"Aaahhhh, kenapa aku bangun kesiangan, sial!!!" Fany mengacak-acak rambutnya saat melihat jam dinding kos-kosannya.
Gadis berlari masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Ia berdandan ala kadarnya, menguncir rambutnya ala ekor kuda dan buru-buru membersihakan tampat tidurnya.
Sepanjang perjalanan gadis itu terus memperhatikan jam tangannya. Sepuluh menit lagi Ia akan terlambat masuk kerja. Namun apalah dayanya yang hanya menaiki angkutan umum.
Fany menatap nanar butik mewah yang ada di hadapannya. Ia menghembuskan nafas panjang lalu melangkah masuk kedalam butik.
"Fany kamu terlambat lagi!" teriak seorang pria yang tak lain adalah bosnya.
"Maafkan saya bos, saya tidak akan mengulanginya lagi, berikan saya kesempatan." Fany menyatukan kedua telapak tangannya dan meminta kesempatan pada bosnya.
"Kesempatan apa lagi yang kau inginkan Fany!" kesal bosanya itu, karena memang ini ketiga kalinya Fany terlambat bulan ini.
Fany menatap temannya di meja resepsionis, dan temannya mengangukkan kepala. "Bos sepertinya kita harus memberikan Fany kesempatan deh, lihatlah! kita mendapatkan tamu VIP, bos tahu kan nona Keysa?" Kirana memperlihatkan tablet di mana baru saja ada pesanan masuk dari nona Keysa salah satu aktris papan atas.
Bos Fany mendelik mendegar penjelasan Kirana. "Bos tahu sendiri kan, hanya Fany yang berprofesional dalam bidang penataan busana, Fany yang terbaik, belum ada yang mengeluhkan kemampuannya dan semua pelangan memujinya." puji Kirana di depan bosnya itu, agar Fany di beri kesempatan.
"Baiklah Saya memberimu kesampatan sekali lagi, sana kembali bekerja!" Bos Fany juga mengakui kemampuannya, bahkan butiknya semakin terkenal dengan kemapuan Fany yang bisa menyesuaikan pakaian sesuai acara dengan begitu perfect. Apa lagi soal membuat sketsa, bosnya itu selalu di bantu olehnya. Tapi satu yang tidak di sukai bosnya yaitu sering terlambat, dan bosnya tidak tahu apa yang membuat gadis itu terlambat belakangan ini.
Fany mengacungkan kedua jumpolnya pada Kirana. "Lu emank teman gue." ucapny dan berlalu keruang ganti baju untuk menganti bajunya dengan seragam kerjanya.
Fany melayani salah satu pelanggan kelas atas yang telah memesan gaun satu minggu yang lalu. Ia lagi-lagi mendapatkan pujian atas ide-idenya yang membuat gaun pelanggan menjadi perfect dan sesuai keinginan pelangan.
"Fan kenapa lu mau capek-capek kerja? padahal dengan kemampuan lu itu, lu bisa menghasilkan uang sendiri." Kirana memberi saran pada temannya itu.
Fany mengembangkan senyumnya. "Ran gue itu senang bekerja di butik ini, gue bisa bertemu lo dan teman-teman yang lain." jawabnya membuat Kirana mengelengkan kepalanya, heran dengan pemikiran temannya itu.
"Fany berangkat sekarang saja, nona Keysa tidak suka menunggu." ujar bosnya memperingatkan.
"Siap bos." Fany memilih beberapa dress yang sesuai dengan acara yang akan di hadiri nona Keysa. Ia berangkat menggunakan motor metic butik tempatnya bekerja.
"Kalau gue jadi Fany sih, gue bakal buka butik sendiri." ucap Nara memandangi kepergian gadis itu.
________
Fany melajukan motornya sedikit kencang takut terlambat dan membuat nona Keysa menunggu.
"Aaaahhhh." teriak nya dan memutar setir motornya menghindari mobil sport merah. Gadis itu berhasil menghindari mobil sport tersebut, namun ia hilang keseimbangan dan membuatnya terjatuh. Celana jens yang di kenakannya robek membuat lututnya terluka dan mengelurkan darah segar.
"Shit." umpat Pria yang ada di dalam mobil sport itu saat melihat mobilnya membentur pembatas jalan.
Daren meraih ponselnya saat ponselnya berdering dan menjawab panggilan dari manajernya. "Ada apa?" tanya Daren setelah panggilan tersambung.
