Yafiq, siang ini di hubungi oleh ayahnya, Imran Al Buchori. Hari ini dia sedang sibuk, dan sedari tadi ayahnya menghubungi dia, hal itu membuatnya kesal dan bertanya? Ada apakah gerangan, yang membuat Ayahnya berulang kali menghubungi dia? Akhirnya, tanpa basa-basi lagi, Yafiq mengangkat panggilan masuk dari sang ayah.
" Hallo, Assalamualaikum. Pa, ada apa Hem?" ujarnya to the points.
" Waalaikumussalam, Kamu temui papa, di kafe milik Juan, Segera!" ucap sang ayah di seberang sana.
" Pa, aku sedang sibuk!"
" Sesibuk apa sih kamu, Fiq? Bertemu dengan orang tua sebentar saja, tidak mau. Dibandingkan dengan pekerjaan, berbakti kepada orang tua itu jauh lebih penting. Dasar anak tidak tahu diri ! " ujar Pak Imran dengan nada tinggi.
" Baiklah, tunggu sebentar. Aku akan segera ke sana. Assalamualaikum!"
" Baik, Papa tunggu. Wa'alaikummussalam ! "
Yafiq, menghela napasnya kasar, setelah dia mematikan ponselnya. Sebelum dia pergi, dia memberikan titah kepada sekretarisnya.
" Jenita, tolong handle semua urusan hari ini, ada urusan penting yang tidak bisa saya abaikan!" ujarnya seraya terburu-buru.
" Baik, Pak!" ucap Jenita sembari membungkuk.
Para karyawan, membungkuk hormat ketika melihat pimpinan perusahaan mereka berjalan melewati ruang kerja, lelaki berwajah tampan, tirus, dan, bertubuh atletis itu mampu menghipnotis semua pandangan. Sayangnya, dia begitu angkuh, dingin, dan, terkenal kejam. Sekali salah tetap salah, tidak ada kata ulangi, tidak punya hati. Siapa lagi kalau bukan Yafiq Imran Rafif, seorang CEO perusahaan Shampoo ternama di Asia. Dan, hari ini, dia begitu sibuk dengan berbagai urusan pekerjaan. Bahkan beberapa jadwal di handle -nya. Dan barusan sang Ayah menghubungi dia, ingin bertemu dengannya di cafe and resto milik Juan.
Sebelum menemui sang Ayah, dia pergi ke tempat kerja Lidia, kekasih yang sangat dicintainya terlebih dahulu. Karena, sebelum Ayahnya menghubungi, keduanya sudah berjanji untuk bertemu. Maka dari itu, Yafiq bergegas menemui kekasihnya. Beberapa menit kemudian, dia sudah sampai di tempat kerja Lidia, kekasihnya itu tersenyum manis, dan berlari menghampirinya. Kemudian, dia bergelayut manja pada leher sang kekasih.
Yafiq menyembunyikan fakta tentang statusnya dari banyak orang. Kalau, sebenarnya dia sudah pernah menikah, dan, memiliki seorang anak yang berusia 5 tahun. Namanya Bagas, anak itu tampan, dan, sangat menggemaskan. Juga, dia anak yang begitu penurut, membuatnya luluh dan sangat menyayangi anak tersebut.
Dulu, dia sangat membenci Bagas. Karena, kejadian di masa lalu, tetapi,seiring berjalannya waktu, rasa sayang itupun tumbuh di dalam hatinya. Bahkan, tidak jarang Yafiq seringkali mencemaskan keadaan Bagas, walaupun tidak ditunjukkan olehnya, karena masih gengsi.
Wanita yang pernah dinikahinya, adalah Hana Almira. Dia, merupakan kekasih dari Niko Aldebaran, lelaki yang selalu menjadi saingannya, terlebih saat dia berada di bangku SMA. Dan, keduanya sempat memperebutkan cinta Lidia, yang saat ini menjadi pujaan hatinya.
Di Cafe and Resto Milik Juan Aldiansyah.
Semua orang sedang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing, termasuk gadis yang bernama Raisa. Dia kembali ke dapur, dan segera menyebutkan beberapa pesanan dari pelanggan. Tetapi, saat dirinya akan kembali dengan pekerjaannya, tiba-tiba Sarah, memberikan sebuah nampan berisi pesanan pelanggan, dia menyerahkannya pada Raisa.
" Ra... Tolong bantu aku, antarkan pesanan meja nomor 32 dong!" ujar Sarah
" Lah, memangnya kamu mau kemana Sar?" tanya Raisa heran
" Please, Aku kebelet Ra!" ujar Sarah.
