"Bagaimana hasil pemeriksaannya tadi? maaf tadi aku masih harus bertugas." Tanya laki-laki berseragam dokter itu, saat melihat Retno keluar dari poli obgyn.
Dia adalah Cakrawala teman baik sekaligus dokter pribadi keluarga Retno, selain menjadi dokter pribadi keluarga Retno, ia juga bekerja di salah satu rumah sakit swasta di Jogjakarta sebagai dokter umum, tempat biasa retno memeriksakan kandungannya.
"Alhamdulillah aku dan janinku sehat, hanya tinggal menunggu HPLnya saja," jawabnya sambil mengelus perutnya.
"Maaf jika pertanyaanku ini sedikit lancang, apa suamimu tidak pulang? Maksud aku sebentar lagi kan kamu melahirkan tentu kemu membutuhkan seseorang untuk membantu dan mensuportmu baik itu sebelum maupun pada saat nanti persalinannya" tanya cakra hati-hati, ia tak ingin pertanyaannya dapat menyinggung atau pun melukai hati wanita itu.
"Aku sudah mengabarinya, tapi sepertinya suamiku sedang sibuk. Nanti akan aku ingatkan lagi" Ucap retno sambil berusaha untuk tersenyum kepada cakra, menutupi kegalauan di hatinya karena kurangnya perhatian, dukungan serta komunikasi dengan suaminya.
"Ya sudah kalau begitu aku antar ya, kebetulan aku juga sudah selesai bertugas." Cakra menawari Retno pulang bersamanya karena ia merasa tidak tega melihat wanita yang sedang hamil besar pulang sendirian, terlebih cuaca saat itu sedang tidak bersahabat.
Rintik hujan di sertai angin besar melanda sebagian kota Jogjakarta, untuk itulah sebagai teman terdekatnya ia tak bisa membiarkan seorang wanita hamil tua pulang seorang diri.
"Tidak usah aku pulang sendiri saja," tolak Retno, selain ia tak ingin merepotkan orang lain, ia juga merasa tidak pantas jalan berduaan dengan pria yang bukan mahramnya.
Swbagai seorang muslimah yang taat, Retno selalu berusaha menjaga marwahnya. Ia hampir tidak pernah jalan atau pun bersentuhan dengan pria yang bukan mahramnya meskipun itu teman baiknya sendiri, ia tahu betul batasan pertemanan antara pria dan wanita.
"Baiklah kalau begitu aku carikan taxi untukmu, kamu tunggu sebentar di sini ya, jangan kemana-mana!" Cakra menyuruh security rumah sakit mengambil kursi agar retno bisa duduk sambil menunggunya.
Di tengah gerimis yang menerjang, Cakrawala bergegas mencari taxi yang mangkal di seberang rumah sakit, setelah mendapatkan taxi ia kembali lagi ke rumah sakit menghampiri Retno.
"Terima kasih banyak ya Mas Cakra." Retno masuk ke dalam taxi yang telah di panggil oleh sahabatnya itu.
"Sama-sama, hati-hati ya. Kabari aku jika ada apa-apa" ucap Cakra sambil menutup pintu mobil.
Sementara itu di Jakarta, julio suami dari retno tengah mengantarkan kekasihnya untuk periksa ke dokter.
"Aa...apa dok?!! " Julio berusaha menutupi keterkejutaannya, ia menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menghilangkan perasaan berkunang-kunang di matanya.
'Tidak mungkin, Ini tidak mungkin terjadi. Masih ada kemungkinan jika dokter salah mendiagnosa, di poli obygin nanti pasti hasilnya negatif' Gumam julio dalam hati, sambil memandang ke arah wajah ana yang sama terkejutnya dengan dirinya.
Begitu selesai di poli umum, ana dan julio berjalan mengikuti suster yang mengantar mereka berdua menuju poli obygin. Suster memita ana dan julio untuk menunggu di luar ruangan hingga suster yang bertugas di poli obygin memanggil.
Selama menunggu antrian keringat dingin mulai keluar dari tubuh julio, wajahnya pucat pasi memikirkan kemungkinan jika kekasihnya tengah mengandung anaknya.
Ia merotasikan bola matanya melihat ke arah kekasihnya yang berada di sampingnya., berbeda dengan dirinya ana justru terlihat bahagia, ana tersenyum ke arah julio yang tengah memandanginya kemudian ana menyenderkan kepalanya di bahu julio. Julio hanya bisa terdiam menyembunyikan kecemasannya dari ana.
