hay ini Squel dari
centa tampa alasan
dan
love you my husband
semoga terhibur makasih udah baca
.
.
.
...
Setiap manusia yang bernyawa akan pulang ke pangkuan illahi hanya waktunya saja yang berbeda
itulah yang selalu naina ajarkan pada kedua malaikat penyemangat nya
Rafasyah vino wijaya dan
Rafisyah alvi wijaya
anak gembar yang selalu mengingatkan naina pada lelaki yang jauh disana lelaki yang belum sempat melihat wajah kedua malaikat nya
lelaki yang menurunkan gen sempurna
siapa pun yang melihat fasyah dan fisyah mereka akan tau jika keduanya adalah anak dari lelaki itu
kedua remaja yang kini duduk di bangku kelas tiga SMA tunas bangsa
"bunda disini.? " tanya lelaki remaja berusia 17 tahun yang datang dengan membawa sekeranjang bunga
wanita yang dipanggil bunda itu menoleh lalu tersenyum ketika tau siapa yang datang "abang sendirian.? ngak sama adek.? "
lelaki itu menyalimi tanggan wanita yang ia panggil bunda " ada di mobil ketiduran" ucapnya dengan menatap lekat ke tiga batu nisan tempat peristirahatan terakhir orang tersayang untuknya
Mahendra bin abdul
Lasmi binti aziz
Alvino rafathan wijaya bin febrian
naina wanita itu mengusap kepala lelaki di hadapannya " ayah pasti bangga punya abang, abang do'akan kakek nenek sama ayah biar mereka tenang disana ya"
lelaki yang di panggil abang itu menganguk "pasti " keduanya memejamkan mata mendoakan orang-orang tersayang lalu menabur bunga
naina menatap anak lelaki nya mulai dari mata hidung bibir semuanya persis milik vino seandainya lelaki itu masih ada alangkah bahagianya mereka memiliki keluarga kecil yang bahagia
"bun ayo pulang " naina menganguk
"bunda abang kok ngak bagunin fisyah sih.? " tanya wanita cantik yang berdiri di depan mobil masih lengkap mengunakan seragam sekolah nya
naina tersenyum "adek ketiduran " wanita yang di panggil adek itu merengut kesal
"mau ziarah.? " tanya sang abang
"fisyah dapet bang" sahutnya dengan menyengir
"fasyah ajak adek pulang ya bunda mau ke butik dulu" kedua remaja itu menganguk lalu menyalami naina
naina menatap kepergian mobil yang membawa anak anaknya lalu melihat kembali ke dalam pemakanan
"mereka tumbuh dengan baik vin kamu jangan kawatir, aku titip bunda dan ayahku ya jaga mereka baik baik disana aku juga akan jaga kedua malaikat kita serta kedua orang tua kamu " naina mengusap air mata yang menetes lalu melangkah pergi
maafkan bunda yang selalu mengabaikan hari kelahiran kalian....
maafkan bunda yang selalu pura pura baik di depan kalian.....
seandainya kalian tau bahwa bunda ini rapuh, bunda ingin sekali menjerit, menangis bertanya pada takdir kenapa ini harus terjadi pada kalian...
tumbuh tampa seorang ayah....
tumbuh tampa seorang kakek dan nenek....
maafkan bunda
belum bisa menjadi yang terbaik untuk kalian...
anak - anakku..... "
.
.
.
.
17 tahun lalu
seorang wanita berjuang sendirian melahirkan di dalam ruangan bersalin karna sang suami masih di kantor
"vino dimana mas kok lama banget " tanya wanita berhijab dengan meletakan bayi mungil di keranjang bayi serta anak kecil yang asik memakan es cream di kursi
"katanya sudah di jalan tapi ia jemput bunda dulu di butik "
keduanya kompak menoleh ketika banyak langkah kaki serta dorongan brangkar yang memenuhi lorong rumah sakit
wajah keduanya pucat ketika brangkar itu lewat di depan mereka membawa dua orang dengan badan bersimbah darah
dengan badan gemetar lelaki itu menatap istrinya " bunda vino" wanita itu langsung memeluk suaminya
"mas tenang bunda sama vino pasti baik baik saja"
namun tuhan berkata lain 10 menit vino dan lasmi dinyatakan meninggal setelah naina melahirkan bayi gembar nya
bayi yang dinantikan vino selama 4 tahun namun akhirnya vino juga yang tak dapat melihat wajah anaknya.