Sarah setelah menyerahkan nampannya kemudian, berlari dengan terburu-buru.
" Astaghfirullah'aladzim, dasar Sarah- Sarah!" ujar Raisa.
Menggelengkan kepalanya dan tersenyum menatap sahabatnya. Lalu, Raisa berjalan menuju meja no 32, dilihatnya ada seorang anak laki-laki yang sedang melamun sendirian. Anak itu, sedang memperhatikan percakapan antara Ibu dan Anak yang ada di depannya.
" Hallo, apakah benar, kamu tadi memesan makanan? " tanya Raisa.
Anak itu menoleh, saat dia mendengar suara seorang wanita.
" Iya benar, Kak!" kata Bagas sembari tersenyum paksa.
Pelayan cafe and resto itu mengerutkan keningnya, dia merasa ada yang aneh dengan anak itu. Raisa, jadi khawatir terjadi sesuatu padanya.
" Kamu kenapa dek? Apakah ada yang bisa saya bantu?" tanyanya.
Bagas menggeleng cepat, sedangkan Raisa mengangguk paham jika anak ini tidak ingin dia ikut campur dalam urusannya.
" Baiklah, kalau begitu saya tidak akan tanya lagi. Makanannya sudah di sajikan, selamat menikmati ! " ujar Raisa.
Setelah menyajikan makanannya Raisa memeluk nampan yang telah kosong. Saat dirinya hendak berbalik, tiba-tiba anak kecil itu mengatakan sesuatu. Dan, membuat hatinya terenyuh mendengar perkataan tersebut.
" Bagas cuma mau punya Mama! " ujar Bagas.
Anak itu menekuk wajahnya sedih, sontak gadis tersebut menoleh, dia mengerutkan keningnya. Kemudian, berbalik memperhatikan wajah anak yang menyebut dirinya Bagas itu. Dan, ternyata anak itu terlihat sedang menahan air matanya. Entah mengapa, tiba-tiba saja Raisa menghampiri dan, memeluknya. Mungkin, karena dia memang sangat menyukai anak kecil. Sehingga membuatnya refleks memeluknya.
" Sabar ya, kamu kuat. Jangan menangis lagi!" ujar Raisa.
Dia meremas pundak anak itu memberikan kekuatan, agar bisa semangat lagi.
" Kakak, aku pengen punya Mama seperti orang-orang, mereka terlihat bahagia!" ujar Bagas sembari menatap wajah Raisa sendu.
Raisa, yang tidak tega, melihat Bagas bersedih. Akhirnya, duduk di bangku sebelah anak itu, dan, mengusap punggungnya .
" Jadi, kamu maunya gimana nih?" tanyanya.
" Aku mau punya Mama, itu saja. Apakah kakak mau jadi Mamanya Bagas?" ujarnya polos.
" Hah? Ya tidak bisa dek! Gimana ceritanya coba, saya jadi Mama kamu? Lagian nih ya, Kakak ini masih muda, jadi tidak pantas untuk menjadi Mama kamu! " ujar Raisa.
Hal itu membuat Bagas bersedih, matanya sudah berkaca-kaca, Raisa spontan membawa anak itu kedalam pelukannya, memberikan kehangatan.
" Ya Allah, Bagaimana ini? Apa aku salah ngomong ya ?" batin Raisa.
" Ya udah, terserah kamu aja deh, mau manggil saya apa. Tapi ingat, jangan sebut saya Mama kalau sedang di tempat umum. Okey !" seru Raisa.
Bagas tersenyum sumringah, bahagia rasanya, mulai hari ini dia sudah resmi mempunyai seorang Ibu. Ternyata, akting memelas yang dia pelajari dari sinetron favoritnya, ampuh juga untuk dipraktekkan. Sehingga, pelayan cafe and resto milik sahabat Papanya itu mau menjadi Mama-nya.
Tanpa sepengetahuan Raisa, Bagas sudah sedari dulu memang memperhatikannya, dia sudah lama mengagumi sosok cantik bak malaikat pelindung itu. Bahkan, dia selalu bermimpi jika Raisa lah yang menjadi ibu sambungnya. Berharap, agar dapat berbicara langsung dengan wanita cantik itu. Dan, saat ini, harapannya terwujud.