"Kau di mana sekarang? konferensi pers akan segera di mulai, tapi kau belum datang juga!" omel manajer Daren yang bernama Elina.
"Aku dapat musibah, Aku hampir saja menambrak seorang wanita." Daren memperhatikan wanita yang hampir saja di tabraknya melalui spion mobilnya.
"Daren dengarkan Aku, apapun yang terjadi jangan pernah keluar dari mobilmu, Aku akan menyuruh Deon mengurus semuanya. Aku tidak mau jika Kamu terlibat publik lagi!" Elina memperingatkan Pria itu agar tidak bertindak ngegabah, karena Daren adalah aktor papan atas.
"Kamu tenang saja, Aku juga tidak berniat kaluar." ucap Daren dan memutuskan sambungan telfonnya.
Pria itu kembali memperhatikan wanita yang hampir saja di tabraknya melalui kaca spion mobilnya. Ia pura-pura pingsan saat melihat wanita itu berjalan mendekati mobilnya.
"Pak, anda baik-baik saja kan? apa anda terluka?" Fany mengetuk kaca mobil. Gadis itu khawatir jika seseorang di dalam mobil tersebut kehabisan nafas.
Ia mengambil ponselnya dan menghubungi bosnya bahwa Dia tidak bisa datang tepat waktu karena terjadi kecelakaan. Gadis itu mendegus kesal saat bosnya itu mengomelinya dan menyuruhnya buru-buru menemui nona Keysa, karena sebentar lagi nona Keysa akan mengadakan konferensi pers.
Fany kembali ke motornya dan membereskan barang bawaannya yang sedikit berantakan. "Jika Aku pergi bagaimana dengan seseorang yang ada di mobil itu? bagaimana jika dia kehabisan nafas dan meninggal?" batinnya memandangi mobil sport merah itu.
Ia mengedarkan pandangannya mencari sesuatu. melangkahkan kakinya ke semak-semak saat melihat batu bata tergeletak di sana. Gadis itu berjalan tertatih-tatih menghampiri mobil sport merah tersebut, dan berniat untuk memecahkan kaca mobil sport tersebut agar seseorang di dalam mobil tidak kehabisan nafas.
"Mau ngapain wanita itu? pakai bawa-bawa batu bata segala? apa Dia ingin merusak mobil mewah gue." Daren membuka pintu mobil agar wanita yang di anggapnya gila itu tidak merusak mobil kesayangannya.
Fany yang tidak menduga Daren akan membuka pintu mobil, melemparkan batu bata.
Bugh
Batu bata tepat mendarat di kepala pria itu. "Auw." Daren menundukkan kepalanya dan mengusap kepalanya yang terasa sakit. Rahangnya mengeras dan menatap tajam wanita di hadapannya dan bersiap mencacinya.
"Kau!!!"
"Da....Daren?" Teriak Fany histeris, Ia tidak menyangka akan bertemu idolanya.
Daren menghela nafas panjang, mengatur emosi agar tidak meledak di depan pengemarnya, Ia harus mengaja image nya di depan pengemarnya. Pria itu memperlihatkan senyum palsunya pada Fany.
"Maafkan Saya kak, saya benar-benar tidak sengaja , saya hanya takut kak Daren kehabisan nafas di dalam mobil." celoteh Fany tanpa mengalihkan pandangannya pada idolanya.
"Tidak apa,apa, Aku baik-baik saja." jawab Daren datar.
"Ka....kak Daren it...itu?" Fany panik saat melihat darah mengalir di kepala Daren.
Daren yang merasakan sesuatu mengalir mengenai keningnya, menyentuh cairan itu dan melihatnya. Penglihatan pria itu tiba-tiba buram melihat darah di tangannya dan perlahan penglihatan itu mengelap dan Ia jatuh pingsan di dalam mobil.
"Kak Daren!!" teriak Fany menguncang tubuh pria itu, namun Daren tak kunjung sadarkan diri. Gadis itu menelfon ambulans dan membawa Daren kerumah sakit. Ia takut Daren kenapa-napa dan Ia di tuntut atas percobaan pembunuhan.
-
-
-
-
-
Selamat membaca!!
