NovelToon NovelToon

Pendekar Pedang Tujuh Naga

Lahirnya calon pendekar terkuat

Kisah ini berawal dari sepasang suami istri yang merupakan pendekar yang cukup terkenal di dunia persilatan. Sang suami bernama Arya Permana dan sang istri bernama Ratih Pramudita. Mereka tinggal di sebuah gubuk terpencil di arah Timur pulau Jawa.

Di dunia persilatan mereka dikenal dengan sebutan Sepasang Pendekar Suci. Sebutan tersebut bukanlah hanya sebutan semata, sebutan tersebut mereka dapatkan karena mereka adalah sepasang pendekar yang baik, bijaksana dan membantu pihak yang lemah serta memberantas kejahatan.

Sang suami dikenal dengan nama pendekar pedang suci dan sang istri dikenal dengan nama pendekar tombak ajaib. Di kalangan dunia persilatan hanya satu orang yang tahu nama asli mereka, yaitu Guru mereka yang biasa dipanggil Nenek Mawar Bidara yang bernama asli Siti Martiah.

Suatu hari sang istri melahirkan seorang bayi laki-laki. Bayi laki-laki itu diberi nama Arga Permana. Sepasang suami istri ini sangat senang dan gembira melihat kelahiran bayi mereka tersebut.

"Kakang, lucu sekali bayi kita! Dinda harap kelak dia dapat menjadi pendekar yang yang terkenal dan membantu semua orang yang tertindas." Ucap Ratih dengan wajah gembira berseri-seri.

"Kakang juga berharap begitu Dinda. Kita akan mengajarkan Arga semua jurus yang kita miliki, setelah itu kita kirim dia ke tempat nenek Mawar Bidara untuk digembleng menjadi pendekar yang kuat." Gumam Arya dengan tersenyum lebar kepada sang istri sambil mencolek-colek bayi mereka itu.

Setahun kemudian Ratih kembali melahirkan seorang bayi, kali ini bayinya perempuan. Bayi itu diberi nama Ayu Ratih Permana.

*****

7 tahun kemudian

Arga tumbuh menjadi anak yang perkasa sedangkan Ayu menjadi anak yang cantik di usia keduanya yang masih belia.

" Arga, Ayu kembali! Latihan hari ini selesai." Seru Arya yang duduk di batuan dengan posisi bersemedi.

" Baiklah Ayah." Ucap kedua anak itu dengan terbang mendekat kearah ayahnya.

Mereka bertiga pulang ke rumah dengan terbang menggunakan ilmu meringankan tubuh. Jurus ini disebut jurus tubuh angin menerjang langit. Arga mewarisi keahlian senjata dari ayahnya yaitu menggunakan senjata pedang sedangkan Ayu dari ibunya yaitu menggunakan tombak.

Bahan senjata sendiri terbagi menjadi tiga bagian yaitu baja lemah, sedang dan kuat. Senjata juga terbagi menjadi senjata kelas biasa, kelas bawah, kelas menengah dan kelas atas. Senjata kelas biasa, biasanya dipakai oleh manusia-manusia biasa yang tidak belajar beladiri. Senjata kelas bawah biasanya dialiri tenaga dalam tetapi sangat sedikit. Senjata kelas menengah dialiri tenaga dalam yang banyak. Sedangkan senjata kelas atas biasanya dialiri tenaga dalam yang dahsyat dari pendekar yang biasanya untuk menyegel senjata tersebut. Tetapi sebenarnya ada lagi tingkatan senjata yaitu senjata kelas dewa, senjata ini dikatakan senjata yang diturunkan oleh dewa ke bumi makanya senjata ini tidak banyak yang tahu dan hanya dianggap legenda saja.

Senjata Arga dan Ayu sendiri adalah senjata kelas menengah sedangkan senjata Arya dan Ratih adalah senjata kelas atas.

Setelah sampai di rumah mereka membersihkan diri terlebih dahulu, setelah itu mereka makan malam yang telah disiapkan oleh Ratih.

Selesai makan Arya dan Ratih menceritakan perjalanan mereka dari pertama mereka menjadi murid nenek Mawar Bidara dan sampai saat ini. Tak terasa mereka bercerita sampai pagi. Cerita tersebut berakhir dengan pesan dari ayahnya.

