Hujan deras dengan petir yang terus terdengar membuat tangisan seorang gadis cantik semakin pecah,,
Moza menyusuri jalanan malam setelah di usir paksa oleh Paman dan Bibinya dari rumah yang sebenarnya adalah rumah ke dua orang tuanya.
" Kenapa semua ini terjadi kepadaku, setelah Papa dan Mama meninggal kenapa Paman dan Bibi membenciku, apa salah aku hiks.. hiks.. "
Kilatan petir membuatnya ketakutan,,
Dia pun mencari tempat untuk berteduh namun dia merasakan kepalanya yang sangat pusing bahkan tubuhnya sangat lemas..
Tes,,
Darah mengalir dari hidungnya,,
" Astaga,, aku mimisan " Ucapnya dengan mengusap hidungnya dan tiba tiba..
Bruk,,,
Tubuhnya jatuh di jalan.
Sementara seorang laki laki mengendarai mobilnya melewati jalanan di mana Moza pingsan, dia pun melihat seseorang yang tergeletak di jalan.
" Apa itu,, Seperti seseorang " Ucapnya karena pandangannya samar karena hujan yang sangat deras.
Karena penasaran akhirnya dia pun keluar dan matanya membulat ketika yang di lihatnya seorang wanita tergeletak dengan darah di hidungnya.
Karena merasa tidak tega akhirnya Moza di bopong menuju mobilnya.
**********
Sesampainya di sebuah Mention mewah dengan penjagaan ketat di sana Mobil sport hitam mewah pun melaju masuk ke dalam halaman yang sangat luas bahkan semua penjaga langsung membungkuk kan tubuhnya saat laki laki itu keluar mobil.
Namun mereka saling pandang di saat Tuan mereka membuka pintu mobil dan terlihat membopong seorang wanita yang seluruh tubuhnya basah kuyup.
Untuk pertama kalinya mereka melihat Tuan mereka membawa seorang wanita ke Mention.
" Siapa wanita yang di bawa Tuan, apa dia calon Nyonya di Mention ini "
" Entah lah, tapi Tuan terlihat begitu khawatir "
" Tapi kenapa wanita itu basah kuyup dan pingsan "
Semua penjaga saling berbisik melihatnya.
**********
Keesokan Harinya,,
Moza mengerjapkan matanya, dia menatap samar samar ruangan dimana dia berada terasa sangat asing.
" Sudah bangun " Ucap laki laki yang berjalan menghampiri nya
Moza segera beranjak namun kepalanya masih sedikit pusing.
Matanya menatap laki laki bertubuh kekar, rambut rapi dan tampan berjalan ke arahnya..
" Kamu siapa dan aku dimana " Ucap Moza takut
" Kamu di rumah saya semalam kamu pingsan di jalan, Saya akan meminta pelayan untuk menyiapkan sarapan untuk kamu " Ucap Laki lki itu berjalan keluar
Moza Terus menatapnya rasanya dia tidak mengenalinya bahkan ini pertama kali mereka bertemu namun dia berada dimana.
Ceklek,,
" Permisi Nona, Saya Adam kepala Pelayan di rumah ini " Ucap seorang laki laki yang tersenyum kepadanya
" Kalian bantu Nona "
" Em,, Panggil saja Saya Moza dan Maaf Pak Adam sebenarnya saya dimana "
" Anda berada di rumah Tuan Leon "
" Mari Nona saya bantu " Ucap seorang pelayan perempuan
Moza mengangguk dan mereka menuju Kamara mandi,,
" Kalian tunggu di sini saya bisa sendiri "
" Baik Nona "
Moza masuk ke dalam kamar mandi, jelas jika rumah yang sangat mewah namun siapa sebenarnya Leon.
" Mending aku mandi dan setelah itu aku pergi dari sini " Ucap Moza
-
Sementara di meja makan, Leon sudah berada di sana.
Matanya menatap perempuan yang berjalan turun..
" Silahkan Nona " Ucap Adam menggeser kursinya
" Terima kasih " Ucap Moza tersenyum
" Saya ke Kantor, Kamu lebih baik tinggal dan istirahat sampai kondisi kamu lebih baik "
Moza terus menatap Leon, dia tidak habis pikir ada laki laki yang sangat dingin seperti dia.
" Nona silahkan sarapan Anda " Ucap Salah satu pelayan
" Terima kasih,, " Ucapan Moza menggantung
" Panggil saja Melia Nona "
" Terima kasih Melia "
" Sama Sama Nona "
Moza menikmati sarapannya namun dia masih terus berpikir keberadaan nya dan dia tidak mungkin terus berada di rumah itu selamatnya.
