Zivanna Shelomita, gadis cantik yang selalu mengharapkan seorang kekasih di masa putih abu-abunya. Boro-boronya bisa punya pacar, baru ngelirik lawan jenisnya saja ia sudah mendapat ancaman dari tiga sahabatnya, yang menamai mereka three Musketeers. Walaupun Zee lebih sering memanggil mereka dengan sebutan Cunguks.
Ketiganya mendapat tugas untuk menjauhkan Zee (biasa dia dipanggil) dari laki-laki yang dia taksit ataupun yang naksir dia, karena Zee sudah memiliki calon suami yang sudah dijodohkan sejak dia masih dibedong. Sebagai imbalannya ketiga sahabatnya itu mendapatkan suntikan kuota Internet tiap bulannya dari ayah Zee.
'Wajah cantik cuma bisa dipandang doang', 'percuma cantik juga kagak bisa diajak jalan', itu lah julukan yang Zee sandang di kalangan siswa-siswi di SMA-nya.
"Tek, elu mau ikut kita nonton ga besok?" Tanya Baim sambil menyeruput es teh manis yang hanya diaduk-aduknya saja dari tadi, karena Zee tengah asyik memandang siswa keren yang sedang bermain basket sambil senyam-senyum sendiri, entah apa yang ada di otaknya, hanya dia dan Tuhan yang tau.
"Woy, ditanya malah mesam-mesem sendiri." Ucap Baim lagi, kali ini sambil menggebrak meja.
"Astaga, mati muda gue Nyet." bentak Zee sambil mengusap-usap dada karena kaget karena ulah sahabatnya. "ganggu gue aja lu, gue kan lagi mengagumi kebesaran Allah, yang udah menciptakan Aa Jun dengan begitu sempurna"
"Yaelah, cakepan gue kali daripada si Juned" sahut Egi.
"Udah brapa kali sih gue bilang, namanya Arjun! Arjun! Bukan Juned." Zee sewot.
"Aa Jun semangat! Eneng Zizi menunggumu, kalo menang nanti aku ajakin nonton balap karung!" Teriak Zee pada Arjun yang tengah asyik main basket.
"Saranghaeyo..." Seraya membentuk hati kecil dari telunjuk dan ibu jari yang disilangkan.
Sedangkan Arjun hanya membalasnya dengan sebuah senyuman, dia sudah terbiasa digombalin para cabe-cabean disekolahnya. Walaupun sebenarnya dia juga menyukai Zee tapi apa daya lagi-lagi ketiga Cunguks yang menamai mereka Three Musketeers selalu menghalangi niatnya untuk mendekati sahabat Bantetnya yang sombongnya gak ketulungan itu.
Tidak ada yang spesial dari diri Zee, dia tidak termasuk ke dalam siswa berprestasi, walaupun pada kenyataannya dia sangat terkenal di kalangan guru-guru karena prestasinya yang selalu remedial tiap ulangan.
Dia juga siswi yang cukup terkenal di kalangan teman-teman dan adik-adik kelasnya, siapa yang tidak kenal dia, hampir setiap senin dia selalu hormat menghadap bendera dengan wajah sombongnya, seolah itu bukanlah aib bagi dirinya. Tapi dia menganggap itu adalah jiwa patriotik yang harus dibanggakan.
Persepsinya tentang patriotisme memang sangat melenceng jauh, entah dari siapa dia berguru atau memang dianya saja yang otaknya salah kiblat.
"Woy, inget calon laki lu Pe'a!" Ucap Egi, sambil mengusap wajah Zee.
Zee cemberut, dia mengerucutkan bibir mungilnya tak suka mendengar kata-kata dari yang keluar dari sahabatnya. Gara-gara dijodohkan dengan lelaki yang bahkan belum pernah ia temui secara langsung, ruang geraknya jadi sangat terhambat. Tak ada ngedate, tak ada acara malam mingguan, apa lagi acara nonton bareng pacar, hal itu semua bagaikan berharap bertemu alien di mall. Mustahil. Sangat tidak mungkin.
"Elu mau ikut kita nonton ga?" kali ini Ferry yang bertanya. "kalo mau, besok kita tunggu di belakang pas istirahat pertama."Lanjutnya.
