Dalam keramaian pesta Mauli sedang berbincang bersama teman-temannya. Suara dentuman musik yang sangat keras menambah ramai suasana ditempat itu. Berbagai jenis hidangan makanan dan minuman berjajar diatas meja besar dan panjang itu.
Semua sangat menikmati pesta itu. Ya pesta ulang tahun pernikahan teman Mauli yang bernama Adam dan Lisa. Mereka merayakan ulang tahun pernikahan mereka yang ke lima tahun. Betapa bahagianya pasangan itu.
Di sudut ruangan Mauli bersama teman-temanya sedang asyik berbincang. "Kemana suamimu Mauli? Kenapa dia tidak ikut ke acara ini?"
Seorang teman Mauli yang tiba-tiba menanyakan suami Mauli tiba-tiba datang dan menghampiri Mauli. "Dia rumah sakit sedang ada pasien yang memerlukan tenaganya." Mauli menjelaskan tentang suaminya kepada temannya itu.
Sementara Adam dan Lisa akan meniup lilin mereka. Semua tamu diacara itu tampak mengerumuni mereka berdua. Terlihat nampak kebahagian mereka terpancar diwajah mereka.
Lisa adalah teman Mauli sejak masih Sekolah Menengah Pertama (SMP). Selama tiga tahun sekolah mereka selalu duduk satu bangku. Di sekolah memang Lisa lah teman terbaik Mauli. Mereka selalu pergi bersama. Bahkan hingga kini sudah menikah, mereka masih berteman dengan baik.
"Selamat ulang tahun pernikahan sayang." Dengan tiba-tiba Adam mendaratkan sebuah kecupan hangat di atas pucuk kepala Lisa.
"Selamat ulang tahun pernikahan juga sayang. Maafkan aku yang masih belum bisa menjadi istri yang baik." Dengan mata yang berkaca-kaca Lisa mengutarakan isi hatinya.
"Tidak sayang, kau adalah seorang istri yang sangat baik." Adam pun kembali mendaratkan kecupannya di atas pucuk kepala Lisa.
Semua tamu yang hadir dan menyaksikan mereka berdua nampak terlihat haru melihat kemesraan mereka berdua. Kemesraan yang selalu mereka tunjukan dihadapan umum dan membuat iri bagi siapapun yang melihatnya.
"Selamat Lisa, semoga pernikahanmu selalu bahagia." Mauli langsung menghampiri teman baiknya itu. Mereka langsung melakukan wefie untuk dijadikan status whatsapp atau insta story mereka.
"Terima kasih banyak Mauli, karena kamu sudah hadir malam ini. Oiya kemana Akmal dia tidak ikut bersamamu?" Tanya Lisa yang menautkan kedua halisnya, karena biasanya mereka selalu datang berdua.
"Dia sedang ada pekerjaan Lisa. Sedangkan dirumah sakit kekurangan tenaga medis. Makanya Akmal dipanggil untuk bertugas kesana." Jelas Mauli.
"Wah hebat sekali suamimu. Suamimu itu memang seorang dokter yang sangat berdedikasi. Dia begitu bertanggungjawab dalam pekerjaannya." Puji Lisa yang merasa bangga dengan suami Naila.
"Begitulah Lisa, mau tidak mau Akmal harus pergi ke sana menyelamatkan banyak jiwa yang memerlukan pertolongannya." Dengan wajah yang sendu Mauli menjelaskan pekerjaan suaminya pada Lisa.
"Sudahlah Mauli jangan sedih, disini kan banyak teman-teman. Nikmati pesta ini Mauli." Sambil menarik tangan Mauli, Lisa mengajak Mauli untuk menari. Mereka pun menari bersama. Setelah beberapa menit Mauli menari, Mauli kelelahan dan duduk sambil meneguk segelas jus orange.
Saat memeriksa ponsel, Mauli langsung membuka pesan.
📩 Bagaimana dengan pestanya sayang? Apa disana sangat menyenangkan?
Sayang aku sedang dalam perjalanan akan menjemputmu..
Aku sayang padamu, i love you.. 😘🤗
Mauli pun senyum-senyum sendiri dengan pipi yang merona. Dia merasa sangat senang menerima pesan itu. Mauli langsung ke luar rumah dan melihat sekeliling halaman, " mungkin sebentar lagi Akmal akan segera tiba menjemputku," gumam batin Mauli.
