NovelToon NovelToon

I'M Not Queen

Prolog

Ditepisnya air matanya yang mengalir dengan derasnya. Batinnya menuturkan kalimat-kalimat motivasi untuk dirinya sendiri. Sesekali ia mengangguk-anggukkan kepalanya dan mengepalkan tangannya.

" Arash, tunggu " Pekiknya seraya mengejar kembali pria yang telah berjalan menjauh darinya itu

Dengan nafas tersengal-sengal, Alika menarik ujung lengan seragam yang dipakai Arash.

" Aku mau bilang sesuatu, dan kamu harus camkan ini baik-baik " Ujar Alika seraya menatap intens ke arah pria yang baru saja berstatus sebagai mantan pacarnya itu.

Arash mengangkat salah satu alisnya ketika mendengar ucapan Alika yang menurutnya sangat tidak jelas.

" Apa ? " Tanya Arash dengan raut wajah tidak bersahabat.

" Kalau aku punya pacar baru, kamu jangan cemburu " Jawab Alika dengan nada bergetar menahan tangisnya.

" Oh " Balas Arash dengan sangat singkat dan segera pergi meninggalkan Alika sendirian.

Alika mendengus kesal mendengar jawaban yang diberikan Arash padanya. Ia bahkan mengetuk-ngetuk kepalanya dengan telunjuknya sendiri agar otaknya segera menemukan cara untuk membawa Arash kembali padanya. Tiba-tiba saja ia teringat dengan satu nama yang mungkin saja bisa membantunya.

Alika segera pergi menuju kelas tempat dimana orang yang ia cari berada.

" Halo " Sapa Alika pada Kenan dengan ramahnya.

Kenan hanya menatap Alika dengan wajah yang datar tanpa ekspresi apapun.

" Kamu mau bantu aku nggak Kenan ? " Tanya Alika dengan wajah yang sengaja ia imut-imutkan.

" Bantu apa ? " Kenan balik bertanya.

" Ehm, kita pacaran yuk " Jawab Alika seraya tersenyum sumringah ketika menatap Kenan.

" Apa ? " Kenan memelototkan matanya tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar dari wanita yang berada di sampingnya itu.

" Pacaran bohong-bohongan maksudnya " Lanjut Alika seraya terkekeh kecil dan memamerkan deretan gigi putihnya.

Kenan memalingkan wajahnya dari Alika , ia menimbang-nimbang keputusan yang akan ia berikan untuk temannya sewaktu SMP itu.

" Boleh, tapi ada syaratnya " Ucap Kenan disertai senyum liciknya.

" Apa syaratnya ? Demi Arash aku rela kok " Ujar Alika yang kembali memajang raut wajah sedihnya.

" Semua PR aku, harus kamu yang kerjain. Dan, sampai menjelang ujian nanti kamu harus jadi guru les privat aku. Gimana ? Deal ? " Kenan mengulurkan tangannya ke arah Alika.

" Beres deh, yang penting kamu bisa bikin Arash cemburu " Alika meraih tangan Kenan dan menyetujui kesepakatan itu.

Kenan membulatkan matanya seketika, bayang-bayang Arash kini muncul di pikirannya. Ia memegangi wajahnya sendiri dan kembali menatap ke arah Alika.

" Tau sendiri kan muka aku gimana ? Mana sebanding dengan si Arash, gantengan dia lah. Gak mungkin dia cemburu " Protes Kenan.

Alika tersenyum manis dan menatap seolah-olah sedang memberikan semangat untuk Kenan.

" Kamu itu bukan gak ganteng, cuma kurang putih aja. Sama perlu di skin care-in sedikit " Balas Alika berterus terang tentang kenyataannya.

" Hmmm, ok deh. Semoga aku bisa, demi lulus dengan nilai sempurna " Ucap Kenan menyetujui kesepakatan yang dibuat Alika.

...***...