.
.
.
.
.
.
naina kini berusia 40 tahun namun entah tuhan yang menciptakan ia tetap cantik atau memang diri naina yang menolak tua sehingga banyak yang mengira jika ia berusia 30 tahun bahkan tak jarang jika ia di kira kakak dari kedua anak gembarnya.
naina kini sedang bergelut dengan alat masak membuat beberapa gorengan serta makanan lainnya.
"masak apa bun.? " tanya seorang lelaki yang meletakan tasnya di kursi
naina berbalik dan tersenyum " nasi goreng, mas sama siapa kesini.? "
lelaki itu membuka kulkas dan mengeluarkan buah buahan "sama gara" sahutnya lalu mengupas buah buhan itu
sudah menjadi kebiasaan jika berkunjung ke rumah bunda nya naina ia akan menghabiskan berbagai buah buahan yang ada
"mas fais ngapain kesini.? " tanya suara yang datang dari depan
lelaki yang bernama fais yang kini asik memotong buah hanya melihat sekilas lalu kembali dengan aktivitas nya lagi "mama kesini.? "
bukanya menjawab ia malah bertanya balik membuat wanita berjilbab itu mengeleng lalu mendekati fais "bukanya pulang sama gara ini malah ngabisin buah dulu"
"ngak kok mba aku malah seneng fais sama gara suka ke sini" sahut naina dengan meletakan makanan di meja
"kamu selalu manjain mereka nai tu kamu liat tas sama sepatu pulang kerja bukanya pulang malah kesini rumah cuma jarak 5 langkah susah pulang" keluh geby dengan mengeser tas fais
geby adalah wanita karir ia memiliki butik dan toko bunga yang ia kelola langsung bersama naina, geby ibu dari faishal mahendra atau fais lelaki berusia 21 tahun bekerja sebagai koki dan photograper dan angara mahendra atau gara lelaki berusia 18 tahun yang kini sedang berkuliah di salah satu universitas di bandung
rumah mereka memang hanya berjarak 5 langkah, naina dulu menempati rumah yang vino bangun untuknya namun semenjak hamil ia memilih tinggal dengan bunda nya
hingga kini vino dan lasmi meninggal naina memutuskan untuk tetap tinggal di rumah mamanya sedangkan rumah vino telah ia berikan untuk fasyah ketika menikah nanti
sedangkan dimas memilih membangun rumah di samping rumah lasmi karna tak ingin lasmi sendirian namun semenjak ada naina rumah yang di bangun dimas sepertinya hanya sebagai tempat ganti baju
karna dimas geby dan kedua anaknya lebih senang tidur makan di tempat naina
naina beruntung memiliki geby sodara ipar yang baik di saat naina selalu kerepotan mengurus si gembar makan geby akan membantu sedangkan fais akan menjaga gara
beruntunglah baik fais atau gara tak perna merasa iri jika geby sering mengurus fasyah atau fisyah dulunya mereka akur hingga kini
"ma"
panggil dimas yang sedang berdiri di pembatas antara dapur dan ruang tengah
"mas udah pulang mau makan.? " tanya geby dengan melihat dimas
"udah dari tadi siang, ini mama sama anak sama aja bukanya pulang malah kesini dulu" dimas melihat kedua orang yang ia omelin itu namun keduanya hanya acuh saja sedikit pun tidak merasa tergangu
"udah pa ngak usa marah marah ayo makan" sahut gara yang langsung duduk di meja makan
"ra panggil si gembar dulu" suru fais ketika gara akan mengambil nasi
"ngak usa kita disini" sahut fasyah yang datang dari kamar langsung duduk di dekat gara
sedangkan fisyah lebih senang duduk di dekat fais karna ia bisa bermanja manja
"abang mau makan.? ni naina masak banyak" ajak naina yang langsung di anguki dimas
fais mendengus " tadi aja marah " namun sindiran itu tak di hiraukan dimas terbukti ia telah mengambil nasi goreng serta bakwan untuk ia nikmati
mereka makan dengan sesekali bercerita mengenai hal yang mereka lakukan hari ini.