Setelah menerima pesan itu Mauli langsung berpamitan pada Adam dan Lisa. Saat tiba diteras luar Mauli langsung menatap sekeliling halaman. Setelah beberapa menit menunggu tiba-tiba ada seseorang yang memeluk Mauli dari belakang. "Akmal, kamu udah lama datang?" Tanya Mauli karena terkejut dengan kedatangan Akmal.
"Aku baru saja tiba sayang, i love you.." Jawab Akmal yang langsung memeluk Mauli dari belakang.
Mauli yang sudah tahu wangi aroma parfum Akmal memang tidak pernah salah. Parfum itu memang selalu melekat harum di tubuh Akmal. Akmal yang tak henti-hentinya memeluk Mauli dari belakang seakan mengisyaratkan jika ia memang sangat merindukan Mauli.
"Sayang, lepas.. Nanti ada yang melihat kita loh.." Mauli berusaha melepaskan pelukan Akmal yang membuat dadanya sesak. Mauli khawatir jika ada seseorang yang akan melihat mereka.
"Tidak mau, biarkan akun memelukmu sayang." Timpal Akmal yang seolah tidak mau melepaskan pelukannya.
"Tapi bagaimana jika ada yang melihat kita?"
Mauli pun langsung membalikan tubuh Mauli kehadapan Akmal dan langsung mendaratkan ciuman hangat di bibir Akmal.
"Sudah ayo kita pulang." Ajak Mauli setelah mendaratkan kecupannya di bibir Akmal.
Setelah mendaratkan bibirnya, Mauli langsung menggandeng tangan Akmal menuju mobil yang tak jauh dari rumah Lisa.
"Bagaimana acaranya sayang?" Dalam perjalanan sambil menyetir kemudinya Akmal langsung membuka pembicaraan.
"Acaranya ramai sayang. Disana aku bertemu dengan teman-teman lamaku. Kita berbincang dan menari bersama." Jawab Mauli antusias.
"Wah seru ya. Seandainya aku bisa hadir diacara itu. Apa kamu sudah makan?" Tanya Akmal yang merasa khawatir. Sambil menoleh ke arah Mauli ternyata Mauli sudah terlelap tidur. Akmal pun tersenyum tipis melihat Mauli.
"Sayang, pasti kamu kelelahan." Akmal mengusap kepala Mauli.
Setibanya dirumah Akmal langsung membopong Mauli ke kamarnya, karena ia tidak tega jika harus membangunkan Mauli. Lagi-lagi Akmal mencium kening Mauli saat ia tertidur pulas.
"Aku sangat menyanyangimu, aku sangat mencintaimu sayang." Gumam hati Akmal, dan ia pun langsung terlelap di samping Mauli dengan tangan yang melingkar dipinggang Mauli.
Keesokan paginya, ketika Akmal membuka mata ternyata Mauli sudah tidak ada dikamarnya. "Kemana dia sudah tidak ada dikamar," gumam Akmal.
Dikamar lain ternyata Mauli sedang memeriksa nenek Anju. Nenek Anju adalah neneknya Akmal. Sudah lama nenek Anju menderita darah tinggi. Karena itulah setiap hari Mauli selalu memeriksa tekanan darah nenek Anju.
"Nenek, hari ini tekanan darah nenek cukup bagus." Ungkap Mauli setelah memeriksa keadaan nenek Anju.
"Benarkah Mauli?" Tanya nenek Anju yang tak percaya karena kesehatannya mulai membaik.
"Iya nenek." Jawab Mauli yang ikut merasa senang.
"Walaupun tekanan darah ibu normal, ibu tetap harus menjaga makanan ibu." Timpal ibu Lastri yang tiba-tiba datang dan membawakan makanan untuk nenek Anju. Ibu Lastri adalah ibu mertua Mauli, ibunya Akmal. Ibu Lastri adalah ibu yang sangat baik dan sangat perhatian.
Betapa ramainya dirumah itu. Selain ada nenek Anju dan Ibu Lastri, dirumah itu juga ada seorang asisten rumah tangga yang bernama Irma.
