NovelToon NovelToon

My Secret Wife

Asha..

Asha berjalan perlahan memasuki ruangan di depannya.

Dia mengetuk pintu dengan pelan, tak lama terdengar suara seseorang dari dalam ruangan yang mempersilahkannya untuk masuk.

Asha membuka pintu, dia melihat seorang pria muda tengah duduk sambil melihat layar komputer di depannya.

"Silahkan duduk.." Ucap Pria itu dengan matanya yang masih terus fokus melihat layar.

Asha berjalan mendekati kursi dan duduk diatasnya.

Asha melihat papan nama di atas meja.

Devan Mahawira. Direktur utama.

Devan menghentikan aktivitasnya, dia melihat Asha yang kini duduk di depannya.

Seketika raut wajahnya menunjukkan wajah kecewa, dia terlihat menghela napas dan menyandarkan tubuhnya pada kursi.

Dia mengambil sebuah map, membuka dan membaca isi map dengan teliti.

"Belum menikah.."

"Baru lulus dan belum ada pengalaman kerja.." Gumam Devan pelan sambil memijat pelan keningnya.

Rupanya dia sedang membaca biodata Asha, sekretaris barunya.

Kembali dia melihat wanita yang duduk di depannya

Devan terdiam beberapa saat.

Sedangkan Asha duduk dengan terus menundukkan kepalanya.

"Tunggu disini sebentar.." Ucap Devan sembari beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan ruangan.

Asha terlihat heran, apa yang sebenarnya terjadi, kenapa dia ditinggalkan begitu saja.

Devan langsung masuk ke ruangan Manager HRD tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Gio..Aku sudah memintamu untuk mencarikan sekretaris dengan penampilan biasa saja, atau bahkan yang sudah tua dan menikah.."

Gio tersenyum, sepertinya dia sudah memperkirakannya bahwa Devan akan datang keruangannya dengan marah, karena dia telah merekrut sekretaris baru yang tidak sesuai dengan keinginan sahabatnya itu.

"Wah, melihat kamu marah seperti ini, berarti kamu juga mengakui bahwa sekretaris baru kamu itu cantik..?" Tanya Gio bergurau.

Devan duduk di kursi didepan Gio, dia melihat sahabatnya itu dengan tajam.

"Carikan aku sekretaris yang lain.." Ucap Devan dengan serius.

Gio tersenyum kecil.

"Dari sekian banyak orang yang melamar, hanya dia yang paling memenuhi kriteria untuk bekerja menjadi sekretarismu .."

Devan menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menyandarkan tubuhnya pada kursi.

"Aku tahu, kamu mempunyai maksud lain merekrutnya bekerja di perusahaan kita.."

"Kamu benar sekali.." Jawab Gio sambil menjentikkan jarinya.

"Aku tidak mau dia menjadi sekretarisku..bahkan dia baru lulus kuliah dan belum mempunyai pengalaman kerja.." Devan terlihat kesal.

"Dan masalah utamanya disini adalah Angel sangat pencemburu, dia akan sangat marah kalau mengetahui sekretarisku wanita muda dan ...." Devan tidak sanggup melanjutkan perkataannya.

"Cantik.." Lanjut Gio dengan senyumannya.

"Berarti aku benar-benar tidak salah pilih.." Gio membanggakan dirinya sambil kemudian tertawa lepas.

"Gadis itu memang sangat cantik, aku benar benar terpukau karena kecantikan dan keluguannya.." Gio tersenyum sambil menerawang membayangkannya.

Devan semakin terlihat kesal.

"Sebentar lagi aku akan menikah, aku tidak ingin membuat masalah dengan Angela.."

"Jadi aku tidak mau dia menjadi sekretarisku.."

Gio menggelengkan kepalanya.

"Dia baru saja menandatangani kontrak, kita tidak bisa memutuskannya begitu saja kan.."

Devan menatap Gio dengan kesal.

"Tunggu sebulan saja, sekretarisku akan cuti melahirkan sebulan lagi, setelah itu aku akan memindahkan dia menjadi sekretarisku dan mencarikan sekretaris baru untukmu, seorang ibu ibu dan sudah menikah.."

"Anggap saja aku menitipkan dia sebulan padamu.."

Devan masih melihat Gio dengan kesal.