naina tersenyum walaupun fasyah dan fisyah tak memiliki vino sebagai ayahnya tapi ia memiliki dimas dan geby yang memperlakukan mereka masa seperti fais dan gara bahkan tak sering geby atau dimas menghukum ketiga lelaki itu jika fisyah menangis tak di jemput sekolah atau tak di ajak jalan
"aku senang vin mereka tak perna kurang kasih sayang, walaupun kamu ngak ada"
.
..
..
.
aya menyobek kerta pengumuman dan membuangnya di tong sampah
"kenapa di buang.? " tanya aydan yang datang dengan sepeda nya
"itu ngak penting" sahut aya dengan melangkah masuk
"dek adek ini kenapa di sobek.? " tanya aydan dengan membawa kertas yang tadi di sobek aya
"ngak penting mas" aya mengambil kertas itu lalu menyobek nya menjadi kecil kecil
"itu hasil pengumuman kelulusan kamu kan.? " tanya aydan lagi
"ngak bukan "
"itu cita cita kamu dek"
"adek ngak mau adek udah mutusin ngak kuliah mas" sahut aya dengan menunduk
"kenapa.? " tanya aydan lagi
"mas mau berenti kuliah gara gara adek adek ngak mau"
aydan menghembuskan nafas lalu memegang kedua pundak aya "mas bisa kerja kamu ngak kuliah mau jadi apa.? "
"adek ngak mau kuliah.? " tanya caca yang datang dari pasar bersama arga
"kenapa.? " tanya arga
"mas berhenti kuliah cuma buat adek, adek ngak mau" sahut aya membuat arga dan caca langsung melihat anak tertuanya
"bener mas.? " tanya caca
aydan menganguk "kenapa.? " tanya arga
"prusahaan ayah lagi butuh dana kan.? restoran juga lagi sepi mas ngak mau ngebebani ayah"
caca menarik aya dan aydan duduk di kursi "bunda sama ayah udah dapet pinjaman om devin sama om defan juga udah bantu "
"jadi mas harus kuliah adek juga ya" ucap caca
aya dan aydan menganguk "maafin kita bun ayah udah bikin susah" ucap aydan membuat arga mengeleng
"itu kewajiban ayah nak"
"jadi kenapa adek sobek suratnya.?" tanya caca
aya menunduk "adek ngak mau kuliah jadi dokter adek mau jadi desainer aja adek udah belajar sama mba rusni " ucap aya
caca melihat arga "adek belajar ngapain.? " tanya arga
"aya udah belajar ngejahit, motong baju pakek mesin jahit juga adek bisa" ucap aya membuat arga tersenyum bahagia anaknya bisa menerima kondisi mereka
"ayah akan berusaha buat kita semua jadi adek sama mas juga harus berusaha ya" arga memeluk kedua anaknya
06-03-2021
Ay.Tls
Lima tahun kemudian
.
Pergi...
Pergi jauh sebisa mu....
lupakan aku semau mu...
lupakan semua kenangan kita....
tapi maaf jika aku tak bisa....
aku tak bisa melupakanmu....
melupakan semua kenangan kita.....
maaf jika aku selalu mengingatmu...
selalu berharap kamu kembali....
maaf...
karena aku terlalu mencintaimu...
.
..