Alika terus melamun sambil menatap ke arah papan tulis. Angin sepoi-sepoi seakan mendukung lamunannya kali ini. Hatinya berantakan, hubungan yang telah ia perjuangkan sejak awal masuk sekolah harus kandas karena ia lebih memilih mempertahankan kehormatannya sebagai seorang wanita.

Alika menarik nafas panjangnya, harapannya hanya satu yakni Arash akan kembali padanya.

" Alika " Panggil Ibu Nina yang merupakan guru fisika dikelasnya.

Ia tidak menoleh sama sekali dan terus terhanyut dalam lamunannya tentang Arash. Bukan tanpa alasan ia tidak menoleh, tapi karena memang ia tidak mendengar panggilan gurunya itu.

Ibu Nina yang merasa terabaikan segera pergi menghampiri meja Alika yang berada di deretan ketiga dari depan itu. Tatapannya tajam memandangi Alika yang sedang melamun.

" Alika, kamu dengar saya tidak ? " Suara meja yang ditepuk menggunakan mistar besi itu membuat Alika segera tersadar dari lamunannya.

" Arash mutusin saya Bu " Alika mengucap spontan dan langsung menutup mulutnya dengan menggunakan tangannya.

Gelak tawa teman-teman sekelasnya pecah seketika. Sementara ibu Nina hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Alika.

" Alika, kamu itu berprestasi, diputusin bukan masalah. Apa lagi laki-laki seperti Arash, dia gak cocok sama kamu. Nilainya jelek semua " Jelas ibu Nina.

" Tapi Bu, cinta itu bukan soal nilai " Bantah Alika dengan nada yang terdengar lirih.

" Bukan masalah soal nilai, tapi karna Alika nya aja yang susah laku Bu " Sambung Andin yang merupakan musuh bebuyutan Alika.

Alika berbalik dan menatap tajam ke arah Andin yang juga menatapnya sengit.

" Sudah, sudah, lanjut belajar. Sebentar lagi bel pulang " Ibu Nina menengahi perang dingin yang terjadi antara kedua negara adidaya tersebut. Maksudnya kedua muridnya tersebut.

...***...

Alika melirik kembali jam tangan yang ia kenakan. Teriknya matahari siang, kini semakin terasa menyengat. Dilihatnya mobil yang biasa mengantarkannya pulang telah berlalu pergi. Sekali lagi, ia mendengus kesal dan menghentakkan kakinya karena ketidaksukaan nya terhadap apa yang ia lihat.

" Hoy, ayo pulang " Panggil Kenan yang menghampiri Alika dengan motor Scoopy kesayangannya itu.

" Nan, panas nih. Masa naik motor sih " Keluh Alika yang sudah terbiasa pulang naik mobil berdua dengan Arash.

" Ya udah, kamu naik delman istimewa sana " Balas Kenan yang mulai kesal dengan Alika.

" Kan belum hari minggu " Alika tersenyum kecut ke arah Kenan dan bergegas naik ke atas motor itu.

Kenan mulai menghidupkan kembali motornya dan menarik gas dengan kecepatan sedang. Di perjalanan sesekali ia melirik ke arah kaca spion yang menampakkan Alika yang tengah bersungut kesal karena kepanasan.

" Pelukan dong, biar Arash nya cemburu " Ujar Kenan dengan nada meledek.

Alika yang merasa tak terima segera mencubit pinggang Kenan hingga Kenan meringis kesakitan.

" Sakit tau " Celetuk Kenan dengan raut wajah masamnya.

" Abisnya kamu.... " Ucapan Alika terhenti ketika melihat mobil milik Arash yang terparkir di depan gang kecil itu.

" Kenan berhenti, itu mobil Arash kenapa disitu sih. Ayo ke situ yuk "

Tanpa ba-bi-bu lagi Kenan segera berbelok menyusuri gang sempit itu. Di sana ada deretan kos-kosan campuran yang ternyata menjadi tempat tongkrongan siswa-siswi SMA.