"Mauuuuuuu." Memasang wajah imut kepada ketiga sahabatnya itu.
"Ga usah sok imut lu, kita ga kan nafsu." Kata Egy ketus.
"Masalahnya, elu bisa lewatin pager belakang sekolah ga? kan tinggi banget tuh buat ukuran badan lu yang bantet!" Sambung Baim sambil menilik tubuh sahabatnya itu.
"Coba kita gladi resik dulu yuk!" ajak Zee pada ketiga sahabatnya yang sudah menjalin pertemanan dari jaman mereka masih main bepe-bepean.
"Heh lu kira mau konser pake ada acara gladi resik segala?" ucap Fery, tapi tetap mengajak Zee kebelakang sekolah untuk berlatih.
Berkali-kali Zee berusaha melompati pagar, tapi hasilnya, gagal maning gagal maning.
"Belet banget sih Lu Tek, gini nih, liatin ma elu!" Kata Egi sambil mencontohkan gerakan melompatnya pada Zee. Tapi dasar dia pendek jadi lagi-lagi hasilnya nihil. Saking pendeknya betisnya hanya seukuran satu jengkal Egy.
Karena sudah sangat frustasi melihat sahabat Bantetnya yang gagal terus, ketiga sahabatnya terus mencacinya.
"Dasar bantet. Emak lu ngidam apa sih Tek? Punya anak susah banget diajarinya."
"Lu kurang minum susu ya Tek waktu oroknya? Badan lu kayak bonsai gini. "
"Kesel-kesel gue sumbangin nih kaki gue ke elu!"
"Sabar ngapa, kesel-kesel gue kawinin juga lu pada." Celetuk Zee yang masih berusaha menggapai tepi pagar sekolah.
Dia pun kembali mencoba kali ini dengan bantuan dua buah kursi yang disusun oleh para three Musketeers itu.
Dan hasilnya, Taraaaaaaa....!!!
Zee bisa naik ke puncak pagar itu dengan mudahnya.
"Gue berhasil teman-teman. Terima kasih atas bantuan dan dukungan kalian selama ini hingga Aku Zivana Shelomita, bisa berdiri tegak di pucak pagar sekolah ini. Aku selamanya akan mengingat dukungan dari kalian Sobat. Jasa-jasa kalian akan ku ukir di dalam hatiku." Ucap Zee yang nangkring diatas pagar, sedangkan ketiga temannya bersorak gembira dibawah sana.
"KALIAN MAU PADA BOLOS YA???!!" Suara guru BP sontak membuat mereka membeku, tak terkecuali Miss Univers dadakan yang masih nangkring di atas pagar dengan sombongnya.
"ENGGAK PAK" Jawab keempat sisiwa yang terciduk guru BP.
"Terus itu apa? sudah terciduk masih saja ga mau ngaku."
"Ini cuma gladi resik buat besok Pak." Celetuk Zee, yang membuat ketiga sahabatnya itu membelalakkan mata mereka ke arah Zee.
"Ikut saya keruang BP!!!!"
kalian pasti tau kan kelanjutan nasib mereka Kan??
Tinggalkan jejakmu Shayaaaaang..🙏🙏💖💖
Guntur Alvaro Perkasa, pria tampan dengan berjuta karisma, cerdas, keren, tajir, baik, sopan dan juga ramah pada siapa saja, sehingga dia cukup terkenal di universitasnya yang saat inisedang melanjutkan S2 nya di salah satu universitas ternama di Australia.
Ting,,,ting,,,ting,,,
Suara notifikasi email masuk ke Handphone dan langsung dibukanya. Dengan wajah kesal dia membuka satu persatu foto yang masuk ke emailnya, foto-foto yang memperlihatkan seorang gadis cantik yang tengah berdiri di atas pagar dengan wajah penuh kemenangan.
Mama ga salah nih nge jodohin aku sama titisan Sun go kong? Gimana nasib turunan gue nantinya?
Masya Allah, gimana bisa ni cewek nangkring di pager sekolah dengan bangga?
Batin Guntur. Dia tak henti-hentinya menyebut nama Tuhannya melihat seorang gadis belia cantik sedang tersenyum manis seperti sedang menyampaikan sebuah pidato kenegaraan.
