NovelToon NovelToon

Terpaksa Menjadi Yang Ke 2

Episede 1

.

"Kenan kenapa sih istri kamu belum hamil-hamil juga?" tanya mama Rani dengan sinis nya.

Pertanyaan dari mama Rani membuat Bianca dan Kenan tersedak kaget. Saat ini posisinya sedang makan malam. Kebetulan Rani Melinda dan Roy Mahendra datang berkunjung ke rumah Kenan sekalian makan malam bersama.

"Bener apa kata Mama kamu Kenan. Kenapa Bianca belum hamil juga. Kalian sudah hampir 3 tahun loh menikah, masa tidak ada tanda-tanda kehamilan," sambung papa Roy.

Mendengar perkataan mertuanya membuat Bianca tidak berselera makan, Bianca mengaduk-ngaduk makanannya.

"Ma, Pa. Sudah jangan di bahas terus. Kita sudah berusaha namun Tuhan belum berkehendak," kata Kenan.

"Apa kalian berdua tidak ada masalah dalam kesuburan?" tanya mama Rani dengan tatapan penuh penyelidikan.

Tatapan mama Rani menurut Bianca sangat menyeramkan.

"Alhamdulilah Ma, Pa. Kita berdua tidak ada masalah, cuman belum waktunya saja," jelas Kenan dengan enteng.

Kenan sudah berbohong, selama ini ia sudah mengetahui kekurangan Bianca selama masa pacaran, Bianca mengalami penyakit kista yang sudah memburuk, hingga pada akhirnya Bianca harus di operasi dan dengan terpaksa rahimnya di angkat sehingga Bianca tidak akan pernah bisa mempunyai keturunan.

Kenan yang sangat mencintai Bianca dengan sepenuh hati menerima kekurangan Bianca. Masalah anak bisa adopsi di panti asuhan.

"Ya sudah. Kalau dalam 2 bulan ini Bianca tidak hamil, Mama akan periksa Bianca ke dokter kehamilan. Mama akan buktikan ucapan Kenan benar atau enggak," ancam mama Rani dengan ketus.

Bianca tercengang. Ia begitu sangat ketakutan. Mama Rani sedari tadi memperhatikan ekspresi Bianca yang menurutnya sangat mencurigakan.

Kenan menegang tangan Bianca yang sudah mulai panas dingin.

Setelah selesai makan malam, mama Rani dan papa Roy pamit pulang.

Kenan dan Bianca merebahkan tubuhnya di atas ranjang , posisinya saat ini Bianca sedang membelakangi Kenan. Kenan melilitkan tangannya di perut Bianca, hidungnya terus mencium rambut istrinya yang tergerai dan sangat wangi.

"Sayang, kenapa tidurnya membelakangi aku sih?" tanya Kenan yang semakin mempererat pelukannya.

"Aku sangat takut Mas," ucap Bianca yang masih membelakangi suaminya.

"Takut kenapa sih?" tanya balik Kenan.

"Aku takut Mama sama Papa tahu soal kekurangan ku ini Mas , aku wanita mandul yang tidak akan pernah bisa hamil," ucap Bianca lirih.

Kenan memutar tubuh Bianca hingga posisi tidur Bianca terlentang. Kenan menatap lekat raut wajah istrinya yang tampak sangat sedih. Kedua matanya mulai sendu. kenan merapikan ke belakang telinga helain rambut yang sedikit menghalangi raut wajahnya Bianca.

Cup..

Kenan mencium kening Bianca. Kenan melebarkan senyum.

"Sayang tidak usah takut. Tenanglah, nanti kita akan pikirkan solusinya. Ok," ujar Kenan dengan lembutnya. Kenan akan berusaha menenangkan istrinya.

Bianca menganggukkan kepalanya.

"Tidurlah... tapi jangan membelakangi ku seperti tadi," kata Kenan seraya mengkerucutkan bibirnya.

Bianca menyinggulkan senyum,"Maaf," ucap Bianca dengan manjanya.

"Tidak apa-apa sayang," ujar Kenan.