Beladiri bukan untuk diri sendiri tetapi juga untuk melindungi orang lain

Beladiri harus diniatkan untuk kebaikan bukan untuk kesenangan dan kejahatan

Beladiri bukan untuk disombongkan, karena dunia ini luas di atas langit masih ada langit

Beladiri dipelajari seperti tingginya langit dan dalamnya laut.

*****

Setahun kemudian saat Arga berusia delapan tahun sedangkan Ayu berusia tujuh tahun sesuatu yang buruk terjadi kepada kedua orangtuanya.

Arga dan Ayu sedang bermain di air karena hari ini mereka tidak latihan. Ketika mereka sedang asik bermain mereka melihat sekelompok orang yang menunggangi kuda ke arah gubuk mereka. Melihat hal tersebut, rasa penasaranpun hinggap di pikiran mereka. Mereka langsung bergegas kembali ke rumah karena merasakan sesuatu yang aneh tentang kedua orang tuanya.

"Kakang, liat itu! Kelihatannya mereka bukan orang yang baik. Ayo kita kembali ke rumah." Seru Ayu sambil terlihat cemas.

"Baiklah, ayo kita pulang adik!"

Mereka terbang menggunakan ilmu meringankan tubuh yang telah mereka pelajari. Mereka sekuat tenaga terbang secepat mungkin untuk segera sampai ke rumah. Setelah sampai di dekat gubuk mereka melihat ayah dan ibu mereka sedang berkelahi melawan sekolompok orang yang mereka lihat di dekat sungai tadi.

"Shhtt..." Bisik Arga sambil meletakkan jarinya di mulut.

"Jangan bersuara, kita lihat saja dulu. Walaupun kita mempunya ilmu tapi kita tidak bisa membantu ayah dan ibu, mereka bukanlah tandingan kita." Bisik Arga lagi.

Ayu menganggukkan kepalanya pelan sambil terlihat air matanya telah mengalir membasahi pipinya.

Di sisi lain Arya dan Ratih sedang menghadapi sekelompok orang yang memakai pakaian hitam dan menggunakan topeng untuk menutupi wajah mereka.

"Akhirnya kalian berdua dapat kami temukan. Hari ini, kami akan membalas perbuatan kalian berdua sewaktu 10 tahun silam. Kalian berdua harus ****** di tangan kami, karena kalian berdua sudah banyak membunuh kelompok kami." Seru lantang pemimpin kelompok tersebut.

10 tahun yang lalu, adalah permulaan konflik antara Arya dan Ratih dengan kelompok Harimau Hitam. Saat itu mereka berdua sedang melakukan perjalanan. Saat mereka berdua sedang asik menunggangi kuda tiba-tiba mereka melihat sekolompok orang menghentikan mereka. Kelompok ini adalah kelompok Harimau Hitam.

"Berhenti! Serahkan semua harta yang kalian bawa. Dan untuk wanita nona ini, kamu harus melayani kami beberapa malam. Dan untukmu kamu boleh pergi dari sini." Ucap salah seorang dari kelompok itu.

Mendengar hal itu, Arya langsung naik pitam, dia langsung menyerang kelompok itu dan pada akhirnya mereka mati ditangan Arya dan Ratih. Arya tidak membunuh satu orang dari mereka untuk menyampaikan pesannya kepada ketua mereka.

"Katakan ini kepada pemimpin kalian, kami sepasang pendekar suci akan menghapuskan kelompok kalian dari bumi ini." Ucap Arya sambil menunjuk orang tersebut.

Mendengar hal itu, orang itu langsung lari tunggang langgang sekuat tenaga. Setelah sampai di markas dia langsung mengadukan apa yang terjadi kepadanya dan kelompoknya. Mendengar hal itu pemimpin Harimau Hitam langsung naik pitam, dia menghancurkan batu yang ada didekatnya.

Puncak dari perseteruan Sepasang pendekar suci dengan kelompok Harimau Hitam adalah beberapa bulan dari hadangan mereka, ketika sepasang pendekar suci mendatangi markas mereka dan membunuh semua yang ada disana kecuali pemimpin kelompok itu.

Setelah itu pemimpin harimau hitam mencari orang-orang lagi untuk mendirikan kelompoknya lagi. Dan dia bersumpah akan mencari sepasang pendekar suci untuk membalaskan dendamnya.

Menemui nenek Mawar Bidara

Setelah itu pemimpin harimau hitam mencari orang-orang lagi untuk mendirikan kelompoknya lagi. Dan dia bersumpah akan mencari sepasang pendekar suci untuk membalaskan dendamnya.