Mata Alika terus menjelajahi deretan kos-kosan itu hingga ia menemukan sosok yang dicarinya. Dilihatnya Arash yang baru saja memasuki kamar kos-kosan itu bersama seorang wanita asing. Alika mendengus kesal, dadanya terasa sesak menahan sakit hatinya.

" Udah, balik yuk. Arash itu sama sekali gak layak buat kamu " Ucap Kenan yang langsung tancap gas meninggalkan kawasan itu.

Alika menepis air matanya yang berjatuhan, bayang-bayang Arash bersama wanita itu terus saja menghiasi pikirannya. Ia juga bingung harus bagaimana agar Arash kembali padanya.

Ia meraih ponselnya yang berada dalam sakunya. Nomor telepon Arash masih terpampang dengan nama kesayangan yang sama. Dengan terpaksa Ia menelepon nomor itu. Namun, teleponnya sama sekali tidak di angkat oleh Arash. Jantungny berdetak kencang, ia sudah membayangkan Arash yang melakukan hal yang tidak-tidak bersama wanita itu.

Rencana Alika

Alika merebahkan tubuhnya di ranjang yang berkapasitas satu orang itu. Tidak ada ranjang berukuran Queen size seperti dalam cerita yang selalu ia baca di novel. Hatinya semakin memanas ketika teringat kembali tentang Arash. Ia mengacak-acak rambut panjangnya itu hingga kuncirannya berantakan.

Otaknya terus berputar keras memikirkan apa yang harus ia lakukan agar rasa sakit dihatinya segera berhenti.

Alika menatap ponselnya lekat-lekat, wajah Arash masih terpampang jelas di wallpaper itu. Tanpa mengurangi rasa sakit hatinya, Alika segera menghubungi Kenan untuk menjalankan rencana yang sudah ia pikirkan.

" Halo, Nan. Jemput aku yah, kita ke tempat yang tadi. Aku punya rencana "

" Rencana apa ? "

" Pokonya kita mau grebek Arash sama cewek yang tadi. Jemput aku yah "

" Iya iya, tapi aku masih ngucek baju dulu "

" Iya, jangan lama-lama aku tunggu "

Alika segera mematikan sambungan teleponnya dengan Kenan dan bergegas menuju kamar mandi. Usai mandi, Alika sedikit berdandan agar wajahnya yang biasa-biasa saja itu terlihat lumayan cantik di mata Arash. Yah, meskipun selama mereka pacaran, tidak pernah sekalipun Arash memujinya dengan sebutan cantik. Alika sadar akan hal itu, namun tetap saja rasa cintanya pada Arash adalah prioritasnya. Bucin, itulah yang menggambarkan sikap Alika pada pria itu.

Setelah lama menunggu sampai uring-uringan, akhirnya Kenan tiba di depan rumahnya.

" Ayo jalan " Titah Alika saat sudah berada di atas motor Kenan.

Namun, Kenan tidak segera menghidupkan motornya dan malah berbalik menatap datar ke arah Alika.

" Tunggu apa lagi, ayo " Ucap Alika seraya memasang senyum hambarnya.

" Nih, buku PR aku " Kenan menyodorkan lima buku yang sudah dimasukkan ke dalam kantong plastik putih berlogo Al fa mart.

" Ih Kenan, jalan dulu ayo. Masalah PR belakangan " Tukas Alika dengan kesalnya.

Kenan segera menghidupkan kembali motornya dan langsung melaju meninggalkan depan rumah Alika.

" Alika, aku mau tanya sesuatu sama kamu " Ucap Kenan tiba-tiba.

" Tanya apa ? " Balas Alika yang memajukan wajahnya ke samping helm yang dikenakan Kenan.

" Kamu putus sama Arash gara-gara apa ? " Tanya Kenan to the point terhadap apa yang ada di pikirannya.

