarku, jadi kita akan langsung menyerbu masuk ke balik benteng tidak akan aku biarkan Pasukan komandan Zruta ataupun Lord Lopak mengambil semua hadiah kemenangan ini sendiri."
"Pasukan maju, ambil semua yang bisa kalian ambil sebelum Pasukan yang lain ikut menyerbu kota..!!"
"Yahhh..!?"
"Jarahh semuanya..!!"
"Huahahahaha...!!?"
Pasukan sayap Kanan menyerbu masuk ke balik benteng dan segera mendobrak memasuki rumah-rumah dan Toko-toko milik penduduk untuk melakukan penjarahan, mereka sudah lupa tentang tujuan utama penyerangan mereka yaitu untuk merebut benteng dan menghabisi Pasukan musuh.
Pasukan itu telah berpencar dan terpecah karena kesalahan dari Komandan Mozart, kerakusan mereka akan harta segera mereka akan bayar dengan sangat mahal.
"Komandan Mozart..?"
"Hahaha Kapten kita akan maju dan biarkan sebagian Prajurit terus melakukan penjarahan mereka akan akan menyusul kita nanti."
"Baik komandan."
Komandan Mozart di dampingi sebagian prajuritnya terus maju lebih dalam ke wilayah kota dan tidak menyadari kalau mereka telah berjalan ke dalam perangkap yang telah di siapkan musuh.
"Komandan kita sudah maju cukup jauh haruskah kita menunggu Pasukan yang di belakang.?"
Sambil mengendarai kudanya komandan Mozart terus maju tapi kaptenya merasa sedikit kawatir karena mereka tidak melihat satupun Prajurit Bolvak sepanjang perjalanan.
"Biarkan mereka kapten kita akan langsung menuju pusat kota dan menunggu Prajurit kita disana, kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan besar ini."
"Begitu jadi komandan Mozart bermaksud menjadikan lokasi itu sebagai titik berkumpul sebelum melakukan penyerangan ke kastil kota."
"Tentu saja alun-alun pusat kota adalah lokasi paling strategis untuk rencana ini, kita harus mengambil alihnya secepat mungkin."
"Baiklah Komandan kalau begitu aku akan kembali ke barisan Prajurit yang tertinggal di belakang untuk menyampaikan hal ini."
Tentu saja Kapten Prajurit itu tidak ingin mengambil resiko untuk maju bersama komandan Mozart ke tempat musuh yang belum terlihat apa lagi hanya dengan separuh Prajurit, terlalu beresiko bila ternyata semua ketenangan kota ini hanyalah sebuah jebakan, Pasukan Bolvak kemungkinan bisa muncul kapan saja dengan kekuatan penuh dan saat itu Pasukan milik komandan Mozart akan sangat di rugikan.
"Kapten aku mengerti sangat bodoh meninggalkan sebagian Pasukan kita tanpa ada yang memimpin jadi cepat pergilah kesana aku percaya padamu."
"Terimakasih komandan Mozart.."
Kapten itu tidak memberitahukan tentang apa yang dia pikirkan karena mengungkapkanya hanya akan di anggap menentang perintah, lagi pula kapten Prajurit itu berpikir bila komandan Mozart mati dia akan naik pangkat untuk menggantikanya sebagai komandan utama Pasukan sayap kanan.
Kapten Prajurit itupun memutar arah kudanya dan menuju unit Pasukan yang tertinggal dan berbicara pada mereka.
"Bagaimana apakah kalian sudah selesai menjarah harta dari rumah-rumah penduduk itu."
"Kapten Prajurit ini aneh kami sama sekali tidak menemukan emas atau permata yang tertinggal, yang ada hanya barang-barang yang kurang berharga ini."
Kapten mereka menatap tumpukan barang yang Prajurit telah kumpulan tapi itu bukan emas dan permata bahkan jika mereka mengangkutnya itu semua akan langsung di ketahui oleh Lord Lopak.
