"TAKSIIIIII" Teriak seorang gadis cantik yang baru saja keluar dari bandara internasional Soekarno Hatta.
Taksi tersebut berhenti di depan nya, muncul lah seorang laki-laki paruh baya yang merupakan supir taksi tersebut.
"Mari saya bantu nona" Ucap nya dengan memasukkan koper gadis tersebut kedalam bagasi mobil.
"Terimakasih pak" Ucap Quqi dengan tersenyum lebar dan masuk ke dalam taksi.
"Sama sama nona, kita akan kemana?"
"Perumahan elit mekar indah"
"Baik nona"
QUINNSHA QIANA QALESYA Adalah sosok gadis periang dan cantik, dia juga sangat polos dengan hal hal tertentu.
Quinnsha atau yang sering di panggil Quqi ataupun Qesya merupakan anak kedua dari pasangan Ardian Lawrence Aniston dan Sarah Sechan Lawrence. Quqi juga memiliki seorang kakak perempuan yang bernama Jennifer Lawrence Aniston.
Dari namanya saja sudah bisa kalian lihat, Quqi tidak pernah di anggap di keluarga nya entah karena apa dia pun tidak tahu.
Karena sejak kecil ia selalu di abaikan dan tidak di pedulikan oleh mereka, orang tua nya selalu membangga banggakan Jenni anak pertama mereka.
Padahal Quqi sendiri sangat pintar dan cerdas melebihi kakak nya, di umur nya yang ke 19 tahun ini Quqi sudah lulus S2 jurusan management bisnis di London.
Namun itu semua tidak membuat orang tua nya bangga bahkan mereka tidak tahu jika kepergian Quqi untuk kuliah.
"Nona, sudah sampai" Ucap sang supir dengan mengagetkan Quqi yang tengah melamun itu.
"Terimakasih pak" Balas Quqi dengan memberikan 5 lembar uang seratus ribuan.
"Nona ini terlalu banyak" Ucap nya dengan terkejut.
"Tidak apa-apa pak, kalau begitu saya permisi" Ucap Quqi dengan sopan.
Quqi memasuki gerbang rumah nya yang sangat megah dan mewah, satpam yang bekerja di sana pun terkejut melihat kedatangan Quqi yang sudah pergi selama 4 tahun.
"Non Qesya? Apa kabar non?" Ucap pak Mun dengan berkaca-kaca.
"Qesya baik pak Mun, bagaimana kabar bapak sendiri?" Tanya Quqi dengan tersenyum lebar.
"Saya baik non, Bi Minah sangat merindukan non Qesya" Ucap nya dengan mengusap sudut matanya yang nampak mengeluarkan air mata.
"Qesya pun sangat rindu dengan Bi Minah dan pak Mun" Balas Quqi dengan tersenyum sendu.
"Biar saya yang membawakan koper nya non" Ucap pak Mun dengan semangat.
"Tidak usah pak Mun, Qesya bisa membawa nya sendiri. Kalau begitu Qesya masuk dulu yah pak Mun" Sopan Quqi dengan tersenyum lebar.
"Baik non"
Pak Mun dan Bi Minah memang sepasang suami istri yang bekerja di sana sudah puluhan tahun, mereka sangat menyayangi Quqi seperti anak mereka sendiri.
Mereka juga tahu bagaimana kehidupan Quqi selama ini, karena itu lah mereka sangat menyayangi Quqi hingga sekarang.
Sebelum membuka pintu rumah nya, Quqi memejamkan matanya sejenak dan berusaha bersikap sebiasa mungkin.
"Mah, pah, kak..." Panggil Quqi dengan tersenyum lebar.
Dapat Quqi lihat bahwa mereka tengah bercanda satu sama lain terlebih mereka sangat senang melihat wajah Jenni yang nampak merajuk itu.
Namun setelah mendengar panggilan Quqi mereka langsung terdiam dan menatap Quqi enggan.
"Oh kau, kenapa kau cepat sekali Kembali nya?" Tanya Sarah dengan heran.
"Itu kar..."
"Tidak penting, cepat masuk sana" Sinis Jenni.
"Hmm baik kak" Pasrah Quqi dengan menundukkan kepalanya, di lihat nya kedua orang tua itu hanya memandang Quqi acuh dan tak peduli.