Sambil membereskan stetoskopnya Mauli segera pergi ke kamar. "Kemana Akmal ya?" Gumam Mauli. Tak lama Akmal keluar dari kamar mandi.
"Apa kamu udah siap? Tadi kamu pergi kemana?" Tanya Akmal yang menautkan kedua halisnya.
"Udah, aku tadi habis memeriksa nenek." Jawab Mauli.
"Sebelum pergi kita sarapan dulu ya." Ajak Akmal yang menggandeng tangan Naila.
Akmal dan Mauli pergi ke dapur untuk menyantap sarapan mereka. Di meja makan sudah ada Ibu Lastri yang sedang menghidangkan makanan.
"Kemarilah kita sarapan bersama." Ajak bu Lastri.
"Iya bu." Jawab Akmal dan Mauli kompak.
"Apa kau sudah selesai Mauli, ayo aku antar kamu ya?" Ajak Akmal.
"Iya sayang." Jawab Mauli yang langsung mengiyakan.
Akmal yang sudah bersiap sejak tadi langsung mengantarkan Mauli ke rumah sakit. Karena hari ini tidak ada pekerjaan tiba-tiba Akmal memiliki sebuah rencana.
"Setibanya dirumah aku akan menghias kamar kita sayang, aku akan memberikanmu kejutan." Gumam batin Akmal. Dengan senyum yang sumringah Akmal pergi menuju rumahnya kembali. Akmal menata kamar itu dengan hiasan yang indah.
Sehari berlalu, Mauli pun telah selesai dari pekerjaannya. Setibanya dirumah, Mauli bergegas ke kamar. Dan setelah Mauli membuka pintu kamar, Mauli dikejutkan dengan keindahan dekorasi yang di buat oleh Akmal.
Dikamar itu dihiasi begitu banyak bunga mawar. Bunga mawar yang harum dan warnanya yang cantik seolah menambah keindahannya. Hiasan bunga mawar yang ditata diatas dipan berbentuk love itu terlihat indah.
"Indahnya.." Mauli kagum meliht keindahan hiasan kamarnya.
Mauli yang menatap seluruh kamar itu terkesima dengan keindahannya. Tak lama kemudian datanglah Akmal yang langsung memeluk Mauli dari belakang.
"Apa kau menyukainya sayang?" Tanya Akmal.
"Aku suka sekali, semuanya sangat indah sayang. I love you." Jawab Mauli.
Mauli membalikan posisi badanya ke hadapan Akmal dan mendaratkan sebuah kecupan manis dibibir Akmal. Akmal yang langsung membalas kecupan itu menambah erat pelukannya. Semakin lama Akmal semakin ******* bibir ranum merah itu.
Karena pegal Abraham membopong Mauli ke atas kasur yang dipenuhi hamparan bunga mawar merah itu. Mereka melanjutkan aksi panas itu diatas ranjang merah itu.
"I love you sayang." Ucap Akmal yang melanjutkan aksinya.
"I love you too." Timpal Mauli.
Kata-kata cinta itu selalu menghiasi hari-hari mereka. Akmal begitu mencintai Mauli, begitupun Mauli yang sangat mencintai Akmal.
Pagi-pagi sekali Mauli sudah bergegas ke rumah sakit karena sejak semalam ada pasiennya yang akan melahirkan. Tak berbeda dengan Mauli hari ini Akmal pun bergegas ke rumah sakit.
Hanya saja, di rumah sakit Akmal tidak begitu sibuk. Setelah pulang Akmal tiba-tiba ingin menonton, mengajak Mauli ke sebuah bioskop. Karena tidak sabar Akmal langsung membeli tiket dan membeli pop corn untuk mereka makan nanti.
"Halo sayang, sekarang aku tunggu kau dibioskop x ya?" Ajak Akmal.
"Ma, maafkan aku sayang hari ini pekerjaanku sangat padat." Lirih Mauli.
Dengan nada yang lemas Mauli berusaha menjelaskannya pada Akmal. Akan tetapi Akmal yang sudah menyiapkan segalanya merasa sia-sia. Akmal langsung membuang makanan dan minuman yang dipegangnya.
📩 Angkat sayang, aku ingin bicara padamu.
Saat Akmal membuka pesan ternyata itu Mauli. Namun Akmal yang sangat begitu kesal tidak menghiraukan pesan dari Mauli.
