Malam itu disebuah tempat di Inggris, terjadi sebuah bentrokan dan gencatan senjata dari dua kelompok yang sedang bertikai karena memperebutkan sebuah daerah kekuasaan.
Kelompok yang tadinya sedang bernegosiasi dengan damai tiba-tiba mulai memanas, itu dikarenakan kedua kubu tidak ada yang mau mengalah dan tetap menginginkan daerah yang sedang mereka perebutkan.
Suara tembakan dari kedua belah pihak mulai terdengar dan korban mulai berjatuhan.
Bangunan yang ada mulai hancur akibat granat yang dilempar sana sini oleh kedua belah pihak. Para warga sipil yang menjadi korban mulai berjatuhan, ada yang melarikan diri ada pula yang bersembuyi.
Kebanyakan bangunan yang ada disana adalah rumah-rumah pel*curan dimana para pria hidung belang bisa memuaskan nafsu **** mereka dan para korban yang berjatuhan adalah para wanita malam dan para pria hidung belang yang sedang menyalurkan hasrat mereka.
Karena kejadian itu memakan banyak korban, para polisi turun tangan begitu juga dengan para tentara. Kedua kelompok yang tadinya sedang bertikai, mulai menyerang para polisi dan tentara yang akan menangkap mereka dan mengamankan tempat itu.
Seorang pemimpin tentara terbaik bernama David Adison juga ada disana untuk menghentikan pertikaian antar dua kelompok yang merugikan banyak orang. Dia langsung turun tangan untuk menghentikan pertikaian itu agar korban yang berjatuhan tidak bertambah.
Dengan pengalaman yang ada dan diusianya yang tidak muda lagi, David Adison dan rekan-rekannya sedang bersembunyi disebuah mobil yang hampir hancur oleh tembakan dari dua kelompok yang sedang bertikai.
Mereka bersembunyi karena para penjahat menghujani mereka dengan timah panas dan mereka harus mencari kesempatan bagus untuk menembaki setiap orang yang menjadi target mereka agar tidak ada korban lagi.
David memberi kode kepada para tentara yang ada dibelakangnya, dia akan mengalihkan perhatian dan memerintahkan mereka untuk berpencar.
Para anak buahnya mengangguk dan pada saat itu, David berguling kedepan untuk mengalihkan perhatian dan pada saat itu juga, dia di hujani puluhan timah panas.
Ini adalah kesempatan bagi yang lain dan mereka mulai berpencar dengan cara mengendap-endap dan mereka bersembunyi diantara bangunan yang hancur.
Mereka mulai melihat posisi para panjahat dan memberikan kode untuk teman mereka yang lainnya dan mereka kembali mengendap-endap untuk mendekati target mereka.
David keluar dari persembunyiannya dengan cara merangkak diantara puing bangunan dan bergabung dengan beberapa anak buahnya yang sedang berdiri dibelakang bangunan sedangkan para penjahat tampak was-was
"Hati-hati," ucap salah satu pemimpin kelompok yang sedang bertikai.
"Ini gara-gara kau! Jika kau mau memberikan wilayah itu padaku maka kita tidak akan mengundang mereka!" jawab pemimpin kelompok lainnya..
"Diam! Setelah menghabisi tentara itu baru kita menyelesaikan permasalahan diantara kita!" bentak pemimpin kelompok lainnya dan berkat suara bentakan itu, David Adison dan para anak buahnya mengetahui posisi mereka.
"Kalian bertiga, pergi kearah jam 3 dan kalian kearah jam 9," perintahnya.
"Yes Sir!" jawab anak buahnya dengan hormat dan mereka mulai berpencar.
David mengajak anak buah yang lainnya yang sedang bersembunyi dibangunan lainnya untuk ikut dengannya dan mereka mulai keluar dari persembunyian, mereka berjalan mengendap-endap mendekati musuh dengan senjata yang sudah siap di tangan mereka.
Pada saat itu, salah seorang penjahat keluar dari persembunyiannya untuk melihat keadaan dan pada saat itu juga, anak buah David langsung menembaknya hingga pria itu jatuh terkapar di atas tanah.
