Suasana danau buatan di pinggiran kota itu sepi dan menenangkan. Sesekali angin berhembus memainkan rambut gadis cantik itu. Dan sesekali angin juga membuat rambut indah itu menutupi wajah cantiknya. Ia bersandar di pagar ujung dermaga danau buatan tersebut. melihat beberapa pemancing yang menggunakan sampan kecil di tengah danau. Hanya ada beberapa orang saja di sekitar danau.
Kanya mendengar langkah kaki yang berjalan ke arahnya. Ia menoleh ke belakang di mana asal suara langkah tersebut. Sosok Rangga datang berjalan ke arahnya. Berdiri tepat di sampingnya. Rangga menghela napasnya. memasukan kedua tangannya ke dalam saku celananya.
"Aku yakin kamu di sini. Kenapa kamu ga menjawab telpon dan membalas pesanku tapi malah mematikan ponselmu?" Tanya Rangga sambil menatap Kanya sekilas.
"Aku lagi ingin sendiri" Jawab Kanya tanpa menoleh.
"Aku tau kamu marah saat kejadian kemarin. Aku salah aku minta maaf. Tidak seharusnya aku seperti itu." Suara Rangga terdengar penuh penyesalan.
Kanya hanya terdiam, mengingat kembali kejadian itu. Kejadian yang menyentakkan hatinya dan membuat kacau suasana hati dan perasaannya hingga saat ini. Membuat ia memilih untuk menghindari lelaki yang selama ini selalu ada di sisinya, yang selalu menemaninya tidak saja di saat ia merasa senang tetapi juga dalam kondisi terpuruk.
"Sekali lagi aku minta maaf Kanya. Aku tau aku salah. Aku melanggar perjanjian kita dulu." ucap Rangga pelan.
"Kenapa kamu jadi seperti ini? kenapa harus kaya gini Ga?" Tanya Kanya, tanpa menoleh.
Rangga menatap gadis di sebelahnya. Gadis itu membuang wajahnya menghindari tatapan Rangga. Sekali lagi angin mengibaskan rambut itu. membelai wajah cantik Kanya. Ingin sekali Rangga menyampirkan rambut itu, agar tidak menyentuh wajah Kanya. Namun yang terjadi adalah suasana yang terasa sepi dan kaku. Pria itu tertunduk, menghela napasnya. sebelum akhirnya kembali berbicara.
"Aku mencintaimu Kanya! Sangat mencintai mu. Aku tidak tau kapan tepatnya perasaan ini tumbuh, dia hadir begitu saja di hatiku. Tapi aku takut mengakuinya, aku takut membuatmu kecewa karena tidak bisa menepati janji masa lalu kita dan membuatmu memilih pergi dariku. Awalnya aku fikir aku bisa menahan rasa ini Nya. Aku yakin dengan lebih memilih memendam rasa ini di dalam hatiku semua akan baik-baik saja. Perasaan ini akan hilang seiring berjalan waktu. Tapi ternyata aku salah! Walaupun telah lama, bahkan sampai hari ini rasa itu tetap ada, masih tersimpan baik di dalam hatiku, bahkan semakin menguat."
Rangga menghela napasnya berat. Gadis di sampingnya hanya diam. tak menunjukan ekspresi apapun. Rangga mendesah sebelum akhirnya kembali berbicara.
"Apa aku salah karena tak bisa menahan rasa yang tumbuh di hatiku Nya? Apa salah kalau rasa sayang di hatiku berubah menjadi cinta untukmu? Apa kita tidak bisa merubah perjanjian kita dahulu? Aku sangat mencintaimu, rasa cinta ini semakin kuat. Aku sudah tidak bisa menganggapmu adik atau sahabat ku lagi seperti dahulu. Isi hati ku menuntut lebih, Nya".
Kanya terdiam, mendengar ucapan sosok pria di sampingnya. Ia menggigit bibir. Tidak berani menatap.
"Kanya..." lelaki itu menyebut namanya. Tapi Kanya tetap terdiam. Ia hanya menunduk. berbagai macam perasaan berkecamuk di hatinya. Tidak tau harus berbuat apa. Otaknya seakan berhenti berfikir.
Lelaki itu menatapnya, menghela nafas. Ia menunggu ucapan yang akan keluar dari gadis di sampingnya. Beberapa menit sudah waktu berjalan. Tapi gadis di sampingnya hanya diam membisu. Tak juga ada sepatah katapun yang keluar dari bibirnya. Rangga kembali mendesah. Menyentakkan napasnya kasar. Ia berbalik badan, lalu melangkah meninggalkan Kanya yang tak juga bereaksi.
...***...
*Hai, terima kasih sudah membaca novel ini😊😊😊.