"Bagaimana..?" Tanya Gio tersenyum.

"Baiklah..Hanya sebulan saja.." Devan beranjak dari kursinya dan pergi meninggalkan Gio dengan kesal.

"Iya..hanya sebulan, aku janji.." Ucap Gio dengan sedikit keras agar Devan yang telah meninggalkan ruangannya mendengar.

Devan kembali memasuki ruangan kerjanya, dia melihat Asha yang masih duduk di kursi.

"Kamu bisa mulai bekerja hari ini.." Ucap Devan sembari duduk di kursinya tanpa melihat Asha di depannya.

"Terima kasih pak.." Jawab Asha sambil beranjak berdiri.

"Nanti akan ada asisten pribadi saya yang akan memberitahu kamu apa saja pekerjaanmu mengajari kamu semuanya.."

Asha langsung menganggukkan kepalanya.

"Pergilah ke mejamu dan mulailah bekerja.."

***

"Bagaimana..apa kamu diterima bekerja..?" Tanya Dewi, ibu tiri Asha dengan sinis.

Asha mengangguk pelan.

"Syukurlah..mulai sekarang, kamu yang harus mencicil hutang ayahmu kepada rentenir.." Ucap Dewi.

"Tunjukkan kalau kamu anak yang berguna, aku sudah lelah membayar hutang ayahmu yang tidak ada habisnya.." Lanjut Dewi terlihat kesal.

Asha kembali menganggukan kepalanya.

"Saya permisi dulu Bu.."

Asha pergi meninggalkan toko kue milik ibu tirinya yang berada di lantai bawah ruko yang mereka tinggali, dia menaiki tangga yang berada di samping ruko menuju roof top.

Asha tinggal di kamar di atap ruko yang tadinya hanya dijadikan gudang, semenjak lulus sekolah menengah atas dia memutuskan untuk tinggal disana sendiri karena tidak tahan dengan perlakuan kasar ibu tirinya.

Dewi selalu melampiaskan semua kekesalannya pada almarhum suaminya kepada Asha, dia kesal karena suaminya meninggal dengan meninggalkan hutang yang menumpuk, uang pensiun dari ayah mertuanya dan hasil usahanya membuka toko kue hanya mampu untuk membiayai kehidupan mereka sehari-hari, sedangkan hutang mereka hanya mampu membayar bunganya saja yang semakin hari semakin membesar.

Asha sampai di atap gedung, dimana ini adalah tempat paling nyaman baginya, perasaannya menjadi teduh seketika melihat pot bunga yang berjejer rapi di sekelilingnya, dia menyimpan tasnya, dan langsung terduduk di atas kursi santai miliknya, menatap langit malam yang indah menurutnya.

"Seandainya ibu tahu, aku bekerja karena memang ingin membantunya membayar hutang hutang ayah.." Gumam Asha lirih, mengingat ibu tirinya yang selalu berkata kasar kepadanya.

Terdengar seseorang menaiki tangga, Asha menghapus air matanya, dia berusaha tersenyum ketika mengetahui kakeknya datang dengan membawakan sesuatu untuknya.

"Kamu pasti lelah, makanlah ini dan cepatlah tidur.."

Asha tersenyum, dia beranjak dari duduknya dan mengambil makanan yang dibawa sang kakek, kemudian memeluk kakeknya erat.

"Kakek.. bertahanlah, aku akan bekerja keras, aku akan mengumpulkan uang untuk membayar semua hutang hutang ayah, sehingga kakek dan ibu serta Aisha bisa hidup tenang.."

Kakek menganggukan kepalanya.

"Tidurlah nak..besok kamu harus bekerja.."

Asha melepaskan pelukannya.

"Kakek juga masuklah ke rumah, disini dingin.."

Kakek tersenyum. Dia meninggalkan Asha.

Asha melihat kakeknya menuruni tangga.

Tubuh renta sang kakek semakin hari semakin terlihat rapuh, di masa tuanya seperti ini seharusnya kakek sudah harus menikmati hari hari tuanya dengan damai dan tenang, namun yang sekarang terjadi malah sebaliknya, kakek harus ikut menderita karena permasalahan hutang almarhum anaknya, beliau yang seorang pensiunan pegawai negeri tidak mempunyai barang atau harta berharga yang bisa dijual selain ruko yang mereka tinggali saat ini, sehingga dia tidak bisa membantu menantunya untuk membayar hutang selain uang pensiun yang sudah dia serahkan kepada Dewi untuk sedikit membantu membayar hutang dan membiayai sekolah kedua cucunya, Asha dan Aisha.

