Maxime Abiezer adalah seorang playboy paling hot, seksi dan arogan di United Kingdom. Ia kejam dalam urusan bisnis dan wanita, bisa di lihat ia bersama wanita yang berbeda setiap kalinya dengan mudah semudah berganti pakaian.
Zevana Afsheen seorang wanita pintar, cantik, pekerja keras, wanita yang jujur dan penuh kasih sayang.
Kepribadian keduanya sangat berlawanan mungkin akan sangat buruk jika dua kepribadian yang berlawanan itu disatukan. Lalu apa jadinya jika Zevana Afsheen wanita penuh kasih sayang itu dipertemukan dengan seorang Maxime Abiezer yang playboy itu?
Zevana mendapatkan pekerjaan di perusahaan Maxmillions Company dan menempati jabatan sebagai Sekretaris Pribadi CEO dan yang mengagetkannya pria yang menjadi atasannya itu adalah pria yang akan menikah dengannya.
Dengan kepribadian yang sangat berlawanan itu apakah hubungan mereka akan indah bagai bunga di taman atau justru menyala bagai api?
...****************...
Ps : Alhamdulillah setelah sekian lama akhirnya Author bisa nge-publish cerita ini juga, setelah berkali-kali mengganti nama pemain akhirnya sukanya sama nama ini meskipun agak gak terlalu suka nama pemeran prianya (hehehe)
Cerita ini alurnya akan di buat sedikit lambat! Untuk jadwal Uploadnya belum bisa ditentukan tapi Author akan berusaha semaksimal mungkin.
Terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca cerita Sekretaris Pribadi Mr. Arrogant! dan ocehanku. Terus nantikan kelanjutannya dan mohon dukungannya juga saran serta kritikannya!
Cahaya sinar matahari menyelusup masuk ke celah-celah kamar yang di dalamnya terlihat seorang pria yang menggeliat terusik tidurnya di atas tempat tidur, ia meringis sembari memegang kepalanya yang terasa berat dan membuatnya pening.
Maxime Abiezer, akibat terlalu banyak minum tadi malam membuatnya mabuk dan kepalanya terasa sangat sakit saat ini. Ia bangkit dari baringnya dan duduk bersandar di kepala ranjang dan saat ia menolehkan kepalanya ke samping ia melihat seorang wanita berambut pirang terlelap tanpa mengenakan busana.
Sebuah seringai tercetak jelas di wajah pria itu ia kembali mengingat potongan demi potongan kejadian tadi malam yang sangat luar biasa baginya tapi sayangnya kini ia harus pergi untuk bekerja.
Maxime bangkit dari ranjangnya dan berjalan sedikit oleng menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya tanpa mengusik dan membangunkan wanita berambut pirang itu. Pria itu membiarkan air yang mengalir membasahi tubuhnya yang perlahan menjadi segar itu, ia ingin berlama-lama di sini tapi ia harus segera bekerja.
Maxime adalah seorang CEO dari Maxmillions Company perusahaan besar di U.K, ia seorang workaholic meskipun begitu ia sangat menyukai dan menikmati pekerjaannya terlebih lagi suasana kantor sangat damai untuknya dan ya, sudah pasti ada satu dua kali hal yang membuatnya merasa stres saat berada di kantornya.
Pria itu menyelesaikan mandinya dan mengeringkan tubuhnya lalu melingkarkan handuk sebatas pinggangnya dan membiarkan tubuh atasnya yang sudah kering itu terekspos. Ia melangkahkan kakinya keluar kamar mandi dan di sambut dengan wanita berambut pirang yang menghabiskan waktu bersamanya tadi malam itu.
“Good Morning” sapa wanita berambut pirang itu dengan suara menggoda.
Pria itu menatap sekilas ke arah wanita itu dan melangkahkan kakinya menuju ranjang, wanita berambut pirang itu meletakkan tangan di dada Maxime lalu mencoba menggodanya.
“Good morning, Angel” sapa balik Maxime dengan wajah datarnya sembari menjauhkan tangan wanita itu dari tubuhnya.
“Kenapa?” tanya Angel ketika mendapatkan perlakuan dingin dari Maxime.
“Apa yang kenapa?”