"Apa, itu barang-barang yang tidak berguna percuma saja bila kalian tidak bisa menyembunyikan semua itu dari Lord Lopak dan jangan bercanda denganku apakah kalian berniat menyembunyikan harta yang lebih berharga untuk diri kalian sendiri.!"
"Maafkan kami Kapten tapi sungguh hanya semua itu yang kami temukan, kemungkinan para penduduk telah membawa emas mereka saat melarikan diri."
"Sial kalau begini Komandan Mozart pasti akan marah besar."
"Lalu apa yang harus kita lakukan kapten apakah kita akan menyisir rumah-rumah yang lain."
"Tidak kita akan menyusul komandan Mozart percuma kita mencari harta di sini kita akan kejar para penduduk dan memaksa mereka menyerahkan harta yang mereka bawa."
"Baik komandan.?"
Sementara itu seorang prajurit yang baru saja kembali dari lokasi rumah penduduk terlihat berlari ke arah kapten Prajurit sambil berteriak.
"Pasukan musuh.!!"
"Apa yang terjadi..!?"
"Serangan pasukan musuh telah terlihat, mereka datang dari arah selatan tempat ini.!"
"Apa, Pasukan musuh tapi bila Pasukan Bolvak di sini siapa yang akan menjaga kastil mereka.?"
"Musuh Pasukan musuh datang dari arah utara.!!"
"Bagaimana bisa pasukan Bolvak hanyalah milisi jika mereka memecah kekuatan Prajurit mereka, mereka akan menjadi sangat lemah."
"Kapten apa perintah anda.?"
"Mereka hanyalah Milisi cepat bentuk barisan dan hancurkan mereka semua..!"
"Baik kapten..!"
Kapten Pasukan Lopak tidak tahu kalau Pasukan yang mengepung mereka dari dua arah itu bukanlah Pasukan Bolvak melainkan 10.000 Pasukan Silmarin dari arah selatan dan jumlah yang sama dari arah Utara, menghadapi 10.000 Pasukan Bolvak yang tertinggal dan terkepung dari dua arah bukanlah hal sulit untuk mereka hadapi.
Pasukan Silmarin terus bertempur dan membantai pasukan Lopak yang terpecah lagi menjadi dua bagian di sisi utara dan selatan, kapten mereka belum bisa melihat Pasukan itu karena berada di jalan utama Kota sampai akhirnya beberapa prajurit Lopak terlihat berlari dari gang di balik bangunan.
"Katakan apa yang terjadi kenapa kalian mundur.?!"
"Kapten Pasukan kita telah di hancurkan.!"
"Apa bagaimana bisa kalian kalah hanya dari milisi kalian adalah prajurit yang terlatih.!"
"Kapten mereka bukanlah Prajurit Bolvak.!"
"Apa yang kamu katakan ini kota Bolvak tentu saja Prajurit mereka yang menjaga kota ini."
"Tidak kapten mereka memakai Armor dengan lambang Silmarin mereka adalah pasukan Silmarin.!"
"Silmarin bagaimana bisa mereka di kota ini, kurang ajar pantas saja mereka tidak menjaga benteng kota, Silmarin telah datang lebih dulu sebelum kita untuk membantu Bolvak."
Tentu banyak orang yang telah mendengar tentang persahabatan Lord Bolvak dan Lord Silmarin di masa lalu dan kapten itu berpikir kalau mereka masih saling berhubungan sampai saat ini.
"Kapten kita harus segera bergabung dengan komandan Mozart mereka telah mengepung jalan kita untuk mundur menuju pintu gerbang timur."
"Tidak ada jalan keluar selain maju, Prajurit kita harus segera bergabung dengan komandan Mozart secepatnya.!"
"Baik.."
Kapten Prajurit Lopak dan Pasukanya segera menaiki kuda mereka kembali dan bergegas menyusul komandan Mozart.
"Hahh bagaimana bisa semua ini terjadi, padahal aku sudah memperkirakan kalau pihak Bolvak pasti menyiapkan semacam jebakan tapi aku tidak menyangka kalau Pasukan Silmarin akan ikut terlibat di dalamnya."