Cepat atau lambat, Raisa akan menjadi ibu sambung nya. Walaupun, dia tahu kenyataannya, jika Yafiq sudah memiliki seorang kekasih. Model cantik yang bernama Lidia, akan tetapi bagi Bagas yang paling cocok dengan ayahnya hanyalah Raisa.
" Ma, Bagas mau ditemenin makannya!" ujar Bagas.
Anak itu menatapnya dengan wajah Raisa sendu, yang mampu membuat orang berbelas kasih.
" Aduh, saya sedang sibuk, Nak!" ujarnya
Raisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.
" Kok saya sih ? Mama dong, kan udah jadi ibunya Bagas!" serunya
Bagas, mengerucutkan bibirnya, sedangkan Raisa menghela napasnya kasar.
" Baiklah. Nak, dengar ya, sekarang Mama Raisa lagi sibuk. Mama mau kerja lagi, kamu makan sendiri saja, okey ! " ujar Raisa.
Saat Raisa berkata padanya, sembari mengusap punggung anak itu. Bagas, menekuk wajahnya sedih. Tidak kehabisan akal, dia berpikir untuk mencari Juan, pemilik restoran ini. Agar, bisa makan bersama ibu barunya tersebut.
" Bagaimana kalau begini, em Mama tunggu di sini, aku mau bilang sama Papa kedua. Kalau, aku ingin makan siang bersama Mama Raisa. Pasti di kasih izin kok Ma!" ujar Bagas.
Dia kemudian bangkit dari tempat duduknya, sedangkan Raisa hanya menatapnya heran. Bagas, kemudian berjalan menuju ruangan kerja pemilik Cafe and Resto itu, siapa lagi jika Bukan Juan Aldiansyah Rahman.
" Sebenarnya dia anaknya siapa ya, kok dia bilang Papa kedua. Jadi, dia punya dua Papa? terus Papa pertamanya yang mana? Lah kok aku pusing ya !" batin Raisa
" Ya sudah, terserah saja. Sebaiknya aku kembali bekerja, masa bodoh dengan anak kecil itu!" ujar Raisa.
Dia bangkit dan kembali ke dapur untuk bekerja.
^^^Bersambung...^^^
^^^*With 💕**A-yen94*^^^
Bagas mengetuk pintu ruang kerja Juan, dan dari dalam lelaki itu mempersilahkannya masuk. Setelah diizinkan, dia kemudian berjalan memasuki ruangan tersebut. Juan, menolehkan kepalanya, dilihatnya Bagas sedang berdiri tegap, sembari tersenyum lebar kearahnya.
" Assalamualaikum, Papa kedua. !" ujarnya bahagia
" Waalaikummussalam, Eh Bagas, ada apa Nak, kenapa tiba-tiba nyari Papa kedua hem? "
" Bagas mau minta izin, sama Papa!"
Bagas menghampiri Juan dan duduk dipangkuan pria itu.
"Izin apa ya? Papa kedua nggak ngerti deh!"
Bagas, menceritakan mengenai apa yang sebenarnya terjadi kepada Juan. Sehingga, pria itu paham keinginan putra sahabatnya tersebut.
" Baiklah, Papa kedua akan panggil Mama Raisa, jadi kita bisa makan siang bareng deh! Dan, satu lagi, di tempat umum tidak boleh memanggil Papa kedua, cukup Papa saja. Lagipula, Papa kamu kan tidak memberikan kamu izin, untuk manggilnya Papa !" ujar Juan,
Bagas, mengangguk sebagai jawaban. Lalu, Juan, menurunkan Bagas dari pangkuannya. Dia bangkit dan mengusap surai kecoklatan Bagas. Anak itu ,terlihat begitu bahagia, Juan begitu menyayanginya berbeda dengan Papa nya, yang cuek itu.
" Hei, kenapa melamun? Ayo cepetan, nanti Mama Raisa keburu makan siang bareng temen-temennya loh!"
Juan, menggoyangkan tubuh anak itu.
" Ah, iya maaf Pa, tadi Bagas melamun hehe!"
Bagas, menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.
" Baiklah, Nak. Sekarang, kita temui dulu Mama Raisa oke !"
Anak itu mengangguk, dan tidak lama kemudian mereka berjalan sembari bergandengan tangan layaknya Ayah dan Anak sesungguhnya. Sampailah, keduanya di dapur tempat Raisa bekerja. Juan, memanggil karyawannya tersebut, untuk menghadap menemui dia.
" Bapak, ada perlu apa ya memanggil saya?"