Para penjahat mulai panik dan keluar dari persembunyian mereka sedangkan para polisi dan tentara bekerja sama menyergap mereka dan menembaki mereka satu persatu.
"Dor..dor..dor!" baku tembak kembali terjadi antara tentara, polisi dan dua kubu penjahat.
Suara letusan senjata api terus terdengar, David Adison dan anak buahnya terus menyergap para penjahat hingga dari mereka yang tersisa terus terdesak mundur kedalam sebuah bangunan.
"Cepat lempar granatnya!" perintah salah seorang pemimpin penjahat kepada anak buahnya.
"Sabar bos, ini macet!" jawab anak buahnya sambil berusaha memutar granat yang ada di tangannya.
"Ck, berikan padaku, cepat!"
Pemimpin kelompok itu langsung merebut granat yang ada di tangan anak buahnya dan berusaha memutarnya tapi memang macet.
Pada saat Granat berhasil diputar, penjahat itu langsung melemparkannya kearah tentara yang menyergap tapi sayang seseorang sudah melempar bom asap kedalam ruangan hingga asap memenuhi ruangan.
Granat yang dia lempar terpental keluar dan masuk kedalam bangunan lain dan pada saat itu?
"Duuuaaar!" ledakan terjadi dan menghancurkan bangunan itu.
"Sialan!" mereka semakin terdesak dan tidak bisa melihat apapun karena jarak pandang yang semakin minim akibat asap memenuhi ruangan.
Para tentara yang dipimpin oleh David Adison masuk menyergap dan menembaki mereka satu persatu.
Para penjahat tidak berdaya saat mereka ditembaki dan saat sudah selesai, para polisi mulai mengevakuasi korban yang ada diluar sana sedangkan David mengumpulkan anak buahnya untuk melihat keadaan mereka.
Beberapa dari mereka terluka akibat tembakan dan yang terluka dibawa oleh mobil Ambulance untuk ditangani.
Ketika David ingin pergi, samar-samar terdengar suara tangisan bayi. David menghentikan langkahnya untuk mendengar suara itu lebih jelas dan memang, tangisan bayi semakin nyaring terdengar dan suara itu datangnya dari puing-puing bangunan yang hancur akibat Granat.
David segera menghampiri datangnya suara dan mencari-cari diantara puing-puing bangunan, matanya tertuju pada mayat yang belum di Evakuasi dan dari sanalah tangis bayi itu terdengar.
David segera berjongkok dan menyingkirkan mayat yang ternyata seorang perempuan, mayat itu sedang mendekap seorang bayi mungil yang sedang menangis.
"Oh astaga!" David berjongkok dan mengendong bayi yang masih terus menangis dan itu adalah bayi perempuan.
"Kelompok kurang ajar, anak-anak dan wanita bahkan jadi korban!" ucapnya sambil melihat mayat wanita yang memeluk si bayi dan mungkin wanita itu adalah ibu si bayi.
"Sir," seorang anak buahnya mendekatinya.
"Bereskan mayat wanita ini dan aku yang akan mengambil bayi ini!" perintah David sambil berjalan pergi.
Putranya punya anak perempuan yang berusia dua tahun, mereka pasti mau membesarkan bayi yang dia bawa dan jika tidak, maka dia yang akan membesarkannya.
Karena iba dengan bayi itu, David membawanya pulang dan pada saat melihatnya, hati menantu dan putranya tidak tega. Mereka memutuskan mengadopsi bayi yang ayahnya bawa pulang.
Bayi itu mereka beri nama Vivian Adison dan tentunya mereka merawat Vivian dengan penuh cinta dan tidak membeda-bedakan antara Vivian dengan putri mereka walaupun mereka tidak tahu asal usul Vivian.
Kesalahan yang dibuat David malam itu adalah, dia tidak mencari tahu siapa wanita yang memeluk Vivian dan melindunginya sampai mati dan ini akan menjadi bom waktu bagi mereka nanti, saat identitas orang tua Vivian terkuak.
25 tahun kemudian.
Bandar Udara Heathrow, London Inggris.