"Kapten..!"
Pasukan berkuda di bawah kapten itu seketika berhenti ketika mereka melihat Pasukan besar di depan mereka, tapi itu bukanlah Pasukan teman mereka yang berada di bawah Komandan Mozart melainkan Pasukan milisi Bolvak yang bersama Pasukan yang tidak seharusnya bisa berada di tempat dan situasi ini.
"Re... Remaria..??!"
"Apa yang terjadi kenapa Pasukan kerajaan Remaria berada di kota ini.!?"
Pasukan Bolvak di bawah Komandan Mozart telah di kalahkan dan kapten itu melihat sosok yang tidak asing di antara para prajurit Remaria dan milisi Bolvak, itu adalah Komandan Mozart yang terduduk pasrah dengan belenggu di leher dan tanganya.
"Pasukan Lopak menyerahlah komandan kalian sudah tertangkap dan sebagian Pasukan kalian telah kami kalahkan."
Kapten itu terlihat sangat bingung dengan keadaan ini, Pasukan Silmarin telah berada di belakang mereka memblokir jalan untuk kembali dan di depan mereka juga hanyalah jalan buntu, tidak ada pilihan lain selain menyerah bila mereka masih ingin tetap hidup.
Kapten Prajurit Lopak itupun segera turun dari kudanya dan langsung menjatuhkan lututnya beserta pedangnya ke tanah menandakan penyerahan diri bersama Prajurit yang tersisa di sana.
.
.
"Tuanku Lord Bolvak ada kabar baik pasukan musuh yang melakukan penyerangan pertama telah berhasil kita kalahkan."
Seorang prajurit melaporkan hasil pertempuran pertama dan Lord Bolvak terlihat masih cukup cemas karena dia tahu perang belumlah berakhir Pasukan Lopak masih cukup kuat dan terlalu cepat untuk merayakan kemenangan.
"Lalu berapa banyak korban di pihak kita.?"
"Tuanku berkat strategi yang di buat oleh yang mulia Pangeran Antonio Prajurit kita tidak mengalami kerugian besar hanya beberapa puluh Prajurit saja yang terluka tapi itupun juga berhasil di pulihkan kembali dengan sihir penyembuh yang di kuasai Pasukan Red Vivern Remaria."
"Sihir penyembuh ternyata benar kemampuan Pasukan milik Pangeran Antonio bukan hanya sekedar cerita yang di buat-buat saja saat perang menghadapi Kekaisaran Hereven, tidak hanya kemampuan bertarung tapi juga memulihkan diri dengan sihir yang mereka kuasai."
"Yang mulia ada beberapa ribu prajurit Bolvak yang telah kita amankan termasuk komandan utama mereka Mozart, ini semua berkat strategi yang di buat oleh yang mulia Pangeran Antonio."
"Luar biasa aku sangat terkesan dengan kecerdasan dari yang mulia Pangeran Antonio, tidak aku sangka komandan musuh juga berhasil kita dapatkan Lord Lopak pasti saat ini sangat kesal."
"Tuanku Lord Bolvak tapi sepertinya Lord Lopak dan Pasukanya belum mengetahui tentang hal ini karena mereka masih berada di luar benteng, sedangkan Pasukan di pihak kita sesuai dengan perintah dari komandan Kramel semua prajurit tidak boleh melakukan hal mencolok dan tetap bersembunyi untuk melanjutkan strategi dari yang mulia Pangeran Antonio."
"Jadi ini masih berlanjut, jadi begitu pihak musuh tidak dapat melihat situasi yang sebenarnya dari rekan mereka dan mereka akan masuk ke dalam jebakan yang sama, ini seperti seekor ular yang mendiami lubang tikus, tikus yang lainya akan masuk ke dalam lubang itu dan hanya akan menjadi santapan sang ular."
"Benar sekali tuanku, kalau begitu hamba mohon untuk kembali ke pos hamba."