.
brak....
gebrakan di pintu membuat kedua wanita yang ada dalam ruangan itu terjangkit kaget kedua wanita itu menatap sosok se orang wanita yang sedang ngos-ngosan berdiri di pintu masuk
Seorang wanita yang berdiri di pintu itu menatap kaget pasalnya ruangan yang begitu rapi wangi kini penuh dengan hamburan tisu-tisu yang bertebaran di mana-mana
” lo kenapa.? dan ini kenapa jadi kayak gini" tanya wanita itu
Seorang wanita yang menjadi sumber masalah hanya diam karena dirinyalah yang menyebabkan ruangan itu penuh dengan tisu bekas
" ramon dia nyelingkuhin gue" sahutnya dengan penuh air mata
wanita yang baru datang itu mengeleng tak habis pikir " lu sih maunya aja di bego bego ini udah berapa kali juga dibilangin masih aja ngeyel”
” alin jahat lu ngomong gitu karena lo jomblo kan lo iri kan sama gue lo sirik kan sama gue”
Wanita yang di sapa alin itu pun menatap tajam "lu pikir gue apaan..? cowok kayak dia di banggain gue juga bisa dapat 10 kali”
” halah ngakunya dapat 10 ini 1 aja kagak” sahut wanita yang sedang berdiam diri di pojok dengan memainkan hp-nya
” diem ay gue masih emosi nih lu juga jomblo kan sama-sama jomblo nggak usah saling tindas deh" wanita yang disapa ay itu pun hanya menganguk tampa mengalihkan pandangan nya dari hp
"udah van mending loe cari yang lain deh masih banyak juga yang ngantri sama lu ngak dia doang " sahut alin yang duduk di dekan vania
" tapi gue masih cinta lin sama ramon"
alin menatap vania dengan kesal "cuma ya ngomong panjang lebar ujung-ujungnya ramon lagi ramon lagi"
aya mendekati keduanya " lu si emosian, baperan juga kayak nggak tau vania aja kayak gimana " sahut aya dengan melihat keduanya
" van udah ya ntar cantik lho ilang oke saudaraku yang baik, saudaraku yang manis sekarang lu lupain ramon dulu karena nih dari tadi nyokap lu terus menerus nelpon gue kenapa lu enggak jemput dia di mall ayo sekarang kita berangkat" ajak aya membuat vania mau tak mau beranjak
" sial banget tau nggak sih lagian ini muka idung gue pada merah-merah semua ngak kasian apa."
Namun kedua wanita itu tampak masah bodoh lalu keluar ruangan
" eh lu berdua mau kemana.? " tanya vania yang melihat kedua temannya itu telah duluan keluar ruangan
" ya kita mau ikut " sahut alina dengan melihat ke arah vania
" maksud lu lu berdua mau ikut ke mall gitu. ? " tanya vania yang melihat dengan melihat kedua temannya
" ya iyalah vania masa kita ditinggal di butik nggak sih mending kita ikut ke mall ya enggak yak sekalian cuci-cuci mata gitu" ucap alina yang langsung dianguki oleh aya
Mendengar ucapan dari alina vania mendengus kesal "awas aja ya kalau sampai lu berdua sampai bocor ke mama kalau gue nangis lagi gara-gara ramon abis lu be dua" ancaman vania yang langsung dianguki oleh kedua temannya itu
Ketika wanita itu langsung menuruni tangga yang berhadapan langsung dengan mbak dina yang menjaga sebagai kasir butik
" mbak aya titip butik ya sekalian aja kunciin aya bawa kunci serep kok" wanita yang dipanggil dina itu langsung mengangguk paham
Setibanya setibanya di mall ketiganya langsung menuju ke toko perhiasan di mana tempat lisa mamanya vania sudah menunggu ketiganya di sana