“Kenapa tiba-tiba dingin seperti ini padaku? Bukankah Anda menyukaiku?” rajuk Angel sembari mengerucutkan bibirnya.
Maxime yang melihat itu hampir di buat tertawa oleh tingkah wanita berambut pirang itu, itu sama sekali tidak berpengaruh untuknya. Oke dia memang menyukainya tapi tidak untuk selamanya hanya untuk waktu yang mereka habiskan bersama tadi malam, hanya sebatas itu saja.
Maxime menghela nafasnya kasar “Dengar, aku menyukaimu hanya sebatas one night stand dan itu tidak berlaku untuk selamanya” ucapnya kemudian menyeringai.
Ada kalanya ia bersama wanita seperti ini yang tidak mengerti istilah one night stand dan berharap untuk bersama dengannya selamanya, karena Maxime tidak memperdulikan itu karena prinsipnya jika matahari sudah terbit maka urusan dengan wanita yang sedang bersamanya saat itu juga selesai.
“Apa? Bagaimana mungkin bisa Anda memanfaatkan seorang wanita untuk tidur denganmu?!” ucap Angel tak suka dan tiba-tiba mulai menitikkan air matanya.
Maxime terperangah lagi-lagi ia berada di dalam situasi seperti ini, ia tertawa sinis ada banyak wanita yang mencoba trik yang sama kepadanya namun air mata tidak membuatnya goyah dan luluh karena itu tidak berpengaruh untuknya.
Maxime memutar matanya jengah “Kau membuatku terdengar seperti pria jahat, Angel”
“Anda memang jahat, Anda memanfaatkanku untuk tidur dengan Anda”
Maxime mencoba menahan emosinya “Sudah kukatakan dengan jelas tadi malam kalau ini hanya sebatas one night stand dan aku juga tidak memaksamu karena kau dengan sendirinya melempar tubuhmu untuk pergi denganku”
Wanita itu membuatnya mengatakan kata-kata yang biasanya di katakan pria brengsek dan hari ini ia menjadi pria brengsek. Maxime menatap lekat wanita di hadapannya ini yang juga tengah menatapnya dengan menggebu-gebu, mengetahui apa yang akan di lakukan wanita itu dengan cepat Maxime menahan tangannya.
“Saya tidak percaya Anda melakukan hal ini padaku! Bagaimana bisa Anda menggunakanku lalu membodohiku seperti ini?”
Wanita ini sangat pandai mengejutkannya, menggunakannya? ia tidak pernah menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari seorang perempuan yang sangat tidak tahu malu seperti wanita di hadapannya saat ini yang jika orang lain mendengarnya akan mengira bahwa dia adalah pria brengsek.
“Apa kau ingin pergi ke club itu dan melihat semuanya di cctv? Aku punya waktu menemanimu untuk memeriksanya ke sana dan aku sudah mengatakannya dengan pasti jika ini hanya sebatas one night stand dan kau juga tidak terlalu mabuk tadi malam, bukan?”
Maxime sangat kesal dengan wanita ini karena ia merasa di tuduh melakukan hal yang tidak ia lakukan dan kata menggunakan itu sangat tidak ia sukai dan menjatuhkan harga dirinya.
“Tadinya aku ingin bersikap baik padamu karena kita menghabiskan waktu yang baik tapi setelah semua drama ini aku ingin kau pergi dari sini sekarang atau aku akan menghubungi sekuriti” ucap Maxime yang sudah semakin muak.
“Anda sungguh membuangku setelah semua yang kita lalui tadi malam?” ucap Angel sedikit berteriak.
Maxime menghela nafasnya kasar ia sangat tidak menyukai wanita seperti Angel, wanita yang merepotkan dan sulit di atur. Nasibnya tidak bagus hari ini karena mendapatkan wanita yang sangat merepotkan seperti ini.
“Diam! Pergi dari sini sekarang juga” perintahnya.
Wanita berambut pirang itu terperangah, menatap tak suka ke arah Maxime lalu berjalan memungut pakaiannya dan memakainya sembari keluar dari kamar itu dengan membanting kasar pintu tersebut. Maxime menghela nafas berat wanita itu sungguh merepotkannya, ia berjalan menuju dapur rumahnya dan menikmati sarapannya sebelum beranjak ke kantor.