"Kalau begitu pergilah sampaikan pada mereka kalau aku sangat terkesan dengan rencana ini dan aku serahkan semuanya pada yang mulia Pangeran Antonio."
"Baik hamba akan sampaikan pada yang mulia Pangeran Antonio dan yang lainya."
Prajurit itupun meninggalkan kastil kota Bolvak dan bergegas menuju tempat yang mulia Pangeran Antonio yang sedang memimpin medan perang.
Sementara di sebelah timur benteng kota Bolvak Lord Lopak masih menanti kabar mengenai pasukan yang di pimpin oleh komandan Mozart yang menyerbu ke balik benteng, dia sangat tidak sabar menanti hasilnya tapi ini sudah terlalu lama dan belum mendapatkan berita apapun.
"Tuanku Lord Lopak bukankah ini sudah terlalu lama dan tidak ada satupun Prajurit kita yang kembali apakah mungkin telah terjadi sesuatu pada mereka."
"Zruta kamu lihat sendiri bukan bagaimana mudahnya komandan Mozart menyerbu ke balik benteng, tidak mungkin Pasukan komandan Mozart dapat di kalahkan dengan mudah oleh pasukan milisi Bolvak, atau mungkin Mozart saat ini malah sedang berpesta sendiri dan mengambil harta jarahan di kota itu, hahaha bila komandan Mozart berpikir bisa menyembunyikan harta itu dariku untuk dirinya sendiri itu sangat bodoh karena aku pasti akan dapat memeriksa sakunya setelah kita berhasil menguasai kota Bolvak, tidak akan aku biarkan sekeping koin pun di curi dari kotak hartaku."
Lord Lopak terlalu percaya diri dan tidak mempertimbangkan kemungkinan terburuk yang sebenarnya telah terjadi dia hanya memikirkan kota Bolvak akan segera berada di dalam genggamanya.
"Tapi tuanku Lord Lopak kita belum bisa mengetahuinya dengan pasti lihatlah bahkan sampai sekarang belum ada tanda kalau mereka telah berhasil menguasai benteng itu."
"Benar ini sudah terlalu lama, sial sebenarnya berapa lama komandan sialan itu ingin melakukan penjarahan sendiri, aku benar-benar sudah tidak sabar."
"Kalau begitu tuanku haruskah kita mengirim beberapa prajurit untuk melihat situasi di sana dan mengabarkanya kepada kita."
"Zruta kurasa itu tidak perlu lihatlah di atas benteng itu."
"Bendera kerajaan Tandora di samping bendera milik Lord Bolvak di turunkan berarti komandan Mozart telah berhasil tapi kenapa bukan bendera Bolvak tapi malah bendera Tandora."
"Hm.. itu memang cukup aneh padahal seharusnya mereka menurunkan bendera Bolvak bukan bendera kerajaan Tandora karena aku belumlah resmi membentuk kerajaan sendiri."
"Kalau begitu tuanku Lord Lopak apakah mungkin ini berarti Lord Bolvak telah menyerah pada komandan Mozart dan Lord Bolvak berniat tetap berkuasa atas kota itu di bawah pemerintahan anda nanti."
"Heh.. dasar Mozart sebenarnya apa yang dia sepakati dengan Lord Bolvak hingga melakukan ini, padahal aku sudah menjanjikan untuk mengangkat pamanku sebagai Lord dari kota ini nanti."
"Lalu apa perintah anda Tuanku.?"
"Kita akan maju dan mengambil kota ini, persetan apa yang di sepakati Mozart dengan Lord Bolvak, aku akan memenggal kepala Lord itu dan mengambil kedudukanya untuk paman Aspar."
"Baik sesuai perintah anda kita akan maju sekarang."
Di balik benteng di antara bangunan kota Bolvak Pasukan Bolvak dan pasukan Silmarin kembali mengatur jebakan mereka lagi dan itu membutuhkan sedikit waktu.
"Oh Komandan Kramel anda sudah kembali, bagaimana apakah anda sudah melihat Pasukan musuh dari atas benteng."