Sebuah pesawat mulai lepas landas dari bandara Heathrow menuju Venezuela. Didalam pesawat terdapat ratusan penumpang dan diantara para penumpang tersebut terdapat seorang agen cantik yang ditugaskan untuk menangkap seorang buronan yang akan melarikan diri ke Venezuela.
Agen cantik itu adalah Vivian Adison dan dia adalah agen muda terbaik yang bekerja disebuah organisasi yang dinaungi oleh pemerintah Inggris.
Vivian bergabung pada usia dua puluh satu tahun dan sudah empat tahun dia menjadi agen rahasia yang membantu pemerintahan Inggris untuk menangkap buronan yang rata-rata adalah para penjahat kelas kakap.
Identitasnya dirahasiakan karena identitas setiap anggota yang ada didalam organisasi selalu dirahasiakan dan dia dipanggil Angel oleh para rekannya. Keberhasilannya dalam menangkap buronan tidak pernah diragukan dan kali ini, misinya menangkap seorang bandar narkoba yang hendak melarikan diri ke Venezuela dengan menyamar.
Vivian berpura-pura menjadi penumpang biasa dan menyamar, dia berbaur dengan penumpang lainnya tapi mata elangnya, setia mengawasi target yang berada tidak jauh darinya.
Seorang pria berwarna negara Amerika dan berkulit hitam manjadi targetnya kali ini, dia harus menangkap pria itu dan misinya tidak boleh gagal.
Saat pesawat sudah terbang dengan stabil dan pada saat tanda sabuk pengaman sudah dimatikan, para penumpang ada yang bangkit berdiri untuk melakukan urusan mereka dan ada juga yang memilih untuk tidur.
Vivian melepas sabuk pengamannya dan mulai mendekati targetnya, dia harus mulai bertindak sebelum pesawat terbang lebih tinggi.
Dia berjalan mendekati target sambil membawa segelas minuman ditangannya dan pada saat dia sudah berada didepan targer, Vivian pura-pura tersandung dan jatuh diatas pangkuan pria berkulit hitam yang menjadi targetnya sedangkan minuman yang dia bawa tumpah mengenai bajunya.
"Oh my God, sorry sir." ucap Vivian pura-pura sedangkan pria itu memegangi bahunya.
"Dont worry." jawab pria itu tapi matanya tertuju kearah belahan dada Vivian yang basah karena minuman dan pada saat itu juga, pria berkulit hitam itu menelan salivanya dengan kasar apalagi, Vivian berpura-pura mengelap dadanya yang basah.
Itu dia lakukan untuk memancing targetnya dan sepertinya, umpan yang dia lemparkan mulai ditangkap.
Vivian bangkit berdiri dan kembali meminta maaf kepada pria itu dan kembali mengelap-ngelap dadanya yang basah.
"Aku benar-benar minta maaf tuan." ucapnya lagi dan dia pura-pura merasa bersalah.
"Tidak masalah, jangan dipikirkan." jawab pria itu.
"Oh bajuku basah, sebaiknya aku kekamar mandi." ucap Vivian dengan pelan dan pria itu dapat mendengarnya.
"Sekali lagi aku minta maaf." ucap Vivian dan dia segera melangkah pergi menuju toilet sedangkan pria berkulit hitam itu, bangkit berdiri dan mulai mengikuti langkah Vivian.
Vivian menyungginggkan bibirnya dan terus melangkah sampai dia tiba didepan toilet. Dengan perlahan Vivian membuka pintu toilet dan pada saat dia hendak menutup pintu itu, pria berkulit hitam yang mengikutinya langsung menerobos masuk kedalam.
"Tuan?"
"Stts!" pria itu meletakkan jarinya di bibir Vivian sedangkan sebuah seringai menghiasi wajah Vivian karena umpannya benar-benar ditangkap dengan baik.
"Tu...tuan, aku tidak sengaja dan benar-benar minta maaf." Vivian tampak gugup.
"Girl, siapa namamu?" pria itu mengangkat dagu Vivian.
"A..Angel." jawab Vivian berpura-pura gugup sedangkan tangannya mulai mengambil sesuatu yang ada dikantong celananya.
"Angel, mari bermain denganku." ucap pria itu dan dia hendak mencium bibir Vivian tapi pada saat itu, Vivian menyemprotkan sesuatu kewajah pria itu.