" maaf ma lama ya nunggu nya vania nya tadi vania ke butik dulu ma jemput aya sama si alina dulu" wanita yang dipanggil mama itu hanya tersenyum
" mama nggak lama kok barusan juga tadi habis keliling"
" kalian ada yang mau dibeliin dulu atau apa segala macam sebelum pulang. ? " tanya lisa pada aya dan alina
Keduanya mengangguk setuju "kita mau lihat-lihat dulu tan tapi kalau seandainya tante mau pulang sama vania nggak papa kok kita bedua bisa pulang naik taksi" ucap aya yang membuat lisa tersenyum
" nih pakai aja kartu kredit tante” vania menatap kaget mamanya karena memberikan aya dan alina kartu kredit
" eh apaan mama nggak nggak nih orang berdua punya duit sendiri nggak perlu lagi pakai kartu kredit mama, eh loh dua kan yang mau ikut gue nggak ngajak kalian berdua ke sini lo ingat tuh" ucap vania yang tak terima dengan perilaku mamanya
" vania jahat ih masa gini aja perhitungan" sahut alin dengan kesal karena nggak berhasil mendapatkan kartu kredit lisa
" udah sono sono pergi gue mau pulang sama mama gue"
alin endengus kesal " ya udah tan kita pamit dulu entar ada banteng ngamuk brabe kan kita"
Mendengar kata banteng vania pun spontan mencubit pinggang alin "sialan lu gue di kata in banteng"
" lu kan emang banteng" alien yang membuat vania tambah murka
"sialan lu" ucap vania dengan menjewer telinga alin
" ampun ampun sakit bego " keributan kecil itu nyatanya sukses membuat beberapa pengunjung melihat ke arah mereka
" eh maaf maaf alin udah vania udah ya udah"
" hehehe maaf maaf" ucap alin yang tak enak karena melihat beberapa pengunjung memperhatikan mereka
Setelah berpamitan keduanya langsung keliling untuk mencari barang apa saja yang ingin mereka beli
alin dan aya bukan lah seperti gadis yang kebanyakan karena keduanya ini lebih senang aksesoris atau barang-barang yang unik barang-barang yang sudah langka dijual
"ay" panggil alin tunjukkan pulpen berwarna coklat yang di ujungnya ada gambar bintang
" bagus kan" tanya alin yang langsung di angguki aya karna tak ingin sodaranya itu tahu mengenai pulpen berwarna coklat
"nih lu beli gih bagus lu bisa pajang di ruangan lo" alin menyerahkan kotak yang berisi pulpen itu kepada aya membuat aya teringat akan orang yang di seberang sana
aya terus memperhatikan pulpen itu hingga tak sadar bahwa alina sudah berdiri di sampingnya
" sini bayar dulu ya" alin langsung mengambil kembali pulpen itu dan membawanya ke tempat kasir membayarnya bersamaan dengan belanjaan yang lain
Setibanya di rumah aya bingung karena tak mendapati satu orang pun yang ada di rumahnya
aya langsung menuju ke dapur untuk menemui bik rusni
" Bik semua kemana..?" tanya aya pada rusni keponakan be ina pembantu lamanya
bik rusni yang lagi membereskan dapur langsung menoleh "eh non aya kenapa non.?
" bunda sama ayah kemana.? tanya aya lagi
"ih tuan sama nyonya lagi ke taman depan non den idan juga ikut" mendengar ucapan bik rusni aya mengangguk lalu pamit menuju ke kamarnya
Setibanya di kamar aya meletakkan paper bag di kasur ia membuka laci mejanya dan mengambil kotak kecil yang berwarna merah
kotak kecil itu berisi kan pulpen sama persis dengan pulpen yang ia beli di mall tadi
.
.
.
.
Flashback
.
.
.