*****

Tidak tanggung-tanggung, kelompok ini membawa semua anggotanya untuk membunuh Arya dan Ratih.

"Hahaha! Ternyata kamu masih menyimpan dendam kepada kami. Padahal kejadian itu sudah terjadi 10 tahun silam dan kami telah menutup diri untuk menjauhi konflik dengan kalian. Kalian telah berbuat banyak kebejatan, kekejian dan membunuh orang yang tak bersalah, sudah sepantasnya kalian kami lenyap kan. Sayang sekali waktu itu kami tidak bisa membunuh kalian semua. Kalian dari kelompok Harimau Hitam akan kami musnahkan sampai ke akar-akarnya." Teriak Arya.

"Lancang! Hari ini adalah hari kematian kalian berdua sepasang pendekar suci. Kelompok Harimau Hitam yang sekarang bukanlah kelompok Harimau Hitam yang dulu. Serang!" Teriakan pemimpin kelompok tersebut.

Kelompok Harimau Hitam adalah kelompok penjahat nomor satu di daerah barat Nusantara. Mereka terkenal keji dan tak memiliki belas kasih kepada siapapun. Pemimpin kelompok ini bernama Bergola Seta. Bergola Seta sendiri setara dengan Pendekar Pedang Suci. Mereka sudah sering sekali bertarung satu lawan satu dan pertarungan itu selalu dimenangkan Pendekar Pedang Suci.

Bergola Seta sendiri lebih dikenal dengan sebutan Topeng Setan. Karena Bergola Seta selalu memakai topeng hitam yang bercorak seperti setan yang sangat seram.

Kelompok ini sekitar 50 orang dengan satu pemimpin dan 10 orang wakilnya. 10borang wakil Bergola Seta inipun sangat kuat dan berilmu tinggi.

Pendekar pedang suci sendiri langsung berhadapan dengan 5 orang wakil Bergola Setan. Sedangkan 5 orang wakilnya lagi dan anak buahnya melawan Pendekar Tombak Ajaib. Setelah bertukar ratusan jurus Pendekar Pedang Suci dengan kelima orang tersebut, Pendekar Pedang Suci mampu mengimbangi mereka. Dia mengeluarkan jurus pedangnya, membuat dua orang mati dan tiga lainnya luka.

Tetapi disaat dia sedang lengah, pendekar pedang suci terkena serangan dari Topeng Setan. Topeng Setan menyerang pendekar pedang suci dari belakang dan dia terpental. Senyum menghiasi bibir Topeng Setan. Darah segar mengalir dari bibirnya, saat pendekar pedang suci mau berdiri Topeng Setan kembali menyodorkan tangannya ke arah dada Pendekar Pedang Suci.

"Hahaha, hari ini adalah hari kematianmu pendekar pedang suci. Kamu telah terkena jurus tapak setanku." Senyum sumringah muncul dari wajah Topeng Setan.

"Kurang ajar kau Topeng Setan! Kau menyerang ku dari belakang, sungguh bukan perilaku terpuji sebagai pendekar." Ucap pendekar pedang suci sambil memegangi dadanya yang terasa sesak.

Jurus Tapak Setan adalah jurus pamungkas dari Topeng Setan. Jurus ini membuat orang yang terkena langsung menghitam di dadanya. Karena jurus ini langsung menyerang jantung lawan. Tapak Setan ini jurus racun yang sangat berbahaya.

Pendekar Tombak Ajaib yang melihat hal tersebut langsung berteriak histeris dan langsung menyerang lawan membabi buta. Tetapi benar saja beberapa saat kemudian pendekar tombak ajaib juga terkena jurus Tapak Setan dari Topeng Setan.

"Hahaha, kalian pasti mati disini!" Ucap Topeng Setan.

"Semuanya, mari tinggalkan tempat ini. Biarkan saja mereka mati perlahan-lahan disini." Seru Topeng Setan lagi.

Mereka meninggalkan tempat tersebut dengan cepat. Mereka menaiki kuda dan langsung bergegas pergi.

*****

Beberapa saat kemudian Arga dan Ayu mendekati kedua orangtuanya. Ayu menangis sejadi-jadinya sedangkan Arga terlihat muram dengan tatapan kosong.

"Ayah! Ibu! Apakah tidak ada cara untuk menyembuhkan kalian berdua?" Tanya Ayu yang dari tadi sudah menangis.