Jangan lupa vote, komen dan juga like nya.😊🙏
Setelah mengantar Daren kerumah sakit dan memastikannya baik-baik saja. Fany keluar dari ruang rawat Daren dan menunggu keluarga Daren di depan meja resepsionis. Fany memperhatikan wanita cantik dan anggun bersama dengan tiga orang pria menghampiri meja resepsionis.
Fany sayup-sayup mendegar wanita tersebut menanyakan pasien bernama Daren.
"Permisi, apa di rumah sakit ini ada pasien bernama Daren Danuwinarta?" tanya Elina menajer Daren. Elina datang bersama Deon dan dua orang pengawal.
Fany yang melihat perawat mengarahakn wanita itu menuju kamar perawatan Daren mengikutinya dari jauh. Fany belum yakin siapa wanita itu, karena memang manajer Daren tidak pernah terlihat oleh media.
"Kau jaga pintu depan rumah sakit! jangan sampai para reporter berhasil masuk dan mengambil gambar Daren!" perintah Elina pada dua pengawal yang di bawanya. Elina khawatir kecelakaan Daren ini akan menjadi topik panas besok pagi.
Kedua pengawal menganguk hormat dan melaksanakan perintah Elina.
"Dan kau Deon, urus konferensi pers yang tertunda!" perintah Elina pada Deon.
"Baik kak." Deon berlalu pergi dan segera melaksanakan perintah Elina.
Fany yang melihat satu persatu pria itu pergi dan menyisakan wanita cantik memasuki ruang perawatan Daren segera mengikutinya, namun langkahnya terhenti saat pintu ruang rawat tertutup rapat. Fany memutuskan berdiri di depan pintu menunggu wanita cantik itu keluar.
"Bangunlah! tidak ada orang lain disini, aku tahu kamu tidak terluka sama sekali." ucap Elina menutup tirai rumah ruang rawat Daren, takut paparazi mengambil gambar Daren.
Ya Elina tidak tahu bahwa Daren di bawa kerumah sakit karena pingsan. Yang Elina tahu Daren hanya pura-pura pingsan untuk menghindari masalah atas perintahnya.
Elina mendegus kesal karena Daren belum juga bangun. "Tidak ada siapa-siapa disini jangan ber akting lagi. Kau sungguh beruntung mendapatkan masalah hari ini, dengan begitu kita tidak perlu berbohong karena terlambat menghadiri konferensi pers." omel Elina duduk di kursi samping brankar Daren.
Elina mulai khawatir saat Daren belum juga bangun. "Hey apa kau benar-benar pingsan!" Elina menguncang tubuh Daren membuat sang empunya tubuh mengeliat dan memegangi kepalanya.
"Kau benar-benar terluka?" tanya Elina merapikan selimut Daren.
"Hanya kepalaku saja yang sakit." Daren bersandar di kepala brankar r di bantu Elina.
"Bagaimana dengan konferensi pers nya?" tanya Daren yang baru teringat dengan konferensi pers yang sempat tertunda karenanya.
"Konferensi pers tetap berjalan sebagaimana mestinya. Aku mengumumkan kau mengundurkan diri menjadi pemaran utama dalam drama frish love dengan alasan kau kecelakaan." ucap Elina santai.
Daren mendelik mendegar perkataan manajernya. "Kenapa kau mengumumkan bahwa aku mengundurkan diri dan butuh istirahat? kau tahu sendirikan ini adalah drama pertamaku, selama ini aku hanya menjadi bintang dengan menyanyi dan aku ingin merasakan rasanya ber akting." protes Daren. Daren sangat ingin memainkan perang utama drama frish love selain alurnya yang bagus, drama itu hampir sama dengan kisahnya.
"Diamlah! sudah beruntung aku menyelamatkan repotasimu di depan publik. Apa kau ingin namamu tercemar karena terlambat datang ke konferensi pers frish love? kamu tahu sendiri bagaimana kepribadian sutradara Radit. Dia mempunyai prinsip tersendiri dan tidak memandang kau aktor papan atas atau bukan. Dia akan menendangmu keluar hanya karena keterlambatanmu." jelas Elina membuat Daren diam seketika.
"Mengerti!" Elina memukul kepala Daren dengan buku.
"Apa kau mau membunuhku!" kesal Daren dan mengelus kepalanya yang terasa sakit.
"Ya maaf, aku tidak tahu bahwa kepalamu itu terluka." Elina mengelus kepala Daren karena merasa bersalah.