Asha menitikkan air mata, seandainya kakeknya tidak ada, entah apa yang akan terjadi kepadanya, karena hanya sang kakek lah yang selama ini menyayanginya dengan tulus, lain halnya dengan ibu tirinya yang semakin hari semakin memperlihatkan ketidaksukaan dan kekesalannya padanya.

***

Dua minggu kemudian.

Asha terlihat sudah menguasai semua pekerjaannya, untuk seorang pegawai baru sepertinya, dia termasuk cepat memahami dan beradaptasi dengan pekerjaannya.

Devan dibuat tak percaya melihat Asha yang sudah sangat lihai bekerja, semua pekerjaannya selalu diselesaikan dengan baik dan tepat waktu sehingga sangat membantu dirinya dalam mengurus perusahaan.

Asha sedang sibuk bekerja, tiba tiba ada seorang wanita cantik berdiri di depan mejanya.

Wanita itu terlihat menatap Asha dengan wajahnya yang terlihat angkuh.

"Apa kamu sekretaris baru..?" Tanya Wanita itu dengan sinis.

Persahabatan..

"Iya..ada yang bisa saya bantu..?" Jawab Asha dengan ramah.

Wanita itu tidak menjawab, dia terus melihat Asha dengan sinis.

"Maaf..ada yang bisa saya bantu..?" Tanya Asha lagi dengan lebih ramah.

Lagi lagi wanita itu tidak menjawab, dari raut wajahnya terlihat dia sangat kesal melihat Asha yang terus bertanya.

Wanita itu memutar badannya, langsung masuk ke ruangan depan meja Asha,membuka pintu dengan sangat kasar, melihat itu Asha kaget dan langsung berjalan setengah berlari mengejar wanita tadi.

Dia takut Pak Devan akan marah karena membiarkan seseorang masuk tanpa meminta izin kepadanya terlebih dahulu.

"Maaf pak.." Asha tidak melanjutkan kata-katanya karena melihat Devan mengangkat tangannya.

"Tidak apa apa..dia tunanganku.."

Asha terkejut dan langsung menganggukkan kepalanya, kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.

"Kamu tidak memberitahu kalau akan kesini.." Ucap Devan sambil beranjak dari duduknya menghampiri Angel yang duduk di kursi dengan wajahnya yang terlihat kesal.

"Kenapa..?"

"Apa aku tidak boleh datang tanpa memberitahu terlebih dahulu..?" Jawab Angel kesal.

Devan tersenyum, dia duduk di sampingnya.

"Ada apa..? Sepertinya kamu sedang kesal sekali..?" Tanya Devan melihat wajah Angel.

Angel memalingkan wajahnya.

"Pantas saja, akhir akhir ini kamu terlihat betah sekali di kantor, rupanya kamu sudah mendapatkan sekretaris yang cantik.." Jawab Angel cemburu.

Devan tersenyum, dia tahu ini akan terjadi, Angel akan datang ke kantornya dan melihat Asha sekretaris barunya dan hal yang ditakutkan olehnya selama ini terjadi, tunangannya itu akan cemburu melihat Asha yang cantik menjadi sekretarisnya.

"Dia hanya sekretaris sementara, dua Minggu lagi dia akan dipindahkan menjadi sekretaris Gio.."

Devan memegang tangan Angel, memintanya untuk melihat kearahnya.

"Apa yang membuatmu cemburu seperti itu, bagiku hanya kamu wanita yang paling cantik.." Devan berusaha merayunya.

Walaupun senang mendengar perkataan Devan, Angel berusaha menyembunyikan perasaannya, dia berusaha untuk tetap menunjukkan wajah kesalnya pada Devan.

"Tapi sekretaris itu benar benar cantik.." Ucap Angel pelan, masih dengan nada yang kesal.

"Aku takut, kamu akan terpikat oleh kecantikannya.."

Devan tersenyum, dia memegang tangannya dengan erat.

"Secantik apapun wanita yang berada di sekelilingku, tidak ada yang bisa mengalihkan aku darimu.." Lagi lagi Devan merayu.