Akmal tidak segera pulang, dan menghabisakan waktu diluar untuk mencari angin.
"Aku harus melakukan sesuatu," guman Mauli saat dalam perjalanan pulang.
Sesampainya dikamar, Mauli mulai menyiapkan pop corn dan minuman, tak lupa layar besar ia siapkan agar sama seperti di bioskop.
Tidak lama kemudian Akmal datang, ketika ia membuka pintu kamarnya. Seisi ruangan itu gelap dan tidak terlihat apa-apa. Setelah masuk ke kamar tiba-tiba Mauli menggenggam tangan Akmal dan langsung duduk didepan bioskop itu untuk menonton film yang tertunda tadi.
"Maafkan aku sayang." Mauli membuka pembicaraan dengan tangan yang melingkar ke tangan Akmal.
"Tidak apa-apa sayang. Tadi aku memang sedikit kesal. Tapi sekarang aku senang. I love you." Dengan wajah yang sumringah Akmal kembali mendaratkan kecupannya ke atas pucuk kepala Mauli.
Sementara itu dirumah Naila sedang memasak makanan untuk suaminya Abraham.
"Mas, bangun ini sudah pagi. Bukannya kamu akan pergi ke kantor."
"Iya sebentar lagi.." Pekik Abraham.
"Mas, ini udah jam 7 loh.." Jelas Naila.
"Kenapa kamu ga bangunin aku!" Teriak Abraham yang mulai kesal.
"Tapi mas, aku udah bangunin kamu dari tadi." Lirih Naila.
"Diam!Selalu saja kamu menjawab perkataan saya!" Bentak Abraham.
Dengan penuh amarah Abraham memarahi dan memaki Naila. Padahal sudah sejak tadi Naila membangunkan Abraham yang terlelap tidur. Setiap hari bahkan setiap saat Abraham selalu marah-marah.
Hanya saja Naila tidak bisa berbuat apa-apa. Cacian dan makian suaminya itu sudah menjadi makanan setiap hari bagi Naila. Hanya menangis yang bisa Naila lakukan. Saat menangis Naila selalu teringat pada seseorang.
Seseorang yang dulu sangat dekat dengannya. Seseorang yang dulu pernah mencegah pernikahan Naila dan Abraham. Seseorang itu adalah Mauli, sahabat yang sejak dulu ia miliki.
Sahabat yang pernah memperingatkan Naila jika Abraham bukanlah lelaki yang baik. Akan tetapi karena dibutakan oleh cinta, Naila tetap saja menikah dengan Abraham.
"Mauli.. Hingga saat ini aku menyesal dengan keputusanku. Sudah sejak lama aku ingin pergi dari sini." Gumam Naila di dalam batinnya. Dikamarnya Naila memandangi sebuah foto lamanya bersama Mauli. Didalam foto itu Naila dan Mauli tersenyum bahagia. Sementara ditengah lamunannya.
"Naila dimana kau? Aku lapar!" Pekik Abraham dari dapur.
"Iya mas, aku datang." Di tengah lamunanya Naila langsung menghapus air matanya dan langsung bergegas ke dapur untuk menemui Abraham.
Padahal makanan itu sudah tersaji semua diatas meja. Namun memang begitulah sikap Abraham semua ingin dilayani. Naila pun segera menyajikan makanan ke dalam sebuah piring.
"Makanan macam apa ini?Rasanya tidak enak! Kamu bisa masak atau tidak hah!" Dengan suara yang keras lagi-lagi Abraham memaki dan memarahi Naila hanya karena makanan yang ia makan kurang garam. Abraham langsung membuang makanan yang ada dimulutnya dan langsung pergi meninggalkan rumah.
"Tapi mas, aku sudah mencobanya tadi. Rasanya pas kok.." Naila membela diri karena memang Naila sudah mencicipi rasa masakannya. Jika sedang tidak terburu-buru Abraham pasti sudah melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
"Syukurlah dia sudah pergi." Naila menghela nafas panjang karena kepergian Abraham.
Setelah kepergian Abraham, Naila pergi ke kamar dan kembali menatap foto dirinya bersama Mauli. Besok adalah hari ulang tahun Mauli, aku akan membuat kue untuknya, gumam Naila yang tersenyum tipis.
