Sisil sedang duduk termenung ditaman belakang rumah sahabatnya itu. Dia memikirkan kembali, ucapan sang papa mengenai perjodohan dengan anak rekan kerjanya itu. Dia nampak sedang bingung. Karena saat ini hanya Dito satu - satunya orang yang bisa membatalkan perjodohannya. Akan tetapi, Dito seketika menghilang begitu saja. Ketika Sisil mencoba untuk membujuknya untuk pergi menemui kedua orang tuanya itu.
Sisil tampak sangat gelisah. Sesekali dia memandang lurus dengan pikirannya yang kosong. Seperti sudah tidak ada lagi jalan keluar untuknya.
Dia mengusap wajahnya dengan kasar. Tampak sangat frustasi.
"Aaargggghhhhh." Dia menarik rambut dengan kedua tangannya kesal dan menghentak - hentakkan kakinya dilantai.
Seseorang yang sedang memperhatikannya dari tadi tampak tersenyum melihat Sisil dengan keadaan yang sedang berantakan itu. Dia mengetahui semua permasalahan yang sedang dihadapi olehnya.
Orang itu berjalan mendekati Sisil yang sedang duduk dibangku kayu. Dia duduk tepat disampingnya. Sisil yang nampak kaget melihat seseorang duduk disampingnya itu.
"Bang Vino, bikin kaget saja!" Sisil mengusap dadanya karena terkejut dengan kedatangan Vino yang tidak bersuara itu.
"Kenapa, Kamu kok kaget begitu. Sedang ada masalah ya?" Selidik Vino dengan tangan yang memegang dagu. Menatap Sisil dengan tajam.
"Tidak ada ba-ang." Sisil sangat gugup menjawab pertanyaan dari Vino. Dia yakin kalau Vino mungkin tahu kalau dia sekarang sedang berbohong.
"Aku tahu, saat ini kamu menginap disini hanya untuk menghindari papamu saja." Ucapan Vino kali ini sukses membuat Sisil menjadi terdiam. Dia sangat terkejut dengan apa yang diucapkan oleh abang dari sahabatnya itu.
"Abang Sok ta-hu deh." Ucap Sisil dengan mengalihkan pandangannya kearah lain. Dia sama sekali tidak berani melihat mata Vino. Karena takut ketahuan kalau dirinya sedang berbohong.
"Kamu tidak usah mengelak. Aku sudah tahu semuanya. Kamu menghindari papamu, karena menolak perjodohan yang direncanakan papamu kan? kamu juga saat ini sedang bingung mencari cara agar perjodohan ini bisa batal. Karena aku tahu satu - satunya syarat dari papamu. Perjodohan ini batal kalau kamu membawa pacar atau calon suamimu itu kan?" Ucap Vino tepat sasaran. Membuat Sisil terkejut dan membungkam mulutnya dengan kedua tangan dengan tidak percaya.
Sisil mencoba mengelak. Akan tetapi, Vino terus saja mendesaknya. Dia sama sekali tidak bisa berbohong didepan Vino. Karena Vino memang sudah mengetahui semuanya.
Pada akhirnya, Sisil menceritakan semuanya kepada Vino. Dia hanya mengangguk - mengangguk saja mendengar semua cerita Sisil.
Kesimpulan yang Vino tanggap dari Sisil adalah harapan satu satunya untuk bisa mencegah perjodohan dirinya hanya Dito. Dia memang kekasih Sisil. Akan tetapi, Dito menghilang begitu saja. Setelah kejadian penculikan kepada Virgin.
Dia juga tidak tahu kenapa Dito bisa berbuat seperti itu. Sisil hanya tidak menyangka kalau Dito bisa berbuat nekat seperti itu.
Vino mencoba berpikir dan memberi Sisil solusi. Dia mendapatkan ide, dengan memberikan penawaran kepada Sisil.
Penawaran yang diajukan kepada Vino adalah Dia akan berpura - pura menjadi pacar Sisil dan menikahinya. Dia juga akan menolongnya untuk bisa bebas dari perjodohan itu. Sisil yang mendengar penawaran Vino, langsung menolaknya mentah - mentah. Dia tidak ingin terjebak didalam pernikahan yang diajukan oleh Vino.
Sisil hanya mau menikah dengan orang yang dia cintai dan juga mencintainya. Dia tahu kalau saat ini dia dan Vino sama - sama tidak saling mencintai.