"Ny.Sandriana Alfian" Ucap suster yang bertugas di poli obygin. Jantung julio berdegup dengan kencang, keringat dingin semakin deras keluar dari tubuh julio saat mendengar nama ana di panggil oleh suster.
Ana menggandeng tangan julio dan sedikit menarik julio untuk masuk ke dalam ruang pemeriksaan, ana yang menyadari jika tangan julio begitu dingin langsung menghadap ke arah julio.
"Are you okay honney?" Tanya ana
"I'm good." Jawab julio dengan sedikit menganggung untuk menyembunyikan kecemasannya.
Di dalam ruang pemeriksaan dokter melakukan pemeriksaan, saat ana hendak di USG julio benar-benar fokus menatap monitor yang tepat berada di samping ana.
"Selamat tuan dan nyonya, nyonya ana kini tengah mengandung" Ucap dokter.
Julio hanya tertunduk mendengar ucapan dokter, ia tidak lagi menyimak semua penjelasan dan ajuran yang di sampaikan oleh dokter.
Di perjalanan pulang julio hanya terdiam, ia berfikir apa yang harus ia lakukan terhadap janin yang ada dalam kandungan ana.
"Aku tidak mungkin menikahi ana dalam waktu dekat ini, jalan satu-satunya aku harus meminta ana untuk menggugurkan kandungannya" Gumam julio dalam hati.
"Kamu kenapa sayang? apakah kamu tidak senang dengan kehamilanku? Tanya ana, membuyarkan lamunan julio
"Bu.. bukan begitu sayang, aku hanya berfikir bahwa kita hanya melakukannya beberapa kali, bagaimana janin itu bisa langsung tumbuh?" Julio nampak gugup dan terbata-bata.
"Maksudmu apa??? kamu tidak mengakui bahwa anak ini adalah anakmu? atau kamu menuduhku tidur dengan pria lain?" Kilatan kemarahan terpancar dari mata ana.
Melihat ekspresi ana yang penuh dengan kemarahan membuat julio mengurungkan niatnya untuk meminta ana menggugurkan kandungannya.
"Bukan begitu maksudku sayang, bisa saja dokter tadi salah. Apa tidak sebaiknya kita mencari dokter lain saja, kita periksa ke rumah sa.." Ana yang semakin marah memotong pembicaraan julio
"Sudahlah, jika kau tidak mau mengakui janin ini anakmu, aku akan merawatnya sendiri" Ana melepaskan sabuk pengamannya dan meminta julio untuk menepikan mobilnya.
Tangan kiri julio langsung meraih tangan ana kemudian menggenggamnya.
"Aku sangat mencintaimu, jika memang benar kau hamil tentu aku juga akan bahagia, kita akan segera menikah sayang."
"Benarkah??"
"Tentu saja, aku sangat mencintaimu sayang." Julio membawa ana kedalam pelukannya kemudian mengecup kening ana.
Julio menepikan kendaraannya di depan rumah ana, setelah memastikan ana masuk ke dalam rumahnya julio memukul-mukul kemudi.
"Tidak mungkin, ini semua tidak mungkin aku benar-benar tidak bisa menikahinya. Aku harus mencari cara agar ana mau menggugurkan kandungannya, jika ana tidak mau terpaksa aku akan menggunakan cara lain." gumam julio.
Julio kembali memacu kendaraanya dengan kecepatan tinggi menuju kantornya untuk segera meeting dengan cient penting yang berasal dari Malaysia.
Sesampainya di kantor, Jiulio di sibukan dengan persiapan bahaan materi meeting yang harus ia presentasikan. Namun di tengah kesibukannya itu, ia teringat akan kondisi kekasihnya yang tengah mengandung anaknya.
Melalui internet Julio mencari informasi mengenai cara-cara serta obat-obatan yang ampuh untuk menggugurkan kandungan, dengan teliti pria itu membaca beberapa artikel yang muncul di halaman pencariannya.
"****..." tiba-tiba hatinya terasa tak sanggup untuk menggugurkan janin yang sedang di kandung oleh kekasih hatinya, karena mau bagaimana pun itu adalah anaknya.
"Sial, mengapa aku sampai seceroboh ini. Harusnya saat aku melakukannya, aku menggunakan alat pengaman atau paling tidak aku mengeluarkannnya di luar. Bodoh... Bodoh... Bodoh..." Julio memukul-mukul kepalanya.