Seorang gadis remaja menuju taman dengan membawa sebuah kotak kecil yang ia bawa dari rumah
" hai kak sudah lama ya.?” tanya gadis itu pada lelaki yang duduk di bangku taman
Lelaki itu tersenyum lalu mengelus kepala gadis itu "kakak akan selalu nungguin kamu kok walau pun kamu nya datang nanti malam"
Mendengar itu gadis itu tersenyum "oh ya kak ini" wanita itu memberikan kotak yang ia bawa dari rumah
Lelaki itu membukanya " pulpen.?" tanya nya membuat wanita itu mengangguk
"simpan ya ini dari aya buat kakak" lelaki itu mengeleng lalu menghembuskan nafas kasar
" kenapa.? " tanya aya
lelaki itu melihat aya "kamu simpang pulpen ini untuk kakak, kakak akan melaksanakan tugas takut pulpen nya ilang"
aya melihat pulpen itu " kan bisa di simpen dirumah atau bisa di bawa ketika kakak pergi, pulpen ini untuk kakak nulis atau bisa di pajang juga biar inget aya terus"
melihat raut tak bersahabat dari lelaki itu membuat aya binggung "apa kita ngak bisa ketemu lagi.? " tanya aya lagi
lelaki itu hanya diam karna tak mendapat jawaban aya bertanya lagi "kenapa.? "
"aya jaga dirimu selama kakak tidak ada, nanti ketika kakak kembali kakak ingin kamu sudah sukses menjadi dokter seperti cita-citamu dulu menjadi patner kakak" lagi lagi aya hanya menganguk
lelaki itu memeluk aya "kakak sayang sama aya, aya adik kesayangan kakak setelah gambaran kakak"
tubuh aya menegang ketika mendengar kata adik
" adik.? " tanya aya yang masih dalam pelukan lelaki itu
"aya adik kakak.? " tanya aya lagi
lelaki itu menganguk "ada yang salah.? "
"aya bukan anak kecil kak"
"yang bilang kamu anak kecil siapa.? kamu udah gede udah 17 tahun sudah ngerti pacaran tapi bagi kakak kamu tetap adik kakak"
hati siapa yang tidak hancur mendengar ucapan itu 3 tahun mereka mengenal mereka bersama lelaki yang berusia 22 tahun itu hanya mengangap nya adik.?
lalu selama ini apa.?
makan.?
nonton.?
beli baju couple.?
bahkan tiap malam minggu aya selalu jalan denganya. ?
dan sekarang ia bilang aya hanya adik. ?
aya memalingkan mukanya agar bisa menghapus air matanya
"apa kakak tidak suka denganku.? " tanya aya yang masih membelakangi laki laki itu
lelaki itu menganguk "kakak suka kamu keluarga kakak satu satunya di jakarta"
"dan kamu juga akan jadi wanita pertama yang akan kakak kenalkan pada calon istri kakak nanti" ucap lelaki itu dengan memeluk aya dari belakang
aya memejamkan matanya dengan mengigit bibirnya agar isak tangisnya tak membuat lelaki itu tau jika ia terluka
06-03-2021
Ay.Tls
Ayana atthallah 22 tahun (desainer pemilik butik ay'att)
Rafasyah vino wijaya 27 tahun (angota khusus kepolisian kopasus)
.
.
.
.
.
..
09 Maret 2021
.
..
"dek dek bangun " guncangan di tubuhnya membuat aya perlahan membuka matanya
"bunda " caca mengeleng melihat anak gadisnya ini suka tidur larut dan bangun kesiangan
"bangun mba dina udah ngomel ngomel tu kamu belum ke butik, katanya kalian ada janji sama klaen" mendengar itu aya langsung bergegas ke kamar mandi bahkan selimut nya yang jatuh pun tak ia hiraukan
caca hanya mengeleng lalu beralih ke kamar sebelah di mana sang pangeran berada "udah siap mas.?" tanya caca ketika melihat aydan sudah rapi dengan setelan kemejanya
"udah bun adek mana.?" tanya aydan dengan menggandeng caca keluar
"kayak ngak tau kelakuan adek mu aja mas" ayda menganguk lalu mengajak caca ke tempat makan