"Aku tidak mau bang! aku tidak ingin bermain - main dengan ikatan pernikahan! menurutku pernikahan itu suci dan hanya akan dilakukan seumur hidupku." Ucapnya menolak dengan tegas.
"Ya aku tahu, akan tetapi kamu juga tidak inginkan perjodohan yang direncanakan oleh papamu itu terjadi? aku hanya mau membantu kamu bisa lepas dari perjodohan itu. Atau kamu mau menikah dengan anak dari rekan kerja papamu itu?" Sisil yang bergidik mendengar ucapan Vino yang sedikit berbisik didekat telinganya. Dia juga merasakan hawa panas ketika sedang berdekatan dengan Vino.
Vino yang melihat ekspresi Sisil, langsung tersenyum penuh arti. Dia menyakini kalau kali ini rencana yang akan dia buat akan berjalan lancar.
Flashback on...
Seminggu yang lalu setelah penculikan adiknya itu. Vino mencari tahu semua tentang Dito dan Sisil. Dia baru mengetahui kalau selama ini mereka berpacaran. Vino juga tidak tahu pasti kenapa bisa Dito itu punya rencana menculik adiknya? dia sangat yakin kalau ada dalang dibalik semua ini.
Vino yang berhasil mencari informasi mengenai Sisil. Dia mengetahui kalau ternyata Sisil sudah dijodohkan oleh anak rekan kerja papanya. Akan tetapi, Sisil menolak keras. Dan mengajukan pembatalan perjodohan ini. Papanya menyetujui, dengan syarat Sisil harus membawa pacarnya dan diperkenalkan kepada orang tuanya.
Vino berencana untuk menikahi Sisil. Makanya dia membuat rencana dengan pura - pura mengajukan penawaran kepada dirinya. Karena dia juga tidak ingin Sisil menikah dengan laki - laki pilihan papanya itu.
Jujur saja, Vino memang sengaja membuat rencana ini. Makanya, dia mencari semua informasi mengenai Sisil secara detail. Dia juga berencana untuk bisa lebih dekat dengannya.
Flashback off...
Vino masih menunggu jawaban Sisil. Dia sangat tidak sabar sekali. Karena Sisil terlalu lama berfikir. Akhirnya Vino memutuskan untuk mencoba mengajak Sisil taruhan.
"Ya sudah. Bagaimana kalau kita taruhan saja?" Ucap Vino menyadarkan Sisil yang sedang berpikir itu.
"Maksud abang apa? kita taruhan apa?" Sisil menggaruk kepalanya dengan bingung.
"Kalau aku berhasil membujuk papamu, untuk membatalkan perjodohan ini. Kamu harus menuruti semua keinginanku setelah menikah nanti! akan tetapi, kalau aku tidak berhasil. Kamu boleh meminta apapun dariku." Ucap Vino dengan tegas dan penuh arti.
Sisil tampak berpikir dan mempertimbangkan dengan apa yang diucapkan oleh Vino tadi.
"Oke. Bang Vino harus janji! kalau abang gak berhasil. Abang harus tetap membantuku untuk bisa membatalkan perjodohan ini tanpa harus menikah denganmu! Karena aku juga masih mau meneruskan kuliahku sampai selesai. Dan juga-." Sisil terdiam tidak meneruskan kalimatnya. Lalu menggelengkan kepalanya melihat Vino dengan senyum terpaksa.
"Dan juga apa? apa aku harus membantumu juga untuk mencari Dito?" tanya Vino dengan sedikit mengejek.
Sisil hanya menunduk saja. Dia tidak berani melihat Vino. Karena apa yang diucapkan Vino dengan kalimatnya yang terpotong itu tadi benar adanya.
Dia bingung dengan Vino. kenapa selalu mengucapkan kata - kata yang tepat dengan apa yang ada dipikirkannya. 'Apakah bang Vino bisa membaca pikirannya ya?' bathinnya.
"Bagaimana? kamu mau tidak? bertaruh denganku." Sisil yang melamun terasa dengan pertanyaan yang diajukan oleh Vino.
Pada Akhirnya, dia mengangguk. Mencoba untuk mengikuti permainan Vino. Dia juga yakin kalau Vino tidak akan berhasil membujuk papanya itu.