Quqi menaiki tangga menuju lantai 3 yang merupakan kamar nya sendiri, mata Quqi sudah berkaca-kaca.
BRUGH
Quqi menjatuhkan dirinya di atas ranjang dengan posisi yang menelungkup, Quqi terisak-isak menahan rasa sakit nya selama ini.
Quqi sangat iri dengan kakak nya Jenni yang selalu mendapatkan kasih sayang dari orang tua nya.
Tok tok tok tok
"Non Qesya?" Panggil seseorang di luar kamar Quqi.
"Masuk saja bi" Balas Quqi dengan suara parau nya.
"Non..." Panggil Bi Minah dengan lirih.
"Hiks...Bi.... Kapan aku mendapatkan perhatian mereka hiks...Aku juga ingin di perhatikan oleh mereka" Tangis Quqi dengan begitu memilukan.
"Sabar non, mungkin mereka masih di buta kan sehingga tidak bisa melihat nona Qesya yang sangat baik hati ini" Balas Bi Minah dengan mengelus kepala Quqi yang berada di dada nya.
"Tapi sampai kapan bi? Selama aku pergi pun tak ada satupun yang menanyakan kabar ku" Ucap Quqi dengan lirih.
"Non..."
"Aku akan pergi dari sini, percuma aku tinggal bersama mereka" Ucap nya dengan penuh keyakinan.
"Tapi non..."
"Tidak apa-apa bi, Tak ada satu orang pun yang akan peduli tentang ku"
"Bibi sangat peduli sama non Qesya, bibi mohon non jangan pergi" Pinta Bi Minah dengan berkaca-kaca.
"Ini sudah menjadi keputusan ku bi, aku tidak ingin membuat mereka repot dan tidak nyaman karena keberadaan ku di sini"
"Baiklah non, tapi bibi harap non tidak melupakan keberadaan bibi"
"Aku tak mungkin melupakan orang yang sudah aku anggap seperti ibu ku sendiri" Balas Quqi dengan tersenyum lebar.
"Nah kalau tersenyum seperti ini kan lebih cantik, Sebaiknya nona membersihkan diri lebih dulu sebelum makan dan istirahat"
"Baik bi"
Quqi masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri sedangkan bi Mun Sudah membereskan semua pakaian Quqi dan di masukkan ke dalam koper.
Tak ada satu barang pun yang Quqi tinggalkan, semua nya telah di bawa oleh Quqi.
Setelah selesai mandi dan makan, Quqi bersiap untuk istirahat. Karena tubuh nya sudah lelah, untuk uang Quqi tidak pernah kekurangan karena ia pun memiliki 5 buah restoran yang ada di London.
Sedangkan ATM pemberian Ardian, Quqi tidak menggunakan nya selama ia pergi ke London. Sejak saat itu Quqi berusaha untuk mandiri agar orang tuanya bangga. Tapi hasilnya tidak seperti yang ia harapkan, kedua orang tua nya tetap saja acuh dan tidak peduli.
Drrttt Drtttttt Drtttttt Drtttttt
Ponsel Quqi berdering, hal itu membuat tidur Quqi terganggu. Quqi melihat handphone nya untuk melihat jam berapa sekarang.
Ternyata sudah pukul 6 pagi, dan ada seseorang yang menelpon nya dengan nomor baru.
"Halo?" Sapa Quqi dengan lembut.
"Dengan nona Quinnsha Qiana Qalesya?" Tanya nya di seberang telepon.
"Iya saya sendiri"
"Maaf mengganggu waktunya nona, saya Riska manager di perusahaan L'DEMONS ingin memberitahu nona bahwa nona lolos dalam pemilihan sekertaris"
"L'DEMONS? Benarkah?" Girang Quqi.
"Benar nona, besok pagi nona sudah mulai bekerja"
"Oh baik mbak, terimakasih banyak"
"Sama-sama nona"
Quqi tersenyum senang, bahkan wajah nya nampak berbinar-binar bahagia. Ia memeluk bantal guling dengan gemas bahkan menenggelamkan wajahnya di antara bantal guling nya.
"Oh astaga, pagi yang cerah" Ucap Quqi dengan gembira.