Kemudian Kenan dan Bianca tidur dalam posisi miring saling berhadapan.

Pagi telah tiba, matahari mulai melakukan tugasnya untuk menyinari sepanjang hari. Kenan dan Bianca sudah selesai sarapan paginya.

"Sayang, Mas pergi kerja dulu ya. Soalnya di kantor lagi banyak pekerjaan akhir-akhir ini," sahut Kenan yang sudah beranjak dari duduknya.

"Iya Mas... " Bianca mencium punggung tangan suaminya.

"Assalamu'alikum." Kenan mengucapkan salam.

"Wa'alaikum salam Mas." Bianca menjawab salam suaminya.

Bianca terus memperhatikan punggung Kenan sampai tak terlihat dari pandangan kedua matanya.

"Kalau Mas Kenan disibukan dengan pekerjaannya, lalu bagaimana kita membahas soal solusinya?" gumamnya.

Tiba-tiba terdengar bunyi rhingtone dari ponselnya, Bianca segera mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja makan. Saat Bianca membukanya terpampang jelas di layar ponselnya mama ku is calling.

Bianca segera menggeser tombol wara hijau.

Mama : "Assalamu'alaikum Bianca."

Bianca : "Wa'alaikum salam Ma."

Mama : "Sayang Mama minta tolong sekali, Mama hari ini lagi sibuk-sibuknya, tolong kamu datangi kontrakan Mama yang dekat dengan pusat kota. Kan ada yang kosong. Katanya ada sepasang suami istri yang mau ngontrak, tolong kamu kesana ya dan temui dia," jelas sang Mama.

Bianca : "Iya Mama. Bianca on the way kesana."

Mama : "Makasih sayang. Hati-hati."

Bianca : "Iya Mah. Assalmu'alaikum Ma. Bianca tutup ya teleponnya."

Mama : "Iya sayang. Wa'alaikum salam."

Tut..

Telepon terputus.

Bianca segera bergegas ke lantai 2 menuju kamarnya untuk mengambil kunci mobil dan tasnya.

**

Setibanya Bianca di kontrakan milik Anita Mamanya. Kebetulan sepasang suami istri itu sudah ada di depan kontrakannya. Bianca segera menghampirinya lalu berbincang sambil melihat-lihat isi rumahnya.

"Gimana Bu?Pa? Apakah kalian mau mengontrak di sini?" tanya Bianca setelah selesai melihat-lihat isi rumah kontrakannya.

"Saya setuju Mba," jawab si istri.

Bianca menyinggulkan senyum."Alhamdulilah," ujar Bianca.

Setelah itu Bianca menyusuri jalanan sekitaran kontrakan milik Mamanya. Bianca mulai kepikiran soal perkataan Mama mertuanya kalau Bianca tidak hamil juga dalam waktu 2 bulan, Bianca akan di periksa oleh mama mertuanya ke dokter kandungan.

"Aku tidak mau sampai mertua ku mengetahui soal kekuranganku," gumam Bianca.

"Ya Allah aku harus bagaimana?"

Bianca mulai prustasi, ia mengusap wajahnya secara kasar.

Saat tiba di pertengahan jalan Bianca mendengar dan melihat ada keributan di depan teras rumah.

"Bu Tika saya tegasin kalau dalam waktu satu minggu Bu Tika tidak bisa membayar hutang, Bu Tika harus menyerahkan keponakan Bu Tika yang cantik ini kepada saya, dia akan saya jadikan istri ke 4," kata lentenir itu dengan sangarnya.

"Hahaa..." Lentenir dan kedua pengawalnya ketawa terbahak-bahak. Lalu pergi meninggalkan rumah Tika.

"Bibi, Andin tidak mau menikah dengan laki-laki tua itu," pekik Andin bergetir. Andin benar-benar sangat ketakutan. Andin terus merangkul kedua bahu Tika.

"Bibi juga tidak ridho, tidak ikhlas kalau Andin harus menikah dengan lintah darat itu," kata Tika lirih seraya mengelus-ngelus puncak kepala Andin yang bersenderan di bahunya.