Vino berdiri dari tempat duduknya. Dia mengulurkan tangan kepadanya. Sisil yang melihat Vino sedikit mendongakkan kepalanya itu. Dia nampak bingung antara menerima uluran tangan Vino atau tidak.
"Ayo! kita kerumahmu sekarang!" Ujar Vino kepada Sisil. Membuat Sisil terdiam. Tetapi, menuruti semua omongan Vino. Dia menerima uluran tangan Vino kepada dirinya.
Seketika dirinya mengikuti Vino yang menggandeng tangannya itu. Keluar dari rumahnya dan menuju kerumahnya itu.
Apakah Vino akan berhasil membujuk orangtua Sisil?
*Happy Reading*
Sisil berjalan mengikuti Vino yang menggandeng tangannya. Mereka berencana untuk pergi kerumah Sisil dan menemui kedua orang tuanya.
Didalam mobil Sisil menanyakan kembali kepada Vino 'Apakah dia yakin dengan rencana yang dibuat itu akan berhasil?' Vino tidak menjawabnya. Akan tetapi, dia hanya tersenyum saja. Didalam hatinya dia yakin tentang rencana yang sudah dibuatnya itu.
Di perjalanan menuju rumah Sisil, dia hanya berdiam diri saja. Larut dengan pikirannya sendiri. Dia masih agak ragu kalau rencana Vino ini akan berhasil. Karena Sisil tahu bagaimana karakter dari papanya itu. Papanya sangat keras kepala dan tidak suka dibantah. Jadi, dia masih tidak yakin akan berhasil.
Sesampai nya dirumah, Vino langsung mengklakson mobilnya. Keluarlah satpam yang ada dirumah Sisil. Lalu, membukakan pintu rumahnya itu. Vino menurunkan kaca mobilnya itu. Dia lalu menyapa satpam tersebut. Sisil sedikit terkejut ketika satpam itu mengetahui siapa yang ada dimobil itu dan menyapanya balik.
Sisil memandang Vino dengan heran. Padahal dia baru pertama kali membawa Vino kemari. Tetapi, Vino terlihat seperti sudah sangat akrab dengan satpam dirumahnya itu.
Vino memarkirkan mobilnya, dan mematikan mesin mobilnya itu sebelum dia keluar. Dia masih melihat Sisil yang menatapnya selidik. Vino melepas kacamata hitamnya itu lalu mendekati wajah Sisil. Sedikit berbisik ditelinganya itu " kalau kamu tidak mau turun, nanti aku akan menciummu." Sisil yang mendengar itu langsung bergidik dan mendorong tubuh Vino menjauh dari dirinya. Lalu dia dengan cepat keluar dari mobil laki - laki itu.
Vino hanya tertawa melihat tingkah laku Sisil yang dengan cepat menjauh darinya dan pergi masuk kedalam rumahnya itu.
Vino turun dari mobil dan bersiap untuk masuk kedalam rumah itu. Dia sedikit berdehem untuk menghilangkan gugup yang ada didalam dirinya. Ketika Vino menggoda Sisil tadi dia memang tidak terlihat gugup dan santai. Akan tetapi, setelah kepergiannya dia kembali menjadi gugup. Itulah alasan dia tadi menggoda Sisil. Bukan karena dia orang yang jahil tapi, untuk menghilangkan rasa gugup yang dia sembunyikan dari wanita itu.
Vino masuk kedalam rumah Sisil. Dia melihat sudah ada papa, mama dan Sisil yang berada didekat mereka. Papa dan mama Sisil menyambut Vino dengan ramah. Apalagi papanya Sisil dia sudah sangat senang sekali ketika melihat siapa yang datang kerumahnya itu. Sisil menjadi melongo dibuatnya. Dia tidak percaya sekali kalau papanya itu sudah sangat terlihat akrab dengan Vino.
"Vino...apa kabar nak?" Papa Sisil memeluk Vino dengan senang.
"Alhamdulillah baik Om." Jawab Vino yang sudah melepaskan pelukan dari papanya Sisil.
"Kalau tahu kamu yang akan kesini, om akan menyiapkan catur terlebih dahulu." Ucapnya dengan menepuk bahu Vino itu.
"Siap om, tapi tujuan saya kemari bukan itu." Saya kemari ada keperluan dengan om dan tante." Ucapnya dengan tersenyum kepada mamanya Sisil.