Sebenarnya tidak ada jadwal yang terlalu penting hari ini tapi bagaimana pun yang namanya si gila kerja sibuk tidak sibuk harus selalu standby di kantor. Mungkin ada sedikit kegiatan yang menguras waktunya karena sekretaris pribadinya akan cuti dan untuk sementara ia terpaksa mencari pengganti yang baru karena itu hari ini akan ada perekrutan sekretaris pribadinya.
Maxime menghabiskan sarapannya lalu masuk ke dalam mobilnya menuju perusahaannya sampai di depan ia disambut dengan hormat oleh karyawannya. Ia berjalan ke arah lift menuju lantai atas dan di sana ia di sambut oleh sekretaris pribadinya.
“Selamat pagi Tuan, hari ini jadwal Anda tidak terlalu banyak dan juga hari ini Anda harus merekrut seseorang” ucapan wanita itu terpotong.
“Aku mengerti, setelah mereka tiba biarkan mereka masuk satu persatu tiga puluh menit lagi”
“Baiklah, Tuan”
...****************...
Seorang wanita terlihat duduk di depan meja riasnya sembari memoles tipis perona di wajahnya, hari ini ia bangun lebih awal ia sangat bersemangat memulai harinya karena hari ini ia akan melakukan interviu dengan perusahaan besar. Jika nasibnya bagus maka mulai hari ini ia akan menjadi seorang sekretaris pribadi di perusahaan besar, memikirkannya saja sudah membuat senang.
Setelah selesai wanita tersebut bangkit dari duduknya dan berdiri agak jauh dari meja riasnya kembali mengecek penampilannya untuk yang terakhir kalinya. Ia tersenyum senang ketika merasa puas dengan penampilannya yang menggunakan kemeja blouse berwarna putih dengan paduan rok pensil berwarna bluesky tak lupa high heels berwarna abu-abu yang melengkapi penampilannya.
Zevana melirik ke arah jam yang melingkar di lengannya, ia keluar dari kamarnya dan melangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa menuju keluar rumah memasuki mobilnya dan pergi.
“Ya Tuhan, tidak Zee kau tidak boleh terlambat” gumamnya saat melajukan mobilnya di jalanan yang cukup ramai pagi ini.
Setelah sekitar kurang lebih dua puluh menit berkendara akhirnya ia pun sampai dan memarkirkan mobilnya di parkiran gedung megah menjulang tinggi yang akan menentukan keberuntungannya hari ini, menurut zodiaknya hari ini adalah hari keberuntungan bagi zodiak Leo.
Zevana turun dari mobil dan jantungnya berdegup sangat kencang “Ayo Zee, semangat! You can do it!!”
Zevana melangkahkan kakinya mendekati bangunan mewah itu dan saat berada di depan pintu gedung itu di bukakan oleh pria yang berdiri di depan pintu tersebut.
“Good Morning, Ms.” ucap pria tersebut dengan hormat
“Terima kasih” ucap Zevana tersenyum ramah
Setelah memasuki kawasan kantor tersebut ia berjalan menuju meja resepsionis “Halo, good morning”
“Good morning, ada yang bisa saya bantu?”
“Um... saya di sini untuk mengikuti interviu sekretaris pribadi Tuan Maxime” jelas Zevana
Resepsionis itu mengangguk mengerti “Baik, di sana Anda bisa menaiki lift yang kanan dan Anda bisa langsung naik ke lantai 30 saja. Nanti di sana ada seseorang yang akan mengarahkan Anda” jelasnya tersenyum ramah pada Zevana
“Oh baiklah, terima kasih banyak” ucapnya berlalu pergi dari meja resepsionis itu.
Setelah mengikuti arahan seperti yang di katakan resepsionis di bawah tadi akhirnya Zevana tiba di tempat di mana seharusnya ia berada, saat pintu lift itu terbuka dan berjalan beberapa langkah betapa terkejutnya ia saat melihat ada banyak wanita-wanita cantik yang sudah duduk mengantre di hadapannya saat ini.