Tok... Tok... Tok...
Sekretaris julio mengetuk pintu ruangannya, ia mengingatkan julio untuk segera ke ruangan meeting karena meeting akan segera di mulai.
"Iya, sepuluh menit lagi aku akan ke ruang meeting" ucapnya, kemudian Julio merapihkan pakaiannya dan membawa bahan materi yang telah ia siapkan untuk presentasinya siang itu.
Sebagai manager accounting julio bertanggung jawab untuk mempresentasikan analisis rencana anggaran biaya project serta analisis profit margin pada semua project yang ada pada perusahaan tempatnya bekerja.
Di pertengahan presentasinya berlangsung, tiba-tiba saja handphone miliknya yang berada di atas meja ruang meeting bergetar dan menyala. Sesaat matanya tertuju pada handphonenya, namun pria itu tetap fokus dan melanjutkan presentasinya karena semua orang yang hadir nampak sedang memperhatikan penjelasan yang di sampaikan olehnya.
Empat puluh menit sudah ia menjabarkan analisis profit margin seluruh project perushaannya, julio menutup presentasinya dan kembali duduk di tempatnya kemudian dengan tidak sabar ia membuka handphonenya.
^^^Retno:^^^
^^^Bie,panjenengan mboten kesupen kaliyan janji panjenengan? sakmeniko sampun wekdalipun janji puniko dipun badaraken.^^^
^^^*Abi, kamu tidak lupakan dengan janjimu? sekarang sudah waktunya untuk di tunaikan.^^^
Julio mengerutkan keningnya ketika ia membaca pesan singkat yang di kirim oleh istri di kampung, konsentrasinya mulai tergangggu karena pria itu mulai teringat akan janji yang pernah ia ucapkan kepada istrinya, bahwa 'sebelum anak ke dua mereka lahir, dirinya kembali ke kampung halaman istrinya untuk menemani istri dan anak-anaknya.'
'Tapi bagaimana dengan Ana? aku tidak ingin kehilangannya namun aku juga tidak bisa menikahinya.' Gumam julio dalam hati, rasa frustasi mulai menghampiri dirinya.
Sekali lagi Julio berusaha untuk tetap profesional menyelesaikan meeting tersebut, setelah tiga jam akhirnya meeting selesai, meeting di akhiri dengan penandatanganan MoU perjanjian kerja sama antara ke dua belah pihak perusahaan.
Begitu client meninggalkan perusahaan PT. Asri Group, Julio bergegas kembali ke ruangannya. Pria itu mulai menyusun strategi, pertama ia mulai memindahkan sebagian tabungannya ke rekening yang hendak ia berikan ke kekasih hatinya sebagai wujud tanggung jawabnya kepada janin yang tengah di kandung oleh gadis yang teramat ia cintai.
Kemudian ia membuat surat pengunduran diri dari perushaan karena ia ingin menunaikan janjinya kepada istrinya untuk menemani serta merawat kedua buah hatinya.
Tidak hanya mengajukan surat pengunduran diri, Julio juga mempromosikan Rio Darmanto untuk menggantikan posisinya, pria itu menganggap prestasi Rio beberapa waktu belakangan ini kian melesat dan lebih terlihat sangat menonjol di bandingkan dengan staff lainnya, sehingga hal tersebut akan mempermudah proses handover pekerjaannya.
Satu jam setelah surat pengunduran dirinya di terima oleh bagian HRD, pintu ruangan Julio di ketuk dari luar oleh seseorang.
tok.. tok.. tok.
"Boleh saya masuk, Pak Julio?" tanya Rio
"Silahkan, duduklah!" Julio mempersilahkan Rio untuk duduk di hadapannya.
Kebetulan sekali tadinya pria itu ingin memanggil Rio untuk datang ke ruangannya, namun ternyata Rio sendrilah yang terlebih dahulu berinisiatif untuk datang ke ruangannya.
"Pak Julio, kalau boleh saya tahu. Apa benar bapak akan mengundurkan diri?" tanya Rio membuka obrolannya bersama atasannya.
"Iya benar, kamu pasti sudah tahu dari HRD. Tapi apa kau juga sudah dengar bahwa saya juga mempromosikan dirimu untuk menggantikan saya?" tanya Julio sambil mentap Rio dengan serius.