" Em Pak Adam, Biasanya Tuan Leon pulang jam berapa "
" Tuan selalu pulang malam Nona, Apa ada sesuatu Nona "
Moza menggeleng dan kembali menikmati sarapannya.
Moza berada di kamarnya, dia sangat bingung untuk melakukan apa di sana bahkan di saat akan membantu semua pelayan melarangnya.
Dia pun hanya duduk di atas ranjang menatap sebuah koper nya.
Kesedihannya kembali mengingat kejadian malam itu di saat dirinya di usir dari rumah peninggalan kedua orang tuanya.
" Papa, Mama, kenapa kalian begitu cepat meninggalkan Moza apa kalian tidak menyayangi Moza,, Moza kangen kalian, Moza ingin ketemu kalian "
Air matanya kembali mengalir di wajah cantiknya, bahkan rasanya dada nya sangat sesak mengingat semuanya.
Andai kedua orang tuanya masih hidup dia tidak akan seperti ini.
Moza teringat dengan ponselnya, dia pun berjalan dan menarik kopernya, namun di saat dia membuka kopernya untuk mencari ponselnya namun tidak ada di sana.
" Dimana ponsel aku, kenapa tidak ada " Ucapnya dengan terus mencari
Moza teringat jika malam itu dia jatuh pingsan di jalan dan pasti juga ponselnya terjatuh di jalan.
" Gak mungkin hilang, hanya di ponsel itu aku menyimpan foto Papa dan Mama "
Moza sangat sedih dia pun kembali menuju ranjangnya menangis.
-
Hari semakin sore dan untuk pertama kalinya Leon pulang lebih awal membuat semua penghuni Mention merasa heran namun tidak ada satu dari mereka yang berani menanyakan nya.
" Selamat Sore Tuan " Sapa Adam menundukan tubuhnya
" Dimana dia dan apa yang dia lakukan seharian ini "
" Setelah sarapan Nona Moza hanya terus berada di kamarnya Tuan tetapi Saya mendengar suara tangisan dari dalam kamarnya dan Seperti nya Nona Moza menyebut nama orang tuanya "
Leon tidak menjawab dan langsung berjalan masuk dia pun menuju kamar Moza di saat akan mengetuk pintu ternyata pintunya malah terbuka.
Leon pun membuka pintunya dan berjalan masuk, pandangan nya menatap Moza yang terbaring meringkuk di atas ranjang.
Perlahan Leon berjalan mendekat dan pandang nya kembali menatap mata Moza yang sembab dan terlihat sisa air mata yang masih basah di wajahnya.
" Sebenarnya siapa dia dan apa yang terjadi dengannya Kenapa dia terlihat begitu sedih " gumam Leon
Leon pun membalikan tubuhnya dan berjalan namun tiba tiba terdengar Moza yang mengigau memanggil orang tuanya..
" Papa, mama,, jangan tinggalin Moza "
Leon menghentikan langkahnya dan kembali membalikan tubuhnya, dia pun menatap Moza, dadanya ikut merasa sesak melihat nya.
Entah dorongan apa dirinya pun berjalan mendekat dan duduk di sisi ranjang bahkan tangannya menarik selimut dan menyelimuti tubuh Moza.
Leon terus memandang wajah polos Moza, entah mengapa rasanya sangat damai perlahan Moza membalikan tubuhnya dan Leon langsung beranjak untuk tidak membangunkannya.
Tangan Leon mengusap kepala Moza Lembu.
-
Leon berada di ruang kerjanya, dia sangat penasaran dengan apa yang terjadi dengan Moza, dia pun memanggil Adam ke ruangannya.
Tok,, tok,, tok,,
" Permisi Tuan "
" Masuk "
Adam berjalan masuk dan berdiri di depan Leon yang masih menggunakan pakaian kerja lengkap.
" Tuan memanggil saya "
" Kamu Cari tau siapa Moza dan apa yang sudah terjadi dengannya "
" Baik Tuan, Apa ada yang lain Tuan "
" Tidak "
" Baik Tuan Saya permisi "
Leon mengangguk dia pun membuka Jasnya dan menekuk lengan kemejanya sesiku, dia pun mulai membuka Laptopnya dan menatap sebuah email masuk.
Leon memang selalu sibuk dengan pekerjaan nya, dia sangat dingin dengan siapa pun.
Hidupnya hanya bekerja dan bekerja..
Malam semakin larut namun Leon masih berada di ruang kerjanya dengan beberapa berkas di meja dan Laptop yang masih menyala.
Dia menatap jam yang sudah menunjukan pukul 12 malam.
" Astaga sudah jam 12 " Ucap nya menutup laptop nya dan beranjak keluar.