"Ugh, kau!" pria itu berusaha melangkah mundur tapi toilet pesawat sangat sempit hingga ruang geraknya terbatas.
Vivian kembali menyemprotkan cairan yang dia bawa dan dalam sekejap mata saja, pria berkulit hitam itu pingsan. Setelah targetnya pingsan, Vivian menyimpan kembali alat semprotnya kedalam saku celana dan setelah itu, dia melepaskan rambut palsu yang dia pakai dan membuangnya ke tong sampah.
Dengan perlahan, Vivian membuka pintu toilet dan mengintip keluar dan setelah itu, dia melihat jam dipergelangan tangannya. Pesawat baru saja terbang beberapa menit dan dia harus bergegas.
Vivian mengambil sebuah alat dimana sebuah titik merah menyala dari alat yang dia ambil. Itu adalah titik kordinat dimana dia akan mendarat nanti dan sedikit lagi dia tiba ditempat itu jadi dia harus segera bergegas.
Setelah melihatnya, dia kembali mengintip keluar dan pada saat itu, seorang pramugari lewat didepan toilet. Vivian meminta bantuan pramugari itu untuk memapah buronannya ketempat duduknya dan tentu saja dia membohongi si pramugari jika pria itu sahabatnya yang pingsan karena tidak pernah naik pesawat.
Pria itu dipapah kekursi Vivian dan didudukkan disana, setelah pramugari itu pergi, Vivian mengambil jaket dan memakainya dan setelah itu, dia juga mengambil perlengkapan lainnya dan memakainya. Tidak lupa, dia juga memakaikan sebuah ransel pada siburonan dan setelah siap dengan semuanya, Vivian memakai sebuah kaca mata dan dia langsung bangkit berdiri dan pada saat itu, semua mata tertuju kearahnya karena penampilannya.
Vivian menghampiri pintu darurat karena dia duduk didekat pintu itu tapi pada saat melihatnya, seorang pramugari berteriak untuk menghentikannya.
"Hei nona apa yang ingin kau lakukan?"
Vivian hanya tersenyum, dia segera membuka pintu darurat dan setelah itu dia berteriak, "Adios."
Angin kencang langsung berhembus dan para penumpang mulai berteriak, Vivian menarik tubuh targetnya dan melemparkan tubuh pria berkulit hitam itu keluar dan setelah itu dia sendiri melompat kebawah sana.
Seluruh isi pesawat jadi heboh dan benda-benda mulai beterbangan, seseorang yang tidak jauh dari pintu darurat langsung menutup pintu pesawat kembali yang pastinya, pesawat itu berputar kembali ke bandara Heathrow, London karena kejadian itu.
Sedangkan diatas sana, Vivian membuka kedua tangan dan kakinya karena jaket yang dia pakai adalah sebuah parasut yang berbentuk seperti kantung Tupai untuk terbang. Dia berusaha mengejar tubuh pria berkulit hitam yang terus jatuh kebawah.
Terkadang Vivian memiringkan tubuhnya kekiri dan terkadang kekanan agar lajunya seimbang mengikuti hembusan angin. Dia mulai berusaha meraih tubuh pria berkulit hitam itu dan setelah mendapatkan tubuh pria itu dengan susah payah, pria itu sadar dari pingsannya dan berteriak kaget karena dia berada di udara dan hendak jatuh kebawah. Vivian memukul tengkuk pria itu dengan sekuat tenaga hingga pria itu pingsan kembali dan mendesis dalam hati, "Cih, buronan yang merepotkan!"
Dia memegangi tubuh pria itu dan pada saat sudah tiba dikordinat yang ditentukan, yaitu diatas laut dan jarak mereka hanya beberapa ribu kaki saja, Vivian membuka parasut yang terpasang ditubuh pria itu dan pada saat itu juga, tubuh sang buronan melambung keatas karena parasut sudah mengembang.
Hal itu juga Vivian lakukan, dia membuka parasutnya dan pada saat itu, tubuhnya juga melambung keatas. Di atas laut, para rekannya sudah menunggunya di atas sebuah kapal. Tidak hanya itu, beberapa Jetsky juga ada di sana dimana para rekannya mengendarai benda itu sambil memutari kapal besar yang siap membawa buronan.