Naila terus memandangi foto dirinya bersama Mauli. Masih ingat dalam benaknya dulu Naila pernah belajar naik motor bersama Mauli. Mauli yang selalu mengajarkan hal-hal yang baru dalam hidup Naila.
Di tempat lain Akmal sedang mencari surat-surat penting untuk membayar pajak kendaraannya. Hampir seluruh laci lemari ia buka, akan tetapi hasilnya nihil.
"Mauli apa kau melihat surat pajak kendaraanku?" Teriak Akmal karena Mauli sedang berada di kamar mandi.
"Surat itu ada di dalam laci lemariku sayang."
Mauli yang sedang mandi berteriak.
Akmal seketika membuka lemari Mauli dan membuka laci yang ada didalamnya. Dalam pencariannya itu Akmal menemukan sebuah foto. Sebuah foto yang didalamnya ada Mauli dan Naila.
"Foto siapa ini?Aku baru melihatnya." Gumam Akmal, karena sepertinya Akmal baru melihat foto itu.
Akmal merasa ada yang aneh, karena selama ini Mauli tidak pernah menceritakan foto ini padaku. Dan Mauli tidak pernah menyembunyikan hal apapun dari Akmal. Beberapa menit setelah selesai mandi, akhirnya Mauli keluar juga.
"Oiya sayang, aku menemukan foto ini. Ini siap?"
Dengan telunjuk yang mengarah pada teman Mauli, Akmal menanyakan tentang siapa wanita itu.
"Dia bukan siapa-siapa. Sini. Aku tidak mau membahasnya." Mauli langsung merebut foto itu dan menyimpannya kembali ke dalam laci.
"Memangnya kenapa sayang? Apa pernah terjadi sesuatu di antara kalian?" Akmal menangkup pipi Mauli dan menanyakan tentang seseorang itu.
"Baiklah, aku akan menceritakan semuanya. Sebenarnya yang ada dalam foto itu teman baikku, namanya Naila. Kami sudah berteman sejak masih Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Saat itu Naila akan menikah dengan Abraham. Laki-laki yang menurutku bukan lelaki baik-baik. Berulang kali aku sudah mengingatkan agar dia tidak menikah dengan laki-laki itu. Tapi dia tetap pada pendirinnya. Hal itulah yang membuat aku kesal. Dan hingga saat ini kita tidak pernah bertemu lagi." Dengan detail Mauli menjelaskan tentang apa yang sebenarnya terjadi.
"Lalu kenapa kamu bisa tiba-tiba bilang jika pria itu buka laki-laki yang baik?" Karena penasaran Akmal pun kembali menanyakan hal itu ia mengernyitkan dahinya.
"Dulu saat aku ke rumah Naila, Naila pergi ke dapur untuk membuatkan ku minuman. Ketika aku sedang melihat-lihat buku dari belakang Abraham dengan beraninya memegang pinggangku. Saat itulah aku merasa kesal!"
Dengan penuh amarah Mauli teringat akan pelecahan yang dilakukan Abraham.
"Sudah-sudah sayang cukup. Tak usah menjelaskan itu lagi. Aku mengerti sekarang, kenapa kamu tidak mau menceritakan itu semua." Akmal memeluk Mauli dan mengusap rambut Mauli untuk menenangkannya.
Keesokan harinya Akmal dan Mauli akan menghadiri sebuah Konferensi Medis disalah satu hotel x. Di acara itu semua para tenaga medis hadir untuk sebuah pertemuan besar.
Dihotel itu ternyata Abraham dan Naila ada di acara itu. Namun Abraham bertindak sebagi investor besar dalam pertemuan itu.
Sementara di aula Naila nampak sedang membantu menyiapkan makanan dan minuman di sebuah meja besar. Naila menata buah-buahan yang ada dimeja itu, karena Naila memang sangat suka menata makanan.
Terlintas dalam pikirannya jika hari ini adalah hari ulang tahun temannya Mauli. "Aku akan membawakan kue untuknya. Mauli pasti datang ke acara ini," gumam Naila.
Karena saat datang tadi Naila melihat sebuah foto para tenaga medis yang terpampang nyata di sebuah reklame besar di depan hotel.