Zevana entah kenapa seketika merasa minder, tentu saja ia juga cantik dan ia juga masih muda dua puluh empat tahun tapi wanita-wanita yang ada di sini jauh lebih cantik darinya. Zevana melangkahkan kakinya seketika mengundang perhatian wanita-wanita di sana karena suara sepatunya yang beradu dengan lantai, mereka yang awalnya sibuk berbincang-bincang kini ter fokuskan pada dirinya yang baru saja datang itu.
Zevana yang awalnya sedikit minder langsung kembali percaya diri, mungkin wanita yang lainnya terlihat lebih cantik daripada dirinya tapi kan belum tentu ia kalah di hal yang lain mengingat kualifikasi dan nilainya sangat bagus. Terlebih lagi mereka semua mengenakan pakaian yang sangat terbuka dan pakaian mereka itu sangat tidak cocok untuk digunakan untuk melamar pekerjaan. Bukan bermaksud mengkritik pelamar lainnya tapi bukankah berpakaian seperti itu adalah hal yang salah? Bahkan dari penampilan luar saja siapa pun bisa tau kalau mereka bukan seseorang yang profesional.
Zevana duduk di kursi yang sudah disediakan suasana yang mencengkam memenuhi tempat itu lebih tepatnya hanya untuk Zevana karena beberapa dari wanita yang berada di sana menatap ke arahnya seakan meremehkan dirinya, dan untungnya tak lama kemudian keluar seorang wanita dari dalam ruangan yang pintunya tertutup sejak tadi yang berhasil mengalihkan perhatian mereka semua.
“Selamat pagi... Interviewnya akan kita mulai sekarang, nomor satu silakan masuk” ucap wanita berumur sekitar tiga puluh tahunan itu tersenyum ramah.
Interviu pun dimulai satu persatu dari mereka yang berada di sana keluar masuk bergantian namun tidak ada satu pun dari mereka yang keluar dengan raut wajah yang bahagia, mengerti dengan raut wajah itu membuat Zevana senang sekaligus takut seberapa ketat dan sulitnya seleksi tersebut hingga tidak ada satu pun yang keluar dengan berita bahagia.
Wanita yang berpakaian profesional tadi kembali keluar dari ruangan penuh misterius itu “Nomor dua belas” panggilnya
Kini tinggal tiga orang lagi termasuk dirinya, kegugupannya semakin meningkat. Ia senang karena hingga kini tidak ada satu pun yang keluar dengan berita bahagia karena ia bisa sedikit berharap tentang dirinya tapi jika memikirkan tentang interviewnya apakah ia akan gagal juga? Sebenarnya apa yang dikatakan pria di dalam sana itu?
“Nomor lima belas” panggilnya “Ah, apa Anda yang terakhir?” tanya wanita itu pada Zevana
Zevana melirik ke sekelilingnya “I-iya, sepertinya begitu” ucapnya.
Wanita itu tersenyum kepadanya “Mari, ikut saya” ajaknya
Tak terasa kini giliran dirinya pun tiba, tidak ada siapa pun lagi di sini hanya ada dirinya bahkan wanita sebelumnya pun keluar dengan marah-marah. Dengan tekad yang penuh Zevana bangkit dari duduknya mengikuti wanita itu memasuki ruangan yang sebelumnya membuat empat belas orang wanita keluar dengan mood yang berantakan.
Langkahnya terhenti saat tiba di dalam ruangan tersebut, ia melirik sekilas ke arah ruangan besar yang dicekam keheningan tersebut. Lalu ia memberanikan diri untuk melirik ke arah pria yang duduk di kursi kebesarannya itu dan dengan cepat ia mengalihkan pandangannya sebelum mata mereka bertemu.
“Silahkan duduk, nona” ucap wanita itu sembari menunjuk ke arah sofa dan bergerak mendahului Zevana.
Zevana menarik nafasnya dalam-dalam dan sesekali ia melirik ke arah Tuan Maxime, seperti yang dirumorkan pria ini sangat tampan Zevana berusaha untuk tidak pingsan ketika melihat calon atasannya itu, wajah Tuan Maxime sulit untuk tidak membuat wanita yang melihatnya tidak terpesona.
Interviu pun di mulai dan ternyata bukan Tuan Maxime yang mewawancarainya tetapi Ms. Emma wanita yang tadi memanggilnya masuk. Wawancara berlangsung dengan lancar Zevana menjawab semua pertanyaan dengan mudah dan tanpa ragu, dan selama wawancara itu berlangsung tubuhnya terasa panas akibat tatapan menyelidik yang tiada henti ditujukan Tuan Maxime padanya.