Vivian mendarat di atas kapal sedangkan tubuh buronan terhempas keatas laut. Para rekannya yang mengendarai Jetsky mulai menghampiri buronan dan menarik tubuh pria berkulit hitam itu mendekati kapal.
Tubuh sang buronan dinaikkan keatas kapal sedangkan Vivian sedang membuka parasut yang dipakainya.
"Good job Angel." puji rekannya sedangkan sebuah senyuman menghiasi wajah Vivian.
"Oke, berikan aku sebuah Jetsky." pintanya.
"Untuk apa?" tanya pimpinannya.
"Tentu untuk menikmati laut." jawab Vivian.
"Hei kau, berikan Jetsky mu untuknya." perintah pimpinannya kepada salah satu anak buahnya.
Kunci Jetsky diberikan untuk Vivian dan gadis itu segera naik keatas benda itu, sebelum menyalakan benda itu, atasannya berteriak dari atas kapal.
"Angel, besok datang kekantor Karena ada tugas penting untukmu."
Vivian menyalakan Jetsky dan melambaikan tangannya dan setelah itu, dia membawa benda itu meliuk di atas ombak bahkan melompat di atas deburan ombak yang kencang. Dia sangat puas misinya berhasil dan besok, misi apapun yang diberikan untuknya, dia yakin bisa melakukannya tapi dia tidak tahu, misi yang dia hadapi besok tidak mudah dan akan menjadi sebuah tantangan untuknya.
Semenjak ditemukan oleh David Adison, Vivian Adison diadopsi oleh Charles Adison dan Marta Adison.
Charles adalah mantan Wali kota di sebuah kota bagian di Inggris, putri pertamanya sudah menikah sedangkan Vivian Adison, sedang menikmati karirnya sebagai agen rahasia untuk membantu pemerintahan Inggris.
Charles dan Marta sangat mendukung Vivian dan tidak melarangnya melakukan apa yang dia mau.
Kemampuan yang Vivian dapatkan adalah hasil latihan yang dia lakukan semenjak dia berusia tujuh tahun dan tentu saja David yang melatih Vivian sewaktu dia menjadi tentara.
David melatih cucunya bukan tanpa alasan, pengalaman yang tidak menyenangkan harus dialami oleh Vivian, dia ditangkap oleh sekelompok penjahat yang menyandera anak-anak sewaktu disekolah.
Vivian dibawa pergi dan malang baginya, dia mendapat pelecehen seksual. Walau tidak sampai diperkosa tapi hal itu membuatnya trauma dan benci dengan laki-laki.
Sejak kejadian itu Vivian takut bertemu dengan dengan laki-laki, sebab itulah David melatih cucunya bela diri supaya Vivian bisa menjaga dirinya.
Disaat usianya semakin dewasa, Vivian sudah bisa mengendalikan emosinya. Seorang pria bahkan hadir dalam hidupnya dan membuat trauma yang dia alami berangsur sembuh tapi sayang, dia harus berpisah dengan cinta pertamanya yang pergi dengan alasan pekerjaan.
Pria itu berjanji akan kembali lagi dan meminta Vivian untuk menunggu tapi sudah lima tahun, cinta pertamanya tidak pernah kembali lagi.
Vivian setia menunggu karena rasa cintanya Yang besar pada pria itu dan lagi pula, dia tidak suka disentuh pria manapun jadi dia menolak setiap ada pria yang tertarik dengannya dan menunggu cinta pertamanya kembali.
Setelah menyelesaikan tugasnya, Vivian kembali kerumahnya karena dia sudah sangat ingin mandi.
Tubuhnya terasa lengket dan dia merasa sudah tidak betah. Tugas yang dia jalani berjalan dengan lancar dan dia sangat bangga.
Vivian menghentikan langkahnya saat merasa curiga rumahnya yang sepi, kemana orang-orang?
Dengan pelan dan hati-hati, Vivian berjalan masuk dan pada saat itu? Sebuah benda melesat kearahnya dengan cepat.