" Gara-gara itu, nanti deh ceritanya. Aku malu " Jawab Alika.

" Ngapain malu ? Karna kamu bau ketek yah ? " Ledek Kenan seraya tertawa terbahak-bahak.

" Ih bukan, masalah kehormatan sebagai perempuan ini mah " Alika menoyor kepala Kenan karena kesal.

Kenan tertawa lepas sembari terus fokus ke jalanan yang mereka lewati. Setelah beberapa menit, mereka kembali memasuki gang itu. Mobil Arash masih terparkir di tempat yang sama seperti tadi siang. Dengan mengendap-endap, Alika dan Kenan sampai di pintu belakang kos-kosan yang Arash masuki tadi.

" Kenan, kamu dorong pintunya, kalau gak dikunci kita masuk " Pinta Alika dengan suara berbisik.

Kenan pun mengikuti perintah Alika dan mendorong pintu belakang yang ternyata benar tidak di kunci. Dengan pelan-pelan, mereka memasuki kos-kosan itu dan mulai mengintip sana sini. Namun, tidak ada Arash ataupun wanita yang tadi siang mereka lihat.

" Kok gak ada sih, mobilnya ada orangnya gak ada " Ujar Kenan.

Alika hanya mengangkat bahunya, tidak tahu kemana perginya kedua orang itu.

" Ayo kita room tour guys " Ucap Alika seraya memeragakan gaya youtuber yang sering ia lihat.

Alika dan Kenan menuju ruang kamar yang ada di kos itu. Sprey yang acak-acakan, bantal-bantal yang berserakan dimana-mana, dan parahnya ada alat kontra sepsi yang habis pakai.

" Ih Kenan apaan ini ? Balon-balon ? " Alika mengangkat benda tipis dan lengket itu.

" Buang Alika, itu bekasnya Arash sama cewek yang tadi pasti "

Alika tidak langsung membuang benda itu dan masih mengamati dengan seksama.

" Ngapain kalian disini ? " Suara bas itu mengagetkan Alika dan Kenan secara bersamaan.

Seorang bapak-bapak berbaju batik dan dua orang lagi berseragam Pamong Praja telah berada di ambang pintu kamar itu.

" Room tour pak, sumpah demi alek gak ngapa-ngapain kita. Iya kan Nan ? " Celetuk Alika yang dibuat takut oleh kedatangan orang-orang itu.

" I-iya pak. Ini bukan kos-kosan kita kok " Timpal Kenan yang juga sama takutnya dengan Alika.

" Cepat geledah kamar ini, dan ambil kon dom itu sebagai barang bukti " Titah si bapak berbaju batik.

" Pak, ini punya Arash. Saya masih per jaka pak, sumpah " Ucap Kenan membela dirinya.

Tiba-tiba kedua orang berseragam tadi telah membawa kardus kecil berwarna merah dan bungkusan hitam kecil berbentuk persegi untuk diperlihatkan pada bapak berbaju batik itu. Kenan menepuk dahinya tidak percaya atas apa yang ia lihat. Ia telah membayangkan apa yang akan terjadi setelah ini.

" Semua bukti sudah jelas, ayo kami antar kalian ke orang tua kalian " Si bapak berbaju batik mengucap dengan lantangnya.

" Pak, saya sama dia gak seperti yang bapak-bapak pikirkan. Saya masih segelan pak " Bantah Alika ketika dua orang berseragam tadi telah menggiring ia dan Kenan keluar.

" Alika ini gara-gara rencana kamu, malah kita yang kena grebek " Tukas Kenan yang merasa tak terima.

...***...

Suasana rumah Kenan menjadi hening dan menegangkan, semua masih diam dan menunggu kedatangan pihak keluarga Alika. Air mata perlahan terjun dari pelupuk mata Alika, ia bahkan tidak tau lagi bagaimana caranya agar dia bisa terbebas dari masalah ini. Tak berselang lama, kedua orang tuanya datang dengan tergopoh-gopoh memasuki rumah itu.