Wawancara berlalu dengan cepat dan tak terasa sudah berakhir “Um yah, saya rasa Anda sempurna untuk posisi ini. Kualifikasi Anda yang paling bagus di antara pelamar lainnya hari ini dan Anda juga cerdas bahkan Anda menjawab semua pertanyaan saya dengan baik dan percaya diri”
“Saya rasa Anda sangat sempurna untuk menggantikan posisi saya ini” ucap ya kemudian menatap ke arah Tuan Maxime “Bagaimana Tuan, apa Anda punya pertanyaan lain?” tanyanya.
Zevana sangat senang dengan tanggapan dan pujian dari Ms. Emma, ini berita baik untuknya dan ia hanya berharap agar Tuan Maxime tidak menanyakan pertanyaan apa pun padanya. Ia menatap Tuan Maxime dengan waswas, melihat pria itu menopang dagunya dan berpikir membuat harapannya musnah. Sialnya pria itu berniat untuk mengajukan pertanyaan padanya.
Maxime kembali memperhatikan Zevana dengan tatapan yang sulit diartikan, jujur saja ia terkesan saat pertama kali melihat wanita itu memasuki ruangannya karena dari banyaknya wanita yang melamar kerja hari ini hanya wanita yang ada di hadapannya ini berpenampilan layaknya seorang sekretaris sementara yang lainnya terlihat seperti wanita penggoda dengan pakaian ketat dan seksi mereka itu.
Tapi lihatlah wanita di hadapannya ini meskipun menggunakan pakaian yang tidak seksi dan berpakaian layaknya seorang profesional tak bisa dipungkiri pakaian itu justru memberi kesan indah dan seksi di saat yang bersamaan. Dia terlihat sangat luar biasa kaki kencang dan tubuh tingginya, rambut panjang hang diikat memamerkan leher jenjangnya, wanita ini sangat sempurna hingga bisa membuat siapa pun terpesona melihatnya.
Buktinya saja Maxime yang seharusnya tidak berada di samping Ms. Emma menemaninya menginterviu karena terpesona kepada wanita di hadapannya ini membuatnya tanpa sadar ikut bergabung di antara keduanya padahal pelamar sebelumnya ia tidak ikut bergabung di sini dan hanya mengawasi dari kursi kebesarannya itu.
“Saya hanya ingin tahu apa yang Ms. Afsheen pikirkan tentang saya?” tanya Maxime dengan suara beratnya.
Zevana menatap ragu ke arah Maxime, apakah ini pertanyaan menjebak tapi apa yang harus ia katakan? Haruskah ia mengatakan sesuai yang ia pikirkan? Dilihat sekilas pun pasti semua orang akan setuju dengan pikirannya bukan, dia harus jujur bukan?
“Um sebelumnya saya ingin meminta maaf jika ini terdengar kasar atau kurang sopan tapi sejujurnya menurut saya kesan pertama saya saat melihat Anda, Anda pria yang tampan dan terlihat arogan yang suka bermain dengan banyak wanita dengan mengandalkan wajah tampan Anda itu”
“Tapi jika dilihat disisi lain Anda seorang pria yang sangat cerdas juga bertanggung jawab besar karena Anda berhasil menjalankan perusahaan sebesar ini terlebih di usia yang terbilang muda” ucap Zevana mencerocos tanpa memperhatikan sekeliling, ia benar-benar mencurahkan segala pikirannya apa adanya dengan tenang.
Pandangannya teralihkan pada Ms. Emma yang terlihat sangat terkejut mendengar perkataannya barusan dan saat ia memberanikan diri untuk melirik ke arah Tuan Maxime. Sepertinya bukan kejujuran yang diinginkan pria itu melainkan pujian karena sekarang pria itu tengah menatapnya dengan tatapan berapi-api dan mulut yang terbuka terkejut dengan perkataannya barusan.
“Ya Tuhan, Zee apa yang baru saja kau lakukan? Kau mengacaukan semuanya Zee, hah sial” rutuknya dalam hati
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!