Kali ini Angel tidak bisa lagi menyembunyikan perasaannya, dia terlihat tersenyum kecil dan melihat Devan dengan lembut.

"Benarkah..? kamu pintar sekali gombal.." Ucap Angel sambil memegang hidung tunangannya.

"Itu benar sayang..sudah jangan marah lagi, katakan apa yang membawamu kemari..?" Tanya Devan melihat wajah cantik tunangannya.

"Aku hanya ingin makan siang denganmu, sambil kita melakukan wawancara dengan salah satu Wedding organizer untuk pernikahan kita nanti.."

Devan terlihat diam.

"Seharusnya kamu mengabari aku dulu, aku sudah ada janji dengan seseorang.."

"Siapa..?" Tanya Angel menelisik.

"Sahabatku.."

"Owh..Kakek tua itu..?" Tanya Angel lega.

Devan tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Aku sudah janji akan bertemu dengannya jam makan siang hari ini.. maafkan aku, aku tidak bisa membatalkannya.."

Angel tersenyum kecil.

"Tidak apa apa sayang, pergilah..aku tahu, sepenting apa dia untukmu.."

"Terimakasih sayang..Aku senang kamu mengerti.." Devan tersenyum dan mengelus rambut Angel dengan lembut.

Angel berusaha tersenyum.

Lain halnya dengan isi hatinya, keberadaan kakek tua itu sudah sangat menggangu hubungan dirinya dan Devan, seringkali Devan membatalkan pertemuan dan janji bersamanya hanya karena dia lebih mementingkan untuk menemui sahabatnya itu.

Persahabatan yang aneh, pikir Angel. Bagaimana tidak, calon suaminya itu telah cukup lama bersahabat dengan seorang kakek tua yang tidak sengaja bertemu di sebuah taman kota pada saat olah raga pagi, persahabatan mereka terjalin begitu saja seiring berjalannya waktu karena mereka terus secara intens bertemu dan bercengkrama.

Kakek itu sudah menjadi orang yang penting bagi Devan, Angel pernah protes dan meminta calon suaminya itu untuk memutuskan persahabatan mereka, memintanya untuk tidak lagi menemuinya, namun ternyata Devan sangat marah dan kecewa dengan sikap Angel.

"Kamu boleh meminta apa saja dariku..asal jangan memintaku untuk tidak lagi bertemu dengan kakek.."

"Karena nasihat dan petuah-petuah kakek, aku bisa menjalankan perusahaan almarhum papa, kalau tidak ada kakek itu, aku tidak mungkin bisa memikul beban yang begitu besar ini.."

Kata kata itu yang terngiang di telinga Angel, sehingga dia kemudian membiarkan kekasihnya untuk tetap menemui sahabatnya itu.

***

"Sesudah makan siang, saya ada urusan penting dan akan kembali ke kantor kira kira pukul 3 sore.." Ucap Devan sambil terus melihat dokumen diatas mejanya

Asha mengangguk mendengar perkataan Devan.

"Iya pak.."

"Kembalilah ke mejamu.." Perintah Devan masih dengan tanpa melihat Asha.

Asha kembali mengangguk dan memutar badannya kemudian pergi meninggalkan ruangan direkturnya.

Sepeninggal Asha, Devan menghentikan aktivitasnya, dia menyandarkan tubuhnya pada kursi sambil melihat pintu yang baru saja ditutup oleh Asha.

"Aku tidak sanggup kalau harus menunggu dua minggu lagi.." Gumam Devan pelan.

"Aku takut, apa yang dikhawatirkan oleh Angel akan menjadi kenyataan.."

Asha.

Wanita itu mempunyai sejuta pesona, kecantikannya telah menghipnotis hampir seluruh karyawan pria di kantornya, keramahannya membuat semua karyawan wanita menyukainya.

Namun bukannya Devan juga menyukai Asha, semua orang tahu dia pria baik dan setia, apalagi dia akan segera menikah dengan Angel, Devan hanya merasa tidak nyaman berada dekat terus dengan Asha, dia takut pertahanan dirinya runtuh seiring kedekatan diantara dirinya dan Asha yang harus selalu intens bertemu dan berkomunikasi.