Vivian bersalto kedepan untuk menghindari benda itu tapi tidak lama kemudian, lagi-lagi benda yang sama melesat kearahnya dan kali ini dia terus bersalto kedepan untuk menghindari benda yang terus menghujaninya.
"Jleb...Jleb....Jleb!" benda itu menancap ke dinding.
Benda yang menghujaninya adalah anak panah yang berukuran pendek dan terbuat dari Aluminum. Vivian tampak waspada karena dia punya firasat dia akan mendapatkan kejutan lagi dan benar saja, suara tembakan mulai terdengar.
"Dor..dor...dor...dor!"
Rentetan peluru karet yang keluar dari senapan otomatis mengarah kearahnya sedangkan Vivian menggeleng dan sekarang dia bersalto kebelakang, dia bahkan berlari keatas tembok dengan cepat untuk menghindari peluru-peluru yang sedang mengejarnya.
Dia terus berlari sampai mencapai meja, Vivian membalikkan meja untuk menjadi tamengnya dan bersembunyi sedangkan peluru yang ditembakkan terus menghujaninya.
Vivian menarik nafasnya dan diam saja, cukup lama dia bersembunyi dibalik meja sampai suara tembakkan berhenti.
Setelah merasa aman, dia mengintip dari balik meja, biasanya sudah selesai tapi dia tidak boleh lengah karena bisa saja ada senjata lain yang melayang kearahnya lagi.
Beberapa menit telah berlalu dan tidak terjadi apa-apa, Vivian keluar dari persembunyiannya dan berjalan dengan santai hendak menuju kamarnya tapi pada saat itu, sebuah pisau melayang ke arahnya.
Dengan cekatan Vivian menghindari pisau itu tapi pisau lain kembali melayang kearahnya.
Vivian segera bersalto kebelakang untuk menghindar dan menendang gagang pisau hingga benda tajam itu menancap kedinding.
"Ya ampun kakek! Apa kau mau membunuhku?!" tanyanya dengan sedikit berteriak.
Pada saat itu seorang pria tua sambil memegang tongkat keluar dan berjalan mendekatinya.
"Kenapa? Kau seorang Agen dan kau harus waspada terhadap senjata musuh yang bisa melukaimu kapan saja!" ucap kakeknya.
"Aku tahu kakek tapi lihatlah, rumahnya jadi hancur dan berantakan."
David mengangkat tangannya dan menjentikkan jarinya ke udara dan pada saat itu, para pelayan keluar untuk membereskan kekacaun akibat senjata yang menghujani Vivian.
"Bagaimana tugasmu hari ini?" David berjalan masuk, sedangkan Vivian mengikutinya.
"Tentu saja berhasil kakek."
"Jangan terlalu berpuas diri dan sebaiknya banyaklah berlatih."
"Aku tahu kakek, terima kasih atas nasehatnya."
Mereka berjalan menuju meja makan dan duduk bersama, Vivian mengambil buah apel yang ada di atas meja dan menggigitnya.
"Vivian, kakakmu sudah menikah dan punya anak, apa kau belum mau menikah?" tanya kakeknya.
Vivian menghentikan menggigit buat apelnya dan menatap kakeknya sejenak tapi kemudian, dia kembali mengigit buah apelnya.
"Aku masih menikmati karirku kakek," jawabnya berasalan. Jangan sampai kakeknya tahu jika dia masih menunggu cinta pertamanya.
"Baiklah, setidaknya kau sudah harus memikirkannya mulai sekarang."
"Kakek jangan khawatir, aku akan memikirkannya tapi saat ini aku ingin menikmati karirku. Besok aku akan mendapat misi penting jadi aku akan fokus dengan misi yang harus aku jalani terlebih dahulu."
"Bagus, kau harus membantu Negara memberantas para penjahat yang merugikan dan jangan lupa pesanku, jangan pernah terlibat perasaan dengan pria yang menggeluti dunia hitam."
"Aiyaye kapten!" Vivian mengangkat tangannya dan meletakkan telapak tangan di dahi.
"Apa yang daddy ucapkan?" Charles dan istrinya berjalan menghampiri mereka.
"Daddy, mommy," Vivian bangkit berdiri dan menghampiri kedua orang tuanya.