"Yang mulia Pangeran Antonio apakah anda yakin dengan hal ini Pasukan musuh masihlah kuat dan kita masih jauh dari kemenangan, menurunkan bendera kerajaan Tandora saat ini akan menimbulkan kebingungan untuk semua orang."
"Komandan Kramel tentu anda sudah belajar mengenai tradisi perang bukan, menurunkan bendera Tandora berarti kita tidak lagi mengakui kerajaan Tandora sebagai penguasa atas wilayah ini dan kita tetap mengibarkan bendera Bolvak yang berarti kita masih berdiri sebagai organisasi independen."
"Tapi..?"
"Apa lagi yang anda pikirkan komandan Kramel.?"
"Tidak hanya saja aku memang tidak keberatan selama bendera Bolvak tetap berkibar tapi semua ini untuk apa, bukankah ini tidak akan mempengaruhi perang kita dengan Lord Lopak."
"Kramel sebenarnya aku juga tidak begitu yakin apakah ini akan berhasil, tapi kita butuh sesuatu yang mengejutkan untuk meyakinkan Pasukan Lopak kalau serangan pertama mereka telah berhasil dan anda sudah tahu apa maksudku bukan."
"Benar mereka pasti menunggu sinyal dari pasukan milik komandan Mozart untuk maju dan mereka memang langsung bergerak setelah aku menurunkan bendera Tandora apakah itu artinya Pasukan musuh telah terpancing dengan hal sesederhana ini.?"
"Aku harap juga begitu komandan Kramel dan kita harus mempercayai kalau itu semua yang sedang terjadi karena ini memang terlihat seperti yang sudah kita perkirakan bukan."
"Yang mulia memang benar tapi aku masih tetap merasa bingung bagaimana semuanya bisa berjalan seperti ini.?"
"Komandan Kramel anda masih harus banyak belajar tapi sekarang bukan saatnya karena masih ada pekerjaan yang harus kita lakukan."
"Tententu saja yang mulia hamba akan segera menyiapkan pasukan hamba."
"Kalau begitu aku juga harus bersiap karena Pasukan Paladin kuil Sirak juga akan bergabung berarti perang yang sesungguhnya baru saja akan di mulai."
Komandan Kramel berjalan ke pasukanya bersama komandan Karisa yang masih terlihat cukup cemas karena dia sebelumnya telah melihat sekuat apa Pasukan Paladin kuil Sirak itu.
"Karisa bagaimana menurutmu.?"
"Mengenai Pasukan Paladin kuil Sirak.?"
"Bukan tapi strategi ini kenapa semuanya seperti sudah di perkirakan oleh yang mulia Pangeran Antonio dan mengenai Pasukan musuh yang tertipu aku masih belum bisa memahaminya."
"Huh ternyata kamu masih memikirkanya, kalau menurutku yang mulia Pangeran Antonio membuat rencana tidak hanya dari memperhitungkan kekuatan musuh tapi juga dari faktor lainya."
"Maksudmu.. aku masih belum paham bisakah kamu menjelaskanya dengan lebih mudah."
"Ah.. begini aku sudah lama mengikuti Lord Lopak jadi aku cukup tahu seberapa serakah dan cerobohnya Lord Lopak dalam menanggapi sesuatu, bisa dikatakan Lord Lopak itu terlalu tergesa-gesa dalam mengambil keputusan karena sifatnya yang serakah."
"Tapi apa hubunganya semua itu dengan tindakan yang di ambil oleh yang mulia Pangeran Antonio."
"Ah kamu belum paham juga yang mulia Pangeran Antonio memperhitungkan langkah yang akan di lakukan oleh Lord Lopak dengan mempertimbangkan sifat dan kepribadian Lord Lopak yang terlihat sangat jelas itu."
"Menggunakan sifat musuh untuk memperhitungkanya, tapi bukankah hal itu sangat tidak masuk akal bagaimana bisa strategi perang di susun menggunakan informasi seperti itu.?"
"Aku juga tidak begitu paham sebaiknya kamu tanyakan langsung saja pada yang mulia Pangeran Antonio setelah perang ini selesai."