" Gini loh, Bagas bilang dia mau makan siang bareng sama kamu. Karena, dia sangat menyukai kamu, Ra!"
"Tapi, kerjaan saya bagaimana Pak?"
" Kamu ikuti saja apa saya mau, nanti saya kasih bonus deh!"
Raisa, begitu terkejut dengan ucapan Juan. Sehingga, matanya membesar dan mulutnya berdecak kagum. Diapun, langsung mengiyakan apa yang bosnya katakan.
" Baik Pak, kalau begitu saya mau!"
Juan mengangguk,
" Oke, sekarang kamu ke loker. Gantilah dengan yang lebih santai. Supaya, tidak membuat saya dan Bagas malu!"
" Ternyata, anak ini beneran mau banget makan siang sama aku. Sampai-sampai dia bilang sama Pak Juan lagi. Astaghfirullah' !" batin Raisa.
"Oke Pak, kalau begitu saya ganti pakaian dulu!"
Juan mengangguk, mengiyakan.
" Saya tunggu di meja VIP, masalah uang aja kamu ijo!"
Raisa, memperlihatkan deretan gigi putihnya, ketika mendengar perkataan sang atasan. Kemudian, Juan, dan Bagas segera meninggalkan tempat itu.
" Ra, Kenapa kamu di panggil sama Pak Juan? Apakah dia ngajakin kamu kencan? Terus, itu tadi anaknya ya?"
" Ya ampun Sarah, satu-satu dong tanyanya, bingung nih aku. Mau jawab yang mana dulu coba?" ujar Raisa frustasi.
" Hehe, sorry Ra. Lagian ya, aku tuh pengen tau jadi gitu deh!" ujar Sarah
" Pak Juan, ngajakin aku makan sama anak kecil itu. Dia bilang kalau anak itu, suka sama aku. Namanya Bagas, dia pengen aku jadi ibu sambungnya!" ujar Raisa polos
" APA, serius Ra ?"
Raisa mengangguk cepat,
" Astaghfirullah', jadi benar ya, kalau Pak Juan itu udah pernah nikah dan punya anak?"
" Hush berisik Sar, Jangan mikir negatif dulu. Mending kamu balik kerja lagi sana. Lain kali, aku ceritain deh!"
" Ya Allah, Ra. Kamu mengusirku? Baiklah kalau begitu, tapi awas loh ya janji harus ditepati! "
Raisa mengangkat bahunya, kemudian dia pergi meninggalkan sahabatnya. Sedangkan Sarah, dia kembali bekerja, sembari menggerutu dalam hatinya.
...----------------...
Raisa, memakai kaos dan juga celana jeans, gadis itu tampak begitu cantik dengan penampilannya yang simpel. Dia sangat gugup karena bos tampannya itu mengajaknya makan siang, meski bukan hanya dia dan Juan. Akan tetapi, dia sangat grogi, karena ini pertama kalinya dia makan bersama dengan seorang pria setelah lama putus dari sang kekasih.
Gadis itu berjalan menaiki tangga, dia memasuki tempat VIP member. Di cafe, milik Juan ini tersedia ruangan VIP khusus untuk para pejabat, sosialita, dan, juga kalangan kelas atas lainnya.
" Raisa, disini!" Juan melambaikan tangannya.
Raisa menghela napasnya, dia mencoba untuk menenangkan diri.
" Santai Ra, jangan grogi. Bismillah!" batinnya.
Dia menghampiri Bagas dan Juan, kemudian gadis itu duduk di samping anak kecil tersebut.
" Mama cantik banget, sih!"
" Ada-ada aja kamu, padahal mah cuma pake jeans sama kaos doang!" ceplos Raisa sembari menyentuh kaosnya.
Juan yang mendengar perkataan Raisa berusaha menahan senyumnya. Bisa-bisanya, di jaman modern seperti sekarang ini. Ada gadis yang polos seperti pegawainya, benar-benar langka.
" Iiiih, Mama. Bagas nggak bohong kok!"
" Eh kok sedih sih?" tanya Raisa
" Mama tuh beneran cantik, tapi mengira Bagas bohong sama Mama!" ujarnya kesal.
" Ya ampun, jadi gitu!" batin Raisa
Raisa kemudian memeluk tubuh Bagas dan meminta maaf padanya. Sedangkan, Juan yang melihat tindakan pegawainya, dia tersenyum manis.
" Sepertinya, Raisa benar-benar wanita yang baik. Masyaallah!" batin Juan.