Rio menganggukan kepalanya, dirinya membenarkan jika staff HRD bukan hanya menyampaikan tentang pengunduran diri Julio namun juga tentang tawaran promosi jabantan untuk dirinya.
"Besok saya akan menjadwalkan handover semua pekerjaan saya"
"Tapi pak, mengapa terkesan sangat mendadak?" tanya rio yang heran dengan atasannya, mengundurkan diri saat berada di puncak kariernya.
Julio tak menjawabnya, pria itu hanya tersenyum simpul mendengar pertanyaan Rio.
"Rio, apa kau mau membeli apartemenku? tenang saja kau tidak harus membayar sekarang, kau bisa mencicilnya semampumu."
"Baiklah, Pak Julio. Terima kasih atas kebaikannya Bapak, kalo begitu saya permisi dulu"
Julio menganggukan kepalanya dan mempersilahkan Rio untuk keluar dari dari ruangannya.
Selepas kepergian Rio dari ruangannya, pria itu mulai membereskan beberapa pekerjaan yang masih menjadi tanggung jawabnya, kemudian ia menyiapkan berkas-berkas handover pekerjaannya kepada Rio.
Hingga tanpa terasa waktu menunjukan pukul 18.00 WIB, sudah waktunya untuk Julio pulang, namun sebelum pulang ke apartementnya pria itu berrencana mengunjungi kediaman kekasih hatinya.
Saat pria itu keluar ruangannya, ia melewati ruangan yang pernah kekasihnya tempati pada saat Ana melakukan praktek kerja di perusahan tempatnya bekerja. Kepingan-kepingan memory akan pertemuan pertama kalinya dengan Ana, Ana nampak begitu sangat mempesona, gadis itu merupakan sosok yang sangat cerdas, sosok yang selama ini ia idam-idamkan.
"****... kenapa aku bertemu dengannya ketika aku sudah menikah." Julio mengusap wajahnya kasar, kemudian ia melangkahkan kakinya menuju parkiran kantornya.
Ting... Tong... Ting... Tong...
Julio memencet bel rumah kekasihnya, tak lama kemudian Ana membukakan pintu rumahnya. Ana menyambut Julio dengan senyuman manis serta pelukan hangatnya, hal tersebut membuat perasaan Julio semakin di rundung oleh perasaan bersalah terhadap Ana.
"Ayo masuk!" Gadis cantik itu mempersilahkan Julio untuk maxuk kedalam kediamannya, kemudian ia meminta asisten rumah tangganya untuk membuatkan minum untuk tamu istimewanya.
"An, apa kamu masih ingat dengan project di kota Batam yang tempo hari aku ceritakan?" Julio mulai memberanikan diri membuka percakapan dengan Ana.
"Saat ini project tersebut sedang banyak mengalami kendala, rencananya besok pagi aku akan ke sana untuk menyelesaikannya"
Julio melihat perubahan raut muka ana yang berubah menjadi tampak serius mendengar perkataan dirinya.
"How long? and how about me?" tanya gadis itu dengan wajah yang mulai cemas.
Julio mengeluarkan kartu ATM dan kartu kredit yang telah ia siapkan untuk kekasih hatinya, kemudia ia menyerahkannya kepada Ana. Sesuai dengan prediksi julio jika Ana akan sangat marah kepadanya.
"What do you mean? No!!! I don't need your money" ucap gadis itu dengan nada tinggi.
Bagaimana tidak ia tidak marah terhadap Julio, ia butuh pertanggung jawaban Julio bukan hanya sebatas materi namun ia ingin Julio menikahinya dan hidup bersama dengannya selamanya.
Buuliran-buliran bening jatuh di wajah cantik gadis itu, Julio mengulurkan tangannya kemudian menggenggam erat tangan Ana berusaha untuk meredam amarah gadis cantik itu.
"Please honey, terimalah aku ingin sekali bisa menafkahimu dan anak kita. Ini sebagai pertanggung jawaban awalku terhadap kalian, setelah aku pulang dari Batam, kita akan bicarakan dan urus pernikahan kita," Julio membelai lembut wjah cantik kekasih hatinya yang sebentar lagi akan ia tinggalkan.
"Honey, aku tidak mungkin mengajakmu ikut ke Batam karena lokasinya sangat jauh, aku tidak mau terjadi apa-apa dengan kamu dan calon anak kita. Lagipula sebentar lagi kan kamu akan sidang Tugas Akhir, aku ingin kamu menyelesaikan studymu, sayang" bujuk julio sambil mengelus perut Ana yang masih rata.