Naila melihat salah satu gambar itu ternyata Mauli. Naila menyunggingkan senyumannya karena ia tahu bahwa ia akan bertemu dengan teman lamanya.
Disebuah lorong Naila melihat seorang karyawan hotel yang merusak tatanan mejanya. Naila langsung menghampiri pelayan itu, " jika ada yang melihatnya pasti ia akan terkena marah." Gumam Naila yang langsung menghampiri pelayan itu.
Dengan sigap Naila langsung membereskan semua yang berantakan tadi.
"Terima kasih nyonya, anda sangat baik sekali." Karyawan itu tersenyum dan berlalu meninggalkan Mauli.
Didalam kamar Abraham sedang di sibukan dengan name tag yang ia cari sejak tadi yang belum kunjung ketemu.
"Naila, Naila, dimana kau? Apa kau melihat name tag ku? Jika tidak, awas saja kau!"
Pekik Abraham yang mencari name tag itu. Karena hanya itu akses yang bisa ia gunakan dalam pertemuan itu.
"Iya, ini. Tadi aku melihatnya di atas meja."
Dengan gugup Naila memberikan name tag itu.
"Cepat kau turun ke bawah." Abraham berlalu meninggalkan Naila.
Didepan hotel tampak Akmal dan Mauli baru saja tiba. Ketika Naila keluar kamar, Naila melihat-lihat ke arah bawah. "Mungkin saja Mauli datang," gumam Naila sambil berlari kecil ke bawah.
Naila terus berlari, tanpa memperhatikan jalan didepannya. Ketika dibawah Naila melihat Mauli dari kejauhan.
"Mauli, aku sangat merindukanmu." Naila terus menatap Mauli dengan mata yang berkaca-kaca.
Dalam konferensi itu acara akan segera di mulai. Tampak semua tenaga medis yang ada dikota itu menghadiri acara tersebut.
Di ujug sudut aula itu Abraham terus menatap Mauli. Abraham masih ingat kejadian itu, kejadian di saat Mauli menamparnya. Dengan mata yang tajam Abraham memandang Mauli dari kejauhan.
Ditengah acara Mauli dipanggil ke atas panggung karena ia termasuk salah satu dokter yang sangat disiplin dan pekerja keras.
"Terima kasih untuk Tuhan YME, keluarga dan suami saya tercinta karena berkat dukungan kalian, saya bisa ada di sini. Selain itu terima kasih juga pada seseorang, karena kata-kata itu masih tergiang ditelinga saya. Kata-kata yang membuat saya termotivasi. Lebih baik air mata mengalir setelah kegagalan daripada air mata mengering di dalam mata anda tanpa anda coba." Dengan mata yang berkaca-kaca Mauli menyampaikan pesan itu dengan lantangnya.
Akmal yang sejak tadi memperhatikan Mauli tampak terharu. Akmal merasa bangga karena istrinya sangat pintar dan cerdas.
Saat turun dari panggung, Akmal langsung menghampiri Mauli dan langsung memeluknya. "Aku sangat bangga padamu sayang."
"Semua ini bukan apa-apa sayang, terima kasih karena selama ini kau selalu mendukungku." Jawab Mauli yang langsung membalas pelukan Akmal.
"Sama sayang, i love you." Ucap Akmal yang hampir mengecup pucuk kepala Mauli.
"Ekhem.. ekhem.." Suara deheman itu tiba-tiba mengangetkan mereka berdua. Akmal dan Mauli salah tingkah dihadapan Indra temannya. Pipi mauli nampak merah karena menahan malu.
"Sudah, nanti kalian lanjutkan hal itu dikamar saja." Bisik Indra ke telinga Akmal.
"Awas kau." Akmal yang merasa malu, langsung mendaratkan bogemannya ke arah perut Indra.
"Aw, sakit tau.." Inrda meringis kesakitan karena bogeman Akmal.
Mauli yang kehausan berlari kecil ke arah meja yang terdapat banyak sekali jenis minuman diatas sana.
Naila yang dari jauh masih memperhatikan Mauli. Sebenarnya Naila ingin sekali menghampiri Mauli, namun ia bingung kata apa yang ia ucapkan saat pertama kali. Apa ia harus memeluknya? Sebenarnya Naila ingin sekali mencurahkan isi hatinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!