Mohon klik suka dan berikan vote nya ya,,, Sekali lagi terima kasih💐💐💐
Kanya mengintip dari balik pagar sebuah gedung perkantoran. Berkali-kali ia melirik jam di ponselnya. Sudah hampir satu jam dia menunggu seseorang yang akan keluar dari perkantoran itu.
Ia mendumel karena orang yang ditunggunya dari tadi tak juga terlihat keluar.
"huh, udah setengah jam ngechat katanya mau pulang, kok gak keluar-keluar juga. jangan kan batang hidungnya, mobilnya juga gak kelihatan!" sungutnya sambil melihat kembali ke layar ponselnya.
"Nah, ini juga WA-nya masih online, kalo di chat lagi bisa curiga kak Rangga." keluhnya menatap ke halaman gedung perkantoran. Ia mengetuk-ngetuk ponselnya sambil melirik kesana kemari.
Kanya kembali mengintip ke dalam pagar gedung perkantoran di belakangnya. Ketika melihat sebuah mobil yang dikenalnya sedang berjalan ke arah luar Kanya segera mengambil ancang-ancang untuk melompat menghalangi mobil tersebut lewat.
"Nah itu dia." senyumnya jahil.
Hap! dengan sigap ia melompat ketika mobil tersebut akan melintas melewati gerbang.
ciiiitttttt!!!! ban mobil dan aspal berdecit karena di rem mendadak. Pengemudi dan penumpang yang ada di dalam mobil kaget melihat seseorang yang tiba-tiba menghadang kendaraan mereka. Pun penjaga keamanan yang sedang bertugas di depan gerbang. Mereka tidak menyangka sosok wanita yang dari tadi mereka lihat nekat menghalangi mobil bos mereka.
Seorang penjaga dengan sigap menarik tangan perempuan nekat tersebut ke pinggir dekat pos jaga. Perempuan itu memberontak dan berteriak meminta dilepas. Penumpang di dalam mobil menurunkan kaca jendela. melihat siapa yang nekat menghalangi mereka.
"Iih,, jangan pegang-pegang! Lepaskan nggak!!!" Teriak perempuan itu.
"Siapa dia pak? kenapa tiba2 ada di depan gerbang?" tanya salah seorang di dalam mobil yang merupakan pemimpin dan anak pemilik perkantoran tersebut kepada penjaga yang tengah memegang tangan perempuan itu.
"Kak Rangga, tolongggg! suruh penjaga lepaskan tanganku!!" teriak gadis tersebut.
Lelaki yang baru saja berbicara kepada penjaga kaget, karena si penghadang mengetahui namanya. Ia mengernyit, penasaran dan membuka pintu mobil segera turun melangkah ke arah si gadis penghadang sambil diikuti temannya yang menyupir mobil. Dilepasnya topi yang dikenakan gadis tersebut, seketika rambutnya terurai dan terlihat wajah si gadis.
"Kanya???" katanya melotot. Sementara gadis yang dipelototi hanya tersenyum cengengesan melihat wajah terkejut lelaki di hadapannya.
"Kok bisa kamu di sini?" tanyanya lagi seakan tak percaya.
"Kakak, suruh penjaga lepaskan tanganku dulu!" mohon Kanya kepada lelaki yang berdiri di hadapannya.
Pria bernama Rangga itu memberi kode kepada penjaga untuk melepaskan tahanannya.
Begitu tangannya terlepas, Kanya segera berlari memeluk lelaki yang ditunggunya dari tadi.
"Kakak, aku kangen!" manjanya.
Rangga tersenyum, membalas pelukannya sambil mengacak rambut gadis itu.
"Dasar anak nakal, sejak kapan kamu nungguin kakak di depan gerbang? kenapa ga bilang kalo kamu ada disini???" cepatnya.
"Haha, dari tadi!" tawanya, Ia merasa senang berhasil membuat lelaki yang memeluknya kaget dengan kejutan yang disiapkannya.
lelaki itu memberi kode kepada temannya untuk kembali masuk ke dalam mobil.
"Pake apa kamu kesini?" tanyanya lagi pada gadis itu.
"Ojek. Aku mau ikut kakak pulang ya?" ucapnya sambil menatap lelaki yang dipanggilnya kakak dengan ekspresi menggemaskan.
Pria itu tertawa, mencubit pipi si gadis.
"Hayuk" ucapnya sambil menggenggam tangan si gadis menuju mobil.
Tak lama mobil pun melaju meninggalkan lokasi gedung perkantoran.
...***...
*Hai, terima kasih sudah membaca novel ini😊😊😊.
Mohon klik suka dan berikan vote nya ya...💐💐💐
Mobil putih itu berhenti di parkiran halaman sebuah cafe yang asri dan luas. Pepohonan nan rindang dan bunga-bunga serta tanaman hias yang tertata apik menghiasi halaman dan sudut cafe.