"Baik lah Quqi, mulai sekarang jangan pedulikan siapapun selain dirimu sendiri. Fighting!" Seru Quqi dan memasuki kamar mandi nya.
Hari ini Quqi mengenakan dress selutut berwarna abu-abu yang memiliki lengan pendek, hal itu membuat nya tampak menggemaskan.
Quqi menuruni tangga, ia melihat keluarga nya tengah sarapan. Semua koper nya sudah di bawa oleh pak Mun ke dalam mobil.
"Selamat pagi mah pah kak" Sapa Quqi dengan tersenyum lebar.
"Mau pergi kemana kau?" Tanya Ardian dengan sedikit dingin.
"Eh...Aku mau keluar dari rumah ini pah" Balas Quqi dengan tersenyum lembut.
"Keluar? Maksud mu?" Tanya Sarah heran.
"Aku tahu, keberadaan ku selama ini membuat kalian risih. Jadi aku memutuskan untuk pergi dari hidup kalian, agar kalian bisa hidup dengan tenang" Jelas Quqi yang masih dengan senyum manisnya.
"Berapa lama kau akan pergi?" Tanya Jenni dengan sedikit melunak.
"Selama nya, seperti yang kalian katakan pada ku. Jika kita saling bertemu di luar anggap saja kita tidak saling mengenal, lagian dari nama ku tak ada marga Lawrence Aniston sama sekali. Jadi kita memang sudah asing sejak dulu" Jelas Quqi tanpa kesedihan di mata nya.
Semua orang terdiam tanpa berkata-kata, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.
"Pah, ini kartu milik papah. Selama 4 tahun ini aku tidak menggunakan nya sepeserpun, aku sudah menambah kan nya 5 milyar. Aku tahu itu masih kurang membayar jasa mu selama ini, tapi akan aku usahakan untuk melunasi nya" Ucap Quqi dengan memberikan kartu kredit nya pada Ardian.
"Kalau begitu aku permisi"
Quqi melangkah kan kaki nya dengan perasaan yang tak menentu, tak ada satu orang pun yang berusaha menahan nya pergi.
"Nona" Panggil bi Minah dengan berlinang air mata, ia mendengar semua ucapan Quqi tadi.
"Bi" Lirih Quqi dan langsung memeluk nya erat, Quqi menangis sejadi-jadinya di depan gerbang bersama bi Minah dan pak Mun Yang ikut menangis.
"Jaga diri non Qesya baik-baik yah, bibi sangat menyayangi non" Ucap nya dengan mengelus rambut Quqi.
"Baik bi, bibi pun harus menjaga diri bibi agar tidak mudah sakit"
"Baik non"
"Pak Mun, Qesya titip bi Minah yah. Jangan sampai bi Minah jatuh sakit, kalau semua itu terjadi Qesya tidak akan memaafkan pak Mun!" Ancam Quqi dengan berlinang air mata.
"Tentu non, non Qesya jaga diri baik-baik yah" Ucap pak Mun dengan memeluk tubuh Quqi.
"Iya pak Mun, kalau begitu Quqi permisi" Ucap nya dengan masuk ke dalam taksi yang sudah terdapat barang-barang nya.
"Hati-hati non" Teriak mereka dengan terisak-isak.
Quqi menghela nafas panjang, ia sadar bahwa yang ia lakukan sekarang sudah benar demi kebahagiaan dan kenyamanan keluarga nya.
"Non, kita akan kemana?" Tanya sang supir.
"Apartemen Loretta"
"Baik non"
Quqi memejamkan matanya, kepala nya terasa sakit sekali. Quqi sudah biasa hidup sendiri seperti ini, Quqi sudah biasa jika sakit tak ada yang mengurus nya.
Semua barang-barang Quqi di bawakan oleh supir taksi dan beberapa satpam yang bekerja di apartemen itu.
Kamar Quqi berada di lantai 17, memang tidak mewah namun masih terlihat besar untuk dirinya tinggali seorang.
"Terimakasih pak" Ucap Quqi sopan setelah mereka membawakan barang milik nya.
"Sama-sama nona" Balas mereka dengan ramah dan pergi meninggalkan Quqi seorang diri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!