"Ya tentu saja tapi sebelum itu kita harus memenangkan perang ini terlebih dahulu, menggunakan kepribadian pemimpin musuh sebagai acuan membuat strategi perang aku tidak sabar ingin mempelajarinya."
Antonio cukup paham kalau kepribadian seseorang adalah kelemahan yang paling sulit untuk di sembunyikan, karena bila ingin menipu seseorang kita harus mengetahui kepribadian orang yang akan kita tipu dan kepribadian Lord Lopak yang serakah dan ingin menjadi raja terlihat sangat jelas di dalam benak Antonio.
>>>>>>>
Nona Crismelda terlihat begitu bahagia karena semalam akhirnya Pangeran Antonio mau menemuinya dan bahkan mau menemaninya bermain permainan dewasa yang sudah cukup lama Crismelda tahan.
Di atas kasur mewahnya Crismelda masih berguling-guling bahagia karena akhirnya hasrat yang selama di ini dia pendam terlampiaskan, meskipun di luar sana perang sedang bergejolak tapi Crismelda seolah tidak perduli karena sudah termakan oleh hasratnya sendiri, dia benar-benar semakin sesat dan tergila-gila dengan Pangeran Antonio orang yang sebenarnya ingin dia jebak.
Memang dengan kecantikan nona Crismelda dia hampir bisa meluluhkan hati setiap laki-laki tapi karena pria biasa tidak membuat dirinya tertarik hingga dia begitu kesepian merindukan seseorang yang dapat melampiaskan hasrat menyimpangnya dan Pangeran Antonio hadir dan berhasil memberikan apa yang dia idam-idamkan.
Tapi masalahnya misi dari nona Crismelda yang sesungguhnya bukanlah untuk mendapatkan Pangeran Antonio melainkan untuk menjebak dan menghancurkanya.
"Nona Crismelda.."
"Shasa bagaimana keadaan di luar."
"Sepertinya strategi Pangeran Antonio berhasil menghancurkan serangan pertama musuh."
"Begitukah Pangeran Antonio memang cerdas dia berhasil mendapatkan kemenangan yang cukup mengesankan, kalau begitu Shasa bawalah anak buah kita untuk ikut dalam perang ini."
"Nona Crismelda apakah hal itu di perlukan kenapa kita harus repot-repot ikut dalam ini."
"Shasa apa kamu tidak mendengar Yura yang mengatakan kalau Pangeran Antonio sebenarnya sudah mengetahui tentang penyamaran rombongan kita, Pangeran Antonio memang cerdas itulah kenyataanya meskipun dia benar-benar salah paham mengenai tujuan pengawalku di sini."
"Tapi nona bukankah ini masih sangat mencurigakan meskipun Yura menjelaskan tentang Pangeran Antonio yang tidak sadar kalau kita semua adalah anggota Circle Crow tapi kita masih harus mewaspadai Pangeran itu."
"Benar tapi setelah Yura memastikan semua ini saat mengikutinya ke kota Silmarin terlihat jelas Pangeran Antonio sudah masuk ke dalam jebakan kita, meskipun dia cerdas tapi dia sudah kehilangan kewaspadaanya terhadapku, ohh Pangeran Antonio sekarang kamu akan berada dalam genggamanku selamanya."
"Nona Crismelda kurasa anda benar-benar sudah semakin sesat."
"Shasa aku tidak akan melupakan tujuan kita jadi cepat pergilah jalankan tugasmu."
"Huh.. baiklah nona Crismelda."
Shasa akhirnya membawa orang-orang yang sebelumnya bertugas sebagai kusir dan kuli angkut di dalam rombongan Pangeran Antonio untuk membantu mempertahankan kota Bolvak, karena dari informasi yang di berikan Yura Pangeran Antonio mengira bahwa mereka semua adalah pengawal nona Crismelda yang menyamar sebagai pekerja jadi percuma menutupi tentang kemampuan bertempur mereka lagi.
"Shasa apa yang terjadi."