"Arga! Ayah dan Ibu harap kamu bisa menjaga dan melindungi adikmu menggantikan posisi Ayah dan Ibu. Maafkan ayah dan Ibu yang tak bisa melindungi kalian lagi." ucap Arya dengan memegangi dadanya yang semakin sesak.

"Arga! Kamu ajak adikmu pergi dari sini. Temui Guru Ayah dan Ibu, Nenek Mawar Bidara di puncak Gunung Ambar. Berikan kedua pusaka ini sebagai tanda bahwa kalian adalah anak kami berdua." Tambah Ratih

Beberapa saat kemudian Arya dan Ratih menghembuskan nafas terakhirnya.

Kemudian mereka berdua memakamkan jasad kedua orang tuanya. Dengan wajah yang sedih Arga dan Ayu memeluk tubuh Arya dan Ratih. Nafas mereka tak beraturan. Arya berteriak sekencang-kencangnya sambil mengepalkan tangannya.

Dengan emosi yang membara Arga berseru lantang "Ayah! Ibu! Aku bersumpah akan melindungi dan menjaga Adik. Aku juga bersumpah akan membunuh dan melenyapkan kejahatan dari bumi ini terutama kelompok Harimau Hitam." Suara Arga bergema dari seluruh penjuru, petir menyambar dari langit dan hujan turun dengan deras.

Arga dan Ayu memilih untuk tinggal beberapa hari di gubuk mereka. Sambil menenangkan hati dan pikiran mereka.

7 hari kemudian, mereka memulai perjalan ke puncak gunung Ambar. Mereka memakai topeng dan topi jerami untuk menutupi identitas mereka.

Setelah seminggu menempuh perjalanan tanpa henti, mereka berdua tidak melewati Desa maupun Kota, hanya melewati jalan hutan-hutan yang jarang di lewati manusia. Akhirnya dengan bekal yang dibawa dari rumah dan seadanya, mereka sampai di gunung Ambar. Mereka memilih untuk berhenti sebentar didekat sungai untuk mandi.

"Adik, kita sudah sampai di gunung Ambar. Kita istirahat sebentar untuk mandi disini." Ucap Arga sambil mengelus rambut adiknya

"Kakang janji akan melindungi dan menjagamu." Sambung Arga.

Akhirnya mereka pun mandi di sungai tersebut. Setelah selesai mandi mereka memulai perjalanan lagi untuk mencapai puncak gunung sebelum malam tiba. Setelah beberapa jam berjalan, mereka akhirnya sampai di puncak gunung Ambar. Terlihat ada sebuah pondok kecil disana dan ada seorang nenek tua yang sedang bersemedi di atas batuan.

Sang Nenek sudah menyadari kedatangan tamu. Dia membuka matanya dan bertanya

"Siapa kalian? Apa yang kalian lakukan disini?" Tanya Nenek Tua tersebut kearah dua orang anak kecil yang berusia sekitar delapan tahun.

"Maaf Nek, saya Arga dan ini adik saya namanya Ayu. Kami kesini diutus oleh kedua orang tua kami untuk mencari orang yang bernama Nenek Siti Martiah atau lebih dikenal dengan Nenek Mawar Bidara. Apakah Nenek tahu siapa orang yang kami cari itu?" Ucap Arga sambil menyerahkan pedang dan tombak yang sebelumnya diberikan Arya dan Ratih.

Melihat pedang dan tombak itu nenek tua tersebut turun dari tempat persemediannya dan langsung melihat pedang dan tombak itu.

"Ini...ini adalah pedang dan tombak kedua muridku. Kemana mereka? Apa hubungan kalian dengan mereka?" Tanya nenek tua tersebut.

"Jadi, nenek adalah nenek Mawar Bidara?" Tanya Ayu.

"Ya benar aku adalah nenek Mawar Bidara yang kalian cari. Cepat katakan apa hubungan kalian dengan kedua muridku." Ucap nenek Mawar Bidara.

Arga dan Ayu langsung bersujud kepada nenek Mawar Bidara dan menceritakan apa yang telah terjadi. Semakin lama cerita mereka nenek Mawar Bidara tersenyum setelah mengetahui bahwa kedua anak didepannya adalah anak dari muridnya. Tetapi setelah mendengar cerita terakhir dari mereka nenek Mawar Bidara menghantamkan tongkatnya ke tanah dan langsung terasa gempa kecil. Nenek Mawar Bidara menangis setelah mendengar bahwa kedua muridnya telah mati dibunuh kelompok Harimau Hitam.