Tiga orang turun dari mobil tersebut, Rangga dan Kanya berjalan beriringan masuk ke dalam cafe yang jaraknya tidak begitu jauh dari lokasi gedung kantor yang tadi mereka tinggalkan. Sementara si supir mengikuti di belakang setelah mengunci mobil.
Mereka memilih posisi duduk di pojok cafe yang dindingnya dipasang akuarium ikan yang besar serta ada pintu besar di samping untuk akses keluar masuk ke halaman belakang cafe. Hampir seluruh dinding cafe dipasang kaca agar pengunjung leluasa melihat ke halaman cafe yang asri.
Seorang waitress datang memberikan buku menu dan mencatat pesanan ke tiga orang tersebut. Setelah mencatat pesanan waitress itu kembali pergi menyiapkan pesanan pelanggannya.
"Kamu hutang penjelasan sama kakak!" ucap Rangga. Tatapannya menyorot ke wajah gadis dihadapannya.
Kanya tersenyum lebar, dia tak menjawab. tapi ekor matanya memberi kode kepada Rangga kenapa supirnya ikut duduk di bangku mereka di samping Rangga. Merasa dilirik dua orang di dekatnya, seseorang yang dianggap Kanya supir berdehem.
"O iya, Kanya ini Devan sahabat dan asisten pribadi kakak di kantor. Devan ini Kanya!" Tanggap Rangga memperkenalkan dua orang yang tidak saling kenal tersebut.
Sebenarnya Rangga bingung ingin memperkenalkan Kanya sebagai apa, makanya ia hanya menyebut namanya Kanya saja, tidak seperti ia memperkenalkan Devan kepada Kanya.
Kanya dan Devan saling bersalaman sambil menyebut nama masing-masing.
"Senang berkenalan dengan mu, Kanya! " Sapa Devan manis.
"Hai kak, maaf tadi aku pikir kakak supirnya kak Rangga, tapi kalo supir kok malah ngikut masuk kesini ga nunggu di luar, hihi .." balas Kanya.
"Apa?! emang kamu ga liat tampilan Kakak ganteng gini di bilang supir?" canda Devan.
"Haha, iya ya sejak kapan supir lebih gantengan dari bos? maaf ya kak salah sangka akunya! " jawab Kanya sambil tertawa yang diikuti Devan karena dianggap lebih ganteng dari Rangga yang merupakan bos plus sahabat karibnya itu.
Rangga yang mendengar ucapan kedua orang yang baru kenal didekatnya itu menanggapi dengan ekspresi mesem.
"Ehhemm!!!" dehem Rangga. Serentak dua orang itu menoleh ke Rangga. Rangga menatap tajam ke Kanya.
"Kamu hutang penjelasan sama kakak, jangan alihkan pembicaraan ke yang lain!" ketus Rangga.
Belum sempat Kanya menjawab waitress datang mengantarkan pesanan minuman ketiga orang tersebut. Setelah waitress pergi barulah Kanya menjawab pertanyaan Rangga.
"Kakak mau aku jelasin yang mana dulu?" Jawab Kanya.
"Kapan kamu tiba di sini dan kenapa ga kasih kabar ke kakak kalau kamu udah di tanah air?" cecar Rangga.
"Aku udah satu bulan di tanah air kak! yaa sengaja ga mau kasih tau kakak soalnya mau kasih kejutan. Kalo aku kasih tau ga jadi kejutan dong."
"apa??!!! jadi udah satu bulan kamu disini dan kamu ga kasih tau kakak sama sekali?!" tanya Rangga kaget sambil menggelengkan kepalanya.
"hehehe, soalnya kemarin aku nyampe langsung ada urusan yang harus segera diselesaikan kak. Jadi kemaren-kemaren benar-benar sibuk, biar urusan cepat kelar! dan begitu ada waktu makanya aku langsung pengen nemuin kakak dan nunggu di depan kantor!" jelas Kanya.
"Jadi pas kamu ngechat kakak tadi kamu sudah nongkrong di depan kantor? sengaja nungguin gitu? kalau Devan bawa mobil laju terus ga sempat ngerem gimana coba? pantas aja tadi kamu bolak balik nanyain kapan KK siap kerja? kapan pulang kantor? ternyata, ck ck ck!!!" cecar Rangga sambil menarik pelan Rambut gadis yang duduk di hadapannya.
"Aduh kak, maaf." cengenges Kanya.
"Paling kalo ga sempat ngerem ya lewatlah!" cengirnya lagi!
"Ya kira-kira setengah jam-an lah aku nunggu di depan gerbang, tadinya aku nongkrong di taman kota seberang jalan kantor kakak, pas kakak balas chat kalo bentar lagi pulang baru deh aku nyebrang nungguin di gerbang! " lanjutnya lagi.