"Ma..buatkan minum untuk nak Vino." Perintah papanya Sisil kepada istrinya itu. Mama dan Sisil pergi menuju dapur untuk membuat minum dan membawa sedikit cemilan.
"Mari nak Vino, kita berbicara diruang tamu saja!" Papanya Sisil yang sudah merangkul bahu Vino dan mengajaknya menuju ruang tamu.
Sesampainya diruang tamu, Vino yang duduk didepan papa Sisil itu mulai membuka pembicaraan.
"Begini om, sebenarnya saya kemari ingin meminta izin kepada om untuk menikahi Sisil?"Ucap Vino dengan gugup dan tangannya memegang dengkulnya. Papanya Sisil sangat terkejut mendengarnya. Dia juga senang karena akhirnya dia mendapatkan calon menantu yang selama ini dia idamkan.
"Om terserah Sisil saja. Yang jelas kalau kamu serius dengan Sisil om akan menyetujuinya." Ucap papa Sisil dengan bahagia.
"Terimakasih om. Tentu saja saya sangat serius dengan Sisil. Saya sangat menyukainya om." Ucap Vino dengan tersenyum tulus.
Dia sedikit malu kepada papanya Sisil karena sudah jujur mengungkapkan perasaannya itu.
Dari dapur Sisil dan mamanya datang berjalan menuju ruang tamu. Suaminya yang melihat istrinya itu mendekat langsung melambaikan tangannya untuk segera bergabung dengan mereka.
Sisil tampak sangat bingung dengan papanya itu. Melihat wajahnya yang sangat berseri - seri dan senang itu. Seperti habis menang tender milyaran rupiah.
Setelah menyuguhkan minuman kepada Vino. Sisil ikut bergabung duduk disamping Vino itu. Lalu papanya menanyakan kepada Sisil mengenai niat Vino yang ingin menikahinya.
Sisil terdiam sesaat. Lalu dia melihat kearah Vino dan laki - laki tersenyum dengan senang dan penuh kemenangan. Sisil yang sudah menduga ini akan terjadi hanya bisa mendesah pelan.
"Bagaiamana Sisil? mengenai lamarannya nak Vino?" tanya papanya kepada Sisil yang tertunduk itu. Sisil lalu mengangkat wajahnya dan tersenyum. Dia hanya menganggukkan kepalanya saja. Dia juga bertanya kepada papanya itu. Mengenai rencana perjodohannya yang sudah disusun oleh papanya.
"Tapi, bagaimana dengan rencana papa yang akan menjodohkan Sisil dengan anak rekan papa itu?" tanya Sisil ragu.
"Papa sudah membatalkannya. Ternyata Ardi itu anak yang tidak baik. Papa sudah mengetahui ada maksud terselubung yang sudah dia rencanakan untuk menjatuhkan papa." Jawab dengan sedikit kesal ketika mengingatnya kembali.
"Jadi, perjodohan aku dibatalkan pa?" tanya Sisil antusias. Matanya sedikit terbuka lebar karena senang.
"Ya! papa sudah batalkan Perjodohan kamu. Dan papa menerima lamaran nak Vino tadi untukmu." Jawab papanya tak kalah senang.
"Tapi pa, aku kan masih kuliah. Kalau perjodohan ini dibatalkan otomatis aku juga tidak usah menikah dengan bang Vino." Sisil yang keceplosan langsung menutup mulutnya dengan cepat.
"Maksud kamu apa Sil?" tanya papa selidik. Sisil yang sudah ingin menjawab lagi. Ditahan oleh Vino biar dia saja yang akan jelaskan dengan mata yang melihatnya.
"Tidak ada maksud apa - apa om. Mungkin maksudnya Sisil dia hanya memikirkan kuliahnya saja." Vino berbicara dengan dibuat tenang untuk menutupi kegugupannya itu.
"Oh.. seperti itu, tapi om maunya Sisil dan Vino menikah dalam waktu dekat ini."Vino tersenyum mendengarnya. Tapi, Sisil yang terkejut itu berusaha untuk memprotesnya. Akan tetapi, usahanya sepertinya akan sia - sia saja. Karena sudah pasti papanya itu akan menolak.
"Baik om, saya juga maunya seperti itu. Pernikahan dilaksanakan setelah satu minggu dari proses lamaran. Bagaimana om?" Tanya Vino dengan senyum arti kepada papa Sisil dan juga Sisil sendiri.