"Sayang, bagaimana dengan tugasmu?" Marta memeluk Vivian yang sudah dia anggap sebagai putrinya dan mengusap dahinya.
"Tentu saja berjalan dengan lancar mom," jawab Vivian.
"Wah, mommy sangat bangga padamu," ucap Marta bangga.
"Apa maksudmu Charles? Aku hanya menasehati cucuku! Dia seorang agen jangan sampai dia terlibat percintaan dengan orang-orang yang menggeluti dunia hitam."
"Daddy terlalu berlebihan, jodoh tidak ada yang tahu. Bisa saja jodoh Vivian tidak ada di negara ini dad, bisa saja jauh disebrang sana," jawab Charles.
"Hal itu tidak akan terjadi Charles, aku akan menjodohkan Vivian dengan cucu sahabatku yang sesama tentara."
"Boleh juga tapi jika dia tidak mau maka aku akan menjodohkannya dengan anak rekan bisnisku," ucap Charles pula.
Vivian tercengang, apa-apaan kakek dan ayahnya. Tentara? Anak pengusaha? Dia tidak berminat sama sekali.
Kakek dan ayahnya terus berdebat mengenai pria yang akan mereka jodohkan kepada Vivian, sedangkan Vivian mulai tidak tahan lagi. Jangan sampai ayah dan kakeknya melakukan rencana mereka, jika sampai hal itu terjadi dia takut ayah dan kekeknya akan malu. Lebih baik dia mengatakan yang sebenarnya kepada ayah dan kakeknya jika dia sedang menunggu cinta pertamanya dan tidak akan menikah dengan siapapun selain dia.
"Kakek, daddy, maaf tapi aku tidak mau dijodohkan. Kalian sudah sangat baik padaku selama ini tapi untuk satu hal ini aku tidak bisa menuruti permintaan kalian jadi maaf. Aku tidak mau menikah dengan pria manapun dan kalian pasti tahu alasannya. Aku benci dengan lelaki yang ada di dunia ini dan aku masih menunggunya, satu-satunya orang Yang mengubah duniaku saat aku trauma jadi jangan memintaku untuk menikah!"
"Vivian apa kau masih takut dengan laki-laki dan apa kau masih menunggunya?" tanya Ibunya.
"Seharusnya mommy tahu, aku benci dengan mereka sejak kejadian itu dan hanya dia yang ada dihatiku!"
"Tapi Vivian, bagaimana jika dia tidak akan kembali lagi? Kami tidak bisa menjagamu selamanya karena ada dimasa kontrak kami sudah selesai dan kami akan mati! Pada saat itu, siapa yang akan menjagamu? Siapa yang akan merawatmu jika kau sakit? Kau tahu bukan kakakmu sudah berkeluarga dan tidak bisa selalu bersama denganmu, kau juga harus memikirkan hal ini, bagaimana jika dia tidak akan kembali dan sudah menikah?" ucap ibunya.
"Mom Please!" Vivian memutar langkahnya.
"Aku tahu kalian sangat menghawatirkan aku tapi kejadian yang aku alami beberapa tahun lalu telah membuat aku seperti ini sehingga aku tidak mudah percaya dengan laki-laki tapi aku percaya dia pasti akan kembali."
"Aku tidak perlu lelaki lain dalam hidupku dan kalian tidak perlu khawatir, jika memang dia tidak kembali dan pada saat aku memutuskan untuk pensiun maka aku akan membuka sebuah panti asuhan. Aku sudah mulai menabung jadi jangan paksa aku untuk menikah!"
Setelah berkata demikian Vivian masuk kedalam kamarnya sedangkan kedua orang tua juga kakeknya hanya bisa menggeleng.
Memang kejadian yang menimpa Vivian memberikan trauma yang besar dan telah membuatnya membenci laki-laki.
Tapi mereka tidak menyangka jika sampai sekarang Vivian masih trauma akan hal itu, mereka berharap semoga ada seseorang yang bisa mengubah pandangan Vivian jika tidak semua lelaki adalah ba*ingan dan mereka juga berharap Vivian berhenti menunggu orang yang tidak pernah kembali lagi untuk mencarinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!