Raisa hampir saja melupakan sesuatu, bukankah Bagas tadi bilang jika dia, sedang menunggu kakeknya, lantas dimana kakeknya sekarang? Lalu, dia memberanikan diri untuk menanyakan sesuatu pada anak itu. Dan dengan senang hati Bagas menjawab apa yang Raisa tanyakan.
" Kakek bilang, beliau mau ke toilet. Akan tetapi, sampai sekarang belum kesini lagi Ma!"
" Astaghfirullah, sebaiknya kita cek keadaan kakek kamu takutnya kenapa-kenapa lagi!" ujar Raisa panik.
" Ra, tenangkan diri kamu, semoga tidak terjadi apa-apa sama Om Imran!"
" Pak, sebaiknya kita harus segera mengecek kondisi beliau. Ini, sudah lebih dari 1 jam loh !"
Juan mengangguk, pria itu berdiri, dan, segera berlari menuju toilet pria berada Sedangkan, Raisa refleks menggendong Bagas.Anak itu, kagum dengan kekuatan yang dimiliki Raisa, usia 6 tahun sepertinya termasuk berat untuk digendong. Sehingga, dia meminta Raisa untuk menurunkannya, wanita dewasa nan imut itu paham dan mengerti apa yang ia maksud. Kemudian, Bagas memegang tangannya dan berlari bersama.
Toilet Khusus Pria
Benar dugaan Raisa, ternyata kakek Bagas alias bapak Imran Al-Bukhari sedang berteriak-teriak meminta tolong
Agar dia dapat keluar dari toilet itu. Pasalnya, pria tua itu terkunci, disebabkan kerusakan kenop pintu, hal ini membuat Juan geram. Bisa-bisanya, pegawai yang bekerja di bagian ini tidak teliti.
" Kenapa tidak bilang dari tadi hah?" gertak Juan.
" Maaf Pak, saya sebenarnya tidak ingin membuat bapak panik!"
" Mau saya pecat oh?" ujar Juan ketus
" Pak, jangan kasar-kasar. Sebaiknya kita cari cara untuk mengeluarkan Bapak Imran dari toilet ini. Tunggu, Saya punya ide ! " ujar Raisa penuh semangat seraya menatap wajah Juan bosnya.
" Apa itu?"
" Pak Imran, dengarkan instruksi saya, Bapak sekarang ke sebelah kanan atau kiri terserah Bapak. Asalkan, jangan di depan pintu Oke?"
" Ra, apa yang ingin kamu lakukan?"tanya Juan penasaran.
Raisa tidak menjawab hanya memberikan senyuman terbaiknya, sembari meregangkan otot-ototnya. Didalam hati gadis itu melafalkan doa-doa, dan setelahnya dia berhitung sehingga membuat Juan makin keheranan.
" Apa yang mau Raisa lakukan?" batin Juan.
" Satu... Dua... Tiga... Hiyaaaaat!"
Terdengar suara pintu terbuka lebar akan tetapi, gadis yang sudah mendongkrak pintu itu terlihat tidak baik-baik saja. Dia terlihat terluka di bagian pelipisnya karena terlalu kencang sehingga mengenai sisi pintu tersebut.
" Ya Allah, bener juga ya. Seharusnya aku tadi yang mendobrak pintu. Jika begitu pasti Raisa tidak akan terluka!" batin juan
Melihatnya, pria itu begitu panik saat pelipis Raisa berdarah, sedangkan Imran memeluk tubuh cucu tersayangnya. Dan, mengucapkan terimakasih kepada gadis yang sudah menolongnya.
" Astaghfirullah, Nak. Saya minta maaf ya karena, saya kamu jadi terluka. Hei, kalian berdua ini kan laki-laki, tetapi mengapa tidak kepikiran untuk mendobrak pintu, dasar dodol!"
Imran, kesal memukuli lengan kedua pria itu.
" Lah bener juga ya , kenapa nggak gue dobrak aja tadi tuh pintu, kan gue gak bakalan diomelin sama Pak Juan kalau gitu mah, dasar bodoh . Astaghfirullah!" batin pekerja Juan yang bernama Andi tersebut.
" Andi, sekarang kamu benerin itu pintu. Dan, kamu Raisa ikut saya, kita ke rumah sakit. Om, mohon maaf atas ketidaknyamanan ini!" ujar Juan.
" Baik, Pak!"
" Pak, nggak usah. Raisa baik-baik saja kok!"
Raisa,mencoba menolak, Juan menghela napasnya kemudian membuangnya kasar.