Bianca terus memperhatikan,"Ya Tuhan kasian sekali," kata Bianca seraya menyentuh bidang dadanya.

Bianca tiba-tiba kepikiran soal solusi yang tepat agar rahasianya yang tidak bisa hamil tidak di ketahui oleh mertuanya.

"Hemmm... aku harus nekad melakukan ini?" gumamnya.

Bianca segera menghampiri rumah Andin dan Tika , saat ini Andin maupun Tika sudah masuk ke dalam rumah.

Tok..

Tok..

Tok..

Bianca mengetuk pintu.

"Bi siapa lagi yang bertamu?" tanya Andin yang berdiri di ambang pintu kamarnya.

"Tidak tahu Ndin. Kalau begitu Bibi bukakan dulu ya pintunya."

Andin mengangguk, lalu duduk di ruang tengah. Andin sangat takut kalau yang bertamamu itu para lintah darat lagi.

Tika membukakan pintunya.

"Siapa ya?" sahut Tika setelah ia membukakan pintunya.

Bianca melebarkan senyum."Boleh saya masuk Bu," kata Bianca dengan ramahnya.

"Oh boleh-boleh," Seru Tika.

Tika menggaruk-garuk pelipisnya yang sama sekali tidak gatal. Tika sangat penasaran dengan wanita yang penampilannya seperti orang kaya.

"Silahkan duduk Mba," kata Tika mempersilahkan duduk.

"Terimakasih Bu," ujar Bianca yang selalu memancarkan senyum. Bianca kemudian duduk di sebelah Andin.

Andin dan Tika saling melempar pandang dan saling kode-kode lewat mata. Bianca tersenyum saat memperhatikan dua wanita yang tampak kebingungan dengan maksud dan tujuan kedatangannya berkunjung.

#

Karya baru

Judul : Menjadi Istri Simpanan Kaka Ipar

~

Episode 2

"Kalian pasti bingungkan dan bertanya-tanyakan dengan maksud dan tujuan saya datang kemari?" kata Bianca yang tak lepas dari senyuman.

"I-iya," jawab Bi Tika yang masih berdiri.

"Duduklah Bi, masa pemilik rumahnya hanya berdiri saja," ucap Bianca ramah.

"Oh iya." Tika mangut-mangut. Lalu Tika duduk di kursi.

Hemmm.

Bianca menarik nafas panjang kemudian membuangnya secara berat.

"Perkenalkan nama saya Bianca Kaliza," kata Bianca seraya melulurkan tangan kanannya.

Dengan silih bergantian, Andin dan Tika menerima uluran tangan Bianca.

"Saya Andin."

"Saya Tika."

"Oya Andin berapa usia kamu?" tanya Bianca.

"19 tahun Mba," jawan Andin tanpa ragu-ragu.

"Oh masih muda. Sudah bekerja?" tanya Bianca lagi.

"Sudah Mba. Saya sebagai clening service di sebuah perkantoran," jawab Andin tanpa sungkan

"Bi Tika apakah Andin ini putrimu?" tanya Bianca kepada Tika.

"Bukan Mba, Andin keponakan saya. Orangtua Andin sudah meninggal sejak Andin berusia 7 tahun," jelas Tika.

"Lalu suami Bu Tika bekerja di mana?" Bianca terus menginterogasi Tika dan Andin.

"Hanya sebagai supir angkot Mba."

"Oh... " Bianca mangut-mangut.

Bianca kembali membuang nafas berat.

"Saya tidak sengaja mendengar tadi, kalau Bi Tika terlilit hutang dengan lintah darat. Kalau boleh tahu berapa hutangnya?" Tanya Bianca yang mulai masuk ke inti pembicaraan.

"Se-seratus juta Mba," jawab bi Tika yang sedikit menundukan kepalanya.

"Itu plus bunganya, waktu itu saya pinjam buat pengobatan suami saya. Waktu itu suami saya mengalami kecelakaan," jelas Tika lirih.

"Ok. Saya ada tawaran buat kalian berdua?" kata Bianca.