Perjalanan dimulai

Arga dan Ayu langsung bersujud kepada Nenek Mawar Bidara dan menceritakan apa yang telah terjadi. Semakin lama cerita mereka Nenek Mawar Bidara tersenyum setelah mengetahui bahwa kedua anak didepannya adalah anak dari muridnya. Tetapi setelah mendengar cerita terakhir dari mereka Nenek Mawar Bidara menghantamkan tongkatnya ke tanah dan langsung terasa gempa kecil. Nenek Mawar Bidara menangis setelah mendengar bahwa kedua muridnya telah mati dibunuh kelompok Harimau Hitam.

"Aku sudah lama menutup diri di gunung Ambar ini dan memutuskan kontak dengan dunia luar. Tak kusangka kedua muridku harus mati ditangan kelompok Harimau Hitam. Baiklah aku akan menjadi guru kalian." Ucap nenek Mawar Bidara dengan wajah yang masih murka.

"Terima kasih guru." Ucap Arga dan Ayu sambil bersujud tiga kali di depan Nenek Mawar Bidara tanda mereka telah resmi menjadi murid Nenek Mawar Bidara.

"Baiklah hari ini kalian istirahat dulu, besok kita akan memulai latihan kalian."

Walaupun hanya berlatih selama satu tahun dengan kedua orang tuanya, tetapi Arga dan Ayu sudah menguasai sekitar sepuluh jurus tahap akhir.

Penguasaan jurus sendiri terbagi menjadi 4. Penguasaan jurus paling bawah yaitu tahap awal, yang menguasai jurus hanya sekitar 30 persen saja. Tahap kedua yaitu sedang yang menguasai jurus sekitar 50 persen. Tahap berikutnya yaitu tahap akhir yang menguasai jurus sekitar 70 persen, sedangkan yang terakhir adalah tahap sempurna yaitu menguasai jurus dengan tingkat 100 persen.

Salah satunya adalah jurus tubuh angin menerjang langit, Arga dan Ayu telah menguasai jurus itu sampai tingkat akhir.

Keesokan harinya saat matahari mulai menampakkan diri, Arga dan Ayu telah bersiap-siap untuk menerima latihan pertama mereka.

"Jurus yang akan Nenek berikan ini bernama jurus Cakar Besi Mengoyak Langit." Ucap Nenek Mawar Bidara.

Jurus Cakar Besi Mengoyak Langit adalah sebuah jurus yang menggunakan tangan kosong. Jurus ini adalah salah satu jurus andalan Nenek Mawar Bidara semasa dia masih menjelajahi dunia persilatan. Jurus ini sangat ampuh dipakai untuk pertarungan jarak dekat dan menggunakan tangan kosong saja.

Kedua anak itu sangat giat berlatih, hari demi hari mereka lalui dengan latihan ilmu Kanuragan. Di samping belajar ilmu Kanuragan mereka dididik oleh Nenek Mawar Bidara supaya menjadi pendekar sejati, pendekar yang membela kebenaran dan menumpas kejahatan.

Dua tahun berselang, saat umur Arga menginjak sepuluh tahun dan Ayu sembilan tahun mereka telah menguasai sekitar tiga puluh jurus dengan tingkat penguasaan akhir dan sepuluh jurus telah mereka kuasai maksimal. Melihat perkembangan itu Nenek Mawar Bidara senang, dan bertambah semangat mengajari mereka.

"Kecepatan mereka menguasai jurus yang aku berikan lebih tinggi daripada kedua orang tua mereka. Semoga saja kelak mereka tidak berakhir seperti kedua orang mereka." Gumam Nenek Mawar Bidara di dalam hati.

Tujuh tahun kemudian, saat Arga menginjak usia tujuh belas tahun. Keduanya telah menguasai sekitar tujuh puluh jurus tingkat penguasaan akhir dan tiga puluh jurus penguasaan sempurna. Mereka sudah tumbuh menjadi anak yang tampan dan cantik.

Arga Permana menjadi seorang anak laki-laki yang memakai pakaian putih dan wajah tampan serta tubuh yang tinggi yang menjulang, fisik yang baik dan memakai ikat kepala berwarna merah. Sedangkan Ayu Ratih Permana menjelma menjadi anak yang berparas cantik nan anggun, memakai pakaian biru yang tak kalah indah dari parasnya.