" Ra, saya mohon kamu nurut. Lukamu cukup parah, tahu. Mari kita pergi!"
Juan, kemudian menarik Raisa, dia menggenggam tangan wanita itu, dan memaksanya untuk mengikuti langkah kakinya.
" Papa, Bagas ikut!"
" Bagas, kamu sama kakek dulu ya!" ujar Juan lembut.
Imran menatap Juan heran, mengapa cucunya itu memanggil Juan dengan sebutan " Papa".
" Om, nanti saya jelaskan!"
Juan, paham arti tatapan mata Imran.
" Oh, Baiklah !"
Imran sembari mengangguk, sementara itu Bagas menatap kepergian Juan dan Raisa dengan tatapannya yang sendu. Imran mengusap punggungnya dan segera membawa anak itu pergi ke luar.
...Bersambung.......
...A-yen94...
Raisa Azila Fauziyah, adalah nama lengkap gadis yang bekerja sebagai pelayan di cafe and resto milik Juan, sahabat Yafiq. Dia, tidak pernah menyangka jika hidupnya akan sesulit ini. Dulu hidupnya enak, bergelimang harta, dan tidak sesusah ini. Tetapi kemudian, Ayahnya ditipu oleh seseorang. Sehingga mengalami kebangkrutan.
Ayahnya meninggal karena kecelakaan, begitu pula dengan kakak kandungnya Niko Aldebaran. Dia, kecelakaan bersama mantan kekasih kakaknya yang sudah menikah. Niko, pada saat itu hanya kritis, dan, di larikan ke rumah sakit sedangkan wanita yang bernama Hana Almira itu meninggal di tempat. Raisa, tidak tahu wanita yang bernama Hana itu menikah dengan pria yang mana? Akan tetapi Niko kakaknya sebelum pergi meninggalkan dirinya, dan, Ibunya. Dia menyampaikan wasiatnya, agar Raisa segera menemukan putra dari Hana, dan, menyayanginya sepenuh hati.
Juga, Niko berkata supaya Raisa tidak salah paham dengan apa yang terjadi. Dia, hanya tidak sengaja bertemu dengan Hana, dan tidak ada hubungan apapun dengannya. Setelah mengatakan hal tersebut, dia tidak sadarkan diri dan meninggal dunia.
Jika mengingat kejadian tersebut Raisa akan menangis dengan sendirinya. Dan, dia pun bertekad untuk mencari putra dari Hana juga dia berjanji akan menyayangi anak itu seperti putra kandungnya sendiri.
Cafe and Resto
" Bagas, tadi kamu manggil om Juan dengan sebutan Papa?"
" Papa kedua bilang, enggak usah ada embel-embel keduanya, cukup Papa aja. Lagian, Papa juga belum mau ngenalin Bagas sebagai anaknya! "
Imran mengangguk , dia paham apa yang dimaksud cucunya. Yafiq, putranya memang tidak punya rasa sayang terhadap Bagas putra satu-satunya tersebut. Padahal, kejadian itu sudah begitu lama. Seharusnya, sebagai seorang pria, dia bertanggung jawab atas kesalahan yang pernah dilakukannya.
" Astaghfirullah'aladzim, Yafiq. Sampai kapan kamu seperti ini. Terus-terusan menyembunyikan Bagas dari kekasih dan juga publik? " batin Imran
" Kakek, mendingan kita nyusul Mama Raisa aja yuk. Nungguin Papa lama banget dari tadi, belum datang juga ih kesel ! "
" Apa? Mama? Bukannya, pacar Papa kamu itu Lidia ya?" tanya Imran
" Bagas sukanya sama Mama Raisa. Beliau juga tidak keberatan dipanggil Mama kok. Bukan Tante Lidia, dia terlalu seksi, jadi kayaknya enggak cocok sama Papa ! "
" Ya sudah, terserah kamu saja. Dan nanti kita makan di cafe dekat Rumah sakit saja ya!"
Bagas mengangguk, kemudian Imran menggandeng tangan cucu kesayangannya itu, mereka berjalan beriringan. Sementara itu, Yafiq merasa heran baru saja dia masuk ke ruang VIP . Tetapi, Ayah, dan, putranya tersebut sudah akan pergi.