"Hallo Mam."
"Waalaikumsalam." Jawab sang Mama menyindir anak sulungnya.
"Assalamualaikum, hehe."
"Ada apa Kak? Tumben nelpon? Berita pentingkah?" Cecar sang Mama, karena tidak biasanya anak sulungnya menelponnya terlebih dahulu.
"Mama ga salah mau jodohin anak mama yang berharga ini sama cewek aneh bin ajaib itu? Aku dapet kiriman foto dia lagi nih dari Om Bayu, ini lebih parah dari yang kemaren-kemaren Mah, masa anak cewek kerjaannya ngelompatin pager sekolah? Dia orang apa jelmaan monyet?"
"Hahaha." Terdengar gelak tawa dari seberang telepon.
"Makanya kamu kalo lagi pulang kenalan dulu sama dia, anaknya baik kok, sopan, lucu lagi. Mama, Papa sama Aki aja langsung jatuh cinta sama dia."
"Mah, aku bisa nyari cewek yg jauh lebih cantik dari dia, lebih cerdas, yang pastinya ga aneh kayak dia, masa cewek kerjaannya manjat-manjat pagar sekolah. Dia itu ga cocok sama aku mah, masa aku yang ganteng, keren, pinter harus nikah sama anak monyet itu sih?" Guntur benar-benar di ambang batas kesabarannya. "Ya Allah Mah, sadar mah istighfar! Coba Mama temuin Kiayi deh, siapa tau dia pake jampi-jampi ke kalian." Rengek Guntur panjang lebar.
"Ya Allah Kak ko kamu tega sih ngatain calon istri kamu itu anak monyet ampe nuduh dia ngegunain ilmu hitam? Udah ah, Mama udah bosen ngebahas ini terus, kalo kamu mau komplen, komplen aja sama Aki sonoh. Biar dia langsung coret aja nama kamu dari KK. Hidup sana di utan sama monyet beneran!" Telpon pun ditutup oleh sang Mama.
Guntur makin kesal mendengar jawaban sang Mama, sudah berkali-kali dia meminta orang tuanya agar membatalkan perjodohannya dengan member cabe-cabean itu. Tapi jawaban mereka tetap tidak.
Dasar Aki-aki, ngapain juga pake ada acara jodoh-jodohan segala. Kalo emang dia jatuh cinta sama si Barbar, kenapa juga gak dia aja yang nikahin tu anak. Keluh Guntur sambil mengacak-acak rambutnya.
Kayaknya gue harus bikin dia ilfil sama gue deh, jadi biar dia sendiri aja yang mutusin perjodohan ini. Tiba-tiba ide cemerlang masuk kedalam otak cerdasnya.
***
Sementara itu…
"Aduh sakit Yah, ampuuuuuunn..!!!" Rengek Zee pada sang Ayah. "Aku berani sumpah deh Yah, kalo tadi itu aku gada niat mau bolos, jadi tolong lepasin kuping aku Yah, sakiiiiiiiitt." Rengeknya.
"Kalo bukan mau bolos terus kamu ngapain naek-naek pager belakang sekolah, hah?" Tanya Sang ayah tanpa melepaskan tangannya dari telinga sang putri.
Dia sudah bosan dipanggil guru BP putrinya karena tingkah polah anaknya yang ajaib, beberapa minggu lalu dia dipanggil gara-gara putrinya tercinta tertidur di kelas dengan alasan cuma sekedar ingin merefresh otaknya yang sudah overload dengan berbagai materi pelajaran. Bulan lalu dia kembali dipanggil ke sekolah putrinya karena Zee tidak mau ikut pelajaran olahraga, cuma gara-gara sang guru selalu melihat ke arahnya padahal bukan itu yang terjadi, karena guru olahraganya memang punya kelainan mata yang sedikit juling.
"Ayah harus ngomong apa nanti kalo keluarga calon suami kamu tau kelakuan calon menantunya yang kayak anak monyet ini?"
"Ya tinggal batalin aja sih Yah, ga usah jodoh-jodohan lagi, gitu aja kok repot. Jadi aku bebas pacaran sama cowok yang aku suka, bisa jalan bareng, nonton bareng, teruuusss—"
"Bagus ya idenya." imbuh sang Mama yang lalu ikut menjewer telinga anaknya yang satunya sebelum Zee menyelesaikan ucapannya.