"Yura nona Crismelda memintaku untuk membawa mereka semua untuk membantu Pangeran Antonio dalam mempertahankan kota Bolvak."
"Begitukah kupikir Nona Crismelda ingin menunjukan kalau dirinya dapat berguna bagi Pangeran Antonio ini memang bagus untuk melanjutkan tujuan kita."
"Benar tapi Yura aku masih kawatir nona Crismelda sudah semakin melupakan tujuan utama kita dan Yura apakah kamu yakin kalau Pangeran Antonio benar-benar tidak curiga atau menganggap kita punya tujuan lain dengan membawa orang-orang yang dapat bertarung dan menyamarkanya sebagai pekerja."
"Ya aku sudah cukup yakin bahkan saat Pangeran Antonio sadar kalau dirinya sedang aku buntuti di kota Silmarin dia malah mengungkapkan kalau dirinya sudah tahu kalau itu adalah aku dan sudah mengetahui mengenai aku yang seorang assassin sejak awal."
"Semua penyamaran kita ternyata memang percuma tapi untunglah Pangeran Antonio malah melihat kita semua seperti itu jadi baiklah kita akan lanjutkan rencana kita."
Yura dan Shasa akhirnya sudah memutuskan dan mereka mendatangi Pangeran Antonio bersama orang-orang dari Circle Crow yang lain.
"Oh bukankah mereka dari rombongan kereta kuda yang bersama Pangeran Antonio."
"Benar mereka adalah kusir kuda dan para pekerja tapi kenapa mereka semua datang kemari."
"Mereka membawa pedang dan persenjataan apakah mereka juga akan membantu kita menghadapi para penjajah itu, tapi apakah mereka bisa bertempur mereka hanya pekerja biasa bukan."
"Hei bukankah kita sama saja dengan mereka aku hanya buruh biasa dan kamu adalah petani."
"Benar juga dan bila orang biasa yang bukan dari kota ini saja mau ikut berjuang membantu kita berarti kita juga harus lebih berjuang lagi."
"Yah.. benar kita tidak boleh kalah dari orang asing kita adalah penduduk kota ini bukan."
Milisi yang merupakan penduduk asli dari kota Bolvak ini bertambah semangat setelah melihat rombongan kusir itu juga mau ikut membantu perjuangan mereka dan mereka tentu saja tidak tahu kalau kemampuan mereka setara bahkan sebagian lebih baik dari prajurit biasa.
Anggota Circle Crow yang ikut mendampingi nona Crismelda sebagian adalah petualang tingkat perak.
"Yura, Shasa kalian datang."
"Yang mulia Pangeran Antonio tentu saja kami akan membantu yang mulia yang sedang berjuang di sini."
"Ohh itu sangat bagus kemampuan kalian dan rombongan lainya akan sangat berguna di barisan depan, jadi kalian akan aku tempatkan di depan Pasukan milisi Bolvak."
Antonio tidak ragu menempatkan mereka di barisan depan karena dia sebelumnya telah melihat kekuatan rombongan kusir atau pengawal nona Crismelda itu saat menghadapi kuil Sirak di pertempuran sebelumnya.
"Barisan depan baiklah kami mengerti maksud anda kami akan menjadi perisai pertama agar pasukan milisi Bolvak tidak mengalami banyak kerugian begitu pertempuran di mulai."
"Baguslah bila kalian paham jadi silahkan menuju pos kalian."
Semua pasukan milisi Bolvak yang mendengar itu cukup terkejut bagaimana bisa Pangeran Antonio menyuruh mereka untuk berada di barisan depan tanpa ragu, meskipun benar saat ini barisan depan dari milisi kekurangan Prajurit terlatih karena hanya ada 5.000 Pasukan terlatih yang di pimpin Komandan Kramel di depan pasukan milisi di bawah komandan Karisa dan yang lebih mengejutkan lagi kedua wanita yang terlihat akan mengkomandoi para pekerja yang akan ikut ke medan perang itu tidak melakukan protes apapun.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!