Devan yang melihat keakraban dan kehangatan antara Rangga dan Kanya jadi penasaran tentang siapa gadis yang ada di hadapan dia dan Rangga saat ini. Rangga tak pernah terlihat dekat dengan gadis manapun, kecuali Elsa sekretaris nya. Rangga cenderung dingin jika berhadapan dengan wanita. Walaupun Devan tahu banyak wanita yang tergila-gila dengan Rangga. Bukan hanya karena tampang dan pembawaannya yg tampan dan cool, tapi juga posisi dan kedudukan sosial dia dan keluarganya. Rangga juga tidak pernah sekalipun bercerita tentang gadis di hadapannya meskipun mereka telah lama bersahabat.
"Jadi kamu ngapain disini? nginap dimana?" tanya Rangga lagi.
"Aku lagi ada proyek sama Fani kak, teman SMA ku itu, Kakak ingatkan? nah aku nginap di apartemennya Fani. Aku juga sebenarnya lagi coba mencari pekerjaan sih di sini." terang Kanya.
Waitress kembali datang mengantarkan pesanan makanan mereka. Pembicaraan terhenti hingga waitress selesai menghidangkan pesanan mereka dan pergi.
"Nyari kerja? kenapa kamu ga lanjutin kerja di.." ucapan Rangga terhenti karena segera dipotong Kanya.
"Kak.. kakak tau kan aku ga mau, aku ga suka, jadi plisss, ga usah dibahas!" Kesal Kanya.
Devan menengahi percakapan kedua orang didekatnya "Sudah-sudah, tunda dulu ngobrolnya, kita makan dulu, nanti ga enak keburu dingin pesanannya" ucap Devan.
Rangga dan Kanya hanya diam, mereka mengambil piring pesanannya. Menikmati makanan mereka masing-masing sambil diselingi obrolan kecil.
Selesai menikmati pesanannya ketiga orang tersebut segera meninggalkan cafe setelah membayar semuanya.
Hari sudah menjelang malam. Ketiganya sudah masuk kedalam mobil. Devan yang mengendarai mobil membuka percakapan sambil melirik Kanya yang duduk di kursi belakang.
"Kita mau kemana lagi?" Tanyanya.
Rangga hanya diam menunggu jawaban Kanya.
"Sebentar kak, aku tanya Fani dulu, dia masih di butik atau sudah di apartemennya. aku minta antar ke tempat dia boleh kan?" Tanya Kanya minta persetujuan kedua orang yang duduk di depannya.
"Ya sudah" Jawab Rangga pendek. Sementara Devan sibuk menyetel musik.
Kanya nampak berbicara melalui ponselnya, tak lama ia pun menutup ponselnya.
"Kak, tolong antarkan aku ke Apartemen SM yaa di sini" ucap Kanya sambil menjelaskan sebuah alamat.
"Oke!" sambut Devan. Ia mulai melajukan kendaraan yang mereka tumpangi.
"Jadi, kamu ada proyek apa sama Fani, Nya?"
tanya Rangga.
"Owh, Fani kan buka butik di sini kak, nah dia minta tolong aku buat bantu bikinin aplikasi untuk kebutuhan butiknya dia!" Terang Kanya.
"Emang kamu lulusan apa Nya? tanya Devan.
"Ilmu Komputer kak! " Jawab Kanya.
Pembicaraan berlanjut ke hal remeh temeh lainnya. Tanpa terasa mobil yang mereka naiki sudah sampai ke apartemen nya Fani.
Rangga ikut turun mengantarkan Kanya masuk ke dalam apartemen sementara Devan menunggu di mobil.
Lift mengantarkan mereka naik ke atas di mana apartemen yang di tempati Fani berada. Kanya memencet bel apartemen Fani. Pintu terbuka.
"Hei Kanya, dah pulang, eh ada kak Rangga, masuk dulu kak." sapa Fani kepada Rangga. Rangga mengangguk kepada Fani dan membalas sapaan Fani.
"Hai Fan, saya hanya mengantar Kanya, ini mau langsung pamit." jawab Rangga.
Fani mengangguk dan meninggalkan Kanya dan Rangga di depan pintu.
Rangga memandang Kanya, menyentuh puncak kepala gadis itu.
"Kakak pamit dulu, ada apa-apa segera kasih tau yaaa, jangan bandel, jangan buat rusuh" ucap Rangga pelan.
"Beres kak!" jawab Kanya dengan sikap hormat.
Rangga tertawa, dia memeluk gadis di depannya, mengacak rambutnya sebelum berlalu meninggalkan Kanya.
Kanya tersenyum menatap kepergian Rangga, kemudian masuk ke dalam apartemen Fani.
...***...
*Hai, terima kasih sudah novel ini😊😊😊.
Mohon klik suka dan berikan vote nya ya...💐💐💐
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!