Kemudian pria itu membawa Ana ke dalam pelukannya, untuk menenangkan hati kekasihnya yang tengah bersedih dan kecewa karena keputusannya untuk pergi.
"Promise me you will graduated" bisik julio.
Pria itu sedikit lega dengan anggukan kepala kekasihnya, pertanda hati gadis itu mulai luluh dengan perkataannya.
"I love you so much baby" ucapnya.
Selepas dari kediaman kekasihnya, Julio mengemudikan mobilnya menuju club malam, pria itu melampiaskan semua masalahnya pada minuman beralkohol hingga dirinya mabuk berat.
"Harusnya dulu aku tidak menikahi Retno, andai saja aku lebih dahulu mengenal Ana sudah pasti aku tidak akan menikahi Retno. Aku mencintaimu Ana, aku sungguh-sungguh mencintaimu" Julio mulai merancu sambil terus meminum alkoholnya.
Dari kejauhan nampak ada seorang wanita yang memperhatikan proa mabuk itu, perlahan wanita itu mulai mendekati Julio dan menemaninya minum.
Melihat julio yang sudah tidak sadar diri akibat terlalu banyak minum, wanita itu membawa Julio ke sebuah hotel yang tak jauh dari clubb malam.
Sesampainya di kamar hotel wanita itu membaringkan tubuh julio di atas tempat tidur, ketika wanita itu hendak meninggalkan julio, julio menarik tangan wanita itu hingga terjatuh di atas tubuhnya.
Samar-samar julio melihat wajah wanita yang berada di atas tubuhnya napak seperti wajah cantik Ana, ia pun membawanya ke dalam dekapannya dan menikmati tubuh wanita itu sepanjang malam.
"Si...siapa kamu?"
Tanya Julio dengan panik melihat seorang wanita yang tidak ia kenal tidur di sampingnya, pria itu semakin panik ketika menyibakan selimutnya dan melihat tubuhnya bertelanjang tanpa mengenakan sehelai benang pun.
"Kau mengagetkanku saja, aku anggel" Anggel mengulurkan tangannya, namun julio tidak menanggapinya.
"Mengapa aku bisa berada di sini bersamamu?" Julio memegang kepalanya yang masih terasa pusing akibat terlalu banyak meminum alkohol, ia mencoba mengingat-ingat kejadian tadi malam yang ia alami.
Sayangnya semakin ia mencoba untuk mengingatnya, kepalanya semakin terasa sakit.
"Apa kamu tidak ingat jika kamu yang menarik tanganku dan mengajakku bercita semalaman suntuk? Padahal awalnya aku hanya ingin mengantarmu saja ke hotel karena aku tidak tahu di mana kamu tinggal" terang Anggel.
Perlahan-lahan julio mulai ingat dengan kejadian yang semalam terjadi pada dirinya, hanya saja yang ia ingat justru dirinya tengah bercinta dengan kekasih hatinya bukan Anggel.
"Akkh... sial satu masalah belum aku selesaikan, mengapa aku justru menambah masalah baru" gumam julio sambil memukul kasur dengan kasar.
"Berapa uang yang kamu butuhkan? Aku tidak ingin sampai ada yang tahu kejadian tadi malam, bahkan aku tidak ingin bertemu lagi dengamu" Julio beranjak dari tempat tidurnya, kemudian ia mengambil dompet dari saku celananya yang berserakan di lantai.
"Aku bukan pelacur, aku tidak butuh uangmu. Kamu tidak perlu khawatir aku akan hamil, karena aku memakai alat kontrasepsi" Anggel menolak mentah-mentah uang pemberian dari Julio, ia melangkahkan kakinya ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Julio menghela nafasnya, ia sedikit lega dengan ucapan Anggel. Setidaknya Anggel tidak akan mengandung anaknya sehingga ia tidak harus bertanggung jawab.
Drrrt... drrrrt...
Pria itu mendapatkan panggilan masuk dari sekretarisnya, yang mengingatkan dirinya mengenai beberapa jadwal meeting pada hari itu.
"Terima kasih, satu jam lagi saya sudah berada di kantor. Tolong persiapkan materi meetingnya yang telah saya buat kemarin, semua berkasnya ada di ruangan saya." Julio menutup teleponnya kemudian ia mengetuk pintu kamar mandi.