" Kamu apain anak saya ? " Tanya Pak Wibowo yang langsung menatap tegas ke arah Kenan yang masih diam tanpa suara.

" Tenang pak, mari kita bicarakan ini baik-baik dan secara kekeluargaan " Ucap si bapak berbaju batik yang berusaha menenangkan suasana.

" Kamu buat papa malu Kenan " Ucap Pak Nugrah dengan emosi yang masih mampu ia tahan.

Setelah berbincang secara kekeluargaan, akhirnya keputusan final dari kedua belah pihak keluarga telah di ambil. Dimana Alika dan Kenan harus segera menikah secara diam-diam agar Kenan tetap bisa melanjutkan sekolahnya, dan juga untuk mempermudah Kenan mencari pekerjaan.

Tangis Alika pecah seketika, ia tidak menyangka rencananya yang ia susun tadi malah membawanya ke situasi seperti ini. Ia kembali teringat bagaimana dengan sekolahnya. Apa yang harus ia katakan pada gurunya dan teman-temannya nanti.

" Pak Wibowo, maafkan kesalahan anak saya. Saya pastikan Kenan akan bertanggung jawab sebagai seorang laki-laki terhadap anak bapak " Ucap Pak Nugrah dengan tegas dan terlihat berwibawa.

" Baik, kita atur bagaimana baiknya saja " Balas Pak Wibowo.

Kenan hanya diam tak bergeming, ia terus membayangkan bagaimana jadinya ia dan Alika dengan pernikahan yang sangat mereka tidak inginkan ini. Menghidupi anak orang juga bukan hanya sekedar memberi makan, namun juga harus butuh kematangan pikiran.

Apakah uang hasil main gamenya cukup untuk menafkahi Alika ? Begitu pertanyaan yang tiba-tiba timbul di benak Kenan. Pupus sudah keinginan Kenan membeli PS 5 dari uang tabungannya.

" Ini gara-gara rencana kamu " Ujar Kenan dengan nada kesalnya.

" Ya, maaf. Tapi siapa juga yang mau nikah sama kamu. Kamu bukan tipe aku. Cowok tipe aku itu yang CEO muda di perusahaan, tinggi, putih, ganteng, sultan, rumah gede. Pokonya sesuai yang di novel-novel lah " Balas Alika sembari membayangkan tipe cowok idamannya itu.

" Alika ini situasi genting, gak usah kebanyakan halu dulu " Tandas Kenan yang sudah sangat kesal dengan wanita di sampingnya itu.

Pernikahan

Alika mencium punggung tangan Kenan yang telah berstatus sebagai suaminya sekarang. Matanya menghangat, air matanya hampir jatuh. Ia tidak pernah membayangkan akan menikah dengan cara seperti ini, apalagi dengan pria yang sama sekali tidak dia cintai. Setelah itu, Alika segera menghambur pelukan pada ibunya. Air mata itu tak lagi mampu untuk ia bendung dan jatuh begitu saja.

Bukan seperti ini pernikahan yang ia mau, bukan seperti ini rumah tangga yang ia impikan. Dan juga, bukan Kenan yang dia inginkan sebagai suaminya. Namun semua telah terjadi begitu saja karena kecerobohannya.

" Sekarang Alika harus nurut sama Kenan, karena sebagai istri, Alika harus berbakti kepada suami " Ucap Ibu Lidya yang merupakan ibu dari Alika.

Alika mengusap air matanya perlahan, dan mencoba untuk menenangkan diri. Kenan menatap ke arahnya dengan tatapan datar. Kini suasana antara keduanya mendadak canggung.

" Kenan, sini kamu " Panggil Pak Wibowo.

Kenan berjalan ke arah Pak Wibowo yang kini telah resmi menjadi mertuanya itu.