Daren yang tidak sengaja melihat tangan Elina terluka segera mengengamnya. "Kenapa tanganmu terluka? apa suamimu menyiksamu lagi?" Daren menatap Elina dengan tatapan menyelidik.
Elina menarik paksa tangannya dari gengaman Daren. "Aku terjatuh tadi." Elina menyembunyikan tangannya dan memgambil tas. "Aku masih ada urusan lain, Deon akan menemuimu sebentar lagi." Elina berjalan menuju pintu dan membukanya. Elina tersentak kaget melihat wanita berdiri di depan pintu.
Fany yang yang melihat Elina membuka pintu memperlihatkan senyumnya.
Tanpa banyak bicara, Elina menarik Fany masuk kedalam ruang rawat Daren. Daren yang melihat kedatangan Fany mendegus kesal dan membuang muka kearah lain. Daren sangat kesal pada Fany karena telah melemparya dengan batu dan merusak mobilnya.
"Apa saja yang kau dengar!"tanya Daren tanpa menatap lawan bicaranya.
"Saya mendegar semuanya." jujur Fany yang memang mendegar semua pembicaraan mereka.
"Kau salah satu paparazi kan? dan sengaja mengupin pembicaraan kami!" tuduh Daren.
"Daren diam lah!" bentak Elina yang mulai kesal dengan sikap Daren yang selalu seenaknya saja dan tidak menghargai orang lain.
"Saya memang mendengar pembicaraan kalian, tapi saya tidak bermaksud untuk menguping, saya datang kesini hanya untuk meminta uang ganti rugi. Kak Daren hampir menabrak saya dan mengakibatkan motor saya rusak, dan lutut saya terluka." ucap Faby the point.
"Kalian tenang saja, saya tidak akan membocorkan apa yang saya dengar hari ini, dan saya akan menganggap bahwa saya tidak pernah mendengarnya." lanjut Fany.
"Halah bilang saja kamu ingin di suap kan?" tuduh Daren.
"Jangan dengarkan Dia! berapa semua ganti rugi yang hari kami bayar?" tanya Elina sopan.
"Setelah saya hitung-hitung semuanya 800 rb sudah termasuk biaya rumah sakit." jawab Fany.
Elina mengeluarkan ponselnya. "Bisa saya minta kode QR nya." pinta Elina memperlihatkan ponselnya yang siap memindai untuk mentasfer uang.
Fany mengulurkan ponselnya, memperlihatkan kode QR nya pada Elina, dan dalam sekejap notif bukti transferan masuk kedalam ponsel Fany. Fany mengecek jumlah uang yang di transfer Elina pada akunnya. Fany membulatkan matanya melihat jumlah transferan dar Elina. "Dua juta? ini terlalu banyak." batin Fany.
Fany menganggap uang dua juta itu terlalu banyak, maklumlah Dia hanyalah anak kost yang tidak mempunyai orang itu.
"Sudah masuk kan?" tanya Elina memastikan.
"......" Fany mengangukkan kepalanya. "Ini terlalu banyak, saya akan mengembalikannya separuh." ucap Fany menyerahkan ponselnya bersiap memindai kode QR Elina.
"Tidak perlu." tolak Elina. Elina ikhlas memberikan uang itu pada Fany.
"Saya janji tidak akan membocorkan apa yang saya dengar hari ini." ucap Fany yang mengira uang yang di transfer Elina adalah uang untuk menutup mulutnya.
"Saya percaya itu, saya memberikanmu uang itu sebagai bentuk terimakasih saya karena telah membawa Daren kerumah sakit." jawab Elina yang mengerti maksud ucapan Fany.
"Kalau begitu saya akan memberikan anda uang ganti rugi untuk kak Daren." ucap Fany yang tidak ingin mendapatkan uang itu dengan cuma-cuma.
Elina menghela nafas melihat sikap keras kepala wanita di hadapannya. "Baiklah jika itu membuatmu nyaman." Fany memindai kode QR yang di perlihatkan Elina dan mentrasfer uang satu juta dua ratus.
"Saya sudah mentrasfernya, kalau begitu saya pamit dulu." Fany pamit undur diri.
"Tunggu," cegah Elina. "Ini kartu nama saya, jika kamu membutuhkan bantuan suatu hari nanti hubungi saya!" Elina memberikan kartu namanya pada Fany.
"Terimakasih kak." Fany mengambil kartu nama itu dan berlalu pergi.