Ada hal lain, bukan kecantikan yang membuat Devan takut berdekatan dengan Asha, dua minggu mereka bekerja bersama membuat dirinya merasa Asha memang gadis yang sempurna, dia tak pernah menemukan celah kejelekan dalam diri sekretarisnya itu, Asha sangat sempurna untuk menjadi seorang wanita yang layak dikagumi, karena dirinya melihat kebaikan hati, ketulusan dan kemandirian padanya.

Sangat berbeda dengan Angel.

Devan menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali, berusaha mengusir pikirannya yang telah membandingkan Angel, calon istrinya dengan wanita lain, Devan mencintai Angel dan seharusnya dia menerima kelebihan dan kekurangannya, walaupun apabila dibandingkan, Angel memang sangat jauh berbeda dengan Asha.

Jam makan siang.

Devan melihat jam tangannya, kemudian beranjak dari duduknya, dia akan pergi makan siang dengan sahabat baiknya, mereka telah berjanji bertemu di tempat favorit keduanya.

Di sebuah taman kota.

Devan menghampiri seorang kakek yang tengah duduk di atas bangku di bawah rindangnya pohon.

Devan yang datang dengan membawa beberapa makanan dan minuman, tersenyum melihat kakek yang berdiri menyambutnya.

"Apa kakek sudah lama menungguku..?"

"Tidak nak..kakek juga baru saja sampai.."

"Bagaimana kabar kakek, sudah dua Minggu kita tidak bertemu..maafkan aku kek, akhir akhir ini pekerjaanku sangat banyak, jadi aku tidak bisa menemui kakek.."

"Kabar kakek baik nak..kakek mengerti.."

Devan memberikan sepotong sandwich kepada kakek.

"Makanlah nak..kakek sudah makan.."

"Baiklah..paling tidak minum ini, jus kesukaan kakek.." Jawab Devan sambil memberikan segelas jus Buah Naga dalam wadah plastik kepadanya.

Kakek menerimanya dengan senang.

"Bagaimana cucu kakek, apa sudah mendapatkan pekerjaan..?" Tanya Devan sambil mengunyah makanan.

Kakek menganggukkan kepalanya.

"Kakek bersyukur dia langsung diterima bekerja di salah satu perusahaan besar.."

"Syukurlah..saya senang mendengarnya.."

"Kamu sendiri, bagaimana dengan pekerjaan kamu..?"

"Lancar kek.."

Devan terlihat terdiam, dia nampak memikirkan sesuatu, kakek masih belum mengetahui siapa dia sebenarnya, selama persahabatan mereka yang sudah terjalin hampir lima tahun, dirinya membiarkan kakek salah paham akan dirinya dan pekerjaannya, kakek mengira Devan adalah pemuda biasa yang bekerja sebagai karyawan.

Devan membiarkannya karena menurutnya itu bukan sesuatu yang penting yang harus diberitahu kepada kakek, justru membuat Devan senang karena seakan tidak ada jarak diantara keduanya.

"Kapan kakek akan mempertemukan aku dengan cucu kakek..?"

Kakek tertawa lepas.

"Apa kakek takut aku akan menggodanya..?" Tanya Devan bercanda.

Devan..

Mereka tertawa lepas.

"Iya.. seandainya saja kakek bisa menjodohkan kalian berdua.."

"Kakek tahu, kamu lelaki yang baik, kakek akan sangat senang dan tenang jika kakek bisa menitipkan dia padamu.."

"Kakek akan tenang meninggalkan dunia ini jika kamu bisa menikah dengannya.." Kakek melihat Devan dengan tatapan nanar.

Devan seketika berhenti tertawa, dia melihat kali ini kakek berbicara dengan serius.

Kakek melihat Devan yang langsung terdiam mendengar perkataannya.

"Hei..kakek bercanda, jangan dimasukkan ke dalam hati.." Ucap Kakek sambil tertawa.

Kali ini Devan yang berbicara dengan serius.

"Karena itu, aku ingin bertemu dengannya, walaupun tidak bisa menikahinya, paling tidak aku akan menjaga dia sebagai adikku sendiri..."

Kakek terdiam.

"Terima kasih nak..kamu memang benar benar pemuda yang baik, kakek akan mengatur waktu agar kalian bisa bertemu.."

Devan mengangguk dan tersenyum.