Mereka berdua sedang belajar jurus gabungan. Jurus gabungan ini diberi nama jurus pukulan gabungan langit dan bumi. Jurus ini diciptakan oleh Nenek Mawar Bidara khusus untuk mereka berdua. Jurus ini dapat mengeluarkan kilatan cahaya berwarna hitam dan biru yang dapat menghancurkan semua yang terkena jurus ini.

Keesokan hari pun tiba, Arga dan Ayu dipanggil oleh Nenek Mawar Bidara. Mereka bertiga duduk di bebatuan tempat persemedian. Nenek Mawar Bidara terlihat sedih dari raut wajahnya.

"Hari ini adalah hari terakhir kalian berada disini. Kalian harus turun gunung, guna mempraktekkan ilmu Kanuragan yang telah nenek berikan."

"Nenek, kenapa kami harus melakukan hal itu? Kenapa kami tidak bersama Nenek saja? Kami sudah nyaman tinggal disini." Ucap Arga

"Tidak bisa cucuku, kalian harus melihat dunia luar! Ingat! Kalian harus menjadi pendekar sejati yang menumpas kejahatan dan berbuat kebaikan. Jangan gunakan ilmu kalian untuk menindas orang lain. Tenang saja walaupun nenek tidak bersama kalian tetapi nenek akan selalu mengawasi kalian." Ucap Nenek Mawar Bidara sambil wajah sedih dan harus merelakan kepergian kedua muridnya untuk kali keduanya. Perasaan ini telah lama tidak Nenek Mawar Bidara rasakan.

Jangan menyimpan dendam karena akan menjadi keburukan

Jangan menyimpan nafsu serakah karena itu akan membutakan hati

Jangan menjadi orang yang tak berperikemanusiaan karena itu akan membunuh kita secara perlahan

Jadilah pendekar sejati yang menumpas kejahatan dan menegakkan keadilan

"Pesan itu harus kalian ingat baik-baik cucuku. Dan untukmu Arga jaga adikmu baik-baik."

"Baik nek! Semua ajaran Nenek akan kami ingat dan kami tanamkan di dalam hati kami." Ucap Arga dan Ayu bersamaan dan bersujud tiga kali di depan Nenek Mawar Bidara.

Nenek Mawar Bidara memberikan senjata pusaka kedua orang tuanya kepada Arga dan Ayu.

Sebelum mereka pergi Nenek Mawar Bidara menghentikan mereka berdua dan memeluk erat keduanya.

"Arga tunggu sebentar ada yang ingin nenek sampaikan."

Setelah mendengarkan apa yang Nenek Mawar Bidara ceritakan, Arga membukakan matanya lebar-lebar dan terlihat semangat dari wajahnya.

Perjalanan mereka di mulai pada hari ini, setelah seharian mereka menempuh perjalan akhirnya mereka menemukan desa terdekat. Arga dan Ayu memutuskan untuk menginap di desa ini, karena malam hari akan segera tiba. Sesampainya di desa mereka berdua berhenti di sebuah penginapan.

"Paman, kami menyewa dua kamar untuk beristirahat untuk semalam saja dan beberapa hidangan untuk mengisi perut. Utamakan daging dan sayuran Paman. Berapa koin yang harus kami bayar?" Tanya Arya

"Satu kamar dipatok harga 5 koin perunggu pendekar muda. Sedangkan untuk hidangan 10 koin perunggu, jadi totalnya 20 koin perunggu." Ucap pemilik penginapan.

Arga memberikan satu koin perak yang sebelumnya diberikan oleh Nenek Mawar Bidara. Pemilik penginapan memberikan 80 koin perunggu untuk kembaliannya. Nenek Mawar Bidara memberikan sekantong kecil koin kepada Arga dan Ayu karena beliau tahu bahwa itu akan sangat berguna.

Pemilik penginapan sangat berhati-hati bicara karena dia merasa bahwa kedua orang pemuda-pemudi di depannya ini bukanlah orang sembarangan melainkan pendekar. Karena dia melihat pedang dan tombak yang ada pada keduanya.

Alat pembayaran sendiri terdiri dari tiga bagian yaitu perunggu, perak dan emas. 1 koin emas setara dengan 100 koin perak dan 1 koin perak setara dengan 100 koin perunggu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!