-
-
-
-
-
TBC
Jangan lupa dukung Author dengan memberikan Like, komen, Vote, dan jangan lupa menambahkan sebagai cerita favorit kalian, agar mendapatkan notifikasi setiap up
Kirana menghampiri Fany saat melihat Fany masuk kedalam butik. "Fany ya ampun kaki lo terluka!" Kirana membimbing Fany untuk duduk di kursi tunggu.
"Hanya luka kecil saja nga usah hebo gitu deh." ucap Fany mendaratkan tubuhnya di kursi tunggu.
Belum juga semenit Fany duduk. Fany sudah mendapatkan bentakan dari lantai dua. "Fany apa yang kamu lakukan hah? kau baru saja membuat nona Keysa marah!!" teriak bos Fany dari lantai dua.
Fany bangkit dari duduknya. "Sayakan sudah mengabari bos tadi, bahwa saya tidak bisa datang tepat waktu karena kecelakaan." jawab Fany.
"Saya tidak mau tahu. Saya memberimu waktu 24 jam dari sekarang, untuk mendapatkan maaf dari nona Keysa agar nona Keysa tidak membatalkan kerja sama dengan butik kita. Jika kamu tidak bisa melakukannya, siap-siap saja kau bawa semua barang-barangmu dan pergi dari sini!!" bentak bos Fany.
"Tapi bos....."
"Tidak ada tapi-tapi an, pergilah! waktumu di mulai dari sekarang!" ujar bos Fany dan kembali masuk kedalam ruangannya.
Fany menghembuskan nafas panjang dan keluar dari butik tempatnya bekerja. Fany pulang kerumahnya untuk mengobati lututnya yang luka. Fany pulang menggunakan angkutan umum.
Fany sampai di rumahnya ketika hari sudah gelap. Fany melempar tasnya ke atas tempat tidur dan menyambar kimono mandi. Fany masuk kedalam kamar mandi membersihkan dirinya dan menyegarkan pikirannya yang sedang kacau.
Fany merebahkan dirinya di atas tempat tidur setelah makan malam. Fany memikirkan masalahnya belakangan ini yang belum ada jalan keluarnya sama sekali.
Fany memandangi saldo di buku tabungannya yang tinggal sedikit lagi. "Bagaimana aku bisa membeli rumah orang tuaku, jika uang ditabuganku sisa segini? Belum lagi biaya hidupku dan uang bayar kost. Bagaimana nasibku jika aku jadi di pecat? ah sepertinya aku akan tinggal lebih lama di kosan ini." batin Fany.
"Bagaimana aku bisa bertemu dengan nona Keysa? diakan aktris papan atas tidak mungkin bagiku untuk menemuinya." Fany memukul-mukul kepalanya dengan bantal karena sangat pusing dengan masalahnya sendiri.
Fany meraih tasnya dan mengambil ponselnya. Fany tidak sengaja menjatuhkan tasnya membuat isinya berserakan di lantai. "Ah ya ampun kenapa aku bisa lupa ini." Fany memandangi kartu nama yang di dapatkannya tadi sore di rumah sakit. "Aku akan menemui kak Elina besok, mungkin saja aku bisa bertemu dengan nona Keysa." Fany mengembangkan senyumnya.
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
Malam ini Daren sudah di perbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit, karena cederanya tidak terlalu serius. Daren di jemput asistennya Deon.
"Bagaimana?" tanya Daren pada Deon yang sedang serius menyetir.
"Dia menemui suaminya setelah menemui lo di rumah sakit. Dan gue lihat, dia nangis setelah bertemu dengan suaminya. Sekarang Dia pergi ke klub untuk menenangkan diri." jawab Deon yang mengerti akan pertanyaan Daren sang bos. Deon bersikap informal layaknya seorang teman karena itu memang permintaan Daren agar tidak terlalu kaku jika bergaul dengannya.
Ya Daren menyuruh Deon mengikuti Elina seharian karena curiga dengan gelagat Elina.
"Sarang gue ya, mending lo nga usah ngurusin rumah tangga mereka deh. Bagamanapun kak Elina butuh privasi juga selain mengurus bisnis." Deon menasihati Daren yang mulai mengurusi urusan rumah tanggan manajernya.
"Yon gue cuma tidak suka melihat Elina menderita apa lagi di perlakukan tidak baik oleh suaminya. Bagaimanapun Elina adalah sahabat kecil gue dan Dia yang menemani gue dari nol." jawab Daren.