Mereka melanjutkan perbincangan santai sembari menikmati angin yang semilir berhembus dibawah pohon yang rindang.

Sementara di kantin kantor.

Asha tengah makan siang dengan beberapa karyawan wanita lainnya yang kini telah menjadi sahabatnya, dia yang ramah dan supel disukai oleh hampir semua karyawan lama dikantor itu.

"Asha..aku lihat, pak Gio terus mencoba mendekati kamu ya..?" Tanya Della penasaran.

"Iya..semua karyawan sudah tahu, kalau pak Gio jatuh cinta sama kamu.." Lanjut Riri.

"Tapi kamu sepertinya tidak menghiraukannya.." Ucap Della lagi.

"Asha benar, jangan pedulikan Pak Gio..aku sudah bekerja hampir 5 tahun dengannya, dan tahu benar sifatnya yang playboy.." Ucap Diah, sekretaris Gio yang kini sedang mengandung.

"Aku juga pernah dengar kalau Pak Gio memang playboy, semua karyawan cantik di kantor kita, pernah dipacarinya.." Ucap Della.

"Iya..kalau begitu, kamu harus lebih berhati-hati, jangan sampai masuk perangkapnya.." Riri menasihati Asha.

Asha hanya bisa tersenyum dan mengangguk melihat semua temannya makan dengan sambil berceloteh.

"Masih banyak karyawan di kantor kita yang juga menyukai Asha.."

"Seperti Rendi, Bayu, Ilham.." Riri terlihat mendikte satu persatu.

"Anak pemasaran juga, siapa itu namanya hmmm.. Gilang.." Lanjut Della dengan semangat.

"Hush..kalian ini, kenapa jadi sibuk menjodohkan Asha.." Ucap Diah lagi.

"Siapa tahu, sebenarnya Asha diluar kantor sudah mempunyai pacar.." Lanjut Diah sambil melihat Asha.

Diikuti oleh Della dan Riri.

Mereka menatap Asha menanti jawabannya.

Asha langsung tersenyum, dia menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak punya pacar.."

"Aku belum berpikir untuk mempunyai pacar saat ini.." Lanjut Asha dengan senyum manisnya.

Semuanya terlihat kecewa.

"Sayang sekali wanita secantik kamu harus jomblo.." Ucap Della.

Semuanya terlihat tertawa.

"Tapi, kalau menurut aku, pria yang paling cocok dengan Asha adalah........" Della belum menyelesaikan perkataannya.

"Pak Devan!" Jawab Riri dengan spontan.

Della menjentikkan jarinya.

"Bener banget.."

"Hush..kalian cari gara gara ya.." Ucap Diah sambil menyimpan telunjuk di depan mulutnya.

"Kecilkan suara kalian, apa kalian lupa kalau pak Devan sebentar lagi akan menikah.."

Della dan Riri langsung menutup mulut mereka.

"Dan apa kalian lupa kalau tunangan pak Devan sering kesini..?" Lanjut Diah lagi mengingatkan.

Della dan Riri lagi lagi mengangguk pelan.

"Dari yang aku tahu dari pak Gio, dia wanita yang sangat pencemburu.." Kali ini Diah berbicara dengan berbisik.

"Semua orang kantor tahu itu..dia wanita yang manja dan pencemburu.." Ucap Della dengan berbisik.

"Mereka sama sekali tidak cocok menurutku.." Lanjut Riri.

"Pak Devan yang tampan dan berkarisma, seharusnya mendapatkan wanita yang jauh lebih cantik, seperti ......" Della melihat Asha yang sedari tadi hanya terdiam mendengarkan.

"Hush..jangan berpikir yang aneh aneh..cepat habiskan makanan kalian.. sebentar lagi jam makan siang akan habis.." Ucap Diah menghentikan obrolan kedua temannya yang semakin ngawur.

Sedangkan Asha mengingat kejadian tadi pagi, dimana tunangan pak Devan yang melihatnya dengan tatapan tajam penuh kekesalan, kini dia mengerti setelah mendengar semuanya dari Della dan Riri, rupanya dirinya telah membuat tunangan direkturnya itu cemburu.

***

"Ini berkas yang bapak minta.." Asha menyerahkan sebuah map berisi banyak dokumen kepada Devan.

Devan menerimanya dan langsung membukanya satu persatu.