"Baik om setuju!" Ucapnya singkat.
Sisil hanya bisa pasrah menerima keadaan. Bahwa dia akan segera menjadi istri dari seorang Vino Syahputra Pratama. Laki - laki yang dulunya menyenangkan tapi menjadi menyebalkan saat ini.
Setelah berbincang seperti itu. Papanya Sisil mempersilahkan Vino untuk minum dan memakan cemilannya. Sebelum dia menyesap minumannya. Dia sedikit melihat kearah Sisil. Vino berusaha menyimpan senyuman penuh kemenangan ini. Sisil menatap Vino dengan malas.
Tidak lama mereka asyik berbincang. Vino pamit untuk pulang kerumah. Dia juga ingin membicarakan masalah pernikahan ini dengan kedua orangtuanya. Terutama dengan ayahnya itu.
***
Dirumah Vino sudah bersama dengan ayahnya duduk berdua. Lalu Vino mulai berbicara kepada ayahnya itu. Dia memberitahukan kepadanya mengenai rencana pernikahannya dengan Sisil.
Awalnya ayahnya terkejut mendengar apa yang diucapkan oleh Vino. Mengenai rencana pernikahannya itu. Akan tetapi, ayahnya memahaminnya dan menyetujuinya. Dia juga memberitahukan Vino untuk membawa Sisil kerumah dan berbicara dengan yang lainya. Terutama sang ibu. Dia tidak ingin kalau ibunya itu akan terkejut mendengarnya.
***
Esok harinya pada saat makan malam Vino mengajak Sisil kerumahnya. Sekalian untuk memberitahukan kepada keluarganya mengenai rencana pernikahannya itu. Sisil tampak tertunduk ketika semua anggota keluarga lengkap. Mereka telah menyelesaikan makan malamnya. Sekarang sedang berkumpul diruang keluarga. Untuk mendengarkan Vino yang akan memberitahukan sesuatu kepada mereka.
"Sebenarnya Vino ingin memberitahukan kepada kalian semua. Tadi Vino sudah kerumah Sisil dan berniat untuk melamarnya?" ucap Vino dengan tersenyum dan memegang tangan Sisil yang sedang menunduk.
"Kenapa mendadak seperti ini Vino?" tanya ibu.
"Apa kalian sudah?" ucap ayah menggantung.
"Tidak ayah!" elak Vino cepat.
"Terus kenapa?" tanya ayah kembali.
Vino yang mendengar pertanyaan dari ayahnya itu, akhirnya menceritakan semuanya. Dari awal sampai akhirnya dia memutuskan untuk melamar sahabat adiknya itu. Dia menjelaskan semua kepada keluarganya itu. Membuat semua yang ada diruang tamu itu terkejut.
Ayah Vino yang sudah tahu dari awal hanya berpura - pura saja agar yang lainya tidak curiga. Tak terkecuali Virgin sahabatnya Sisil adik dari Vino. Dia nampak sangat mencurigai sahabat dan abangnya itu.
*Happy Reading*
Setelah mendapatkan restu dari keluarga masing - masing. Baik keluarga Vino maupun keluarga Sisil sudah menyetujui untuk acara pernikahan akan dilaksanakan Satu minggu setelah acara lamaran.
Hari ini adalah hari dimana keluarga Vino akan datang kerumah Sisil untuk melamarnya. Persiapan untuk acara sudah diserahkan semuanya oleh pihak Wedding Organizer (WO).
Acara lamaran diadakan Sore hari. Segala persiapannya sudah rapi. Hanya tinggal menunggu keluarga Vino untuk datang saja. Dikamar Sisil tampak sudah selesai dengan riasannya. Dia terlihat sangat cantik dengan kebaya modern yang dipakainya serta riasan diwajahnya yang terlihat natural. Rambut Sisil yang hanya diikat kebelakang dan diberi sedikit hiasan bunga - bunga membuat semakin sempurna.
Dia duduk dibangku riasnya. Menatap kepada dirinya, lalu tersenyum yang sangat dipaksakan dengan wajah yang sendu. Dia masih tidak percaya kalau Satu minggu dari sekarang dia akan menjadi istri seorang Vino Syahputra Pratama. Laki - laki yang memang tidak dia cintai. Dia masih berharap kalau kekasihnya itu Dito hadir dihadapannya.