Langkahnya terhenti di saat melewati kamar Moza, rasanya ingin sekali masuk untuk melihat keadaanya namun dia pun mengurungkan niatnya dan kembali berjalan menuju kamarnya.
Ranjang king size dengan ruangan yang sangat luas dan cat dinding berwarna abu abu, tatapan rapi dengan berbagai macam buku ya g tertata rapi di sana.
Leon keluar kamar mandi dengan sudah memakai piyamanya dia pun menuju ranjang dan merebahkan tubuhnya.
Rasanya sangat lelah namun dia terus teringat dengan wajah Moza.
" Astaga Leon,, kenapa terus memikirkannya, kamu hanya menolongnya " gumam Leon merutuki dirinya.
Loen memejamkan matanya dan akhirnya pun dia terlelap.
*****
Sementara Moza terus mengigau, tubuhnya menggigil dan dia terus memanggil orang tuanya..
" Papa,, mama "
Melia membuka pintu kamar Moza dan berjalan masuk namun dia menatap Moza yang masih terlelap..
" Nona Moza " Ucap Melia namun Moza tidak bangun akhirnya Melia pun akan membangunkan nya saat tangannya menyentuh tubuh Moza terasa sangat panas bahkan Moza kembali mengigau..
" Astaga Nona Moza " Ucap Melia panik dia pun berjalan keluar.
" Melia, dimana Nona Moza " Ucap Adam
" Maaf Pak Adam, Nona Moza,, " Ucapnya terhenti saat melihat Leon yang baru keluar dari kamarnya
" Apa yang terjadi " Ucap Leon
" Maaf Tuan, Nona Moza sakit tubuhnya sangat panas "
Leon langsung menerobos masuk ke dalam kamar dan benar saja Moza terus menggigil dan terus mengigau.
" Adam panggil Samuel sekarang "
" Baik Tuan "
Leon terus menatap Moza, dia pun menyentuh kening Moza yang terasa sangat panas.
Tidak lama Samuel datang,,
" Astaga Leon,, Ini masih sangat pagi dan Loe tau gue baru saja pulang da-ri Rumah sakit " Ucap Samuel kaget saat melihat seorang perempuan di rumah Sahabatnya
Leon dan Samuel memang bersahabat dari kuliah namun Samuel lebih memilih menjadi Dokter ketimbang seorang CEO karena menurut nya Perusahaan itu sangat membuatnya pusing.
" Siapa dia " Ucap Samuel menggoda Leon
" Jangan banyak bicara, Periksa dia sekarang "
" Iya Iya,, gue periksa "
Samuel sudah paham bagaimana sifat Leon karena memang mereka sudah berteman lama.
Leon menatap Samuel yang sedang memeriksa Moza.
" Dia hanya banyak pikiran, gue bakal kirim obat dan vitamin "
" Oya Loe belum jawab, siapa dia hem.. Apa dia "
" Keluar " Ucap Leon memutuskan ucapan Samuel
" Iya iya gue keluar "
" Loe pinter cari cewek dia sangat cantik " bisik Samuel membuat Leon menatapnya tajam dan Samuel langsung berjalan keluar bersama Adam.
-
Leon terus berada di sana menatap wajah Moza yang masih terlelap rasanya tidak tega untuk membangunkan untu minum obat.
Tiba tiba Moza membuka matanya, dia pun memegang kepalanya yang sangat berat.
" Bangun, sarapan dan minum obatnya " Ucap Leon
Moza melirik dan di lihatnya Leon yang duduk di sampingnya.
" Terima kasih " Ucap Moza akan beranjak namun karena tubuhnya yang masih lemah dia pun akan terjatuh dengan cepat Leon langsung menangkapnya
" Kalau masih lemas bilang " Ucap Leon membatunya duduk dan mengambil mangkuk berisi bubur
" Sa- saya bisa sendiri " Ucap Moza
" Buka mulut kamu " Ucap Leon dan membuat Moza nurut dan membuka mulutnya
Hanya beberapa suap saja yang masuk ke dalam mulutnya karena memang sangat pahit,,
" Sudah " Ucapnya
Leon meletakannya dan mengambil obat yang sudah di kirimkan Samuel dan memberikannya kepada Moza.
Moza menerimanya dan meminumnya,,
Leon terus membantunya membuatnya sedikit tidak enak mendapatkan perlakuan seperti itu karena mereka sama sekali tidak mengenal.
" Istirahatlah,, Melia akan menemani kamu " Ucap Leon beranjak
" Tuan Leon " Ucap Moza dan membuat Leon kembali menatapnya
" Terima kasih " Ucap Moza dan Leon tidak menjawab dia kembali berjalan keluar.
Moza kembali membaringkan tubuhnya yang terasa sangat lemah dengan kepala yang sangat pusing.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!