Asha masih berdiri.

Gio yang duduk di kursi di sampingnya, melihat Asha dengan matanya yang berbinar binar.

"Kamu pulang kemana..?" Tanya Gio.

Asha hanya tersenyum dan mengangguk.

"Boleh aku mengantar kamu pulang..?" Tanya Gio lagi.

Devan melihat Gio yang kembali merayu Asha di depannya.

"Kamu boleh pergi.." Perintah Devan kepada Asha.

Asha langsung memutar badannya dan pergi meninggalkan mereka berdua.

Gio melihat Devan dengan kesal.

"Sepertinya kamu tidak mendukung aku untuk mendekatinya..?" Tanya Gio kesal.

Devan tersenyum.

"Jangan mengganggunya terus, biarkan dia bekerja dengan tenang.." Jawab Devan.

"Tapi aku menyukainya.." Ucap Gio dengan serius.

"Dan aku kasihan padanya karena dia terlalu muda dan polos untuk kamu permainkan.." Jawab Devan lagi.

"Kali ini kamu salah, aku benar-benar jatuh cinta padanya.." Ucap Gio bersungguh-sungguh.

Devan tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya sambil tetap fokus melihat beberapa dokumen.

"Kali ini aku serius.." Gio berusaha meyakinkan sahabatnya.

Devan melihat Gio.

"Aku sudah mendengar kamu berkata seperti itu kepada beberapa wanita di kantor ini.."

"Tapi buktinya..?" Tanya Devan lagi.

Gio terlihat menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Tapi kali ini beda..kali ini aku benar-benar jatuh cinta.."

Devan tersenyum dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

Pukul 17.00

"Kamu boleh pulang.." Ucap Devan kepada Asha yang baru saja mengantarkan beberapa berkas yang sudah di foto copy.

Asha terdiam.

Devan mengangkat kepalanya.

"Kamu sudah boleh pulang.." Perintah Devan lagi kali ini sambil melihat Asha dengan heran.

"Tapi pak.." Jawab Asha ragu ragu.

"Ada apa..?"

"Saya tahu pekerjaan bapak masih sangat banyak, karena besok ada rapat direksi, saya ingin membantu bapak menyelesaikan beberapa pekerjaan.."

"Akan lebih cepat bila kita mengerjakannya bertiga.." Ucap Asha sambil melihat Nando, asisten pribadi Pak Devan.

Nando tersenyum seringai tanda menyetujui ide Asha.

"Owh..kamu mau ikut lembur bersama kita..?" Tanya Devan.

Asha mengangguk cepat.

"Baiklah.." Devan menyetujui.

"Kamu harus mengabari keluarga kamu terlebih dahulu, katakan kamu akan pulang terlambat hari ini.."

Asha kembali mengangguk.

Nando tersenyum senang sambil memberikan jempolnya kepada Asha.

Mereka mengerjakan semuanya di dalam ruangan Devan, Nando yang sudah lama menjadi asisten pribadi direktur terlihat cekatan dan lihai mengerjakan semuanya, Devan juga terlihat fokus melihat layar komputer di depannya, sedangkan Asha mendapatkan pekerjaan mengcopy dan menyusun beberapa berkas.

Sesekali Devan melihat Asha yang terlihat menguap beberapa kali, dia tahu, mungkin sekretarisnya itu sudah cukup kelelahan, dia melihat jam tangannya, sudah hampir jam sembilan malam, dan dirinya kelaparan.

"Nando..beli makanan di bawah.." perintah Devan sambil mengeluarkan dompetnya dan memberikan sebuah kartu dan memberikannya kepada Nando.

Nando langsung mengambil dan pergi meninggalkan dirinya dan Asha berdua.

Asha terlihat masih sibuk menyusun dokumen, dia yang duduk tepat di depan Devan masih saja terus menguap tanpa sadar bahwa Devan terus memperhatikannya.

"Istirahat dulu.." Ucap Devan membuat Asha kaget.

"Tidak apa-apa pak.. sedikit lagi.." Jawab Asha sambil terus bekerja menyusun kertas.

Dengan cepat Devan memegang beberapa kertas di tangan Asha.

Asha kaget, dia melihat Devan yang hampir saja memegang tangannya.

Sesaat mereka saling bertatapan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!