"Tawaran apa maksudnya?" tanya Andin.

"Saya akan lunasi hutang-hutang Bi Tika kalau Andin dan Bi Tika setuju, kalau Andin menjadi istri ke dua suami saya, sampai Andin hamil dan melahirkan, dan nantinya anak itu akan jadi anak saya dan suami saya. Gimana?" tanya Bianca tanpa sungkan.

Andin dan Tika kembali lempar pandang.

"Istri ke dua?" tanya Andin untuk menyakinkan kembali.

"Iya, cuman sampai hamil dan melahirkan kok. Gampangkan? Kehidupan kamu terjamin dan hutang bibi kamu lunas, Ndin."

Andin tertegun.

"Gimana?" tanya Bianca lagi.

"Kalau soal itu keputusannya, saya serahkan sama Andin," jawab bi Tika.

"Baiklah, saya tunggu besok. Dan ini kartu nama saya, kalau Andin setuju tinggal hubungi saya," kata Bianca.

Bianca meletakan kartu nama di atas meja. Setelah itu Bianca pamit.

"Saya emang harus ngelakuin ini," batin Bianca saat dirinya tengah menyusuri jalan menuju ke arah mobilnya yang terparkir di sekitaran kontrakan milik Mamanya.

"Mas Kenan harus setuju. Mau tidak mau Mas Kenan harus menerimanya," gumamnya lagi.

....................

Malam telah tiba, Andin merenungkan dirinya di dalam kamar. Andin berdiri di depan jendela kamarnya yang terbuka lebar . Andin membiarkan angin malam yang sangat dingin masuk ke dalam kamarnya. Andin terus memikirkan tawaran yang di berikan Bianca.

"Ya Allah apa yang harus aku lakukan?" gumamnya.

Andin terus mengimbang-ngimbang , antara tawaran Bianca atau menikahi lintah darat dan menjadi istri ke 4.

Andin membayangkan ngeri jikalau dirinya menikah dengan laki-laki tua lintah darat.

Tika maupun Budi tidak memaksa, semua keputusan ada di tangan Andin.

"Ya. Aku harus menerima tawaran Mba Bianca. Cuman sampai melahirkan anak kan? Setelah itu tugasku sudah selesai dan hutang-hutang bibi lunas. Walaupun aku harus menjadi janda muda dan memberikan anakku kepada Mba Bianca," gumamnya lagi.

"Itu keputusan yang sangat baik, dari pada menikah dengan lintah darat, mending aku jadi istri kedua sampai memberikan anak kepada Mba Bianca. Mungkin ini sudah takdirku."

"Ini itung-itung aku balas jasa kepada bibi dan paman, karena mereka sudah membesarkan aku dengan penuh kasih sayang dan cinta , menyekolahkan aku hingga tamat SMA."

Sementara Bianca di rumahnya sedang harap-harap cemas menunggu keputusan Andin atas tawarannya. Bianca mondar-mandir bagaikan bak istrikaan di dalam kamarnya. Sehingga membuat Kenan yang sedang fokus dengan laptopnya seketika menghentikan pekerjaannya dan menutup laptopnya. Kenan segera menghampiri Bianca.

"Istriku ini kenapa sih?" tanya Kenan. Kenan memeluk tubuh istrinya dari belakang.

Kenan menyatukan dagunya dengan bahu Bianca.

"Mas aku sedang menunggu kabar dari seseoran,"ucap Bianca.

"Kabar? Kabar apa sih?" tanya Kenan penasaran.

Bianca emang belum menceritakan semuanya kepada Kenan.

Huft..

Bianca membuang nafas berat.

"Mas Kenan?" sahut Bianca lembut.

"Iya sayang." Kenan melepaskan pelukannya lalu memutar tubuh Bianca menghadapinya.

"Mas Kenan, aku sudah carikan istri siri ke dua buat kamu Mas," ucap Bianca dengan bibir gemetar.