Tak lama kemudian Anggel membukakan setengah pintu kamar mandi, dilihatnya Anggel hanya melilitkan handuk di tubuhnya.
"Aku ingin ke kantor, bisakah aku yang terlebih dahulu yang menggunakan kamar mandi ini?" tanya julio, ia mencoba memalingkan wajahnya dari tubuh sexy Anggel yang begitu menggoda dirinya.
"Tidak bisa, karena aku juga sedang urusan."
"Come on Anggel, meetingku lebih penting dari pada urusanmu."
"Kalau begitu masuklah, kita mandi bersama." Goda anggel, wanita itu memainkan jarinya di dada bidang Julio.
"Tidak, aku tidak mau mandi bersamamu." Julio menepis tangan Anggel dengan kasar.
"Ya sudah kalau begitu, kamu tunggu saja sampai aku selesai." Anggel menutup kembali pintu kamar mandinya, namun dengan cepat Julio menahannya.
Tanpa berbicara kepada Anggel, Julio yang tak punya pilihan lain pun masuk kedalam kamar mandi dan mandi bersama Anggel karena ia tidak ingin terlambat untuk meeting.
Di dalam kamar mandi Julio melihat tubuh polos anggel yang tampak menggoda naluri lelakinya, Julio memeluk dan meremas dada Anggel yang sedang mandi di bawah guyuran shower.
"Apa kamu mau mengulanginya lagi yang semalam?" tanya Anggel.
Tanpa menjawab pertanyaan Anggel, Julio membalikan tubuh Anggel menghadap ke arahnya kemudian ******* bibir manis anggel dengan rakus. Tangannya bergerilya menelusuri setiap inci tubuh sexy Anggel, tanpa menunggu lama Julio kembali menyatukan tubuhnya ke dalam tubuh Anggel.
Dengan kesadaran penuh dan di bawah guyuran shower, Julio menikmati permainan liar Anggel hingga membuatnya beberapa kali mendesah dengan begitu hebatnya.
Puas bercinta, pria itu membersihkan diri dan bersiap untuk pergi ke kantor, sebelum ia pergi meninggalkan Anggel yang masih mengenakan make up, julio memberikan sebuah kartu namanya.
"Hubungi aku kapan pun kamu memerlukan bantuanku" Julio menaruh kartu namanya di meja tempat Anggel merias wajahnya.
Anggel bangkit dari tempat duduknya kemudian merapihkan kerah baju julio, tak lupa wanita itu memberikan kecupan manisnya di bibir Julio.
"Hati-hati pria perkasaku" bisiknya, Julio tersenyum lebar mendengar bisikan wanita yang baru ia kenal namun telah membuatnya mendesah semalaman, pria itu pergi meninggalkan hotel menuju kantornya.
Setibanya di kantor, Julio langsung memimpin rapat bersama dengan tim divisi accounting, dalam kesempatan itu secara resmi ia mengumumkan prihal pengunduran dirinya dan menunjuk Rio sebagai pengganti dirinya.
Secara keseluruhan semua tim divisinya menerima keputusan pengunduran dirinya, bahkan ada beberapa diantara mereka yang justru telihat bahagia mendengar kabar tersebut.
Bukan tanpa alasan mereka tidak begitu menyukai Julio, karena terkadang Julio suka bertindak semaunya hingga membuat suasana kantor menjadi sangat tidak nyaman, sehingga begitu mendengar kabar jika pria itu mengundurkan diri sebagian dari mereka tersenyum bahagia,
Selesai meeting julio meminta Rio untuk kembali datang ke ruangannya, pria itu mulai melakukan handover semua pekerjaannya yang selama ini menjadi tanggung jawabnya. Tak butuh waktu lama untuk Rio mempelajari job desk barunya, ia hanya akan butuh adaptasi di beberapa project saja.
Drrrttt... drrrrt... drrrrt...
Julio memeriksa handphonenya, ada satu panggilan masuk dari Anggel.
"Saya tinggal sebentar" Julio bergegas keluar dari ruangannya untuk mengakat telepon dari Anggel.
"Nanti malam aku tunggu di club tadi malam" Anggel langsung menutup teleponnya.
Julio hanya tersenyum simpul mendengar perkataan anggel, kemudian pria itu kembali masuk ke dalam ruangannya meneruskan pekerjaannya bersama Rio.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!