kenapa aydan di pangil mas karna arga asli keturunan jawa dan aya dari dulu selalu dipangil adek karna aya selalu di manja oleh aydan, dania, dimas bahkan vania karna aya yang paling kecil dan paling manja walau pun aydan dan vania hanya beda satu tahun tapi aya selalu bilang bahwa ia yang paling kecil jadi harus di manja
"aya mana bun.? " tanya arga yang melihat caca datang bersama aydan
"masih di atas mas" sahut caca lalu menyiapkan sarapan untuk arga
"yah nanti siang sempet ngak ke resto .? " tanya aydan di sela makannya
"emang kenapa..? " tanya arga yang binggung karna selama aydan mengantikannya ia tak sekali pun menginjakan kaki di restoran nya mana pun karna selalu di larang oleh aydan dan aya
" aydan ada kelas pagi siangnya juga harus ke kalimantan jadi ngak sempat" arga menganguk
"ayah cek pagi aja sekalian anter vania ke bandara" sahut arga
"ngapain yah.? " tanya aya yang datang dari kamar
"vania mau ke bengkulu ada kasus kurang gizi atau apalah itu sekalian kasih vaksin ke tni disana mangkanya mereka dikirim kesana"
" berarti mba fisyah ikut juga dong ya.? " tanya aydan membuat arga mengangkat bahunya
"ayah ngak tau"
"mba fisyah siapa.? " tanya aya yang kepo
" itu lho dek istrinya mas bian dia juga dokter spesialis anak" aya menganguk, iya kenal dengan bian adik iparnya dania kakak sepupunya
ia akrab dengan abian/bian tapi sangat di sayangkan ketika pernikahan bian ia tak bisa hadir karna ia sakit terpaksa ia hanya bisa mengucapkan selamat melalui telepon
"aya mau nebeng ngak.? " tanya arga yang telah selesai dengan makannya
aya menganguk lalu menyalimi caca dan aydan "hati hati ya" ucap caca membuat aya menganguk lagi
jarak butik dan rumah hanya berjarak 10 menit kalau pakai sepeda mangkanya aya suka pakai sepeda kalau pergi ke butik tapi untuk kali ini ia harus bergegas karena tak ingin pengunjungnya lama menunggu
"by ayah titip salam sama vania dan maaf ngak bisa nganter "
"iya sayang nanti ayah sampaikan, vania pasti ngerti " aya menganguk lalu menyalami arga
setelah kepergian arga aya langsung bergegas masuk ke butik untuk melayani costumer nya
setelah melayani permintaan berbagai costumer melihat bahan gambar dan lain lain kini aya meregangkan ototnya di kursi
"jangan terlalu keras kerjanya ya " sahut dina yang datang dengan tumpukan sketsa yang tertinggal di bawah tadi
"ngak kok mba aya malah seneng" sahut aya
"oya yang mana tadi yang harus di rubah" tanya aya ketika melihat sketsa baju yang ia gambar ulang demi kepuasan costumer beruntung ia baru mengerjakan setengah jadi kalau ngak mungkin ia akan kewalahan merumbak bajunya
"ini" dina memberikan gambar sketsa nya
dreeettt...... dreeeeeettt.......
getaran di meja membuat aya mengalihkan pandangannya ke hp
"bentar mba" ucap aya lalu mengangkat pangilan itu
"halo van"
"ayaaaa gue benci sama loe benci benci benci.... " aya langsung menjauhkan hp dari telinganya begitu mendengar teriakan dari sodaranya itu
aya mengososk gosok telinganya "gue ngak budek vania ngak perlu teriak " sahut aya yang malah membuat dina tertawa
"gue kesel tau sama lho, gue bakal ke bengkulu disana kan ngak ada lho ngak bisa meluk curhat sama lho nanti gue kangen sama adek gue gimana.? " aya tersenyum mendengar ucapan vania semarah apapun vania padanya pasti vania akan luluh sendiri
"photo gue kan banyak liatin aja"
"ihhh aya mah kan photo ngak bisa di peluk, di ajak cerita di cium" aya mengeleng
"nanti gue kesana gue janji" sahutan aya membuat vania di sebrang sangat girang
"bener ya aya gue tunggu lho awas bohong"
"iya iya nanti aya kesana, ngajak ramon sekalian" goda aya