Bianca sebenarnya tidak mau kalau dirinya harus di madu, namun Bianca tidak punya pilihan lain. Bianca belum siap kalau mertuanya mengetahui soal dirinya yang tidak bisa punya anak. Bianca takut kalau Rani dan Roy memaksa Kenan untuk menceraikannya .

Kenan terbelalak seketika ketika ia mendengar perkataan istrinya.

"Sayang kamu apa-apaan sih? Ide konyol apa yang sudah kamu buat," kata Kenan yang langsung pasang wajah kesal.

"Kamu mau di madu?" tanya Kenan.

"Mas... " Bianca memegang kedua tangan Kenan. Bianca menatap lekat raut wajah suaminya yang tengah kesal.

Namun kedua mata Kenan malah menatap ke atas atap rumah, Kenan tidak berani menatap wajah istrinya.

"Mas Kenan kita tidak punya pilihan lain lagi Mas. Aku belum siap kalau Mama dan Papa kamu mengetahui soal kekurangan ku yang tidak bisa punya anak. Kamu tahu kan Mas? Kalau Mama sama Papa kamu sangat menginginkan kehadiran seorang cucu. Apa jadinya nanti saat orangtua kamu tahu kalau aku tidak bisa kasih mereka cucu," jelasnya panjang lebar.

"Lalu?" tanya Kenan yang masih tidak berani menatap istrinya.

"Aku akan pura-pura hamil Mas kalau istri kedua kamu sudah positif hamil. Mas kamu menikahi dia hanya sampai dia melahirkan saja," kata Bianca menjelaskan dengan tenang.

"Sayang..." Kenan akhirnya berani menatap wajah istrinya secara netra , kedua tangan Kenan menyentuh kedua pipi Bianca.

"Aku setuju dengan cara kamu berpura-pura hamil, tapi aku tidak perlu menikah lagi dengan perempuan lain sayang. Kita cukup adopsi bayi di panti asuhan," kata Kenan menolak secara halus.

Bianca menggelengkan kepalanya secara perlhan-lahan.

"Enggak Mas. Aku tidak mau adopsi anak orang lain. Mending aku adopsi anak kamu , anak dari laki-laki yang aku cintai." Bianca terkekeh.

"Tapi aku tidak mau menyakiti hati kamu sayang," kata Kenan yang berusaha mencoba menolak keinginan istrinya yang menurutnya sangat konyol.

Bianca melebarkan senyum, kedua tangannya menyentuh raut wajah suaminya yang d tekuk.

"Mas... aku tidak akan pernah sakit hati dan cemburu, ini kan keputusan yang sudah aku ambil Mas."

Huft..

Kenan membuang nafas kasar.

"Baiklah. Aku setuju!" kata Kenan.

Bianca langsung memeluk tubuh Kenan,"Terimakasih Mas."

"Sama-sama sayang," kata Kenan seraya mengelus-ngelus punggung istrinya.

Kini tinggal menunggu kabar dari Andin dan Tika. Bianca sangat berharap penuh kalau Andin dan Tika menerima tawarannya untuk menjadikan Andin sebagai istri ke dua Kenan sampai Andin memberikan anak.

Episode 3

Andin menghampiri Bibi dan Pamannya di ruang tengah yang sedang menonton sebuah acara televisi. Andin duduk di sebelah bi Tika.

"Bibi... " Andin menggenggam tangan Tika.

"Paman..." Pandangan Andin tertuju ke arah paman Budi.

"Andin sudah memutuskan, kalau Andin setuju dengan tawaran Mba Bianca," ucap Andin dengan tenangnya.

Perkataan Andin membuat Tika dan Budi sedih, Tika maupun Budi tidak mau kalau Andin harus menjadi istri kedua, apalagi nantinya akan menjadikan Andin menjadi janda di usia muda.

"Kamu serius nak dengan keputusan kamu ini?" tanya Bi Tika.

"Bibi, Andin serius. Andin lebih baik jadi istri kedua di bandingkan jadi istri ke 4-nya si lintah darat itu," ucap Andin.

"Ya sudah kalau itu sudah menjadi keputusan kamu Ndin," ucap Budi yang tidak terasa air matanya mulai menitik.