Sisil lalu menutup matanya. Air mata lolos jatuh ke pipinya, dengan cepat dia menghapusnya. Dia tidak ingin kalau sampai ada yang lihat. 'Dito, sampai saat ini aku masih menunggumu.' Gumamnya. Sisil memegang dadanya yang sesak itu.
Ketukan pintu kamarnya menyadarkan dirinya. Dia berjalan menuju pintu kamarnya. Terlihat sahabatnya itu yang ada dibalik pintu kamar. Lalu dia menyuruh Virgin masuk. Dia tersenyum kepada sahabatnya itu.
"Kamu cantik banget sih? aku masih tidak percaya kalau kamu dan bang Vino akan menikah?" Virgin memeluk Sisil dengan sangat bahagia. Sisil yang dipeluk oleh Virgin hanya diam saja. Dia juga bingung mau cerita atau tidak dengan sahabatnya itu. Karena Vino melarang keras kepadanya untuk tidak memberitahukan siapapun mengenai perjanjian ini.
"Iya dong, aku memang sudah cantik dari Orok!" Jawabnya sedikit dengan terkekeh. Virgin yang mendengar jawaban Sisil langsung melepas pelukannya itu. Dia hanya melihat sahabatnya itu dengan malas. Membuat Sisil menjadi terkekeh melihat Virgin yang jengah.
"Kamu yakin mau menikah dengan bang Vino?" tanya Virgin. Sisil hanya tersenyum saja kepadanya. Dia tidak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh sahabatnya itu.
Virgin yang melihat Sisil tersenyum tidak menjawab pertanyaannya itu, hanya sedikit mendesah pasrah. Sepertinya, sahabatnya ini memang tidak ingin menceritakan kepadanya. Dia hanya menunggu saja nanti untuk sahabatnya menceritakan sendiri.
Tidak lama mereka berbincang. Ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya. Terlihat Mama Sisil yang datang. Dia memberitahukan kalau sudah waktunya untuk Sisil turun kebawah.
Sisil yang diapit oleh sang mama dan Virgin, turun kebawah dengan digandeng tangannya kanan dan kirinya. Terlihat dibawah kedua keluarga sudah menunggunya. Dia juga melihat Vino hari ini yang sangat berbeda.Vino terlihat sangat tampan. Dia memakai baju batik dengan warna yang senada dengan kebayanya. Rambut yang disisir kebelakang dengan rapi.
Mata Vino dan mata Sisil bertemu. Degup jantungnya berdebar sangat kencang. Terlihat kalau Sisil sangat gugup saat ini. Sampai pada saat mereka berhadapan Vino melihat Sisil dengan sangat intens. 'Dia sangat cantik' gumam Vino.
Sampai pada saat Mc sudah memberitahukan sudah saatnya mereka untuk saling memasangkan cincin. Vino tersadar, lalu meraih tangan Sisil dan memakaikan cincinnya itu dijari manis. Selanjutnya, Sisil juga memasangkan cincin itu dijari Vino. Setelah itu, mereka berfoto dengan menunjukkan cincin yang ada dijari dengan tersenyum manis. Vino yang mendekatkan dirinya dan memeluk pinggang Sisil. Dia sedikit berbisik kepada calon istrinya itu, "Hari ini kamu cantik sekali sayang? rasanya aku sudah tidak sabar menunggumu satu minggu lagi." Sisil yang mendengar itu hanya menelan salivanya pelan. Lalu melihat Vino dengan sangat sinis.
Dia juga sedikit menggeser tubuhnya agar tidak terlalu dekat dengannya. Akan tetapi, Vino menahan tubuhnya itu.
Setelah acara sesi foto - foto, lalu dilanjut dengan ramah tamah dan menikmati hidangan. Alexa yang selalu menempel dengan Virgin selalu mengikuti kemana dia pergi. Sisil yang melihat kedua orang itu hanya menggelengkan kepalanya saja.
***
Acara lamaran sudah selesai, mereka lanjut untuk persiapan pernikahan. Walau mereka sudah menyerahkan semuanya dengan WO. Akan tetapi, ada beberapa persiapan yang Sisil sendiri harus turun tangan. Dia ingin persiapkan pernikahannya ini dengan sempurna.