" Alika itu anak saya satu-satunya, saya mau, kamu jaga dia lebih baik lagi dari saya menjaganya " Tegas Pak Wibowo pada Kenan.

" Ba-baik pak " Balas Kenan.

Setelah serangkaian acara pernikahan di kantor agama itu selesai, mereka segera pulang. Dan Alika harus ikut pulang ke rumah Kenan. Dengan berberat hati, Alika menurut saja dengan apa yang menjadi keputusan para orang tua.

...***...

" Keluar sana, aku mau ganti baju " Celetuk Kenan yang menatap tak suka pada Alika.

Alika segera bangkit dari tempat tidur Kenan dan langsung keluar tanpa berkata apapun. Suasana hatinya sangat buruk, sial seakan terus menimpanya. Jujur saja, ia sangat tidak merasa nyaman tinggal serumah dengan mertuanya.

" Masuk aja " Ucap Kenan yang baru saja keluar dari kamarnya.

Alika memasuki kamar itu dan kembali berbaring seraya membenamkan kepalanya di bantal. Air matanya mengalir deras, pikirannya kalut. Dulu Alika selalu membayangkan masa depannya yang cerah karena banyaknya prestasi yang ia raih. Namun, rencana Tuhan sekarang tidak sama seperti apa yang ia rencanakan dulu.

" Alika, geser dong aku mau tidur "

Alika mendongak menatap Kenan yang tengah berkacak pinggang di depannya. Tanpa membalas ucapan Kenan, Alika segera mengambil bantalnya dan diletakkan di atas karpet yang berada di samping ranjang tempat tidur itu.

Langsung berbaring, dan menutup matanya dengan paksa, itulah yang dilakukan Alika.

" Yakin mau tidur di situ ? " Tanya Kenan.

Alika tetap enggan menjawab dan terus memejamkan matanya.

" Ya udah " Kenan langsung berbaring tanpa memedulikan Alika yang tidur di bawah.

Keesokan paginya, Kenan membuka matanya perlahan. Dia menatap baik-baik wajah perempuan yang berada di depannya. Merasa tidak yakin atas apa yang ia lihat, Kenan segera mengusap-usap matanya hingga tiba-tiba sebuah lengan mendarat di pinggangnya.

" Woy ngapain kamu disini ? " Pekik Kenan yang terhentak kaget dan menyingkirkan lengan Alika dari pinggangnya.

Alika terbangun dan menatap datar ke arah Kenan. Tatapan yang tidak bersahabat di pagi hari.

" Punten pak cik lagi boker saya " Jawab Alika ketus seraya membalikkan badannya membelakangi Kenan.

Kenan berusaha mengingat kembali apa yang terjadi semalam. Dimana Alika mendadak pindah ke atas ranjangnya karena kedinginan tidur di bawah. Dan sekarang, guling yang mereka jadikan pembatas telah hilang dari tempatnya.

" Alika, kamu gak ngapa-ngapain aku kan ? " Tanya Kenan memastikan.

" Nggak, tenang aja. Cowok itu jaga, bukan dirusak " Jawab Alika dengan tenangnya.

Kenan mengelus dadanya dan segera bangkit dari tempat tidurnya untuk bersiap ke sekolah. Sementara Alika, ia telah keluar dari kamar Kenan dan menuju dapur.

" Eh Alika, selamat pagi " Sapa Ibu Weny yang merupakan mama mertuanya.

" Se-selamat pagi Bu " Alika membalas sapaan itu dengan gugup.

" Ayo duduk nak " Ibu Weny mempersilahkan Alika untuk duduk di depan meja makan itu.

Alika langsung menurut dan duduk di kursi itu. Tak berselang lama Pak Nugraha dan Kiara datang dan ikut duduk bersama Alika dan Ibu Weny. Kiara adalah adik Kenan yang masih duduk di bangku kelas dua SMP, usianya kira-kira baru menginjak 14 tahun.

" Halo kakak ipar " Sapa Kiara seraya tersenyum hangat.