"Paman tidak usah bersedih seperti itu, Andin ikhlas kok. Mungkin ini sudah takdir nya Andin." Andin melebarkan senyum.

Budi menghapus air matanya, Budi mencoba untuk tersenyum di depan Andin.

"Andin. Maafkan Bibi sayang, karena hutang Bibi kepada si lintah darat membuat kamu menjadi jaminannya, kamu harus menjadi istri kedua dan pada akhirnya kamu akan jadi janda," kata Tika lirih, Tika tak kuasa menahan air matanya. Kebesaran hati Andin membuat Tika dan Budi terharu.

"Kalau gitu, Andin akan menghubungi Mba Bianca dulu," seru Andin.

Tika dan Budi hanya bisa menganggukan kepalanya. Tika maupun Budi sangat menyangi Andin dan bahkan sudah menganggap Andin adalah putri kandungnya.

Andin kembali kedalam kamarnya.

Kenan dan Bianca merebahkan tubuhnya di atas ranjang, Bianca belum tidur sedangkan Kenan hanya berpura-pura tidur.

Kenan posisi tidurnya miring menghadap Bianca sedangkan Bianca tidur terlentang kedua matanya masih terbuka lebar.

"Duh, kok Bi Tika sama Andin belum ada kabar juga sih," gumam Andin.

Kenan mendengarnya, dan Kenan sangat berharap kalau gadis pilihan Bianca tidak setuju dengan ide konyol istrinya.

Terdengar suara rhingtone dari ponselnya Bianca, dengan sigap, Bianca segera mengambil ponselnya yang ia simpan di atas nakas. Tepampang jelas dari layar ponsel Bianca kalau yang menghubunginya malam-malam itu dari nomer yang tidak di kenal. Bianca segera menggeser tombol warna hijau, Bianca sangat berharap kalau yang menghubunginya adalah Andin.

Bianca :"Hallo!"

Andin :"Hallo Mba Bianca, ini saya Andin."

Bianca langsung sumeringah dan beranjak bangun dari tempat tidurnya.

Bianca :"Andin akhirnya kamu menghubungi saya, kamu tahu tidak Ndin? dari tadi saya dan suami saya menunggu kabar dari kamu. Terus gimana apakah kamu setuju Ndin?"

Andin :"Andin setuju Mba."

Bianca :"Alhamdulillah, syukurlah. Besok Mba dan suami Mba datang ke rumah Bi Tika ya Ndin."

Andin :"Iya Mba, Andin tunggu. Assalamualaikum Mba."

Bianca :"Wa'alaikum salam Ndin."

Telepon terputus , akhirnya Bianca bisa bernafas dengan lega.

Esok harinya.

Bianca dan Kenan segera berkunjung ke rumah Tika. Bianca sudah mempersiapkan semuanya , dan hari ini adalah hari pertemuan pertama antara Andin dan Kenan.

Bianca dan Kenan sudah tiba di rumah Tika dan Budi , semuanya kumpul di ruang tengah . Sementara Andin masih dalam perjalanan. Andin sebelumnya ke tempat kerjanya terlebih dahulu untuk meminta izin libur kerja , dan atasan Andin pun mengizinkannya.

"Andinnya mana Bi?" tanya Bianca saat tidak mendapati Andin.

"Andin masih di dalam perjalanan," sahut Paman Budi.

"Oh, kalau begitu kita tunggu Andin saja," ujar Bianca.

Tak lama menunggu Andin pun datang.

"Assalamualaikum," ucap Andin saat tiba di ruang tengah.

Kenan terperangah saat melihat Andin, begitu pun Andin sama kagetnya dengan Kenan.

"Jadi suaminya Mba Bianca adalah Bos Kenan," batin Andin.

"Jadi calon istri kedua saya adalah Andin, clening service di perusahaan saya," batin Kenan.

Andin duduk di sebelah Bi Tika, Andin maupun Kenan pura-pura tidak saling kenal satu sama lainnya.