"Aduuuuhhh, duh ,duh, Mama kenapa ikut-ikutan jewer aku sih? Kalian sebenernya orang tua kandung aku bukan sih? Kok aku berasa jadi Cinderella si pemilik sandal Swall*w sih lama-lama?"
"Cinderella mah kecapekan, Sinderbolong tuh kamu mah cocoknya!" Jawab Mama yang semakin menguatkan jewerannya.
"Kalo begini ceritanya, aku bisa laporin kalian ke KPAI, biar nanti aku diurusin sama kak Seto aja. Kelakuan kalian tuh udah masuk pasal kekerasan terhadap anak tau! Emang kalian ga pernah belajar Geografi apa? Ini tuh ada dalam pancasila. Kemanusiaan yang adil dan beradab." Jawab Zee dengan PDnya.
"Terhadap anak monyet? Sejak pelajaran Geografi ngebahas Pancasila?" Jawab sang Ayah yang memang seorang dosen.
"Memang aku selalu salah di mata kalian! Apa salah dan dosaku ya Allah, hingga aku harus disiksa oleh orang tuaku ini? Ya Allah. Berikanlah hidayah Mu pada kedua orang tua hamba ini ya Rabb." Kata Zee seolah sedang berada dalam drama Azab-azaban.
"Kamu tuh yang harusnya dapat hidayah, kalo perlu seharusnya diruqyah aja sekalian, supaya jin monyet yang ada di dalam badan kamu tuh ilang." Timpal sang Mama seraya menjewernya lebih keras lagi.
"Mas Kai tolong calon istrimu iniiiiiii." Teriakan Zee yang memekakkan telinga menggema mengisi rumah dua lantai itu.
Beberapa bulan kemudian.
Guntur kini sudah menginjakan kakinya di tanah air. Dia pun ingin segera merealisasikan ide-ide cemerlangnya yang sudah beberapa bulan ini Ia susun untuk bisa membatalkan perjodohan ini. Karena selama ini dia sudah memiliki seorang wanita yang sangat dia cintai.
"Kak, kamu kan udah ampir seminggu disini, terus kapan kamu mau mulai kenalan sama calon istri kamu?" Mama Vivi masih berusaha membujuk anak sulungnya untuk bertemu dengan Zee.
Tak ada jawaban dari Guntur, Ia tengah asik menyantap nasi goreng sebagai menu sarapannya, karena selama di Aussie dia tidak pernah mencicipi nasi goreng terlezat buatan sang Mama.
"Lusa Mama mau ke rumah tante Nia, kamu ikut ya, sekalian kenalan sama Zee!"
"Hemm.." Jawab Guntur malas.
"Itu artinya 'Iya' kan? Kamu setuju gitu mau ikut sama Mama ke rumah Tante Nia? Ga bercanda kan? Serius kan?" Tanya Mama Vivi antusias. Karena biasanya Guntur selalu saja mencari alasan untuk menolak diajak pergi ke rumah calon istrinya.
"Iya Mam, kan Mama sendiri yang nyaranin aku buat ketemu sama si Titisan Sun go kong itu. Aku mau mastiin aja kalo dia emang bener bukan jelmaan monyet." Jawab Guntur datar.
"Guntuuurrrr…" Teriak sang Mama kesal mendengar jawaban dari anak sulungnya itu. "Awas aja kamu, kalo sampe ngomong begitu di depan keluarga Tante Nia, Mama sunat lagi tuh si Otong!!!!"
"Ya Allah Mam, ga usah ngegas gitu napa!Lagian aku juga masih punya etika sama sopan santun, masa iya aku blak-blakan ngatain kalo calon istri aku tuh Siluman Monyet?" Jawab Guntur seraya berlari meninggalkan meja makan. Karena takut dilempar piring oleh sang Mama yang sudah memasang mode Devil.
*
"Jadi beneran nih kamu mau ikut ke rumah Zizi" Tanya Kakek Dodo, yang biasa di panggil Aki.