Persiapan pernikahan ini sangat banyak dan melelahkan. Vino sudah seringkali memberitahukannya untuk menyerahkan semuanya kepada WO saja. Akan tetapi, Sisil yang keras kepala tetap tidak mendengarkannya. Pada akhirnya, Sisil harus dirawat semalam di UGD, karena dia sangat kelelahan dan kurang cairan. Dokter juga menyarankan kepadanya untuk tidak beraktifitas terlebih dahulu. Terutama untuk tidak stress.
Memang persiapan yang dia urus sendiri membuatnya menjadi sangat stress. Vino yang melihat Sisil sampai jatuh sakit itu. Akhirnya, memutuskan untuk menyerahkan semuanya kepada WO.
Sisil tidak bisa berbuat apa - apa. Dia juga tidak ingin membantah calon suaminya itu yang sudah marah kepadanya. Sisil akhirnya hanya bisa beristirahat sampai pada hari 'H' nya.
Dia hanya berdiam diri saja dikamar rumahnya. Dengan sesekali sahabatnya itu datang. Virgin masih terus mencoba bertanya kepada Sisil. Karena dia sendiri tidak berhasil kepada abangnya pada saat dirumah sakit kemarin.
Sahabatnya itu tetap tidak ingin bercerita kepadanya. Membuat dirinya menjadi kesal dibuatnya. Akan tetapi, Virgin juga bukan tipe orang yang terus menerus memaksa.
"Sil...gugup gak kemarin pas lamaran?" tanya Virgin sembari berbaring diatas ranjangng temannya itu.
"Sedikit sih. Tapi sudahannya biasa lagi." Dengan membaringkan badannya disamping sahabatnya itu.
"Tapi, lo yakin kan menikah dengan bang Vino?" Virgin melihat Sisil dengan sangat intens. Dia ingin melihat ekspresi sahabatnya itu.
"Gue yakin. Karena gue juga sayang sama bang Vino." Sisil melihat Virgin dan sedikit berbohong kepada sahabatnya. Dia berbicara seperti itu hanya untuk menyakinkan sahabatnya saja. Agar tidak terus menerus menanyakan pertanyaan yang sama.
"Kalau lo sudah yakin, gue bisa sedikit lega! Karena gue yakin juga, kalau abang gue juga sayang banget sama lo sil?" Virgin bangkit lalu duduk disebelah sahabatnya itu. Sisil juga ikut duduk dan mereka berpelukan.
Sisil merasa terharu, dia juga meminta maaf didalam hatinya kepada sahabatnya ini, karena telah berbohong kepadanya.
Sisil berjanji didalam hatinya kalau nanti suatu saat dia akan mencoba bercerita kepada sahabatnya itu.
Mungkin untuk sekarang ini adalah bukan waktu yang tepat. Dia hanya ingin fokus dengan pernikahan yang akan dia lalui ini bersama dengan Vino. Juga perjanjian, Iya perjanjian itu belum dia tanyakan lagi kepada Vino.
Sisil lalu mengambil ponselnya diatas nakas. Dia mengirimkan pesan kepada bang Vino.
"Assalamualaikum bang." Sisil mengirim pesan kepada Vino.
"Walaikumsalam, ada apa my future wife?" balasan Vino yang dia baca itu membuatnya menjadi tersenyum.
"Aku menggangu atau tidak? Aku hanya ingin menanyakan perihal isi perjanjian itu. Bagaimana apakah sudah selesai? kalau sudah aku ingin tahu isinya." Tanya Sisil kepada Vino.
"Mengenai perjanjian itu nanti aku akan serahkan ketika kamu sudah menjadi istriku! pada saat malam pertama nanti aku akan berikannya. Tepatnya dikamar pengantin." Balas Vino dengan tersenyum dan menggoda calon istrinya itu.
Sisil hanya membaca pesan dari Vino tanpa membalasnya. Dia tidak habis pikir, kenapa Vino yang dia kenal dulu adalah pria yang sangat cuek dan cool itu bisa berubah dengan cepat.
Perubahan dari Vino itu terjadi sesaat setelah acara lamaran selesai. Dia menjadi sangat narsis, genit, mesum, dan juga suka sekali menggoda dirinya itu. Sisil merasa ada yang aneh dengan perubahan sikap dari calon suaminya itu.
*Happy Reading*
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!