" Loh, Papa kok mau pulang sih? Katanya makan siang bareng? Aku sudah membatalkan semua jadwal aku loh Pa. Sekarang, enggak jadi. Apa ini? "
" Persetan dengan semua jadwal kamu, Papa hampir mati kehabisan napas tahu. Gara-gara terkunci di dalam toilet. Untungnya ada pegawai Juan, gadis itu kuat banget bisa dobrak pintu, sekarang dia sedang terluka karena sudah menolong Papa ! "
"Kakek, jangan marah. Papa, maaf kita mau jenguk Mama Raisa!"
" Apa, Mama?"
Perkataan polos itu membuat Yafiq terkejut, siapakah gadis yang dia sebut Mama Raisa itu? Mengapa anaknya itu begitu mudahnya memanggil gadis itu dengan sebutan Mama. Sedangkan, kepada Lidia dia selalu menyebutnya Tante .
" Kalau begitu ayo kita jalan!"
Entah mengapa mendengar putranya berbicara, Yafiq menjadi panik, padahal dia tidak tahu sama sekali siapa gadis itu. Dengan langkah cepat, mereka segera menaiki mobil, Ayah Yafiq mengambil posisi didepan bersamanya, sedangkan Bagas berada di belakang sendiri.
...----------------...
Raisa baru saja selesai diobati, dokter menyarankan agar dia beristirahat. Karena, tadi Raisa sempat jatuh pingsan. Mungkin, belum makan siang, dan, juga kelelahan bekerja. Juan, nampak begitu khawatir melihat kondisinya.
" Pak Juan, sebaiknya kekasih anda dirawat dulu satu atau dua hari, dia kelelahan dan juga kekurangan cairan. Selain itu, dia banyak pikiran sehingga sedikit mengganggu kesehatannya!" ujar Dokter Anggun.
" Dok dia bukan..., Ah baiklah terimakasih!"
Sebenarnya, saat dokter mengatakan bahwa Raisa adalah kekasihnya, Juan merasa tidak enak hati. Akan tetapi, dia malas untuk menjelaskan kepada Dokter tersebut. Sehingga, lebih baik tidak menjelaskan apapun pada sang Dokter.
" Sudah menjadi kewajiban saya, untuk menolong sesama!" ujar Dokter Anggun
Juan mengangguk sembari memberikan senyuman terbaiknya.
" Baiklah Pak Juan, kalau begitu saya permisi dulu!"
" Baik Dok, Silakan. Mari saya antar ke luar!"
" Tidak usah, jaga kekasih anda saja. Barangkali dia bangun sebentar lagi!"
" Baik , Dokter!"
Dokter Anggun tersenyum manis, wanita cantik berhijab itu kemudian membungkuk hormat. Dan, setelahnya dia berlalu pergi meninggalkan ruangan itu.
Juan berbalik dan menatap tubuh Raisa yang sedang terbaring lemah di atas ranjang pasien.
" Apakah kamu seseorang yang dikirimkan oleh Tuhan untuk menggantikan posisi Lidia, Ra?. Jika benar, maka aku tidak akan pernah membuatmu bersedih!" batin Juan.
Pria itu semakin mendekati ranjang pasien, dia kemudian duduk di samping ranjang. Mengusap wajah Raisa yang dipenuhi oleh keringat, dia pun merasa bersalah atas peristiwa yang terjadi di siang ini. Seandainya saja dia yang mendobrak pintu. Mungkin, Raisa tidak akan kehilangan banyak tenaga, dan, tidak akan sampai dirawat di Rumah Sakit ini.
" Maafkan saya, Ra. Seandainya saja, saya bisa berpikir lebih cepat daripada kamu, pasti tidak akan sampai dirawat seperti ini!"
Juan mengingat kembali bagaimana bisa Raisa jatuh pingsan.
Saat itu, mereka sudah memasuki mobil, Raisa mengeluh jikalau dia merasa pusing. Juan semakin cemas dengan yang dikatakan oleh gadis itu, dia kemudian mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi sehingga lebih cepat sampai ke Rumah Sakit.
Tepat setelah membuka pintu mobil, dan, berniat turun, tiba-tiba saja Raisa oleng dan jatuh di pinggir mobil. Juan begitu panik dan segera menghampiri gadis itu kemudian menggendongnya ala bridal style. Setelah berlari beberapa menit dia pun memanggil petugas kesehatan dan segera membawa Raisa.