"Dia itu perempuan yang cantik, lucu, dan bikin orang yang ada di dekatnya bahagia. Buktinya Aki aja, selalu kangen sama dia, kangen cerita-cerita nya, tawanya dan semua kelakuannya bikin Aki kangen dia terus. Intinya mah dia gadis yang menyenangkan, masih polos, bener-bener murni, belum pernah pacaran, gak kayak perempuan-perempuan jaman sekarang. Yang masih ingusan aja udah pacar-pacaran, peluk-pelukan. Pokoknya Aki udah nyediain bibit unggul buat kamu." Mesam-mesem menceritakan betapa beruntungnya Guntur bila menikahi Zee.
Bibit unggul apanya? Monyet unggul mah iya. Batin Guntur,
"Yakin Aki kalo dia belum pernah pacaran, masa sih masih ada cewek SMA yang belum pernah pacaran? Bisa jadi dia ga pacaran karena ga da yang mau pacarn sama cewek barbar kayak dia."
"Kan Aki sudah punya tiga ajudan buat ngejagain Neng Zizi."
"Oh, Trio cacing kalung itu maksud Aki?" Jawab Guntur.
**
Beberapa jam kemudian…
Guntur, Mama Vivi, Aki dan Adik perempuan Guntur Flower, sudah berada di kediaman Zivanna.
Mama Zivanna, begitu terkejut melihat kedatangan mereka yang tiba-tiba tanpa pemberitahuan dahulu, tidak seperti biasanya. Sebab itu dia tidak mempersiapkan hidangan apa pun untuk menyambut calon besannya. Ini adalah syarat dari Guntur agar tidak memberitahu mereka, karena dia ingin melihat keadaan rumah Zivanna tanpa harus ada persiapan apa-apa. Sekalian ingin menjebak gadis bar-bar itu, agar orang tuanya tahu sifat aslinya perempuan itu, kemudian membatalkan perjodohan mereka.
"Kok tumben kesini ga ngabarin aku dulu Vi?" Tanya Mama Nia ketika membukakan pintu rumahnya.
"Ini tadi sekalian mampir aja, abis dari rumah temen Bapak." Jawab Mama Vivi memberi alasan yang lebih meyakinkan calon besannya.
"Oooohh.. Ayo masuk, maaf berantakan." Mempersilahkan calon besannya masuk.
"Tan, Kak Zee mana Tan? Belum pulang ya?" Tanya Flower adik perempuan Guntur, yang sudah sangat akrab dengan Zee.
"Paling bentar lagi juga pulang, tunggu aja di kamarnya sekalian rebahan!"
Flower pun tak sungkan langsung masuk ke dalam kamar Zivanna, karena dia sudah sering main kesini, bahkan tak jarang menginap di rumah Zee.
"Halo Tan." Sapa Guntur, yang baru turun dari mobil, karena harus memarkirkan mobilnya dulu, dan membawa bingkisan untuk tuan rumah, tak lupa mencium tangan calon mertuanya.
"Aiiihhh,,, si Kasep udah perjaka sekarang, tambah ganteng aja, Tante yakin kalo Zee ketemu kamu pasti langsung klepek-klepek nih." Seru Mama Nia, ketika melihat Guntur, untuk pertama kalinya setelah terakhir kali bertemu waktu Guntur ketika dia masih SD atau SMP.
Ya iyalah dia bakalan klepek-klepek sama gue, siapa juga yang ga naksir sama gue?
Kalo sampe jadi nikah ini sih namanya kayak simbiosis parasitisme, dia yang untung gue yang buntung. Batin Guntur.
Satu jam Kemudian, ketika mereka sedang asyik mengobrol, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara nyaring seorang perempuan dari teras rumah.
"Ampuuuuuunn!!! gue ga lagi-lagi deh minta tolong Kak Bian ke sekolah gue. Beneran deh Kak ini yang terakhir." Teriak Zee dari teras depan.
"Malu tau gua Dek punya Ade kayak Elu. Elu harusnya tadi diem aja ga usah nyaut terus! Yang laen aja pada diem aja, lah Elu udah tau salah masih aja ngeles. Mau lagi-lagi ga lu kayak gitu?" Seraya menjewer telinga Zee.
*Kayaknya rencana gue berhasil, s*iluman monyet sudah menampakkan wujudnya. Guntur tersenyum sinis.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!