Bianaca mengeluarkan uang 100 juta cas yang ia simpan di dalam tasnya, selain itu Bianca mengeluarkan secarik kertas putih yang sudah ada matrai yang menempel. Surat itu adalah surat perjanjian.

"Ini uang 100 juta yang sudah saya janjikan kemarin," ucap Bianca enteng. Bianca menyerahkan uang itu kepada Andin.

Kenan tercengang, Kenan baru tahu kalau Bianca membayar gadis ini dengan uang seharga 100juta, uang segitu tidak ada artinya di mata Kenan.

"Jadi wanita ini di bayar. Dasar murahan," batin Kenan.

Kenan emang tidak mengetahui kronologisnya , kenapa Andin sampai mau di bayar dengan harga yang tidak seberapa. Bianca juga tidak menceritakan semuanya kepada Kenan, karena menurut Bianca itu tidak penting.

"Andin sekarang kamu baca suarat perjanjian ini lalu setelah itu kamu tandatangani," kata Bianca.

Andin segera mengambil secarik kertas putih yang isinya surat perjanjian. Andin membacanya. Surat itu di tuliskan kalau Andin hanya sebagai istri kedua selama hamil dan melahirkan, di dalam surat itu juga di tulis kalau Andin tidak boleh mengakui anak tersebut, dan Andin harus menyerahkan dengan sepenuh hati anak itu kepada Bianca dan Kenan. Setelah itu Andin akan kena TALAK.

Andin setuju, lalu ia langsung menandatangani suarat perjanjian itu di atas matrai. Di susul Tika dan Budi sebagai saksi.

"Ok sudah beres , dan pernikahannya akan dilaksanakan malam ini," seru Bianca.

Kenan hanya diam saja , percuma ngomong juga toh Bianca sangat terkekeh dengan rencana ini.

"Ma-malam ini?" tanya Andin.

"Iya Ndin. Sebelum itu kita kerumah sakit cek masa kesuburan kamu. Setelah tahu kan malam pertamanya di lakukan ketika masa subur , biar langung tokcer," kata Bianca tanpa sungkan.

Pikiran Andin mulai melayang kemana-mana , bagaimana bisa Andin malam pertama dengan Kenan tanpa ada rasa cinta.

Ah sudahlah.

Setelah semuanya beres , Andin dan Bianca serta Kenan segera pergi ke rumah sakit .

Setelah di periksa dan menanyakan kapan terakhir Andin datang bulan , akhirnya Bianca mengetahui kalau masa subur Andin besok lusa dan besoknya lagi.

"Nah Mas Kenan dan Andin nanti malam pertamanya jnngan malam ini , tapi besok malam saja," sahut Bianca saat di dalam mobil perjalanan menuju ke rumah penghulu.

"Sayang udah deh! emang kamu tidak merasa sakit hati gitu hah? dari tadi membahas malam pertama," gerutu Kenan yang akhirnya buka mulut.

Andin yang duduk di belakang hanya bisa menunduk dan memainkan jari-jemarinya.

"Mas. Enggak dong. Kan ini demi calon anak kita," kata Bianca. Bianca bersenderan di bahu Kenan.

"Mas aku percaya padamu, kamu tidak akan menghianati aku " bisik Bianca..

Kenan hanya bisa membuang nafas kasar , entah dapat ide konyol dari mana sehingga Bianca mencarikan istri kedua untuknya hanya demi mendapatkan keturunan. Padahal Kenan sudah menerima Bianca apa adanya , soal anak tinggal adopsi. Namun sikap Bianca yang keras kepala membuat Kenan menciut dan menuruti keinginan istrinya hingga pada akhirnya Andin wanita polos yang jadi korbannya. Selain itu Andin juga ingin melunasi hutang-hutang Bibi dan Pamannya.

"Kalau saja wanita murahan itu menolak tawaran istri saya , mungkin tidak akan kejadian seperti ini. Dasar, dia rela harga dirinya di bayar seharga 100juta," batin Kenan sinis.

Kenan terus memperhatikan Andin lewat kaca spion .

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!