Tidak lama kemudian akhirnya Dokter pun tiba, sang Dokter memeriksakan kondisi tubuh Raisa. Beliau, mengatakan jika gadis itu dalam keadaan perut kosong, dan, banyak pikiran sehingga mengakibatkan terjadinya pingsan. Juan tidak habis pikir, sepertinya Raisa tidak sarapan pagi, ditambah lagi dia juga belum sempat memakan sesuatu tadi. Raisa, lebih memikirkan kakek dari Bagas, dibandingkan dengan isi perutnya sendiri. Dan, hal yang membuat Juan makin keheranan adalah banyak pikiran.
" Apa beban pikiran Raisa, yang dikatakan oleh dokter? Aku penasaran! " batin Juan.
Lama Juan melamun, dia sampai tidak sadar jika Raisa sedang memandangi wajahnya dengan tatapan matanya yang indah. Gadis itu, tersenyum manis mengetahui atasan tampannya sedang duduk samping ranjang pasiennya.
" Ekhem, Pak Juan!"
Suara lembut nan merdu itu mengantarkan Juan ke alam sadarnya kembali, pria itu menolehkan wajahnya. Memandangi wajah cantik Raisa.
" Alhamdulillah kamu sudah sadar, apa kamu mau makan sesuatu Ra?" tanya Juan
Raisa, menggeleng cepat sebagai jawaban, Juan terlihat khawatir.
" Ra, makan sesuatu ya, Dokter bilang perut kamu kosong loh. Jadi, kamu pingsan tadi!" ujar Juan perhatian.
" Nggak Pak, terimakasih banyak atas kebaikan Bapak!"
" Ra, jangan sungkan, kalau kamu butuh apapun bilang ke saya. Insyaallah, saya bisa bantu kamu!"
Raisa menatap mata Juan penuh arti, begitu pula dengan pria itu. Dia pun melakukan hal yang sama.
" Tidak ada Pak, saya cuma kepikiran Umi saya di rumah. Beliau, sendirian di Bandung, saya ingin pulang ke sana menemaninya, walaupun hanya sementara!" ujar Raisa lirih.
" Saya izinkan kamu pulang, berapa hari pun terserah kamu!" ujar Juan
Raisa tersenyum lebar, dia refleks terbangun dan memeluk tubuh atletis Juan. Pria itu begitu terkejut dengan apa yang terjadi saat ini, otaknya sepertinya sulit untuk berpikir. Pada akhirnya, dia membalas pelukan hangat Raisa, sudah lama sekali pikirnya tidak memeluk seorang wanita. Dan, sekarang kesempatan itu datang lagi, walaupun Raisa adalah pegawainya, bagaimanapun juga gadis itu adalah seorang wanita.
" Terimakasih, Pak. Nanti besok, saya mau berangkat ke Bandung!" ujar Raisa senang
" Nggak bisa besok Ra, lusa saja. Kamu belum pulih!" ujar Juan dengan nada posesif.
" Aduh si Bapak, perhatian banget sih, berasa punya pacar posesif saya!" ceplos Raisa.
" Bisa juga tuh, supaya saya bisa move on dari seseorang!"
Juan menatap wajah Raisa penuh arti, sedangkan Raisa tertawa menanggapinya.
" Hah, yang benar saja. Jangan bercanda Pak. Haha!"
" Serius Ra, bantu saya supaya saya bisa melupakan dia!"
Raisa menatap heran atasannya, arti dari tatapan matanya memancarkan kesungguhan, apakah Juan benar-benar tulus untuk menjalin hubungan dengannya. Ataukah hanya main-main saja? Hatinya dipenuhi dengan berbagai pertanyaan.
" Pak , kalau Bapak serius mending ngomong aja deh sama Umi saya!"
" Yang bener Ra?"
Raisa, mengangguk mantap.
" Kalau itu, nanti dulu deh. Saya ingin mengenal kamu lebih dekat!"
" Entar keburu sayanya dilamar laki-laki lain gimana Pak?"
" Ya kamu jangan mau, kalau ada yang melamar selain saya!"
" Yeuh, ya nggak bisa gitu dong Pak! Siapa yang melamar duluan dia yang bisa dapatin saya. Itu baru benar!" ujar Raisa polos.
" Kamu ya, Iya deh saya kalah. Tapi Ra, saya beneran pengen berteman dulu sama kamu!"
" Kalau begitu, boleh deh Pak!"
Setelah percakapan konyol itu, mereka akhirnya terlihat lebih akrab di bandingkan dengan hari-hari biasanya yang hanya sebatas atasan dan bawahan saja. Sampai-sampai, keduanya tidak sadar jikalau ada seseorang yang sedang memperhatikan mereka dibalik pintu.
...Bersambung......
...A-yen94...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!