Alika hanya membalas sapaan itu dengan senyuman canggungnya.

" Kiara apaan sih " Tegur Kenan yang baru saja duduk di samping Alika.

Alika membuang pandangannya dari Kenan yang melihat ke arahnya. Alika mendadak diam dan enggan membuka suara lagi hingga sarapan telah usai.

" Bantuin ibuku sana " Bisik Kenan saat dia hendak ke sekolah.

Alika tak menjawab apa-apa lagi dan hanya menatap sinis ke arah Kenan. Dengan langkah semangat palsunya, Alika kembali ke dapur dan membantu ibu mertuanya beres-beres di dapur.

Setelah semuanya selesai, Alika kembali ke kamar Kenan dan langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang berkapasitas dua orang itu. Lelah, itulah yang ia rasakan sekarang. Lelah fisik dan juga lelah pikiran. Di rumahnya sendiri, ibunya tidak pernah memintanya mengerjakan pekerjaan rumah. Tugasnya hanya belajar dan menjaga usaha foto coppy milik keluarganya.

Alika segera mengambil ponselnya dan membuka aplikasi baca novel favoritnya. Sesekali ia senyum-senyum baper dibuat oleh kisah yang dibacanya. Alika juga menghayalkan bahwa ia adalah orang yang ada di novel itu. Mempunyai suami yang tampan dan arogan, namun bucin pada istrinya. Mata Alika merem melek dibuat oleh novel itu.

Setelah selesai membaca, Alika kembali termenung meratapi apa yang telah menimpanya sekarang.

" Halo Kenan, aku mau ngomong sama kamu pulang nanti "

" Ngomong aja sekarang "

" Ini masalah serius "

" Lah, terus ? "

" Pokonya cepat pulang aja "

" Iya iya "

Alika segera memutus sambungan teleponnya dengan Kenan. Dilihatnya kembali wajah yang tersenyum di layar ponselnya itu. Tampan, tapi apa boleh buat, sudah jadi mantan. Alika segera menuju galeri hpnya dan mengganti wallpaper itu dengan foto karakter anime favoritnya. Foto Levi Ackerman juga sama tampannya dengan Arash.

...***...

" Alika, bangun. Mau ngobrol apa ? Ini kok bajunya di packing lagi ? " Tanya Kenan yang baru saja pulang.

Alika membuka matanya perlahan, menatap Kenan yang duduk di sisi ranjangnya. Alika segera bangkit dan duduk bersandar di kepala ranjangnya.

" Kenan, kita pindah rumah yuk. Aku nggak suka tinggal di rumah orang " Ucap Alika dengan raut wajahnya yang terlihat sedih.

" Rumah orang ? Hey, Alika ini rumah aku, rumah mertua kamu, bukan rumah orang lain " Balas Kenan yang kurang setuju dengan pernyataan Alika.

" Yah, kalian kan orang juga bukan jarum pentul " Alika menunduk lesu.

" Mau pindah kemana coba ? " Tanya Kenan.

" Ngontrak kek, ngekos kek, atau terserah lah. Aku kasih tau yah sama kamu, aku ini pemalas, gak bisa masak, hobinya rebahan. Jadi cepat atau lambat ibu kamu pasti gak suka sama sifat aku " Jelas Alika.

" Terus kalau udah tinggal berdua aku yang masak gitu ? " Tanya Kenan lagi.

" Yah, beli aja frozen food, kan tinggal goreng selesai " Jawab Alika dengan entengnya.

" Bisa mati kanker aku Alika, pokonya gak mau "

" Ya udah, aku mau pulang ke rumah orang tua aku aja kalau gitu. Aku gak tahan tinggal di rumah orang " Tukas Alika seraya berjalan dan mengambil kopernya.

" Eh, Alika jangan. Bisa mati aku kena ulti sama papa kamu " Kenan segera menahan Alika agar tidak pergi dari rumah itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!