"sialan ngak usah ajak dia lho aja kesini ok pokonya gue tunggu, ya kita mau berangkat ni udah dulu ya byby"
"by hati hati" setelah itu aya langsung mematikan sambunganya
"vania ke mana.? " tanya dina yang masih berada di ruangan yang sama dengan aya
"ke bengkulu mba katanya di desa apa itu ada penyaluran pitamin buat desa di sana sekalian ngasi vaksin buat bapak bapak tentara disana " dina menganguk
"ok udah selesai aku bawa pulang aja mba biar di kerjain di rumah" ucap aya dengan membereskan sketsa gambarnya
"iya, eh ya makan dulu yuk" mendengar kata makanan aya langsung menganguk
"makan di mana.? " tanya aya ketika dina mengunci pintu butik
"di cafe depan simpang saja aja baru buka katanya"
aya dan dina berjalan kaki karna jaraknya lumayan dekat dari butik
setelah sampai aya melihat ke sekitar cafe yang bernuansa calerful membuat siapa saja betah apalagi di tambah dengan hiasan galaksi serta beberapa bintang di bagian lain membuat pengunjung seolah bernuangsa di malam hari
"aya ayo" dina langsung menarik aya ketika mendapatkan tempat duduk
"mba aya ke toilet dulu ya pesennya sama kaya mba aja" dina menganguk lalu memangil pelayan
tak ingin menahan pipis aya langsung bergegas ke kamar mandi
"ah leganya" ucap aya dengan melirik lagi bajunya takut kesingkep
setelah selesai aya langsung keluar toilet tapi baru tiga langkah pandangan aya langsung tertuju kepada seorang lelaki yang ada di dekat kasir
lelaki yang dulu meninggalkannya dengan hati yang hancur kini lelaki itu berdiri tak jauh darinya dengan postur yang berisi juga tampan berbeda dengan dulu kini kedewasaan jelas terpancar pada lelaki itu
"aya" pangilan dari sampingnya membuat aya kembali pada kesadaran nya
"mba iya " sahut aya
"aya kita harus pulang akif masuk rumah sakit " mendengar itu aya langsung mengajak dina pulang tak lupa ia membayar makanan yang belum sempat di pesannya
.
setibanya di rumah sakit aya dan dina langsung menuju ke ruangan yang telah di beritahu oleh ali adik dina
"assalamu'alaikum" sapa keduanya ketika memasuki ruangan tempat akif di rawat
"waalaikumsalam mba masuk" jawab ali yang tengah duduk di samping ranjang akif
"ali ini gimana bisa akif bisa jadi gini.? " tanya dina yang kawatir dengan akif
"ali ngak tau persis kejadian nya mba tapi kata buk ida akif pingsan gitu aja" sahut ali
ali remaja berusia 15 tahun yang berasal dari panti tempat dina berasal dulu semenjak kematian suami dina ia memutuskan mengadopsi ali yang memang sudah di angap adik olehnya ali juga di sekolah kan dina
aya mendekati ali " udah kamu istirahat sana belum makan kan kakak beli makanan dulu ya" ali menganguk lalu beranjak menuju sofa
"mba aku keluar dulu ya " dina langsung menganguk
"makasih ay" aya tersenyum lalu keluar menuju kantin
setibanya di kantin aya hanya membeli roti dan air mineral karna malam hari tidak ada yang berjualan bubur atau sejenis makanan lainnya
"aya.? " pangilan dari belakang membuat aya berbalik
"mas dimas.? "
"kamu ngapain disini.? siapa yang sakit.? " tanya dimas lagi yang kaget melihat adik sepupunya ada di sini
"akif mas anaknya mba dina, mas sif malam.? " dimas menganguk
"iya, yaudah ke ruangan akif yuk sekalian biar mas anter pulang ngak bawa sepeda kan. ? " aya tersenyum lalu menganguk
setelah mengantarkan roti aya dan dimas langsung pamit pulang
"ngak mampir mas.? " tanya aya dengan turun dari mobil
"ngak, salam aja buat orang rumah mas mau ke rumah sakit lagi" aya menganguk lalu bergegas masuk ke rumah
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!