"Yon kita ke klub!" lanjut Daren menyandarkan tubunya di sandaran kursi mobil.
Deon mengikuti perintah Daren untuk ke klub di mana Elina berada. Deon memarkirkan mobilnya dengan aman sementara Daren masuk duluan kedalam Klub.
Daren melangkahkan kakinya masuk kedalam klub dengan penyamaran yang begitu sempurna. Daren memakai topi, masker dan juga kacamata dan itu membuatnya sulit di kenali.
Langkah Daren semakin cepat saat melihat seorang wanita tengah di lecehkan di sudut ruangan.
"Brengsek!" Daren mendaratkan kepalan tangannya tepat di wajah pria setengah mabuk yang sedang menganggu Elina.
Bruk
Pria itu jatuh tersungkur. Daren menarik Elina kebelakangnya dan hendak memberikan bogem mentah sekali lagi pada Pria brengsek yang berani menganggu sahabatnya. Namun aksinya segera di cegah oleh Deon yang baru saja datang.
"Gue yang akan mengurusnya." Deon menengahi. "Sebaiknya lo bawa kak Elina ke mobil!" ucap Deon yang segera di laksanakan oleh Daren.
Daren memapah Elina masuk kedalam mobilnya karena Elina setengah mabuk. Daren melepaskan masker dan juga kacamata yang melekat di wajah tampannya.
Daren mengantar Elina pulang kerumahnya. Daren hendak membuka pintu mobil setelah sampai di depan rumah Elina. Namun Elina tiba-tiba memeluk lengan kekar Daren dan menangis. "Aku tidak ingin bercerai dengannya Daren, Aku mencintainya." lirih Elina dalam tangisannya.
Daren memeluk Elina dan mengelus punggung Elina dengan lembut. "Tidak ada yang memaksamu untuk bercerai, kau tidak harus bercerai dengannya." ucap Daren.
"Tapi Dia yang ingin menceraikanku, Dia tidak suka jika Aku dekat denganmu, padahal kita tidak punya hubungan apa-apa dan hanya sebatas rekan kerja. Salahku ada di mana Daren?" lirih Elina.
"Kamu tidak salah, suamimu yang salah karena salah paham padamu, jadi berhentilah menangis! dia tidak akan menceraikanmu percayalah padaku." Daren mengusap air mata Elina.
Setelah menenangkan Elina, Daren keluar dari mobil tanpa memasang kaca mata dan juga maskernya. Daren membukakan pintu mobil untuk Elina.
"Terimakasih Daren karena sudah mengantarku pulang." ucap Elina dan masuk kedalam rumahnya.
Tanpa mereka sadari semua kegiatannya mulai dari Klub sampai di rumah Elina. Seseorang mengambil gambar Daren dan Elina. Bahkan paparazi tersebut mengabadikan momen saat Daren memapah Elina masuk kedalam mobil. Mengambil gambar saat Daren memeluk Elina di dalam mobil, dan terakhir paparazi tersebut mengambil gambar saat Daren membukakan pintu untuk Elina.
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
Berita hangat pagi ini sungguh meghebokan para fans Daren, terutama di kalangan para wanita. Bahkan Para wartawan dan beberapa paparazi tengah mengerumuni mobil van yang tengah terparkir rapi di depan gedung CR Entertaimen.
Daren dan Deon yang belum membuka ponselnya sama sekali tidak tahu apa yang terjadi, sehingga mereka tidak bisa keluar dari mobil karena kerumunan para wartawan.
Berbagai pertanyaan di lontarkan oleh para wartawan namun tak satupun yang di jawab oleh Daren. Hingga satu sosok muncul membuat perhatian para wartawan tertuju padanya. Siapa lagi kalau bukan Elina manajer Daren.
Elina berdiri di dekat mobil Van dengan beberapa pengawal, sehingga para wartawan tidak bisa mendekat padanya.
"Hei bukankah wanita itu sangat mirip dengan wanita yang ada di foto itu!" seru salah satu paparazi memanas-manasi wartawan lainnya.
"Benar, ternyata Daren ada main dengan manajernya sendiri."
-
-
-
-
-
TBC
Jangan lupa dukung Author dengan memberikan like, komen, dan votenya. Dan jangan lupa juga menambahkan sebagai cerita favorit pada readers agar mendapatkan notif setiap up.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!